Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KESEIMBANGAN


TUBUH PADA LANSIA DI POSYANDU KENANGA
DI KELURAHAN SAMPUNG KECAMATAN
KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN

Oleh :
Afif Rohman
NIM. 201602001

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

iii
KATA PENGANTAR

Puji sykur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta
anugrahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan
baik dan dalam bentuk yang sederhana. Semoga Proposal ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan , petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai
pengetauan dasar mengenai kesehatan.
Harapan saya semoga proposal ini menambah pengalaman bagi para
pembaca, walaupun saya akui masih banyak kekurangan dalam penyajian
proposal ini karena ilmu yang saya miliki masih sangat kurang.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini, dari awal sampai akhir hingga
menjadi sebuah proposal. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kedepanya, terima kasih.

Magetan, 2020
Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Daftar Isi ................................................................................................ v
Daftar Gambar ................................................................................................ vi
Daftar Tabel ................................................................................................ vii
Daftar Lampiran................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 3


1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 3
1.5 Keaslian Penelitian...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6


2.1 Konsep Tentang Senam Ergonomis............................................ 6
2.2 Keseimbangan Tubuh.................................................................. 13
2.3 Konsep Lansia............................................................................. 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS...................................... 27


3.1 Kerangka Konseptual.................................................................. 27
3.2 Hipotesa....................................................................................... 28
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................... 29
4.1 Desain Penelitian......................................................................... 29
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... .29
4.3 Teknik Sampling......................................................................... 31
4.4 Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 31
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............... 32

v
4.6 Instrumen Penelitian.................................................................... 34
4.7 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................... 34
4.8 Prosedur Penelitian...................................................................... 35
4.9 Teknik Analisa Data.................................................................... 36
4.10 Etika Penelitian............................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 40

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Senam


Ergonomis dengan Keseimbangan tubuh............................... 27
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian...................................................... 32

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skema Penelitian one group pre test with control Group Design 29
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel Pengaruh Senam Ergonomis
terhadap Keseimbangan Tubuh pada Lansia............................... 33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengembalian Data Awal....................................... 42


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden.............................. 43
Lampiran 3 SOP Senam Ergonomis........................................................... 45
Lampiran 4 Lembar Observasi................................................................... 47

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika memasuki usia lanjut, manusia mengalami kelemahan fungsi tubuh
yang sering muncul seperti kelemahan otot, gangguan keseimbangan dan
abnormalitas neuro muscular, mengakibatkan turunya mobilitas dan dapat
menyebabkan roboh dan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari –
hari.Perubahan pada fungsi fisiologi berdampak pada gangguan keseimbangan
dapat terjadi karena proses terjadinya keseimbangan tubuh tidak berjalan
sempurna. Tahap terjadinya proses keseimbangan tubuh terdiri dari tahap
transduksi, transmisi dan modulasi, berkurangnya kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan mengakibatkan peningkatan lansia mengalami
resiko jatuh.
Mengutip dari BPS 2018, selama kurun waktu hampir 50 tahun (1971-
2018), persentase penduduk lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat.
Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27 persen atau sekitar 24,49 juta
orang. Adapun persentase lansia di Indonesia didominasi oleh lansia muda
(kelompok umur 60-69 tahun) yang persentasenya mencapai 63,39 persen, sisanya
adalah lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun) sebesar 27,92 persen, dan
lansia tua (kelompok umur 80+) sebesar 8,69 persen. Pada tahun 2017 jumlah
lansia di Kabupaten Magetan mencapai 78.023 orang (DinKes Kabupaten
Magetan, 2017). Sedangkan di Posyandu lansia Kelurahan Sampung, Kawedanan,
Magetan terdapat 60 lansia rata – rata berumur 60-75 tahun, setelah melakukan
wawancara dari 8 orang yang ada di sana, 5 di antaranya memiliki resiko jatuh.
Mereka mengatakan sering pusing ketika dari posisi duduk kemudian berdiri, lalu
pusing ketika terdiam saat berdiri dalam waktu yang lama, dan sulit saat
mengenakan alas kaki.
Hasil penelitian yang dilakukan Tuti (2011) Pengaruh Latihan
Keseimbangan terhadap Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha
Unit Abiyoso, Pakem, Sleman, Yogyakarta, dari 46 lansia di dapatkan kejadian

1
jatuh sebanyak 24 lansia (52,2%). Dari hasil penelitian Astriyana (Pengaruh
Senam Ergonomis terhadap Resiko Jatuh 2012) yang menemukan risiko jatuh
pada lansia di Ngadisono, Kadipiro, Surakarta melebihi separuh dari jumlah
responden dengan persentase mencapai 73,33%, kemudian hasil penelitian
Amaliana (2016) Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Resiko Jatuh di Posyandu
lansia, Balpapang, Bantul Yogyakarta seluruh responden sebanyak 17 lansia
memiliki resiko jatuh sebelum dilakukan senam ergonomis.
Keseimbangan dapat menimbulkan masalah besar bagi kualitas hidup
seseorang, seperti hilangnya rasa percaya diri dalam beraktifitas karena adanya
rasa takut jatuh, patah tulang, cedera kepala serta kecelakaan akibat
kecenderungan jatuh. Semuanya akan mampu menurunkan kualitas hidup dan
meningkatkan ketergantungan seseorang dalam melakukan aktifitas kehidupan
(Assmusen, 2006). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan postural, diantaranya adalah efek penuaan, kecelakaan, maupun
karena factor penyakit.Namun dari tiga hal ini, factor penuaan adalah faktor
utama penyebab gangguan keseimbangan postur tubuh pada lansia (Avers,
2007).Peningkatan keseimbangan postur tubuh dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya jatuh pada Lansia (Siburian, 2006). Menurut Ceranski, (2006) ada
beberapa jenis olahraga atau latihan yang direkomendasikan untuk meningkatkan
keseimbangan postur tubuh lansia, salah satunya adalah senam.Senam ergonomis
adalah gerakan yang mengoptimalkan posisi tubuh pada ruang kerja dengan
tujuan mengurangi ataumenghilangkan kelelahan. Posisi tubuh tersebut antara lain
posisi tulang belakang, posisi penglihatan (jarak dan pencahayaan), posisi tubuh
jangkauan (berdiri atau duduk), keselarasan tangan kanan dan kiri dan posisi
benda kerja sehingga diperoleh kenyamanan dan produktivitas yang tinggi
(Wratsongko, 2015).
Dengan melakukan seman Ergonomis dapat memaksimalkan suplay
oksigen ke otak, membuka system kecerdasan, system keringat, system
pemanasan tubuh, system pembakaran, system konversi karbohidrat, system
pembuatan elektrolit dalam darah, system kebugaran/keseimbangan tubuh dan
system kekebalan tubuh. Senam ergonomis memilik manfaat yang cukup banyak,

2
selain itu senam ergonomis sangat mudah dilakukan seperti tidak perlu biaya
mahal, waktu yang singkat dan juga dapat dilakukan setiap saat ingin melakukan
olah raga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan urain pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
tersebut :apakah ada pengaruh senam ergonomis terhadap keseimbangan tubuh
pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sampung Kecamatan Kawedanan
Kabupaten Magetan.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisa pengaruh senam ergonomis terhadap keseimbangan tubuh
pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sampung Kecamatan Kawedanan
Kabupaten Magetan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi keseimbangan tubuh pada lansia sebelum dilakukan
senam ergonomis.
2. Mengidentifikasi keseimbangan tubuh pada lansia sesudah dilakukan
senam ergonomis.
3. Menganalisa pengaruh senam Ergonomis terhadap keseimbangan tubuh
pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sampung Kecamatan
Kawedanan Kabupaten Magetan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi perkembangan ilmu kesehatan dan menambah kajian ilmu kesehatan,
khususnya ilmu keperawatan untuk mengetahui bagaimana faktor resiko jatuh
pada lansia.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Pelayanan Kesehatan :
a. Penelitian ini bisa dijadikan dasar atau informasi tambahan untuk

3
peningkatan pelayanan kesehatan pada lansia
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi solusi keterbatasan gerak
pada lansia
2. Bagi Lansia
Penelitian ini bisa menjadi solusi dari gangguan keseimbangan tubuh,
sehingga tidak mudah jatuh
3. Bagi Keperawatan
Penelitian ini semoga dapat dijadikan sebagai sumber informasi
tambahan untuk pengembangan keilmuan bidang keperawatan.

1.5 Keaslian Penelitian

No Judul Peneliti Metode Hasil Teknik Uji


Sampling Statistik
1 Pengaruh Nisa Pre- Terdapat Purposive Paired
Senam Amaliana eksperimental Pengaruh sampling Sample T-
Ergonomis (2016) Designs, senam Test
Terhadap dengan Ergonomis
Resiko metode One terhadap
Jatuh Pada Group Pre keseimbangan
Lansia di test Post test tubuh pada
Posyandu Designs. lansia di
Lansia Posyandu
Menur lansia Menur
Palbapang Palbapang
Bantul Bantul
Yogyakarta Yogyakarta

2 Pengaruh Astriyana Quasi Terdapat Teknik Paired


Latihan (2012) eksperiment Pengaruh random Sample T-
Keseimbang dan desain senam sampling Test dan
an Terhadap penelitian pre Ergonomis Independe
Penurunan and post test terhadap n Sample
Risiko Jatuh with control Resiko Jatuh T-Test
Pada Lansia, group design pada lansia di
Universitas Ngadisono,
Muhammadi Kadipiro,
yah Surakarta
Surakarta

4
No Judul Peneliti Metode Hasil Teknik Uji
Sampling Statistik
3 Efektifitas Irwan Pre- Mayoritas Teknik Uji
Senam (2016) Eksperimenta responden Total statistic
Ergonomik l, dengan mengalami Sampling Wilcoxon
terhadap metode One penurunan dan
Stabilitas Group stabil pada
Tekanan Pretest tekanan darah
Darah pada Postest sistolik turun
Lansia yang Design mencapai 30
mengalami mmHg dan
Hipertensi diastolik 10
di Panti mmHg
Tresna
Werdha
Sinta
Rngkang
Palangka
Raya

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tentang Senam Ergonomis


2.1.1 Definisi Senam Ergonomis
Gerakan senam ergonomis adalah gerakan yang mengoptimalkan posisi
tubuh pada ruang kerja dengan tujuan mengurangi ataumenghilangkan
kelelahan.Posisi tubuh tersebut antara lain posisi tulang belakang, posisi
penglihatan (jarak dan pencahayaan), posisi tubuh jangkauan (berdiri atau duduk),
keselarasan tangan kanan dan kiri dan posisi benda kerja sehingga diperoleh
kenyamanan dan produktivitas yang tinggi (Wratsongko, 2015). Senam
ergonomikadalah suatu teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan
posisi dan kelenturan system saraf serta aliran darah, memaksimalkan suplai
oksigen ke otak, membuka system kecerdasan, keringat, termogulasi, pembakaran
asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, Kristal oksalat, kesegaran tubuh dan
imunitas. Senam ergonomic merupakan merupakan senam yang gerakan dasarnya
terdiri atas lima gerakan yang masing – masing memiliki manfaat berbeda tetapi
saling terkait satu sama lainya (Wratsongko, 2015).
2.1.2 Manfaat Senam Ergonomis
Semua jenis senam dan aktifitas dengan olahraga ringan sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degenerative atu proses penuaan. Senam ergonomis
merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara
kesehatan tubuh.Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomis adalah
gerakan yang sangat efektif, efisien dan logis karena rangkain gerakanya
merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia sejak dulu sampai saat
ini.Gerakan – gerakan senam ergonomis merupakan gerakan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah penciptaan tubuh dan gerakan ini diilhami dari gerakan shalat
sehingga lansia mudah mengaplikasikan gerakan senam ini dalam kehidupan
sehari-hari (Sagiran, 2012).

6
Manfaat- manfaat senam Ergonomis :
1. Dapat meningkatkan kekuatan otot dan efektifitas fungsi jantung.
2. Mencegah pengerasan pembuluh arteri dan melancarkan system
pernafasan.
3. Mampu memberikan pijatan atau tekanan pada jantung sehingga dapat
membuka sumbatan.
4. Memperlancar aliran darah kejantung maupun keseluruh tubuh
5. Dapat menurunkan glukosa darah, mencegah osteoporosis dan penyakit
lainya.
6. Dapat menyegarkan tubuh dan mengembalikan postur tubuh.
7. Dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menyerang tulang
belakang yang meliputi ruas tulang punggung, ruang tulang leher, ruas
tulang pinggang
2.1.3 Gerakan dan Manfaat Senam Ergonomis
1. Gerakan ke-1, Gerakan (Pembuka-Berdiri Sempurna)

a. Tahapan Gerakan Pembuka-Berdiri Sempurna


Berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, tubuh rileks, tangan di
depan dada, telapak tangan kanan diatas telapak kanan kiri, menempel
didada, dengan jari-jari sedikit meregang. Posisi kaki meregang
sehingga mengangkang kira-kira selebar bahu, telapak dan jari-jari
kaki mengarah lurus ke depan. Untuk pemula gerakan ini dilakukan
agak lama sekitar 2-3 menit, akan tetapi kalau sudah terbiasa cukup
30-60 detik.
b. Manfaat Gerakan Pembuka-Berdiri Sempurna
Dengan gerakan sempurna berdiri sempurna, seluruh saraf

7
menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak. Pusat kendali di
seluruh belahan otak bagian kanan kiri, depan belakang, luar dalam
dan atas bawah dipadukan saat itu pada satu tujuan. Saat itu, pikiran
dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar, tubuh
dibebaskan dari beban pekerjaan, berat tubuh ditumpukkan dengan
pembagian beban yang sama pada kedua kakinya.
2. Gerakan Ke-2, (Lapang Dada)

a. Tahapan Gerakan Lapang Dada


Dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai kebawah,
kemudian dimulaidengan gerakan memutar lengan.Tangan diangkat
lurus kedepan, lalu keatas, terus kebelakang dan kembali menjuntai
kebawah.Satu putaran, disambung dengan putaran berikutnya
sehingga seperti baling-baling.Posisi kaki diinjitkan-diturunkan,
mengikuti irama gerakan tangan.Gerakan ini dilakukan 40 kali
putaran.Satu gerakan memutar butuh waktu kira-kira 4 detik, sebagai
gerakan aerobik.
b. Manfaat Gerakan Lapang Dada
Gerakan lapang dada akan mengaktifkan fungsi organ, karena
seluruh sistem saraf menarik tombol-tombol kesehatan yang tersebar
diseluruh tubuh. Putaran lengan adalah sebagaimana putaran generator
listrik sehingga gerakan memutar lengan kebelakang adalah gerakan
membangkitkan biolistrik didalam tubuh sekaligus sirkulasi oksigen
yang cukup, sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya tambahan
energi.

8
3. Gerakan Ke-3, (Tunduk Syukur)

a. Tahapan Gerakan Tunduk Syukur


Dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas, kemudian
badan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang
kuat, tarik, cengkram seakan-akan kita mau mengangkat tubuh
kita.Posisi kaki tetap seperti semula.Pada saat itu kepala mendongak
dan pandangan diarahkan kedepan.Setelah itu kembali keposisi berdiri
dengan lengan menjuntai. Gerakan ini dilakukan 5 kali, umumnya 1
kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jedah
nafas.
b. Manfaat Gerakan Tunduk Syukur
Gerakan ketiga, tunduk syukur adalah gerakan memasok oksigen
ke kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung supaya tegak.
Gerakan ini akan melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah,
paha dan betis. Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan
bagi ibu-ibu hamil yang melakukannya secara rutin. Juga dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menyerang tulang
belakang yang meliputi ruas tulang punggung, ruang tulang leher, ruas
tulang pinggang dan tulang tungging.Bagi mereka yang terkena
penyakit sinusitis dan asma sesaat sesudah melakukan gerakan ini bisa
langsung dirasakan manfaatnya.

9
4. Gerakan Ke-4, (Duduk Perkasa)

a. Tahapan Gerakan Duduk Perkasa


Dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut kelantai, posisi
kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke
depan. Tangan mencengkram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti
mau sujud tetapi kepala mendongak, pandangan ke depan, jadi dagu
hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas)
kemudian kembali keposisi duduk perkasa. Gerakan ini dilakukan 5
kali, umumnya 1 kali gerakan selesai 35 detik ditambah 10 detik untuk
nafas jeda.
b. Manfaat Gerakan Duduk Perkasa
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
keperkasaan. Sujud dengan posisi jari-jari ditekuk. Gerakan sujud ini
akan membuat otot dada dan sela iga menjadi kuat, sehingga rongga
dada menjadi lebih besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik
dan dapat menghisap oksigen lebih banyak. Lutut yang membentuk
sudut yang tepat memungkinkan otot perut berkembang dan mencegah
kegembyoran di bagian tengah.Menambah aliran darah kebagian otot
tubuh, terutama kepala, mata, telinga, dan hidung serta paru-
paru.Memungkinkan toksin-toksin dibersihkan oleh darah, manfaat
mempertahankan posisi “benar” pada janin (bagi ibu hamil),
mengontrol tekanan darah tinggi, serta menambah elastisitas tulang itu
sendiri.

10
Biasanya saat duduk perkasa ada angin yang berputar diperut dan
langsung keluar atau buang angin. Gerakan ini membantu juga bagi
yang sulit buang air besar karena pencernaan akan terbantu.
5. Gerakan Ke-5, (Duduk Pembakaran)

a. Tahapan Gerakan Duduk Pembakaran


Kedua telapak kaki dihamparkan kebelakang, sehingga kita duduk
beralaskan talapak kaki (bersimpuh; duduk sinden).Tangan berkecak
pinggang. Ambil napas dalam-dalam, mulai gerakan seperti akan
sujud sambil membuang nafas sedikit-sedikit dan kepala mendongak ,
pandangan ke depan, dan dagu hampir menyentuh lantai sambil
menahan nafas. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas) kemudian
kembali ke posisi duduk pembakaran sambil membuang nafas
perlahan.Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan
gerakan. Gerakan ini dilakukan 5 kali, umumnya 1 gerakan selesai
dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda.
b. Manfaat Gerakan Duduk Pembakaran
Untuk memperkuat otot pinggang dan memperkuat ginjal, sujud
dengan posisi duduk pembakaran atau dengan alas punggung kaki
akan membakar lemak dan racun didalam tubuh. Saat duduk
pembakaran, tombol pembakaran di punggung kaki diaktifkan. Bagi
mereka yang menderita asam urat, keracunan obat, keracunan
makanan atau kondisi badan yang sedang lemah akan merasakan
seperti terbakar. Gerakan ini sebaiknya dilakukan setiap saat.

11
6. Gerakan Ke-6, (Berbaring Pasrah)

a. Tahapan Gerakan Berbaring Pasrah


Gerakan ini paling berat meskipun kelihatan sepele.Berbaring
dengan tungkai dengan posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati,
mungkin harus dengan cara bertahap, kalau perlu pada awalnya
dengan bantuan alas punggung. Bila sudah rebah, tangan di luruskan
keatas kepala, kesamping kanan kiri maupun ke bawah menempel
badan.Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau bangun,
dengan rileks kepala bisa didongakkan dan digerak-gerakkan
kekanan-kiri. Posisi dan gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai
akan bangun. Gerakan ini cukup satu kali tapi dipertahankan beberapa
menit sekuatnya. Hati-hati juga pada saat akan bangun, pada pemula
biasanya mengalami kesulitan sehingga harus dibantu teman
latihannya. Atau dengan cara lain, bukan bangun dari posisi itu, tetapi
meluruskan lutut kanan-kirisehingga menjadi posisi berbaring lurus
biasa, baru kemudian bangun. Gerakan ini sebaiknya dilakukan
minimal 5 menit, cukup dalam 1 kali gerakan.
b. Manfaat Gerakan Berbaring Pasrah
Duduk telentang dengan posisi kaki dilipat, lengan diatas kepala
dan bertumpu pada punggung atas. Apabila dilakukan dengan
sempurna maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, antaralain
melapangkan dada, sehingga bagi yang menderita asma, akan merasa
lega, melenturkan tulang punggung sehingga seluruh syaraf akan

12
bekerja secara optimal terutama aliran biolistrik sangat cepat. Gerakan
ini juga bermanfaat untuk memperkuat otot betis, otot paha, otot perut,
otot dada dan bagi wanita juga akan mengurangi rasa sakit saat
menstruasi

2.2 Keseimbangan Tubuh


2.2.1 Definisi Keseimbangan Tubuh
Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar Dapat
hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang menjelaskan
kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. Secara garis besar
keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol pusat massa
tubuh atau pusat gravitasi terhadap titik atau bidang tumpu, maupun kemampuan
untuk berdiri tegak dengan dua kaki penting dalam diri seseorang dan sebagai
prekursor untuk inisiasi kegiatan lain hidup sehari-hari, terutama bagi manula.
Sistem pengaturan keseimbangan semakin lama semakin memburuk seiring
dengan bertambahnya usia. Penurunan dalam pengaturan keseimbangan dan gaya
berjalan yang memburuk adalah faktor kunci dalam kejadian jatuh dan masalah
motorik lainnya pada lanjut usia.1 Sayangnya, cedera dan hilangnya nyawa karena
jatuh pada manula adalah faktor yang utama yang dihadapi manula. Perasaan
"takut jatuh" adalah awal penyebab umum aktivitas fisik yang menurun disertai
dengan penurunan kekuatan otot tungkai bawah, yang semakin mengakibatkan
seseorang untuk jatuh lagi.(Supriyono,2015).
2.2.2 Faktor Keseimbangan Tubuh
Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.Faktorinternal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri orang tersebut
misalnya dari lingkungan sekitar.
1. Faktor Intrinsik
a. Usia
Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada
anakanak letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih

13
besar dari kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh
pada keseimbangan tubuh, dimana semakin rendah letak titik berat
terhadap bidang tumpu akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh..
b. Sistem musculoskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi :
1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan dan penurunan hubungan tarikan linear sehingga
terjadi penurunan mobilitas pada jaringan tubuh karena penuaan.
Penuaan menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada
kolagen sehingga terjadi penurunan daya mekanik, daya elastik
dan timbul kekakuan (Timiras & Navazio, 2008).Perubahan pada
kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada
lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kekuatan otot dan penurunan kemampuan bergerak dari duduk ke
berdiri, jongkok dan berjalan, serta terjadi hambatan dalam
melakukan aktivitas setiap hari (Lewis & Bernstein,
1996).Dimana hambatan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas
sehari – hari pada lansia.
2) Kartilago
Karena penuaan jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan akhirnya menjadi rata, sehingga kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung ke arah progesif. Proteoglikan yang merupakan
komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara
bertahap. Kartilago di persendian mengalami kalsifikasi, sehingga
fungsinya sebagai peredam kejut dan permukaan sendi yang
berpelumas menurun, sehingga kartilago pada persendian rentan
terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi
besar penumpu berat badan.Akibat perubahan tersebut sendi

14
mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan
gerak dan terganggunya aktivitas setiap hari (Sri Surini & Utomo,
2002).
3) Tulang
Secara fisiologis penuaan berdampak pada menurunnya
kepadatan tulang.Trabecula longitudinal menjadi tipis dan
trabekula transversal terabsorbsi kembali, sehingga jumlah
spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis.
Perubahan yang lain berupa penurunan estrogen sehingga
produksi osteoklast tidak terkendali, penurunan penyerapan
kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga tulang
keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara
keseluruhannya menyebabkan kekakuan dan penurunan kekuatan
tulang sehingga berdampak munculnya osteoporosis yang
selanjutnya dapat mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur
(Timiras & Navazio, 2008). Kondisi tersebut dapat membatasi
kemampuan dari lansia dan menyebabkan lansia mengalami
gangguan dalam aktivitas fisiknya sehari – hari.
4) Otot
Perubahan struktur otot karena penuaan bervariasi pada
masing – masing orang.Perubahan tersebut meliputi penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, atropi pada beberapa serabut otot
dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain, peningkatan
jaringan lemak dan jaringan penghubung dan lain-lain
mengakibatkan efek negatif.Efek tersebut adalah penurunan
kekuatan, otot penurunan fleksibilitas otot, perlambatan waktu
reaksi dan penurunan kemampuan fungsional.
5) Sendi
Jaringan ikat disekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia
pada lansia mengalami penurunan elastisitas.Ligamen, kartilago
dan jaringan partikular mengalami penurunan daya lentur dan

15
elastisitas.Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago
dan kapsul sendi sehingga sendi kehilangan fleksibilitasnya yang
berdampak pada penurunan luas gerak sendi dan menimbulkan
kekakuan sendi.
6) Sistem Saraf
Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan
respons motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor
proprioseptif, hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
koordinasi dan kemampuan dalam beraktivitas pada lansia.Hal ini
terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia.Akson, dendrit dan badan sel
saraf banyak yang mengalami kematian, sedangkan yang hidup
mengalami perubahan. Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi
antar sel saraf mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan
kehilangan hubungan dengan sel saraf lain. Daya hantar saraf
mengalami penurunan 10 % sehingga gerakan menjadi
lamban.Akson dalam medula spinalis menurun 37 % (Timiras &
Maletta, 2008).Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, refleksi,
proprioseptif, perubahan postur dan peningkatan waktu reaksi.Hal
ini dapat dicegah dengan pemberian latihan koordinasi dan
keseimbangan serta latihan untuk menjaga mobilitas dan postur
(Sri Surini & Utomo, 2012).Latihan untuk menjaga dan
mengoptimalkan kebugaran lansia juga harus diberikan untuk
memaksimalkan kondisi sistem saraf lansia.
7) Sistem kardiovakuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat katup jantung mengalami fibrosis.Sinoatrial
node (SA node) dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat.Kemampuan arteri dalam menjalankan fungsinya berkurang

16
sampai 50%.Pembuluh darah kapiler mengalami penurunan
elastisitas dan permeabilitas.Terjadi perubahan fungsional berupa
kenaikan tahanan vaskular sehingga menyebabkan peningkatan
takanan sistole dan penurunan perfusi jaringan (Timiras &
Navazio, 2008).Curah jantung (cardiac output) menurun akibat
penurunan denyut jantung maksimal dan volume
sekuncup.Respon vasokontriksi untuk mencegah terjadinya
penumpukan darah (poling of bload) menurun, sehingga respon
terhadap hipoksia menjadi lambat.Konsumsi oksigen pada tingkat
maksimal (VO2 maksimum) berkurang, sehingga kapasitas vital
paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2
maksimum, mengurangi tekanan darah dan berat badan (Timiras
& Navazio, 2008 ).
8) Sistem Indera
Semua sistem indera yang berhubungan dengan
keseimbangan statik dan dinamik akan menurun bersamaan
dengan menurunnya usia, seperti penglihatan (visual) dan
vestibular. Perubahan pada sistem penglihatan (visual)
menyebabkan cahaya yang dihantar ke retina berkurang sehingga
ambang visual meningkat dan daya adaptasi terang-gelap
menurun, ketajaman penglihatan serta jarak pandang
menurun.Penurunan tajam penglihatan pada lansia disebabkan
oleh katarak, degenerasi makuler dan penglihatan perifer yang
menghilang.Pada sistem vestibular terjadi degenerasi sel-sel
rambut dalam makula dan sel saraf. Karena kondisi tersebut lansia
akan kesulitan memperkirakan jarak dan memposisikan kepala
pada garis keseimbangan sehingga sering terjadi gangguan
keseimbangan fungsional pada lansia (Sri Surini & Utomo, 2009).
9) Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kekuatan suatu otot atau group otot
yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang

17
maksimum.Kekuatan otot diperlukan saat melakukan
aktivitas.Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari
adanya suatu peningkatan tegangan otot sebagai respon
motorik.Kekuatan otot dapat dijabarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban baik berupa beban internal (internal force)
maupun beban eksternal (external force).Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk melakukan
kontraksi, sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktivasi,
maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut
(Irfan, 2012).Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus
adekuat agar bisa menggerakan anggota gerak bawah untuk
melakukan gerakan fungsionalnya (Nugroho, 2011).
2. Faktor Ekstrinsik
a. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko jatuh adalah
penerangan yang tidak baik, lantai yang licin dan basah, tempat
berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang, dan alat – alat
atau perlengkapan rumah yang tidak stabil
b. Latihan atau Aktivitas Fisik
Salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk memperbaiki
faktor fisiologis yang menyebabkan kejadian jatuh adalah program
latihan fisik. Latihan fisik dapat didefinisikan sebagai sebuah tipe
aktivitas yang direncanakan, terstruktur dan berupa gerakan tubuh
yang berulang – ulang yang dilakukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik
(WHO,2017).
2.2.3 Alat Ukur Berg Balance Scale Test
1. Definisi Berg Balance Scale Test
Berg balance scale test dikembangkan untuk mengukur keseimbangan
penurunan fungsi dengan menilai pelaksanaan tugas fungsional. Tes ini

18
digunakan untuk mengukur kemampuan keseimbang. Berg balance scale
umumunya dianggap sebagai standar emas untus tes keseimbangan
fungsional. Tes ini sangat cocok untuk melakukan tindakan evaluasi,
efektivitas, intervensi dan kuantitatif. Srocing sebuah skala lima poin,
mulai 0-4 “0” menunjukan tingkat terendah dan .“4” tingkat tertinggi.
2. Cara PengitungBerg Balance Scale
a. Duduk kemudian bediri
Instruksi : silakan berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan
anda untuk membantu berdiri.
0 : membutuhkan bantuan moderat atau maksimal untuk
berdiri
1 : tidak bisa dengan menutup mata selama 3 detik tetapi
mempu berdiri tegak
2 : mampu berdiri selama 3 detik.
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan.
4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
b. Berdiri tanpa support
Instruksi : silakan merapatkan kaki dan berdiri tanpa penganggan
selama 2 menit.
0 : tidak dapat betahan 30 detik tidak didukung
1 : perlu beberapa mencoba untuk berdiri 30 detik tidak
didukung
2 : mampu bertahan 30 detik tidak didukung
3 : mampu bertahan 2 menit dengan pengawasan
4 : mampu bertahan dengan aman selam 2 menit
#jika subjek mampu bertahan selama 2 menit tidak didukung, nilai
poin penuh untuk duduk tidak didukung. Lanjut ke item #4
c. Duduk tidak didukung
Instruksi : silakan duduk dengan tangan dilipat
0 : tidak dapat duduk tanpa dukungan 10 detik
1 : mampu duduk selama 10 detik

19
2 : mampu duduk selama 30 detik
3 : mampu duduk selama 2 menit di bawah pengawasan
4 : bisa duduk dengan aman selama 2 menit
d. Berdiri untuk duduk
Instruksi : silakan duduk
0 : butuh bantuan untuk duduk
1 : duduk secara independen namun memiliki keturunan yang
tidak terkendali
2 : menggunakan punggung kaki melawan kursi untuk
mengendalikan keturunan
3 : mengendalikan keturunan dengan menggunakan tangan
4 : duduk dengan aman dengan penggunakan tangan minimal
e. Perpindahan
Intruksi : memindahkan kursi. Mintalah subjek untuk memindahkan
satu arah kursi dengan sandaran tangan dan satu arah ke
tempat duduk tanpa sandaran tangan.Anda bisa
menggunakan dua kursi (satu dan satu tanpa sandaran
tangan) atau tempat tidur dan kursi.
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau
mengawasi agar aman
1 : membutuhkan satu orang untuk membantu
2 : dapat melakukan transfer dengan verbal dan / pengawasan
3 : mampu mentransfer dengan aman kebutuhan pasti tangan
4 : dapat mentransfer dengan aman dengan sedikit
penggunaan tangan
f. Berdiri dengan mata tertutup
Instruksi : tolong tutup mata anda dan diamkan selama 10 menit
0 : butuh pertolongan agar tidak jatuh
1 : tidak dapat menahan mata 3 detik tapi tetap aman
2 : mampu bertahan 3 detik
3 : mempu betahan selama 10 detik dengan pengawasan

20
4 : mampu bertahan selama 10 detik dengan aman
g. Berdiri dengan kaki besama-sama
Instruksi : letakan kaki anda bersama dan bediri tanpa berpegangan
0 : perlu bantuan untuk mencapai posisi dan tidak tahan
selama 15 detik
1 : butuh bantuan untuk mencapai posisi namun mampu
bertahan 15 detik kaki bersama
2 : mampu menempatkan kaki secara mandiri namun tidak
mampu menahannya selama 30 detik
3 : mampu menempatkan kaki secara mandiri dan bediri 1
menit dengan pngawasan
4 : mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri 1
menit dengan aman
h. Mencapai ke depan dengan lengan terentang
Instruksi : angkat lengan hingga 90°. Peregangan jari-jari anda dan
meraih ke depan sejauh yang anda bisa. (pemeriksa
menempetkan penggarris di ujung jari saat lengan berada
pada suhu 90°. Jari-jari tidak boleh menyentuh penggaris
saat mencapai kedepan. Ukuran yang direkan adalah jarak
ke depan yang jari- jarinya saat subjek berada pada posisi
paling depan. Mungkin, mintalah untuk menggunakan
kedua lengan saat mencapai untuk menghidari rotasi
bagasi).
0 : kehilangan keseimbangan saat mencoba/ membutuhkan
dukungan dari luar
1 : mampu maju tapi membutuhkan pengawasan
2 : bisa mencapai depan 5cm
3 : bisa maju 12cm
4 : bisa mencapai ke depan dengan percaya diri 25cm

21
i. Mengambil benda dari lantai
Instruksi : angkat sandal / sepatu yang ada di depan kaki anda
0 : tidak dapat mencoba / membutuhkan bantuan agar tidak
kehilangan keseimbangan atau terjatuh
1 : tidak dapat mengambil dan membutuhkan pengawasan
saat mencoba
2 : tidak dapat mengambil tapi mencapai 2-5 cm dari sandal
dan menjaga keseimbangan secara mandiri
3 : mampu menjemput sandal tapi perlu pengawasan
4 : mampu menjempu sandal dengan aman dan mudah
j. Balik untuk melihat kebelakang
Intruksi : belok untuk melihat langsung di belakang anda ke arah
bahu kiri. Ulangi ke kanan, (pemeriksaan dapat memilih
objek untuk melihat lengsung di belakang subjek untuk
mendorong putarang yang lebih baik).
0 : perlu di bantu agar tidak kehilangan keseimbangan atau
terjatuh
1 : membutuhkan pengawasan saat berpaling
2 : belok ke samping hanya tapi tetap seimbang
3 : terlihat di belakang satu sisi hanya sisi lain yang
menunjukkan sedikit pengeseran berat badan
4 : mampu mengambil dengan mudah
k. Berputar 360 derajat
Intruksi : berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi
dengan arah yang berlawanan
0 : membutuhkan bantuan untuk berputar
1 : membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal
2 : mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang
lambat
3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama 4
detik atau kurang

22
4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik
atau kurang
l. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika
berdiri tanpa bantuan
Intuksi : tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah
pijakan. Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan
selama 4 kali.
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak
mampu melakukan
1 : mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal
2 : mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
3 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan >20
detil
4 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan
dalam 20 detik
m. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainya
Intruksi : tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainya. Jika
merasa tidak bias, cobalah melangkah sejauh yang anda
bias
0 : kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri
1 : membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu
menahan selama 15 detik
2 : mampu melangkah kecil dan menahan selama 30 detik
3 : mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik
4 : mampu menempatkan kedua kaki dan menahan selama 30
detik
n. Berdiri dengan satu kaki
Intruksi : berdirilah dengan satu kaki semampu anda tanpa
berpegangan
0 : tidak mampu mencoba

23
1 : mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan
selama 3 detik tetapi dapat berdiri mandiri
2 : mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
3 : mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik
4 : mampu mengangkat kaki dan menahan >10
Kriteria BBT :
0-20 = Klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan
alat bantu jalan berupa kursi roda
21-40 = Klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu
menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan
walker
41-56 = Klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan
alat bantu jalan

2.3 Konsep Lansia


2.3.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Batasan
lansia menurut World Health Organization (WHO) dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu: usia pertengahan antara 45-59 tahun, lansia lanjut usia antara 60-74 tahun,
lansia sangat tua (very old) = lebih dari 90 tahun.Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk
melakukan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan
dalam hidup.
2.3.2 Ciri-ciri lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentangkesehatan)
2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptive

24
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
1. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
2. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
3. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
4. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic
2.3.3 Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya menurut
(Santoso, 2009) :
1. Perubahan kondisi fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering
ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah,
kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas,
pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki
bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur,
sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi
penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing.
2. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional
sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidakaman dan
cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak

25
berguna lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap
perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu
yang bersangkuatan.
4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran
pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak
mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila
tidak ada penyakit yang menyertai.
5. Perubahan spiritual
Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin
terintegrasi dalam kehidupannya.

26
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep adalah kerangka pengaruh antara konsep – konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian – penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2010)

Senam Lansia
Ergonomis Faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh:
Faktor Intrisik:
FaktorUsia.
SistemMuskuloskeletal
Sistem Saraf.
Keseimbangan Sistem Kardiovaskuler.
Tubuh Sistem Indera.
KekuatanOtot
Faktor Ekstrinsik
Lingkungan
AktifitasFisik.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Senam Ergonomis dengan Keseimbangan tubuh

Keterangan :
= Tidak di teliti

= Diteliti

= Di Pengaruhi
= Hubungan
.
Dapat dijelaskan mekanisme pengaruh senam ergonomis terhadap
keseimbangan tubuh pada lansia. Ada dua faktor yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh pada lansia yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intriksik yaitu usia, penurunan system muskulooskeletal, penurunan system saraf,
penurunan system vestibular dan penurunan system musculoskeletal, penurunan
kekuatan otot. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu faktor lingkungan dan aktifitas
fisik. Dari penurunan tersebut dapat dilakukan senam ergonomis.

27
3.2 Hipotesa
Berdasarkan urain pada latar belakang masalah serta menurut pendapat
peneliti, maka rumusan H1 pada penelitianini : ada pengaruh senam ergonomis
terhadap keseimbangan tubuh pada lansia di Posyandu Kelurahan Sampung
Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan 2019.

28
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
group pre test and post test design , dimana pada penelitian ini membandingkan
hasil intervensi program senam Ergonomis pada kelompok eksperimen yang
sampelnya di observasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan kemudian
setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi kembali.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 Skema Penelitian one group pre test with control Group Design
Subyek Pra Perlakuan Pasca-tes
P O1 X O2
Keterangan :
P : Perlakuan
O1 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pre test)
X : Perlakuan (Senam Ergonomis)
O2 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (post test)

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia yang terdaftar dan di Posyandu Lansia Kecamatan Kawedanan
Kabupaten Magetan sejumlah 40 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2012).Sampel dalam penelitian ini
yang memenuhi criteria inklusi dan yang hadir di posyandu lansia di Kecamatan

29
Kawedanan Kabupaten Magetan. Rumus jumlah sampel didalam penelitian ini
yaitu menggunakan rumus dari Federer (1963), Rumus :
(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
(n – 1) x (2 – 1) ≥ 15
n – 1 ≥ 15 n ≥ 15 + 1 n ≥ 16
Maka hasil dari sampel dengan hitungan rumus yang didapatkan adalah
minimal n = 16 sampel responden. Koreksi atau penambahan jumlah sampel
diperlukan berdasarkan prediksi sampel drop out dari peneliti. Rumus yang
digunakan untuk koreksi jumlah sampel yaitu :
n 1 16 16
n1 = n = n1 ¿ n1 =17,7 n1 = 18
f 1−0,1 0,9
Keterangan :
n1 = ukuran sampel untuk mengatasi drop out
n = ukuran sampel asli
1–f = perkiraan proporsi drop out, yang diperkirakan 10% (f = 0,1)
Maka sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dari rumus
drop out adalah 18 sampel.
4.2.3 Kriteria Sampel
Kriteria dalam menentukan sampel dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu
inklusi dan eklusi (Nursalam, 2017).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :
a. Lansia (orang-orang yang berusia 60 – 75 tahun) yang hadir saat
dilaksanakan penelitian.
b. Dapat merentangkan tangan dengan sempurna
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian, seperti halnya adanya hambatan etis, menolak

30
menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi
dalam penelitiaan ini adalah:
a. Pernah atau sedang mengalami gangguan muskuloskeletal berat
(fraktur, penyakit sendi, dan operasi dalam satu tahun terakhir)
dan menggunakan alat bantu berjalan
b. Pernah atau sedang mengalami stroke
c. Menderita cacat fisik pada ekstrimitas atas dan bawah

4.3 Teknik Sampling


Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai tehnik sampling
yang digunakan (Sujawarni, 2014). Tehnik sampling pada penelitian ini adalah
menggunakan simple random sampling. Pemilihan sampel dengan cara ini
merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Dengan pemilihan sampel ini
bahwa setiap subur dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau
tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini mengumpulkan data
nama yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian nama-nama tersebut diacak.
Setelah nama keluar satu – persatu sampai sampel terpenuhi sejumlah 18 orang.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian


Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subjek
penelitian), variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam
penelitian (Hidayat, 2007). Kerangka kerja pada penelitian ini adalah :

31
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota posyandu
lansia berusia 60-75 tahun yang berjumlah 40 responden.

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota posyandu
lansia berusia 60-75 tahun berjumlah 18 responden.

Teknik Sampling
Random Sampling

Desain Penelitian
eksperimental (one group pre- post test design)

Pengumpulan Data
Lembar observasi

Pretest
Intervensi
Posttest

Pengolahan Data
Editing, Coding,Entry, Cleaning, Tabulating

Analisis
wilcoxon signed ranks test

Hasil dan Kesimpulan

Laporan

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012).

32
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
menjadi sebab atau berubahnya dependent variable (Notoatmodjo,
2012). Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah senam
ergonomis.
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh atau yang
menjadi akibat adanya variabel bebas dan variabel ini sering disebut
respon output (Notoatmodjo, 2012). Variabel dependen pada
penelitian ini adalah keseimbangan tubuh.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi operasional
penelitian yang digambarkan
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel Pengaruh Senam Ergonomis
terhadap Keseimbangan Tubuh pada Lansia

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Operasional Ukur Data
Independent Beberapa 1. Pembuka- SOP - -
Senam gerakan Berdiri
Ergonomis seperti Sempurna
gerakan 2. Lapang
sholat yang Dada
dapat 3. Tunduk
dilakukan Syukur
oleh lansia 4. Duduk
pada Perkasa
kegiatan 5. Duduk
senam Pembakaran
Posyandu 6. Berbaring
lansia Pasrah
Kelurahan
Sampung
Dependent Keseimbang 1.Senam Berg Ordinal 0-20 = Klien
Keseimbang an sebagai dilakukan 2 Balance memiliki risiko
an Tubuh kemampuan kali dalam 1 Scale jatuh tinggi
untuk minggu, Test(201 dan perlu
mengontrol selama 2 5) menggunakan
pusat massa minggu. alat bantu jalan
tubuh atau 2.Durasi 8-10 berupa kursi
pusat menit roda
gravitasi 21-40 = Klien
terhadap memiliki risiko
titik tumpu, jatuh sedang

33
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Operasional Ukur Data
maupun dan perlu
kemampuan menggunakan
untuk berdiri alat bantu jalan
tegak seperti tongkat,
dengan dua kruk, dan
kaki yang walker
penting 41-56= Klien
dalam diri memiliki risiko
seseorang. jatuh rendah
dan tidak
memerlukan
alat bantu jalan
1. Rendah : 1
2. Sedang : 2
3. Tinggi : 3

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar mempermudah peneliti dan hasilnya lebih baik
(Notoatmodjo, 2012). Instrumen harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar dokumentasi dan
lembar observasi yang berisikan data responden dan hasil pengamatan selama
penelitian. Sebelum mengisi instrumen, responden diminta kesediannya dan diberi
inform consent. Alat ukur/instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : Kuesioner Berg Balance Scale

4.7 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu Lansia Kecamatan
Kawedanan Kabupaten Magetan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
November – Desember 2019.
4.8 Prosedur Penelitian
1. Perijinan Penelitian
Pada saat meminta data awal, peneliti membawa surat dari
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun untuk diajukan kepada kepala
puskesmas Sampung Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
Setelah itu, peneliti melakukan pendataan pada pasien yang aktif di

34
Posyandu Lansia Kelurahan Sampung Kabupaten Magetan. Setelah
mendapatkan data dan perijinan tersebut, peneliti mendatangi rumah
pasien yang akan dijadikan responden untuk memberikan penjelasan
kepada responden tentang prosedur, tujuan, dan manfaat dari
penelitian serta peneliti juga memberikan informed consent kepada
calon responden untuk ditanda tangani bila responden setuju untuk
dijadikan responden pada saat penelitian.
2. Pra Eksperimen (sebelum intervensi)
Peneliti akan mendatangi Posyandu Lansia dan melakukan
pengukuran pada lansia yang ada pada saat itu. Pengukuran dilakukan
di Posyandu Lansia pada pagi hari pada jam 08.00 WIB sampai
dengan selesai dan pada saat pengukuran obserfer dibantu oleh teman
– teman berjumlah 5 orang.
3. Eksperimen/ Perlakuan
Pada penelitian ini, peneliti mulai melakukan intervensi pada
responden (intervensi) yang awalnya dengan menggelar tikar dan
member pengarahan pengarahan tentang gerakan gerakan senam yang
akan dilakukan oleh responden, yaitu ada 6 gerakan. Dilakukan
selama 2 minggu dalam 1 minggu melakukan senam 1 kali.
4. Post Eksperimen (Setelah Intervensi)
Setelah 2 minggu diberikan intervensi, peneliti melakukan
pengukuran kedua untuk memastikan keseimbangan tubuh pada
responden.. Waktu untuk pengukuran keseimbangan tubuh dilakukan
pada pukul 08.00 WIB.

4.9 Teknik Analisa Data


4.9.1 Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolah data menggunakan software statistik.
Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi :
1. Editing

35
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data-data yang belum
lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang
melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,
maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukan
dalam pengolahan “data missing”.
2. Coding
Coding adalah peng”kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan
(Notoatmodjo, 2012). Coding yang akan digunakan didalam penelitian
ini adalah :
a) Jenis Kelamin
1) Laki – laki : 1
2) Perempuan : 2
b) Pendidikan
1) Tidak sekolah : 1
2) SD : 2
3) SMP : 3
4) SMA : 4
5) Perguruan Tinggi : 5
c) Kriteria Berg Balance Scale
1) Rendah : 1
2) Sedang : 2
3) Tinggi : 3

3. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitan atau yang diinginkan peneliti.
4. Data Entry

36
Pemprosesan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Proses ini
memasukkan data dalam bentuk kode ke dalam program komputer.
5. Cleaning
Cleaning disebut juga pembersihan data. Apabila semua data dari
setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek
kembali untuk melihat kemungkinan – kemungkinan adanya
kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
4.9.2 Analisa Data
Hasil pemeriksaan nilai keseimbangan tubuh yang terkumpul dianalisis
menggunakan program statistik.
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-
variabel yang dikumpulkan selama proses penelitian.
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada dua variable yang diduga
berhubungan atau berkolerasi. Metode analisis statistic yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wilcoxon signed ranks test.
Dalam mengetahu perbedaan pengisian kuesioner pada saat pre-test
dan post-test kelompok eksperimen digunakan teknik analisis data
wilcoxon signed ranks test. wilcoxon signed ranks test merupakan
salah satu uji teknik nonparametrik untuk mengukur signifikansi
perbedaan antara dua kelompok data berpasangan.

Adapun syarat-syarat penggunaan uji wilcoxon signed ranks test,


sebagai berikut :
a. Jumlah sampel penelitian sedikit, kurang dari 30 sampel.
b. Digunakan data berpasangan dengan skala ordinal atau interval.

37
Untuk dasar pengambilan keputusan uji wilcoxon signed ranks
test, sebagai berikut :
a. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari <0.05, maka Ha
diterima.
b. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari > 0.05, maka Ha
ditolak.
Teknik analisis data hitung ini dengan menggunakan bantuan
program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20.

4.10 Etika Penelitian


Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subyek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Penelitian hamper 90% subyek
yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti ahrus memahami prnisip –
prinsip etika penelitian. Adapun hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan
melanggar hak – hak otonomi manusia yang kebetulan sebagai klien. Peneliti
sering memperlakukan subjek ahrus menurut dengan semua anjuran yhang telah
diberikan.Padahal kenyataannya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip –
prinsip etika penelitian.
1. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For
Human Dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan
penelitian tersebut. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat
dan martabat subjek penelitian, maka peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (inform concent).

2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian


(Respect For Privacy And Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

38
lain. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mencantumkan identitas dan
kerahasiaan subjek.
3. Keadilan Dan Keterbukaan (Respect For Justice And
Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil juga perlu dijaga oleh peneliti
dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Oleh sebab itu,
lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip
keadilan ini menjelaskan bahwa setiap subjek mempunyai keuntungan
yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, etnis, agama, dan lain
sebagainya.
4. Memperhitungkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan
(Balancing Harms And Benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya mampu meminimalkan dampak yang
bisa merugikan subjek penelitian seperti mengurangi rasa sakit, cidera,
stress, dan maupun kematian subjekpenelitian.
5. TanpaNama (Anonimity)
Didalam sebuah penelitian, peneliti tidak perlu menuliskan nama
responden secara lengkap, misalnya pada saat pengisian lembar
observasi peneliti hanya menulis nama inisial dari responden tersebut
atau dapat menggunakan kode angka.

DAFTAR PUSTAKA

Astriyana, Sevy. 2012. Pengaruh Latihan Keseimbangan terhadap Penurunan


Risiko Jatuh pada Lansia. Naskah Publikasi Skripsi. Surakarta : Unversitas
Muhammadiyah Surakarta.

39
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Diakses: 10 Mei
2016, http://www.bps.go.id.

Dahlan, Sopiyudin M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.


Jakarta: Salemba Medika.

Giriwijoyo, S. dan Sidik, D.Z. (2013). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga):
Bandung: Remaja Rosdakar

Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data,.
Penerbit Salemba medika

Irwan, 2016. Efektifitas Senam Ergonomik terhadap Stabilitas Tekanan Darah


pada Lansia yang mengalami Hipertensi di Panti Tresna Werdha Sinta
Rngkang Palangka Raya. Naskah Publikasi Skripsi.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2016.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Nisa Amaliana (2016). Pengaruh senam Ergonomis Terhadap Keseimbangan


Tubuh Pada Lansia di Posyandu Lansia Palbapang Bantul Yogyakarta.

Riskesdas, 2018 . Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur : Kementrian
Kesehatan.

Riskesdas.2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Lembaga Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan Nasional.Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional. Republik Indonesia : Kementrian Kesehatan.

Sagiran, 2013. Mukjizat Gerakan Sholat,Jakarta: Qultum Media.

Supriyono, E. 2015.Aktivitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Risiko Jatuh


pada Lansia. Jurnal Olahraga Prestasi Vol. 11(2)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Suhartati, C. 2013. “Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia yang Mengikuti Senam
dengan yang Tidak Mengikuti Senam”. STIKES ‘ Aisyiyah Yogyakarta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Tuti.(2011). Proporsi dan Faktor Risiko Kejadian “Jatuh” Pada Lansia Di Panti

40
Sosial Tresna Wredha Unit Abiyoso, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Wratsongko, M. 2008. Sholat Jadi Obat. Jakarta, Elex Media Komputindo,Jakarta.

41
Lampiran 1
SURAT IZIN PENGEMBALIAN DATA AWAL

42
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Afif Rohman
Nim : 201602001
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Pengaruh Senam Ergonomis
terhadap Keseimbangan Tubuh pada Lnasia Di Desa Sampung Kecamatan
Kawedanan Kabupaten Magetan”. Sehubungan dengan ini, saya mohon
kesediaan saudara/i untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga
dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terimakasih.

Madiun, 2020
Peneliti

Afif Rohman
201602001

43
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan, dan tidak adanya resiko dalam penelitiaan yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Afif Rohman berjudul Pengaruh Senam Ergonomis terhadap
Keseimbangan Tubuh pada Lansia Di Desa Sampung Kecamatan Kawedanan
Kabupaten Magetan ”. Saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan
ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu ssaya
akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.

Peneliti, Responden,

(Afif Rohman) ( )
NIM. 201602001

44
Lampiran 3
SOP SENAM ERGONOMIS

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


SENAM ERONOMIS

1 PENGERTIAN Senam ergonomik adalah teknik senam untuk


mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan dalam sistem saraf, dan aliran darah,
memaksimalkan supply oksigen ke otak, membuka
sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanasan
tubuh, sistem pembakaran
asam urat, dan lain sebagainya.
2 TUJUAN a. Mengoptimalkan suplai darah dan oksigen ke otak,
sehingga fungsi organ paru, jantung, ginjal, lambung,
usus, dan liver.
b. Meningkatkan kemampuan memori.
c. Meningkatkan kemampuan sistem syaraf
d. Mobilisasi sendi, jaringan lunak.
e. Mengurangi nyeri sendi.
f. Menurunkan kadar asam urat.
g. Mengembalikan atau membetulkan posisi dan
kelenturan sistem saraf dan aliran darah.
3 PERSIAPAN PASIEN a. Perkenalkan diri anda dan identifikasi klien dengan
memeriksa identitas klien dengan cermat.
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan pada klien untuk
bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
c. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
d. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
4 PERSIAPAN ALAT Alas lantai, laptop, kamera digital, video
DANMEDIA senam ergonomik.
5 LANGKAH – LANGKAH
a. Gerakan ke – 1 putaran energi inti
Duduk bersimpuh dengan punggung kaki sebagai alas, dua lengan lurus ke
depan, selanjutnya pergelangan tangan di putar mulai dari depan dada hingga ke
atas kepala sebanyak 60 putaran; kemudian putaran pergelangan tangan tangan
ke arah luar sebanyak 60 putaran. Saat putaran berakhir, ambil nafas lalu tahan.
Dua lengan lalu digerakkan ke belakang melewati dua pinggang hingga dua
lengan lurus dengan telapak tangan menghadap ke atas. Badan dibungkukkan ke
depan, wajah ditengadahkan sampai terasa darah berjalan dari punggung ke
wajah (wajah tampak kemerahan). Jika sudah maksimal, maka nafas
dihembuskan secara perlahan dengan rileks.

45
b. Gerakan ke – 2 menyeimbangkan otak kanan – kiri
Posisi duduk simpuh dengan lima jari kaki ditekuk pada ujung jarinya
(sebagai tumpuan) atau duduk pembakaran, kemudian bernafas dengan rileks.
Pergelangan tangan diputar ke arah dalam (ke arah pinggang) lalu ke arah luar.
Tangan sejajar dengan mata, telapak tangan menghadap ke atas. Dimulai dengan
kanan, lalu ke kiri. Masing – masing 5 kali. Lakukan putaran sebaliknya sampai
kembali ke posisi awal. Bayangkan membuat angka “8” (seperti tari piring).
Setelah dua – duanya, lakukan secara bersamaan sebanyak 10 kali.
c. Gerakan ke – 3 lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang secara maksimal, rasakan
keluar masuk nafas dengan rileks. Saat kedua tangan berada di atas kepala, jari
kaki jinjit.
d. Gerakan ke – 4 tunduk syukur
Dimulai dari gerakan berdiri tegak, lalu menarik nafas dalam secara rileks,
lalu tahan nafas sambil membungkukkan badan ke depan (nafas dada)
semampunya. Kedua tangan berpengangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik. Wajah menengadah sampai terasa tegang/ panas. Saat
melepaskan nafas, lakukan secara rileks.
e. Gerakan ke – 5 duduk perkasa
Menarik nafas dalam (nafas dada) lalu tahan sambil badan membungkuk
dan kedua tangan betumpu pada paha. Wajah menengadah sampai terasa tegang/
panas. Saat posisi membungkuk, pantat tidak menungging.
f. Gerakan ke – 6 sujud syukur
Posisi duduk simpuh dengan kedua tangan menggenggam pergelangan kaki,
tarik nafas dalam (nafas dada) sambil badan membungkuk sampai punggung
terasa tertarik, wajah menengadah sampai terasa panas, pantat jangan sampai ikut
menungging, lepaskan nafas dengan rileks dan perlahan.
g. Gerakan ke – 7 berbaring pasrah
Posisi kaki duduk simpuh dilanjutkan dengan berbaring pasrah. Punggung
menyentuh lantai, dua lengan lurus di atas kepala, nafas rileks dan dirasakan
(nafas dada), perut mengecil.

6 EVALUASI
a. Evaluasi hasil yang dicapai.
b. Beri reinforcement positif pada klien.
c. Kontrak pertemuan selanjutnya.
d. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
7 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien harus selalu dikaji untuk mengetahui
keadaan klien selama prosedur.

46
Lampiran 4

Lembar Observasi

No. No Sebelum H+3 Sesudah Keterangan


Responden (Pre) Intervensi (Post)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

47

Anda mungkin juga menyukai