Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM

ANALISIS KUALITATIF SULFONAMIDA

Nama : Dewi Puspita Sari

Kelompok :1

Tingkat/Lokal : II / A

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

AKADEMI FARMASI KALTARA

TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 3
B. Tujuan................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Dasar........................................................................................... 5
B. Uraian Pereaksi..................................................................................... 10
C. Uraian Bahan........................................................................................ 13

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat Praktikum............................................................. 16


B. Alat Dan Bahan..................................................................................... 16
C. Prosedur Praktikum.............................................................................. 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ..................................................................................................... 18
B. Pembahasan........................................................................................... 19

BAB V PENUTUP

A. Saran..................................................................................................... 22
B. Kesimpulan .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23

LAMPIRAN..................................................................................................... 24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyedian bahan obat, dari sumber alam atau sistemik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasi mencangkup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilihan, aksi
farmakologis dan pengawetan terhadap obat-obatan. Seorang ahli farmasi
sangat penting memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
menganalisis senyawa obat.
Identifikasi suatu obat dan Penetapan kadar suatu obat dapat
menggunakan Sulfonamida. Sulfonamida merupakan golongan antibiotik
yang digunakan sebagai pengobatan infeksi saluran kemih. Golongan dari
masing-masing obat sulfonamid pun berbeda-beda baik dari gugus
fungsinya maupun kadar dari senyawa golongan sulfonamid itu sendiri.
Sulfonamida adalah kemoterapeutika berspektrum luas yang ditahun
1950-an sampai dengan 1970-an banyak digunakan terhadap bermacam-
macam penyakit infeksi oleh baik kuman gram-positif maupun negatif
dengan sukses. Sejak tahun 1980-an , penggunaannya sudah banyak sekali
berkurang karena telah ditemukan berbagai antibiotik baru dengan efek
bakterisid yang lebih efektif dan aman.
Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus
dasar yang sama,yaitu H2N-C2H-SO2NHR, dan R adalah bermacam-
macam substituen. Pada prinsipnya senyawa- senyawa ini dapat digunakan
untuk menghadapi berbagai infeksi. 
Sulfonamid mempunyai spectrum antibakteri yang luas, meskipun
kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang
resisten. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik, namun
pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamide dapat bersifat bakterisid.
Obat-obat ini memiliki daya kerja bakteriostatik yang luas terhadap bakteri

3
garam positif dan gram negatif tetapi pseudomonas, proteus, dan
streptococcus faecales tidak aktif.
Senyawa yang memperlihatkan efek sinergistik paling kuat bila
digunakan besama sulfonamide ialah trimetropim. Senyawa ini merupakan
senyawa penghambat enzim dihidrofolat reduktase yang kuat
dan selektif.Enzim ini berfungsi mereduksi asam dihidrofolat menjadi
asam tetrahidrofolat, jadi pemberian sulfonamid bersama trimetropim
menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam
tetrahidrofolat.
Sulfonamida bersifat amfoter, artinya dapat membentuk garam dengan
asam maupun dengan basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil garam
alkalinya lebih baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai.
Sulfonamide berbentuk Kristal putih yang umumnya sukar larut dalam
air, tetapi garam natriumnya mudah larut.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan jenis
senyawa Sulfonamid secara spesifik dari beberapa metode uji yang
dilakukan dengan beberapa sampel yang digunakan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Dasar
1. Sulfonamida
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan
secara sistematik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi
padamanusia. Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sediaan
kombinasitrimetoprim dan sulfametoksazol meningktakan kembali
penggunaan sulfonamide untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu.
Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar
yang sama yaituH2 N-C6H4 SO2 NHR dan R. 
Sulfonamida merupakan suatu golongan senyawa antibakteri, yang
mengandung gugus sulfonamida –SO2NH. Walaupun dimasa lalu
senyawa ini banyak digunakan, pada beberapa tahun terakhir ini,
penggunaannya telah menuru dengan adanya antibiotik-antibiotik baru,
seperti penisilin dan sefalosporin (Cairns, 2008).
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis
maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan
antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian
penggunaannya terdesak oleh antibiotik.Pertengahan tahun 1970
penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol
meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai
kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti
diabetik oral (ADO).Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak
bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan
antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid)
(Setiabudi,2007).
Semua sulfonamida merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8)
akibat efek penarikan elektron yang kuat oleh substituen –SO 2- dan
stabilisasi anion yang dihasilkan melalui resonansi. Sulfonamida biasanya

5
diberikan dalam bentuk garam natrium untuk meningkatkan kelarutannya
dalam air (Cairns, 2008).
Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam
dengan asam maupun dengan basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil,
garam alkalinya lebih baik, walaupun larutan  ini tidak stabil karena
mudah terurai. (Tjay, 2007).
Sulfonamid dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik
sulfonylurea dan fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat pilihan
pertama dan untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu makin terdesak oleh
perkembangan obat antimikroba lain yang lebih efektif serta
meningkatkanjumlah mikroba yang resisten terhadap sulfa. Namun
peranannya meningkat kembali dengan di temukannya
kotrimoksazol.Penggunaan topical tidak dianjurkan karena kurang/tidak
efektif, sedangkan risiko terjaadinya reaksi sensitisasi tinggi, kecuali
pemakaian local daro Na-sulfasetamid pada infeksi mata (Ganiswara,1995).
Sulfonamida dan senyawa kuinolin merupakan kelompok obat
penting pada penanganan infeksi saluran kemih ( ISK ). Demi pengertian
yang baik pertama-tama akan dibicarakan secara singkat beberapa aspek
dari ISK, termaksud penangananya. Kemudian pada bagian berikutnya akan
dibahas secara mendalam kedua kelompok tadi. Antibiotika ISK lainya
penisilin atau sefalosforin dan amini glikosida. (Tjay, 2007).
Efek samping yang paling sering adalah reaksi alergi dan meliputu
ruam kulit, kadang – kadang di sertai demam. Yang lebih jarang terjadi
adalah reaksi yang lebih serius, misalnya sindrom Stevens – Johnson yang
merupakan bentuk eritema multiforme dengan tingkat mortalitas yang
tinggi. Berbagai diskrasia darah bisa terjadi, walaupun jarang, termasuk
agranulositosis, anemia aplastik, dan anemia hemolitik (Neal, 2006).
Derivat tiodiazol daya larutnya dalam urin (asam) baik. Berhubung
ekskresinya cepat sekali zat ini menghasilkan kadar tinggi dalam kemih dan
sering digunakan untuk radang kandung kemih. Sebaliknya kadarnya dalam
darah dan jaringan adalah rendah (Tjay, 2007).

6
Efek sampingnya sering terjadi dan biasanya berupa gangguan kulit,
stomatitis dan gangguan lambung-usus. Efek samping khas dari sulfonamida
seperti fotosensitasi. Pada dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam,
gangguan fungsi hati dn efek darah (neutropenia, trombositopenia). Oleh
karena itu penggunaan lebih lama dari dua minggu hendaknya disertai
pemantauan darah. Resiko kristaluria dapat dihindarkan dengan minum
lebih dari 1,5 liter air sehari (Tjay, 2007).
Sulfonamid merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8) akibat efek
penarikan elektron yang kuat oleh substituen –SO 2- dan stabilisasi anion
yang dihasilkan melalui resonansi. Sulfonamida biasanya diberikan dalam
bentuk garam natrium untuk meningkatkan kelarutannya dalam air
(Cairns, 2008). Sulfonamida dan senyawa kuinolin merupakan kelompok
obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih ( ISK ) (Tjay, 2007).
Sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan
antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C 6H12O6 dapat ditulis
C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11dan seterusnya, dan perumusan
empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H.,
2005).

2. Uji kualitatif
Analisis kualitatif merupakan identifikasi bahan baku obat. Analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kualitatif pada golongan
sulfonamid erupa uji korek api, uji reaksi vanillin dan uji kristal hijau
Schweitzer. Uji reaksi korek api didasarkan dengan adanya larutan asam
klorida dengan batang korek api. Analisis Pemeriksaan senyawa
sulfonamida dilakukan dengan menguji larutan zat dalam asam klorida
dengan batang korek api. Keberadaan senyawa sulfonamida dalam asam
klorida akan mengubah batang korek api menjadi berwarna jingga
(Cartika, Harpolia, 2016). Uji reaksi vanillin merupakan aktivitas yang
berkaitan dengan adanya asam sulfat pekat dengan senyawa yang akan
diuji. Prinsip atau cara dalam perlakuan dalam uji reaksi vanillin yaitu

7
dilakukan dengan memasukkan H2SO4 ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan serbuk cotrimoxazole dan serbuk vanillin H2SO4 tersebut
yang selanjutnya dipanaskan di atas pembakar bunsen. Uji reaksi vanillin
dikatakan positif memiliki sulfonamida jika terbentuk perubahan warna
menjadi merah bata (Tim Asisten, 2014). Uji reaksi kristal hijau Scheitzer
yaitu suatu metode analisa kualitatif dengan memastikan warna hijau pada
analit yang akan diuji. Analisis sulfonamida menggunakan reaksi kristal
hijau Schweitzer yaitu serbuk sulfonamida reaksikan dengan CuSO4 dan
NH4OH ke dalam 1 tabung reaksi yang ditandai dengan adanya bentuk
kristal berwarna hijau (Tim Asisten, 2014).

3. Reaksi Umum Sulfonamida


a. Reaksi korek api
Zat ditambahkan HCl encer, kemudian ke dalamnya dicelupkan
batang korek api, timbul warna jingga intensif-kuning jingga.
b. Reaksi diazo
Zat (±10mg) dalam 2 tetes HCl 2 A lalu ditambah dengan 1 ml
air. Pada larutan ini ditambahkan 2 tetes diazo B (larutan 0,9%
NaNO2) dan teteskan larutan 0.1 g β-naftol dalam 2 ml NaOH
terbentuk warna jingga lalu merah darah.
c. Reaksi erlich (ρ-DAB HCl)
Sedikit zat padat pada pelat tetes lalu ditambahkan 1-2 tetes
pereaksi DAB HCl terbentuk warna kuning-jingga.

4. Metode Analisa Kualitatif Sulfanamida


Analisa kualitatif adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya suatu senyawa dalam suatu sampel. Ada beberapa cara yang
digunakan untuk mengidentifikasi Sulfanamida yaitu :
a. Reaksi Korek Api
Analisis Pemeriksaan senyawa sulfonamida dilakukan dengan
menguji larutan zat dalam asam klorida dengan batang korek api.

8
Keberadaan senyawa sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah
batang korek api menjadi berwarna jingga
b. Reaksi Vanilin
Uji reaksi vanilin Uji reaksi vanillin dilakukan dengan
memasukkan H2SO4 ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan serbuk
cotrimoxazole dan serbuk vanillin H2SO4 tersebut yang selanjutnya
dipanaskan di atas pembakar bunsen. Uji reaksi vanillin dikatakan
positif memiliki sulfonamida jika terbentuk perubahan warna menjadi
merah bata.
c. Uji Reaksi Kristal hijau schweitzer
Analisis sulfonamida menggunakan reaksi kristal hijau
schweitzer yaitu serbuk sulfonamida reaksikan dengan CuSO4 dan
NH4OH kedalam 1 tabung reaksi yang ditandai dengan adanya
bentuk kristal berwarna hijau.
d. Reaksi Erlich
Sedikit zat padat dimasukkan pada pelat tetes lalu ditambahkan
1-2 tetes pereaksi DAB HCl terbentuk warna kuning-jingga maka
positif mengandung Sulfonamida.
e. Pereaksi Parri
Serbuk sulfadiazin dilarutkan dalam alkohol, ditetesi pereaksi
Parri dan ammonia akan membentuk warna ungu untuk sulfadiazine
Pereaksi Parri (kobalt klorida 2 gr dalam 1 ml HCL pekat + 100
ml aquadest).

9
B. Uraian Pereaksi
1. ASAM KLORIDA (DIRJEN POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang;
jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
akan hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Untuk mengikat nitrit.

2. ASAM SULFAT (Farmakope Indonesia Edisi III hal: 58)


Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Rumus struktur :

Kelarutan : Jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas


Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

3. AQUADEST (Farmakope Indonesia Edisi III hal 96)


Nama Lain : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquadest, air suling
RM/BM : H2O/18,02

10
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

4. AMONIA (FI III hal. 86)


Nama Resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia
RM / BM : NH4OH / 35,05
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, menusuk


kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk.

5. TEMBAGA (II) SULFAT (DIRJEN POM, 1979)


Nama Resmi : Cupri Sulfat
Nama Lain : Tembaga (II) sulfat
Rumus Kimia : CuSO4
Berat Molekul : 159,60
Pemerian : Serbuk keabuan
Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

11
Kegunaan : Zat adatif

6. VANILLIN (DIRJEN POM, 1979)


Nama Resmi     : Vanillinum
Nama Lain           :  Vanillin; 4-Hidroksi-3 metoksibenzaldehida
(121-
33-5)
Rumus Molekul  :  C8H8O3
Rumus struktur :

Berat Molekul     :  152,5


Pemerian             :  Hablur halus berbentuk jarum, putih hingga
agak kuning, rasa dan bau khas, dipengaruhi
cahaya, larutan bereaksi asam terhadap   lakmus
Kelarutan         :  Sukar larut dalam air, mudah larut dalam   etanol,
kloroform, Dalam eter dan dalam   larutan alkali
hidroksida tertentu, larut dalam   gliserin dan
dalam air panas
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi

12
C. Uraian Bahan
1. PARACETAMOL (DIRJEN POM, 1979)
Nama resmi : ACETOMINOPHENUM
Nama lain : Asetominofen, Paracetamol
RM/BM : C8H9NO2/151,16
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau, rasa pahit.


Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam Na
Hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas : Tidak stabil pada sinar UV hidrolisis dapat terjadi
pada keadaan asam ataupun basa hidrolisis
minimum terjadi pada rentang pH antara 5-9.
Inkompatibilitas : Parasetamol tidak terkomposisi dengan
kebanyakan bahan tetapi dengan adanya p amino
fenol dalam parasetamol akan bereaksi dengan
serbuk besi pada kadar rendah menyebabkan
warna merah muda.
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan rapat

2. FUROSEMID  (DIRJEN POM, 1979)


Nama Resmi : FUROSEMIDUM
Nama Lain : Furosemida
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir puith,
tidak berbau hampir tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan kloroform

13
P,      larut dalam 75 bagian etanol (95%) P dan
dalam 850 bagian eter P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai obat diuretik
Golongan : Loop Diuretik (Harvey, 2013)
Rumus struktur :

Indikasi : Sangat efektif pada keadaan udema di otak dan


paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral
dalam 0,5-1 jam bertahan 4-6 jam, intravena dalam
beberapa menit, 2-5 jam lamanya (Tjay, 2010)
Kontraindikasi : Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, antara
lain hipotensi, hiponatremia, hipokalemia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia (Gunawan,
2012).
Efek samping : Pendengaran bisa mendapat pengaruh buruk,
hiperurisemia, hipovolemia akut, dan deplesi
kalsium (Harvey, 2013).
Interaksi obat : Penghambat ACE, obat-obat rema, kortikosteroida,
aminoglikosida, antidiabetika oral (Tjay, 2010)
Dosis : Pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu atau
pada insufisiensi ginjal sampai 250-2000 mg sehari
dalam 2-3 dosis (Tjay, 2010)
Farmakodinamik : Menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di
ansa henle asendens bagian epitel tebal (Gunawan,
2012)
Farmakokinetik : Loop diuretic diberikan per oral atau parental.
Durasi kerja obat-obat ini relative singkat 2 sampai

14
4 jam. Obat-obat ini disekresikan di urin (Harvey,
2013)

3. SULFADIAZIN (DIRJEN POM, 1979)


Nama Resmi : N-2-piridinil sulfanilamide
Nama Lain : Sulfadiazinum/sulfadiazine
Rumus Kimia : C10H10N4O2S
Rumus Struktur :

BM : 250,27 gr/mol
Pemerian : Putih, putih kekuningan atau putih agak jambu;
hampir tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah
larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.
Khasiat : Antibakteri
Dosis maksimum : Sekali 2 g, sehari 8 g

15
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Kimia Farmasi I dengan judul Analisis Kualitatif Sulfonamida
dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis, 21 November 2019
Waktu : 08.30 – 11.50 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia

B. Alat dan bahan


a. Alat

- Rak tabung reaksi - Gelas ukur


- Sendok tanduk - Pipet volume
- Tabung rekasi - Erlenmeyer
- Pipet tetes - Penjempit Kayu
- Bunsen - Cawan Porselin
- Kaca Objek

b. Bahan
- CuSO4
- Amonia
- H 2 SO4 pekat
- HCl
- Aquadest
- Serbuk Vanilin
- Korek Api
- Sampel I,II, dan III

16
C. Prosedur Praktikum
a. Uji Reaksi Korek Api
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Disiapkan korek api, buang ujungnya yang berwarna coklat .
3. Dimasukkan larutan HCl secukupnya di dalam tabung reaksi.
4. Dimasukkan korek api kedalam larutan HCl
5. Korek api dimasukkan kedalam cawan porselin yang berisi sampel
I, sampel II, dan sampel III.
6. Amati perubahan yang terjadi.
7. Jika batang korek api berwarna jingga, maka positif sulfonamida.

b. Uji Reaksi Vanilin


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan sampel diatas kaca arloji.
3. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk vanilin.
4. Campur sampel dengan serbuk vanilin, panaskan dengan nyala api
yang kecil.
5. Amati perubahan yang terjadi.
6. Jika yang dihasilkan berwarna merah bata, maka positif
sulfonamida.

c. Uji Reaksi Kristal Hijau Schweitzer


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan sampel ke dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan CuSO4 dan NH4OH ke dalam sampel.
4. Amati perubahan yang terjadi.
5. Jika terdapat endapan kristal berwarna hijau maka positif
sulfonamida.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Metode UJi
Uji Reaksi Uji Reaksi Uji Reaksi
Korek api Vanilin Kristal
Hijau kesimpulan
Sampel

I II III I II III I II III


Sampel I - - - + + + - - - -

Sampel II + + + + - + - - - +

Sampel III - - + - - - + - - -

Perhitungan Pembuatan Larutan Hcl :

1. HCl 2 N

Diketahui : p = 36%

ρ = 1,19 g/ml

Mr = 36,5

Ditanyakan : ................ M ?

10 x P x ρ
Jawaban : M= xv
Bm

10 x 1,19 x 36
= x1
36,5

18
428,4
= x1
36,5

= 11, 73 N

2. Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2
V2xN2
V1 =
N1
50 Ml x 2
V1 =
11 ,73
V1 = 8, 52 Ml

B. Pembahasan
Analisis farmasi mencakup analisis kualitatif. Analisis secara kualitatif
sendiri yaitu suatu analisis yang menunjukkan keberadaan suatu zat atau unsur
tertentu dalam suatu sampel, Pada praktikum analisis kualitatif kami
menggunakan tiga sampel untuk di uji t keberadaan zat atau unsur dalam
golongan sulfonamid.
Pada analisis kualitatif kami menggunakan 3 uji yang dilakukan yaitu uji
reaksi batang korek api, uji reaksi vanilin, uji reaksi kristal dengan Schweitzer.
Pada percobaan ini dilakukan analisis terhadap unsure C,H,O,N,S dalam
suatu senyawa obat dengan menggunakan beberapa reaktan yang dapat
menunjukan hasil reaksi yang nampak jelas. Jenis analisis yang digunakan
yaitu analisis kualitatif. Dan bahan obat yang digunakan yaitu turunan
sulfonamide dan nonsulfonamid. Turunan sulfonamide yaitu tri sulfa yang
terdiri atas sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfametazin dan furosemid.
Bahan obat yang akan diteliti selanjutnya yaitu golongan trisulfa.
Percobaan pertama Uji reaksi batang korek api yaitu dengan menyiapkan alat
dan bahan yang selanjutnya mengambil batang korek api yang dicelupkan ke
dalam campuran HCl pekat dengan sampel pada gelas kimia, Dalam perubahan
yang terjadi terbentuk warna jingga. Pemeriksaan senyawa sulfonamida
dilakukan dengan menguji larutan zat dalam asam klorida dengan batang korek

19
api. Keberadaan senyawa sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah
batang korek api menjadi berwarna jingga. Ini uji pendahuluan pendukung
dalam pemeriksaan golongan sulfonamida adalah hasil uji unsur positif
mengandung unsur N sebagai amin aromatis primer dan S, serta rasa agak
pahit.
Uji reaksi batang korek api yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan yang
selanjutnya mengambil batang korek api yang dicelupkan ke dalam HCl pekat
yang ada di dalam tabung reaksi, kemudian diangkat dan dicelupkan kembali
pada sampel I, II, dan III yang ada di dalam cawan porselin. Dalam perubahan
yang terjadi terbentuk warna jingga, maka positif sulfonamida.
Pemeriksaan senyawa sulfonamida dilakukan dengan menguji larutan zat
dalam asam klorida dengan batang korek api. Keberadaan senyawa
sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah batang korek api menjadi
berwarna jingga. Ini uji pendahuluan pendukung dalam pemeriksaan golongan
sulfonamida adalah hasil uji unsur positif mengandung unsur N sebagai amin
aromatis primer dan S, serta rasa agak pahit. Senyawa yang termasuk dalam
golongan sulfonamida adalah sulfametoksazol, sulfanilamid, sulfaguanidin,
dan lain-lain (Cartika, Harpolia. 2016).
Berikut reaksi kimia yang terjadi:

Uji reaksi vanilin dengan kaca objek yang berisi sampel dan serbuk
vanilin, lalu di aduk hingga rata, selanjutnya dijepit dengan gegep kaca objek
yang berisi vanili dan sampel, lalu dipanaskan di atas pembakar bunsen yang
kemudian terjadi perubahan warna menjadi merah bata.
Penggunaan uji reaksi vanillin pada golongan sulfonamida terdapat dalam
teori Sity Muzdalifah Dali (2014) bahwa mengidentifikasi golongan obat
sulfonamid menggunakan pereaksi yang sesuai (parry, vanillin, dan CuSO4).
Berikut reaksi kimia yang terjadi:

20
Uji reaksi kristal hijau dengan Schweitzer yaitu dengan memasukkan
sampel pada tabung reaksi kemudian menambahkan larutan CuSO4 dan
NH4OH pada tabung tersebut dan dihomogenkan setelah dihomogenkan
terjadi perubahan warna menjadi bentuk kristal berwarna hijau jika positif
mengandung sulfonamida.
Uji reaksi kristal hijau Scheitzer yaitu suatu metode analisa kualitatif
dengan memastikan warna hijau pada analitik yang akan diuji. Analisis
sulfonamida menggunakan reaksi kristal hijau Schweitzer yaitu sampel di
reaksikan dengan CuSO4 dan NH4OH ke dalam 1 tabung reaksi yang
ditandai dengan adanya bentuk kristal berwarna hijau (Tim Asisten, 2014).
Berikut reaksi kimia yang terjadi:

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sampel bahan yang
mengandung karbohidrat dapat diketahui melalui uji rekasi korek api, uji
reaksi vanilin, dan uji kristal hijau Dan hasil yang diperoleh dari kelompok 1
yaitu sampel I tidak mengandung senyawa sulfonamida sedangkan sampel II
dan III mengandung senyawa sulfonamida. Dari hasil keseluruhan dari semua
kelompok sampel I, dan III tidak mengandung senyawa sulfonamida
sedangkan sampel II positif mengandung sulfonamida.

B. Saran
Adapun saran untuk percobaan analisis kualtatif sulfonamida adalah tiap
tahapan pada pengujian harus dilakukan secara tepat, cermat dan penuh
dengan konsentrasi agar langkah kerja yang dilakukan tidak salah. Dalam
pencampuran sampel dan reagen sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan
teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Estimasi waktu sangat
dibutuhkan saat praktikum, agar semua pengujian dapat dilakukan sesuai
dengan yang direncanakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2008. “Intisari Kimia Farmasi”. EGC. Jakarta

Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI. Jakarta

Dirjen POM. 1985. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.

Rohman, Abdul. 2008. “Kimia Farmasi Analisis”. (Hal 164-165). Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Tjay T. H. & Rahardja S, 2008.Obat-obat Penting. Penerbit PT. Elex Media

Computindo kelompok kompas-Gramedia : Jakarta

Wunas. 1968. Kimia Farmasi. Jakarta : EGC (Hal : 143)

23
LAMPIRAN

1.1 Alat dan Bahan yang digunakan 1.2 Sampel yang digunakan

1.3 Pembuatan Larutan HCl 1.4 Pemasukan Larutan Hcl di

dalam tabung reaksi

1.5 Pemasukan batang korek api 1.6 Sampel dipindahkan di capor

24
1.7 Hasil dari ke tiga sampel 1.8 Sampel di pindahkan dikaca objek

1.9 Penambahan serbuk vanilin 1.10 Pemanasan Sampel di atas bunsen

1.11 Pemasukan Larutan NH4OH 1.12 Pemasukan Larutan CuSO4

25
1.13 Memasukkan sampel dalam 1.14 Hasil dari ke tiga sampel

tabung reaksi

1.15 Hasil sampel II 1.16 Hasil Sampel I

1.17 Hasil Sampel I 1.18 Hasil Sampel II

26

Anda mungkin juga menyukai