DOSEN PENGAJAR:
Ns. Mardiani, S.Kep.,M.M.
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1B:
1. Dina Permata Sari (P05120220055)
2. Septa Wahyudi (P05120220078)
3. Sindita Septianda Adriansyah (P05120220080)
4. Ulan Dari (P05120220082)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik “
dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami sebagai
bahan diskusi dalam mata kuliah “KOMUNIKASI”. Semoga dengan terselesaikannya
makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi kami dalam pembuatan
makalah yang berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca untuk
mengetahui tentang “ Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik “. Makalah ini kurang
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya saya sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
BAB I…………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………...
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN……………………………………………………………
1.4 METODE PENULISAN……………………………………………
1.5 MANFAAT PENULISAN………………………………………….
BAB II…………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN………………………………………………………………….
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………..
2.2 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………
2.3 FASE-FASE DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………..
BAB III…………………………………………………………………………...
PENUTUP………………………………………………………………………..
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………….
3.2 SARAN…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik?
3. Bagaimanakah fase-fase yang dilakukan dalam melakukan komunikasi terapeutik?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan.
2. Membahas lebih lanjut tentang komunikasi terapeutik.
D. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi Pustaka, browsing internet, dan diskusi kelompok
dalam penulisan karya tulis.
E. Manfaat Penulisan
1. Agar para mahasiswa keperawatan dan pembaca mengetahui serta memahami
komunikasi terapeutik, macam-macam tekniknya, dan tahapan-tahapan dalam
komunikasi terapeutik.
2. Membekali kami agar nantinya dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang
baik pada pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti,
(1997) mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress
psikologi komunikasi terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan
perhatian.
B. Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam
melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan
pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik
komunikasi terapeutik, yaitu:
1. Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan
sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. Dalam teknik
komunikasi terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat
pemahaman masing-masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka
dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka secara substansia teknik
komunikasi terapeutik hamper serupa, tetapi dalam pelaksanaannya bisa berbeda-
beda.
Berpijak pada pendapat Shives (1994), di sebutkan bahwa teknik komunikasi
terapeutik meliputi:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhadap pesan verbal
maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Adapun teknik melatih
keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah:
a. Pandang pasien saat berbicara.
b. Pertahankan kontak mata, sehinnga pasien merasa rileks dalam
mengeluarkan segala keluh kesahnya.
c. Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan.
d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan.
e. Anggukan kepala saat pasien membecarakan hal penting atau
membutuhkan umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Penting untik ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang
dimaksud adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan
untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian,
seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakan
tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala.
a. Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.
b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian.
c. Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan.
d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba
mengubah pikiran pasien.
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi
seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta
menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai
dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan
mudah dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan
komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi
pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalah hal ini, seorang
perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan
keluhannya, terkecuali apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
8. Menawarkan informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi
mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan
kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan
rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang
ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang
melatarinya.
9. Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada
perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam
membutuhkan keterampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam mengorganisasi pikiran dan
memproses informasi yang disampaikan perawat. Diam sangat berguna bagi
pasien saat harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara
singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.
12. Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya-sendiri. Apabila pasien bertanyai mengenai apa yang harus
dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdikusi dengan pasien guna
menentukan tindakan bersama. Dengan demikian, perawat mencoba menghargai
pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien memiliki hak untuk
mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya
merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seorang perawat telah bersikap terbuka terhadap
pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk
membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi
keakuratan data sekaligus rencana yang sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang
harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap perkenalan:
a. Membina rasa saling percaya
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan
terapeutik. Sebab tanpa adanya saling percaya maka keterbukaan antara
kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjadi. Penting
bagi seorang perawat untuk senantiasa membina hubungan saling percaya
dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur,
menerima apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.
3. Taha Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah
tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi
permasalahan yang ada. Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam
mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan perawat juga
dituntut memiliki kepekaan dan tinglkat analis yang baik terhadap perubahan
pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active
listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinya. Diharapkan perawat
memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien.
Tahap terminasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan
dengan pasien
2. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu:
1. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah
dilaksankan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, dimana
dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan
menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang
perawat menunjukkan kesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
2. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan sesuai
melakukan interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah
melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa
mengurangi kecemasan atau tidak?
3. Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa
disebut sebagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan
harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
4. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat
mencakup tempatg, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak
dilkukan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu, dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasaan bagi perawat.
2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaannya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang
yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan
terapeutik.
SARAN
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya komunikasi
terapeutik dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai
seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik sehingga
dapat menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap
rekan kerja dan siapa pun yang terdapat di lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.