Anda di halaman 1dari 41

KASUS 4: AGREGAT DEWASA

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu: Ns. Ritanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
Sanaya Azizah Puteri 1710711079
Tiara Fadjriyaty 1710711081
Refiana Gunawan 1710711083
Siti Lutfia Awanda 1710711084
Mutiara Tobing 1710711085
Annisa Hilmy Nurafifah 1710711087
Dinda Triananda 1710711089

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Kasus: Agregat Balita ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa


hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 27 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I TINJAUAN TEORITIS................................................................................4

A. Pengertian Dewasa........................................................................................4

B. Klasifikasi.....................................................................................................4

C. Masalah Kesehatan.......................................................................................4

D. Prevalensi Masalah Kesehatan....................................................................13

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................20

A. Kasus...........................................................................................................20

B. Pengkajian...................................................................................................21

C. Data Fokus..................................................................................................23

D. Analisa Data................................................................................................27

E. Prioritas Masalah.........................................................................................29

F Diagnosa Keperawatan...............................................................................30

G. Intervensi Keperawatan...............................................................................30

H. Peran Perawat..............................................................................................33

I. Fungsi Perawat Komunitas.........................................................................36

J. Kebijakan Pemerintah.................................................................................37

BAB III PENUTUP...............................................................................................42

A. Simpulan.....................................................................................................42

B. Saran............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

3
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dewasa
Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru.
Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah
“adult” yang berasal dari kata kerja bahasa latin, seperti halnya istilah
“adolesene-adolescere” yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”.
Dalam konteks lain, “adult” berasal dari kata kerja adultus dapat
diartikan “ telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau
telah menjadi dewasa”.
Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan siap menerima kedudukan
dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. (Rosleney Mariani,
2015)
.
B. Klasifikasi
Kategori umur dewasa menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2009 yakni sebagai berikut:
1. Masa Dewasa Akhur : 36-45 Tahun
Masa seseorang sedang dalam baik dan buruk menjalani
kehidupan. Munculnya banyak masalah dan bagaimana seseorang
itu menyelesaikan.
2. Masa Lansia Awal : 46-55 Tahun
3. Masa peralihan menjadi tua, menurunan jumlah hormon pada
tubuh. Dan fungsi organ juga menurun.

C. Masalah Kesehatan

4
1. HIV/ AIDS
a. Pengertian
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan
sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan
tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan
berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
b. Klasifikasi
1) HIV stadium 1
Pada tahap ini pengidap HIV akan terlihat normal, seperti
orang sehat biasa pada umumnya, sehingga banyak yang
tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus
HIV. Pada stadium ini penderita tidak menunjukkan gejala,
tetapi ada pembesaran kelenjar getah bening
2) HIV stadium 2
Pada tahap ini daya tahan tubuh mulai menurun. Gejalanya
berupa:
 Penurunan berat badan 10%
 Infeksi saluran nafas atas yang sering kambuh seperti
sinusitis, bronchitis radang telinga tengah (otitis media),
radang tenggorokan
 Radang pada mulut dan stomatitis (sariawan)
 Gatal pada kulit
 Infeksi jamur pada kuku dan jari
3) HIV stadium 3
Gejala yang timbul pada tahap ini cukup khas sehingga kita
bisa mengarah pada dugaan diagnosis infeksi HIV/AIDS.

5
Pasien biasanya lemah dan menghabiskan waktunya 50% di
tempat tidur. Gejala pada stadium 3 yaitu:
 Demam lebih dari 1 bulan
 Diare lebih dari 1 bulan
 Penurunan berat badan 10%
 Infeksi jamur di mulut ( candidiasis oral )
 TB paru
 Radang mulut akut nekrotik, ganggivitis (radang gusi)
 Hasil pemeriksaan darah menunjukkan turunnya sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit
4) HIV stadium 4
Stadium ini disebut juga AIDS. Pada fase ini dicirikan
dengan jumlah CD4 yang kurang dari 200. Gejala nya
ditandai dengan
 Pasien menjadi kurus kering dan tidak bertenaga
 Pneumonia berat
 Infeksi herpes simplex kronis yang lebih dari 1 bulan
 Penyakit TB di luar paru-paru
 Kandidiasis
 Sarcoma kaposi
c. Penyebab
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV).
HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4.
Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi.
Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula
sistem kekebalan tubuh seseorang. Penularan HIV terjadi saat
darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi
masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui
berbagai cara, antara lain:
 Hubungan seks

6
Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV
juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan
lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka
di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau
sariawan.
 Berbagi jarum suntik
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV,
adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular
HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat
membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.
 Transfusi darah
Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor
darah dari penderita HIV.
d. Tanda dan gejala
1) Pembesaran getah bening
2) Penurunan berat badan 10%
3) Infeksi saluran nafas atas yang sering kambuh seperti
sinusitis, bronchitis radang telinga tengah (otitis media),
radang tenggorokan
4) Radang pada mulut dan stomatitis (sariawan)
5) Gatal pada kulit
6) Infeksi jamur pada kuku dan jari
7) Demam lebih dari 1 bulan
8) Diare lebih dari 1 bulan
9) Infeksi jamur di mulut ( candidiasis oral )
10) TB paru
11) Pneumonia
12) Radang mulut akut nekrotik, ganggivitis (radang gusi)
13) Hasil pemeriksaan darah menunjukkan turunnya sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit
14) Pasien menjadi kurus kering dan tidak bertenaga

7
15) Pneumonia berat
16) Infeksi herpes simplex kronis yang lebih dari 1 bulan
17) Penyakit TB di luar paru-paru
18) Kandidiasis
19) Sarcoma Kaposi

2. DBD
a. Definisi
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD)
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue. Virus
ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang hidup di wilayah tropis dan
subtropis.
b. Penyebab
Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang
dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus
tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan
nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai
sore menjelang petang.
c. Tanda gejala
Gejala demam berdarah, antara lain adalah demam, nyeri
perut, muntah, dan tubuh lemas. Penderita demam berdarah juga
mengalami perdarahan, seperti pada hidung, gusi, atau di bawah
kulit, sehingga tampak seperti memar. Darah juga bisa terdapat
dalam urine, feses, atau muntah. Segera cari pertolongan medis,
bila timbul sesak napas atau keringat dingin.
Sedangkan demam dengue adalah bentuk ringan dari
infeksi virus Dengue. Sama halnya dengan demam berdarah,
demam dengue dimulai dengan gejala demam. Gejalanya muncul
4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan bisa berlangsung selama 10
hari. Sejumlah gejala demam dengue meliputi:

8
 Suhu badan tinggi yang bisa mencapai 40 derajat Celcius atau
lebih.
 Sakit kepala berat
 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang.
 Hilang nafsu makan.
 Nyeri pada bagian belakang mata.
 Mual dan muntah.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).
d. Pencegahan
Demam dengue dapat dicegah melalui kegiatan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk). PSN dilakukan dalam dua kali
pengasapan insektisida atau fogging. Pengasapan kedua akan
dilakukan satu minggu setelah pengasapan pertama, untuk
membunuh jentik nyamuk yang tidak dapat dibasmi saat
pengasapan pertama.
Metode PSN lain adalah dengan rutin menjalankan 3M-Plus,
terutama pada musim hujan. Langkah 3M, yaitu:
 Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi atau
toren, minimal tiap pekan.
 Menutup rapat tempat penampungan air.
 Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, lakukan pula langkah Plus untuk membantu pencegahan.
Langkah Plus antara lain dengan mengatur cahaya yang cukup di
dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah,
menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang
sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tumbuhan
pengusir nyamuk, dan menghentikan kebiasaan menggantung
pakaian.
3. Diare
a. Pengertian

9
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi
sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada
umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang terpapar
virus, bakteri, atau parasit.
b. Penyebab Diare
Beberapa kondisi dapat menyebabkan seseorang mengalami
diare, umumnya adalah infeksi virus pada usus besar. Jenis-jenis
virus tersebut meliputi rotavirus, norwalk, cytomegalovirus, dan
virus hepatitis. Rotavirus merupakan virus yang paling sering
menyebabkan diare pada anak-anak. Selain infeksi virus, penyebab
diare lainnya adalah:
 Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum
difficile, Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella.
 Infeksi parasit, contohnya Giardia.
 Alergi makanan.
 Makanan yang mengandung pemanis buatan.
 Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-
buahan) dan intoleransi laktosa (zat gula yang terdapat pada
susu dan produk sejenisnya).
 Pasca operasi batu empedu.
 Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat
mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam usus sehingga
menimbulkan diare.
c. Tanda gejala
Gejala diare bervariasi, umumnya meliputi perut kembung
atau kram, tinja encer, rasa mulas, atau terkadang mual dan
muntah.  Penderita dapat mengalami satu atau beberapa gejala
sekaligus, tergantung dari penyebab diare.
Gejala lainnya yang mungkin juga dapat terjadi adalah:
 Penurunan berat badan.
 Tinja berlendir, berdarah, atau mengandung makanan yang
belum tercerna.

10
 Demam.
 Sakit kepala.
Sedangkan tanda-tanda yang menunjukkan penderita diare
mengalami dehidrasi adalah:
 Pusing.
 Rasa haus berlebihan.
 Urine menjadi sedikit atau berwarna gelap.
 Mulut dan kulit kering.
 Lemas.
Pada bayi atau anak-anak, dehidrasi juga bisa dikenali dari gejala:
 Mata, perut, dan pipi yang terlihat cekung.
 Air mata berkurang saat menangis.
 Tidak ada urine pada popok selama 3 jam atau lebih.
 Rewel.
d. Pencegahan
Upaya pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang
dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Dengan
menerapkan kebiasaan bersih, seseorang dapat terhindar dari virus
atau mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan diare.
Dianjurkan untuk:
 Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan,
setelah menyentuh daging yang belum dimasak, sehabis dari
toilet, atau setelah bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan
sabun, dan bilas dengan air bersih.
 Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak. Hindari
memakan buah-buahan atau sayuran mentah yang tidak
dipotong sendiri.
 Minum air matang.

4. TBC
a. Pengertian

11
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan
TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk
yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan
terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga
bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan
dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara,
batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang
yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
b. Penyebab
TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman dengan
nama yang sama, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kuman atau
bakteri ini menyebar di udara melalui percikan ludah penderita,
misalnya saat berbicara, batuk, atau bersin. Meski demikian,
penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup
lama dengan penderita, tidak semudah penyebaran flu. Namun, ada
beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular penyakit ini,
yaitu:
 Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
 Petugas medis yang sering berhubungan dengan penderita
TBC.
 Lansia dan anak-anak.
 Pengguna NAPZA.
 Orang yang kecanduan alkohol.
 Perokok.
 Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.
 Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita
AIDS, diabetes, kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
c. Tanda dan gejala
Gejala-gejala TBC (tuberkulosis) yang muncul dapat berupa:

12
 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), biasanya
berdahak.
 Batuk mengeluarkan darah.
 Berkeringat pada malam hari.
 Penurunan berat badan.
 Demam dan menggigil.
 Lemas.
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
 Tidak nafsu makan.
 Lemas.
d. Pengobatan
Penyakit ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal
jika penderita mengikuti saran dari dokter. Prinsip utama
pengobatan TBC (tuberkulosis) adalah patuh untuk minum obat
selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter (minimal 6
bulan).
Apabila berhenti meminum obat sebelum waktu yang
dianjurkan, penyakit TBC yang Anda derita berpotensi menjadi
kebal terhadap obat-obat yang biasa diberikan. Jika hal ini terjadi,
TBC menjadi lebih berbahaya dan sulit diobati.
e. Pencegahan
Untuk mencegah penularan, terutama pada orang yang tinggal
serumah dengan Anda:
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan
Apabila menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah
segera setelah digunakan.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya
dengan sering membuka pintu dan jendela agar udara segar
serta sinar matahari dapat masuk.
D. Prevalensi Masalah
1. Prevalensi HIV/AIDS

13
Epidemi HIV/AIDS juga menjadi masalah di indonesia yang
merupakan negara urutan ke 5 paling beresiko HIV/AIDS di Asia
(kemenkes, 2013). Laporan kasus baru HIV meningkat setiap tahunnya
sejak pertama kali dilaporkan (tahun 1987). Lonjakkan peningkatan
paling banyak adalah pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015,
yaitu sebesar 10.315 kasus. Berikut adalah jumlah kasus HIV/AIDS yang
bersumber dari Ditjen pencegahan dan penanggulangan penyakit (p2p),
data laporan tahun 2017 yang bersumber dari sistem informasi
HIV/AIDS dan IMS(SIHA).
Sebagian besar angka prevalensi HIV masih rendah yaitu <1%
kecuali Thailand dan India Utara ,kurang lebih ada 350 ribu orang yang
baru terinfeksi HIV kurang lebih 64% nya adalah laki-laki
(UNAIDS,2013). HIV sendiri paling banyak pada kelompok umur 24-49
tahun

14
15
2. Prevalensi Masalah DBD
Sekitar 2,5 milliar manusia merupakan dua perlima jumlah
penduduk dunia mempunyai resiko tinggi tertular demam dengue.
Setiap tahun sekitar 50-100 juta penderita dengue dan 500.000
penderita Demam Berdarah Dengue dilaporkan oleh WHO di seluruh

16
dunia. Dengan kematian sekitar 22.000 jiwa, terutama anak-anak.
Sekitar 2,5-3 milyar manusia yang hidup di 112 negara tropis dan
subtropis terancam infeksi dengue. Hanya benua Eropa dan Antartika
yang secara alami bebas dari infeksi dengue (Soedarto,2012).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2013, dilaporkan jumlah
penderita DBD sebanyak 101.218 kasus dengan jumlah kematian 736
orang. Incidence Rate (IR) tahun 2013 adalah 41,25 per 100.000
penduduk dan Case Fatality Rate (CFR)  adalah 0,90%. Pada tahun
2012 jumlah penderita penyakit DBD sebesar 94.245 kasus
dengan IncidenceRate (IR) 37,11 per 100.000 penduduk. (Kemenkes,
2013). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan
permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35
kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka
kejadian DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar
11.333kasus dengan Incidence Rate(IR) sebesar 30,84 per 100.000
penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 dengan angka
kejadian 19,29 per 100.000 penduduk dan masih dalam target nasional
yaitu <20 per 100.000 penduduk. (Dinkes Provinsi Jateng, 2013).
Pada awal tahun 2019 data yang masuk sampai tanggal 29 Januari
2019 tercatat jumlah penderita DBD sebesar 13.683 penderita,
dilaporkan dari 34 Provinsi dengan 132 kasus diantaranya meninggal
dunia. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan
Januari tahun sebelumnya (2018) dengan jumlah penderita sebanyak
6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.  Pada
awal tahun 2019 ini tercatat beberapa daerah melaporkan Kejadian
Luar Biasa (KLB) DBD diantaranya Kota Manado (Sulawesi Utara)
dan 7 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Sumba
Timur, Sumba Barat, Manggarai Barat, Ngada, Timor Tengah Selatan,
Ende dan Manggarai Timur. Sedangkan beberapa wilayah lain
mengalami peningkatan kasus namun belum melaporkan status
kejadian luar biasa.

17
3. Prevalensi Diare
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
kalangan anak-anak kurang dari 5 tahun. Secara global terjadi
peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688
juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia tejadi pada
anak-anak dibawah 5 tahun.
Data WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare
terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak
balita tiap tahunnya. Menurut data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor
dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan setiap
100.000 balita meninggal karena diare. Prevalensi diare dalam
Riskesdas 2013, diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu

18
16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada
perempuan. Survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare,
Departemen Kesehatan RI tahun 2000 s/d 2013 terlihat kecenderungan
insiden naik. Diare juga merupakan penyebab kematian nomor tiga
pada semua usia (Kemenkes RI, 2014).

4. Prevalensi TBC
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada
tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah
kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal
ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto
risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan
yang merokok

19
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang perawat berkunjung ke Kelurahan P, Jakarta Timur
merupakan daerah pinggiran kota. Masyarakatnya banyak yang berasal
dari luar daerah atau pendatang. Sebagian besar masyarakatnya bekerja
sebagai buruh pabrik ataupun bangunan. Para buruh pabrik bekerja
berdasarkan giliran shift jaga, pagi dan sore. Kondisi di sekeliling
pemukiman penduduk kurang terurus. Di sana sini terdapat banyak
sampah berserakan. Tidak ada tempat aliran air seperti parit atau selokan.
Sehingga ketika hujan turun, tak jarang tempat tersebut terendam banjir.
Rata-rata bangunan rumah penduduk merupakan bangunan semi
permanen. Di kelurahan P terdapat sebuah rumah singgah untuk anak
jalanan yang didirikan oleh seorang warga yang ingin meningkatkan
derajat hidup anak jalanan. Di kelurahan P terdapat sebuah bangunan
mushola yang sudah cukup tua dan merupakan satu-satunya sarana ibadah
warga kelurahan P.Kehidupan malam di kelurahan P tergolong sangat
ramai. Banyak pekerja tempat hiburan malam yang tinggal di kelurahan P.
Di wilayah perbatasan kelurahan P terdapat sebuah lokalisasi pramuria.
Meski sering di razia oleh petugas, namun tempat hiburan itu selalu ada
dan tidak pernah mati.Banyak masyarakat yang mengeluhkan adanya
tempat hiburan malam tersebut. Masyarakat merasa terganggu dengan
kegiatan malam di tempat tersebut. Tetapi masyarakat tidak bisa
melakukan tindakan apapun untuk mengusir tempat hiburan malam
tersebut karena banyak preman yang melindungi tempat tersebut.
Masyarakat merasa takut tempat itu akan merusak moral anak-anak
mereka kelak. Selain itu, masyarakat juga sering terlibat bentrok dengan

20
para pemabuk yang sering berkumpul di perempatan jalan di dekat
perbatasan.Menurut data puskesmas setempat, sudah terjadi beberapa
kasus TBC dan HIV/AIDS dalam satu tahun terakhir. Dinas kesehatan
menyatakan bahwa kasus TBC dan HIV/AIDS yang sudah terungkap
kemungkinan belum menggambarkan angka kejadian yang sebenarnya.
Dinas kesehatan bekerja sama dengan puskesmas setempat menyediakan
pemeriksaan HIV/ AIDS gratis bagi para pekerja hiburan malam.
B. Pengkajian
1. Core
a. Demografi
Kelurahan P, Jakarta Timur terdapat 430 penduduk, 230
diantaranya pria dan 200 wanita. 80% warga berusia di atas 20
tahun.
b. Statistic vital
 Kesakitan
Sudah terjadi beberapa kasus TBC dan HIV/AIDS dalam satu
tahun terakhir.
Data tambahan: jumlah warga yang mengidap TBC sebanyak
60 orang, 20% diantaranya mengidap HIV/AIDS.
 Suku/Etnis

Mayoritas masyarakat di Kelurahan P merupakan masyarakat


pendatang dari luar daerah.
 Kepercayaan dan agama

Sebagian besar masyarakat kelurahan P beragama Islam.


c. Karakteristik
 Fisik
Menurut data puskesmas setempat, sudah terjadi beberapa
kasus TBC dan HIV/AIDS dalam satu tahun terakhir.
 Psikologis
Masyarakat merasa terganggu dengan kegiatan malam di
tempat hiburanmalam.Masyarakat merasa takut tempat

21
hiburan malam itu akan merusak moral anak-anak mereka
kelak
 Sosial
Kehidupan malam di kelurahan P tergolong sangat ramai.
Banyak pekerja tempat hiburan malam yang tinggal di
kelurahan P. Di wilayah perbatasan kelurahan P terdapat
sebuah lokalisasi pramuria. Meski sering di razia oleh
petugas, namun tempat hiburan itu selalu ada dan tidak
pernah mati.
 Perilaku
Masyarakat tidak bisa melakukan tindakan apapun untuk
mengusir tempat hiburan malam tersebut karena banyak
preman yang melindungi tempat tersebut. Masyarakat juga
sering terlibat bentrok dengan para pemabuk yang sering
berkumpul di perempatan jalan di dekat perbatasan.
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
 Kelurahan P, Jakarta Timur merupakan daerah pinggiran kota
 Lingkungan pemukiman tidak terurus, sampah berserakandan
tidak ada tempat aliran air atau selokan.

 Rata-rata bangunan rumah penduduk merupakan bangunan


semi permanen.
 Terdapat sebuah rumah singgah untuk anak jalanan yang
didirikan oleh seorang warga yang ingin meningkatkan
derajat hidup anak jalanan.
 Di wilayah perbatasan kelurahan P terdapat sebuah lokalisasi
pramuria.
b. Pelayanan kesehatan
 Terdapat puskesmas di kelurahan P.

22
 Dinas kesehatan bekerja sama dengan puskesmas setempat
menyediakan pemeriksaan HIV/ AIDS gratis bagi para
pekerja hiburan malam.
c. Ekonomi
Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai buruh pabrik
ataupun bangunan, ada juga yang bekerja di tempat hiburan
malam.
d. Rekreasi
Terdapat tempat hiburan malam di kelurahan P.
e. Transportasi dan keamanan
- Transportasi
Masyarakat kelurahan P berjalan kaki dan ada juga yang
menggunakan kendaraan sendiri untuk beraktivitas.
- Keamanan
Di kelurahan P kurang aman karena tidak ada satpam.
Masyarakat juga terganggu karena adanya kegiatan malam di
tempat tersebut namun tidak bisa berbuat apa-apa karena
banyak preman yang melindungi.
f. Komunikasi
Walaupun kebanyakan dari masyarakat kelurah P adalah
pendatang, tetapi dalam komunikasinya mereka tetap
menggunakan bahasa indonesia
g. Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pendidikan terakhir
masyarakat kelurahan P hanya lulusan SMP.
h. Kebijakan pemerintah
Dinas kesehatan bekerja sama dengan puskesmas setempat
menyediakan pemeriksaan HIV/AIDS gratis bagi para pekerja di
tempat hiburan malam.
C. Data Fokus

23
Data Primer Data sekunder
1. Perawat melakukan kunjungan ke 1. Data puskesmas setempat, sudah
Kelurahan P, Jakarta Timur yang terjadi kasus TBC dan HIV/AIDS
merupakan kawasan padat dalam satu tahun terakhir.
penduduk di pinggiran kota. 2. Dinas kesehatan bekerja sama
2. Masyarakat banyak yang berasal dengan puskesmas setempat
dari luar daerah dan bekerja sebagai menyediakan pemeriksaan HIV/
buruh ataupun bangunan. AIDS gratis bagi para pekerja
3. Rata-rata bangunan rumah hiburan malam.
penduduk merupakan bangunan 3. Berdasarkan data dari kelurahan
semi permanen. jumlah warga di kelurahan P
4. Lingkungan pemukiman tidak sebanyak 430 jiwa dan rata-rata
terurus, banyak sampah hanya lulusanSMP. (DT)
berserakandan tidak ada tempat 4. Berdasarkan data Puskesmasn,
aliran air atau selokan. jumlah warga yang mengidap
5. Terdapat rumah singgah untuk anak TBC sebanyak 60 orang, 20%
jalanan, sebuah mushola, dan diantaranya mengidap HIV/AIDS.
tempat hiburan malam. (DT)
6. Pernah diadakan razia oleh petugas
untuk lokalisasi pramuria namun
tempat hiburan tersebut selalu ada
dan tidak pernah mati.
7. Banyak masyarakat yang terganggu
dan khawatir akan merusak moral
anak-anak dengan adanya tempat
hiburan malam tersebut namun
tidak bisa melakukan tindakkan
apapun.
8. Masyarakat sering terlibat bentrok
dengan para pemabuk yang sering
berkumpul di perempatan.
9. Masyarakat kelurahan P mayoritas
islam (DT)
10. Pada tempat hiburan malam
tersebut kurang aman dikarenakan
tidak adanya satpam yang bertugas
disana dan selain itu banyak
preman yang melindungi tempat
tersebut (DT) 24

11. Ada juga warga masyarakat


kelurahan P yang bekerja ditempat
D. Analisa Data
Data Fokus Diagnosa Keperawatan Komunitas
Data Primer: Perilaku Kesehatan Cenderung
1. Masyarakat banyak yang berasal Beresiko pada warga Kelurahan P
dari luar daerah dan bekerja sebagai Jakarta Timurberhubungan dengan
buruh atau bangunan. kurangnya pemahaman
2. Lingkungan pemukiman tidak dimanifestasikan dengan merokok
terurus, banyak sampah dan penyalahgunaan zat. (00188)
berserakandan tidak ada tempat
aliran air atau selokan
3. Ada juga warga masyarakat
kelurahan P yang bekerja ditempat
hiburan malam (DT)
4. Kawasan padat penduduk dan
rumah semi permanen.
5. Terdapat rumah singgah untuk anak
jalanan, sebuah mushola, dan
tempat hiburan malam.
6. Masyarakat sering terlibat bentrok
dengan para pemabuk yang sering
berkumpul di perempatan.
7. Penyalahgunaan zat (DT)
8. Merokok (DT)

Data Sekunder:
1. Data puskesmas setempat, sudah
terjadi kasus TBC dan HIV/AIDS
dalam satu tahun terakhir.
2. Berdasarkan data Puskesmas,
jumlah warga yang mengidap TBC
sebanyak 60 orang, 20%
diantaranya mengidap HIV/AIDS.
(DT)

25
Data Primer: Ketidakefektifan Pemeliharaan
1. Lingkungan pemukiman tidak Kesehatan di Kelurahan P, Jakarta
terurus, banyak sampah Timur berhubungan dengan sumber
berserakandan tidak ada tempat daya yang tidak cukup
aliran air atau selokan. dimanifestasikan dengan kurangnya
2. Pernah diadakan razia oleh petugas dukungan sosial dan pola perilaku
untuk lokalisasi pramuria namun kurang mencari bantuan kesehatan.
tempat hiburan tersebut tetap ada. (00099)
3. Banyak masyarakat yang terganggu
dan khawatir akan merusak moral
anak-anak dengan adanya tempat
hiburan malam tersebut namun
tidak bisa melakukan tindakkan
apapun.
4. Tidak menunjukkan minat pada
perbaikan perilaku sehat. (DT)
5. Ketidakmampuan
bertanggungjawab untuk memenuhi
praktik kesehatan dasar (para
pekerja di tempat hiburan sebagian
menolak untuk melakukan
pemeriksaan). (DT)
6. Kurang pengetahuan tentang
kesehatan HIV/AIDS dan TBC
(DT)
7. Kurang dukungan sosial. (DT)
8. Tidak menunjukkan perilaku
adaptif terhadap perubahan
lingkungan.(DT)

Data Sekunder:
1. Data puskesmas setempat, sudah

26
terjadi kasus TBC dan HIV/AIDS
dalam satu tahun terakhir.
2. Berdasarkan data Puskesmas,
jumlah warga yang mengidap TBC
sebanyak 60 orang, 20%
diantaranya mengidap HIV/AIDS.
(DT)
3. Berdasarkan data dari kelurahan
jumlah warga di kelurahan tersebut
sebanyak 430 jiwa dan rata-rata
hanya lulusan SMP. (DT)

E. Prioritas Masalah
No KRITERIA Score Keterangan
Masalah Kesehatan
. A B C D E F G H I J K
1. Perilaku Kesehatan Keterangan
Cenderung Beresiko kriteria:
pada warga Kelurahan A. Risiko Terjadi
P Jakarta B. Risiko Parah
Timurberhubungan C. Potensial
dengan kurangnya 5 5 5 1 3 4 4 4 4 4 4 43 Penkes
pemahaman D. Minat
dimanifestasikan Masyarakat
dengan merokok dan E. Kemungkinan
penyalahgunaan zat. Diatasi
(00188) F. Sesuai
2.Ketidakefektifan 5 4 5 1 3 4 4 4 4 4 4 42
Program
Pemeliharaan
Kesehatan
Kesehatan di
G. Tempat
Kelurahan P, Jakarta
H. Waktu
Timur berhubungan
I. Dana
dengan sumber daya
J. Fasilitas

27
yang tidak cukup Kesehatan
dimanifestasikan K. Sumber Daya
dengan kurangnya
dukungan sosial dan Keterangan
pola perilaku kurang Pembobotan:
mencari bantuan 1. Sangat rendah
kesehatan. (00099) 2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

F. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada warga Kelurahan P
Jakarta Timurberhubungan dengan kurangnya pemahaman
dimanifestasikan dengan merokok dan penyalahgunaan zat.
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Kelurahan P, Jakarta
Timur berhubungan dengan sumber daya yang tidak cukup
dimanifestasikan dengan kurangnya dukungan sosial dan pola perilaku
kurang mencari bantuan kesehatan.

G. Intervensi Keperawatan
Intervensi

N Diagnose Tujuan dan Kriteria


o Keperawatan Hasil Strategi Kegiatan

1 Perilaku Setelah dilakukan kegiatan Program 1. Membentuk kelompok


. Kesehatan selama satu minggu Kelompok anti rokok dan narkoba
Cenderung diharapkan masalah Melakukan PHBS
Beresiko pada perilaku kesehatan warga secara bersama-sama
warga Kelurahan Kelurahan P yang 2. Melakukan praktik
P Jakarta cenderung beresiko dapat PHBS secara bersama-
Timurberhubunga teratasi dengan kriteria sama

28
n dengan hasil : 3. Mengadakan kerja
kurangnya • Meningkatnya bakti berkala rutin.
pemahaman pengetahuan warga
dimanifestasikan Kelurahan P 1. Kerja sama dengan
dengan merokok mengenai Kemitraan Puskesmas untuk
dan pemeliharaan melakukan
penyalahgunaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
zat. (00188) penyakit-penyakit berkala
yang akan berpotensi
timbul akibat dari 1. Pastikan warga
merokok dan narkoba Kelurahan P
• Meningkatnya Pemberday melakukan dan
kesadaran dan aan mempertahankan
motivasi warga perilaku kesehatan
Kelurahan untuk yang telah diajarkan.
berperilaku hidup
sehat
• Meningkatnya 1. Pendidikan kesehatan
kesadaran dan tentang bahaya
berubahnya perilaku merokok dan narkoba
warga Kelurahan P Pendidikan 2. Pendidikan kesehatan
untuk menjaga Kesehatan tentang pentingnya
lingkungan sekitar menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan
sekitar.

1. Melakukan terapi
kognitif prilaku
Intervensi 2. Melakukan terapi token
Profesional ekonomi
Keperawat
an

29
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan kegiatan Program 1. Membentuk kelompok
. Pemeliharaan selama satu minggu Kelompok anti rokok dan NAPZA
Kesehatan di diharapkan masalah
Kelurahan P, ketidakefektifan
Jakarta Timur pemeliharaan kesehatan Kemitraan
1. Bekerja sama dengan
berhubungan di Kelurahan P dapat
Puskesmas untuk
dengan sumber teratasi dengan kriteria
melakukan penyuluhan
daya yang tidak hasil :
kesehatan
cukup  Meningkatnya
dimanifestasikan pengetahuan Pemberday
dengan kurangnya masyarakat dan aan 1. Menganjurkan warga
dukungan sosial keluarga mengenai agar mencari pelayanan
dan pola perilaku pemeliharaan kesehatan ketika sakit
kurang mencari kesehatan tentang 2. Memastikan warga
bantuan kesehatan untuk mempertahankan
kesehatan. lingkungan dan perilaku hidup sehat
(00099) penyakit-penyakit dan perilaku mencari
yang akan Pendidikan tenaga kesehatan ketika
berpotensi timbul Kesehatan sakit
 Meningkatnya
kesadaran dan
motivasi keluarga 1. Pendidikan kesehatan
keluarga dan tentang bahaya narkoba
Intervensi
masyarakat untuk dan rokok
Profesion
berperilaku hidup 2. Pendidikan tentang
al
sehat HIV, penularan dan
Keperaw
penanganannya
atan

1. Melakukan terapi

30
SEFT

H. Peran Perawat
1. Pelaksana Layanan Keperawatan (Care Provider)
Perawat memberikan layanan asuhan keperawatan secara langsung
kepada klien (Individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan
kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien disemua
tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi oleh
etik dan etika keperawatan, serta berada dalam lingkup wewenang dan
tanggung jawab keperawatan. Asuhan keperawatan ini merupakan
bantuan yang diberikan kepada klien karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan
untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Dalam
perannya sebagai care provider, perawat bertugas untuk:
1) Memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi klien;
2) melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan
seimbang;
3) memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya; serta;
4) berusaha mengembalikan kesehatan klien
2. Pengelola (Manager)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
layanan keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah
sakit, puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang
berada dalam tanggung jawab sesuai dengan konsep manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses
pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman
kepada pasien/ keluarga/ masyarakat (Gillies, 1985). Dengan
demikian, perawat telah menjalankan fungsi manajerial keperawatan
yang meliputi planning, organizing, actuating, staffing, directing, dan
controlling.

31
Kasus: Perawat mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam suatu
wilayah dan apa kegiatan yang akan dilakukan kemudian
mengkoordinasikan pihak-pihak yang akan terlibat dalam melakukan
pendidikan kesehatan, dan mengevaluasi serta mengontrol hasil dari
tindakan yang sudah direncanakan apakah sesuai dengan tujuan.
3. Pendidik dalam keperawatan
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,
masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dalam hal ini meliputi individu, keluarga, serta masyarakat sebagai
upaya menciptakan perilaku individu atau masyarakat yang kondusif
bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan tidak semata ditujukan untuk
membangun kesadaran diri dengan pengetahuan tentang kesehatan.
Lebih dari itu, pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun
perilaku kesehatan individu dan masyarakat. Kesehatan bukan sekedar
untuk diketahui dan disikapi, tetapi juga untuk dterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kasus: Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada warga
kesehatan reproduksi.
4. Peran sebagai konselor
Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai
usaha memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat
dilakukan dengan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Kasus: Perawat mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan
penyelesaian masalahnya terkait pekerjaan lain yang lebih baik.
5. Peran sebagai Panutan (Role Model)
Peran kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tatacara hidup sehat yang dapat
ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
Kasus: Perawat sebagai role model harus memberikan contoh yang
baik dalam berperilaku sehat.

32
6. Peran sebagai pembela(Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkatkomunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinyamelalui pelayanan social yang ada pada masyarakat.
Seorang pembela klienadalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan ke
butuhan klienterpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
Kasus: Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai
dengan hak-hak klien.
7. Peran sebagai kolaborator
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja
samadengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, danlain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien.Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilankeputusan dengan orang lain pada
tahap proses
keperawatan.Tindakaniniberperansangatpentinguntukmerencanakantin
dakanyangakandilaksanakan.
Kasus: Perawat dapat bekerja sama dengan dokter mengenai
pemeriksaan HIV/AIDS kepada warga yang ada dimasyarakat.
8. Peran sebagai penemu kasus(Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi padaindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjugan rumah,
pertemuan-pertemuan observasidan pengumpulan data. (Widyanto,
2014).
1) Peran Pada Invidu Atau Keluarga
2) Sebagai pelaksana kesehatan
3) Sebagai pendidik

33
4) Sebagai konselor
5) Sebagai peneliti
Kasus: Perawat melakukan riset dengan kunjungan rumah untuk
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga di
masyarakat tersebut sehingga dapat menemukan kasus yang terjadi di
lingkungan tersebut.

I. Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya antara lain fungsi
independent, fungsi dependent dan fungsi interindependent.
1. Fungsi independent
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya.
Perawaat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya
penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik
bio, psiko, sosio/cultural maupun spiritual, mulai dari tingkat individu
utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat
masyarakat, dan juga mencerminkan pada tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai
molecular. Kegiaatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat,
dan perawat serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusannya. 
Kasus: Perawat mengkaji masalah yang ditemukan di masyarakat,
memberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi.
2. Fungsi dependent
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas
instruksi dari tim kesehatan lainnya ( dokter, ahli gizi, radiologi dan
lainnya ).  
3. Fungsi interdependent
Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan
baik dalam perawatan maupun kesehatan.
Kasus: Perawat dapat bekerja sama dengan dokter untuk pemeriksaan
HIV/AIDS pada warga masyarakat.

34
J. Kebijakan Pemerintah
1. Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Hiv/Aids
Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 (selanjutnya
disebut Permenkes No. 21/2013) adalah kerangka kebijakan yang
diterbitkan Indonesia untuk menanggulangi HIV/AIDS. Tujuan
diterbitkannya peraturan ini adalah untuk mengupayakan
penanggulagan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan
berkualitas. Sebelumnya upaya penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia diatur dalam kebijakan yang cukup lama tidak diadakan
pembaharuan yaitu melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1285/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedoman Penanggulangan
HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual, sehingga dinilai tidak lagi
sesuai dengan kebutuhan hukum.
Dalam Permenkes 21/2013 ini, upaya Penanggulangan HIV ini
meliputi pelayanan promotif, preventif, diagnosis, kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah
tidak meluas ke daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan.
Dalam aturan tersebut, termuat prinsip-prinsip dalam
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia diantaranya:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia serta memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender;
b. Kegiatan dilakukan secara sistimatis dan terpadu, mulai dari
peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengobatan, perawatan dan dukungan bagi yang terinfeksi hiv
(odha) serta orang-orang terdampak hiv dan aids;
c. Melibatkan peran aktif populasi kunci dan odha serta orang-orang
yang terdampak hiv dan aids;

35
d. Memberikan dukungan kepada odha dan orang-orang yang
terdampak hiv dan aids agar dapat mempertahankan kehidupan
sosial ekonomi yang layak dan produktif.
Selain itu juga ditetapkan komitmen 9 strategi yang dipergunakan
untuk melakukan penanggulangan HIV/AIDS yang terdiri dari:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
HIV dan AIDS melalui kerjasama nasional, regional, dan global
dalam aspek legal, organisasi, pembiayaan, fasilitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya manusia;
b. Memprioritaskan komitmen nasional dan internasional;
c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan mengembangkan
kapasitas;
d. Meningkatkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang
merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan serta berbasis bukti,
dengan mengutamakan pada upaya preventif dan promotif;
e. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat
berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan serta bermasalah kesehatan;
f. Meningkatkan pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS

2. Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Tb Paru


Strategi penanggulangan TB dalam pencapaian Eliminasi Nasional TB
meliputi:
a. Penguatan kepemimpinan Program TB di Kabupaten/ Kota.
b. Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, regulasi,
dan peningkatan pembiayaan, Koordinasi dan sinergi program.
c. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu.
d. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private
mix).
e. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Peningkatan
kolaborasi layanan melalui TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan
lain sebagainya.

36
f. Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik yang
baru.
g. Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case
holding.
h. Bekerja sama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan
Layanan Semesta (health universal coverage).
i. Pengendalian faktor risiko
j. Promosi lingkungan dan hidup sehat.
k. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB.
l. Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB.
m. Memaksimalkan penemuan TB secara dini, mempertahankan
cakupan dan keberhasilan pengobatan yang tinggi.
n. Peningkatan kemitraan TB melalui Forum Koordinasi TB.
o. Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di pusat.
p. Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di daerah
q. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB.
r. Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien, keluarga dan
masyarakat.

Kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


bertanggung jawab menyelenggarakan Penanggulangan TB.

a. Penyelenggaraan Penanggulangan TB dilaksanakan melalui


upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorang.
b. Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan
penanggulangan program kesehatan yang berkaitan.
c. Program kesehatan yang meliputi program HIV dan AIDS,
Diabetes Melitus, serta program kesehatan lain.
d. Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan melalui
kegiatan kolaborasi antara program yang bersangkutan.
e. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi dalam kerangka otonomi daerah dengan
Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang

37
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan
prasarana).
f. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan
Pedoman Standar Nasional sebagai kerangka dasar dan
memperhatikan kebijakan global untuk PenanggulanganTB.
g. Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB
dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan Dokter Praktik
Mandiri (DPM) serta Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
20 (FKRTL) yang meliputi: Rumah Sakit Pemerintah, non
pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai
Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB
disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara cuma-cuma.
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB.
i. Pasien TB tidak dipisahkan dari keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan kewajiban sebagaimana
individu yang menjadi subyek dalam penanggulangan TB.
j. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan
kerjasama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non
pemerintah, swasta dan masyarakat melalui Forum Koordinasi
TB.
k. Penguatan manajemen program penanggulangan TB ditujukan
memberikan kontribusi terhadap penguatan sistem kesehatan
nasional.
l. Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif,
proaktif, efektif, responsif, profesional dan akuntabel.
m. Penguatan Kepemimpinan Program ditujukan untuk
meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pusat terhadap
keberlangsungan program dan pencapaian target strategi global
penanggulangan TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.

38
n. Pelibatan peran masyarakat dalam promosi, penemuan kasus, dan
dukungan pengobatan TB.
o. Pemberdayan masyarakat melalui integrasi TB di upaya
kesehatan berbasis keluarga dan masyarakat.
p. Penguatan manajemen program (health system strenghtening)
▪ SDM
▪ Logistik
▪ Regulasi dan pembiayaan
▪ Sistem Informasi, termasuk mandatory notification
▪ Penelitian dan pengembangan inovasi program

Strategi nasional penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri


atas:
- Penguatan kepemimpinan
- Peningkatan akses layanan TB yang bermutu
- Pengendalian faktor risiko TB
- Peningkatan kemitraan TB
- Peningkatan kemandirian masyarakat dalampenanggulangan TB
dan
- Penguatan manajemen program TB

39
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Komunitas adalah suatu kelompok populasi yang tinggal si suatu
kawasan tertentu, berada dibawah suatu pengaturan dan memiliki
nilai/interest serta kebutuhan tertentu pula.
Didalam komunitas masyarakat suatu daerah bisa diklasifikasikan
berdasarkan kelompok khusus, salah satu kondisi kesehatan yang rentan
terganggu adalah kelompok dewasa. Salah satu upaya yang dilaksanakan
adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dan meningkatkan
kesadaran serta pengetahuan masyarakat akan pentingnya lingkungan yang
sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan keperawatan
pada komunitas atau masyarakat.

B. Saran
1. Bagi dewasa
Kesehatan merupakan hal yang paling penting, diharapkan dengan
adanya asuhan keperawatan pada agregat dewasa, dapat meningkatkan
pemeliharaan kesehatan.
2. Bagi para pembaca
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya dewasa
diharapkan para pembaca dapat menyempurnakan makalah ini lebih
baik lagi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Aryu Candra. (2019). Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Hemoragic Fever (DHF) JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol.7
No.2 e ISSN: 2622-8483; p ISSN: 2338-3380

Ernawati. (2018). Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue


(DBD) Di Wilayah Endemik DBD P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-
0900 Versi online: Volume 9, Nomor 1, Januari 2018

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Kebijakan Program Penanggulangan


Tuberkulosis. Jakarta: direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. (2018). InfoDATIN: Situasi Penyakit HIV/AIDS di


Indonesia. Jakarta: Pusdatin Kemenkes RI diakses dari
https://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-HIV-AIDS-2018.pdf

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan. (2018). Info DATIN: Situasi
Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. ISSN 2442-7659

Rahmawati, Maidina. (2019). Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dalam


Ancaman RKUHP. Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)

Rosleney Mariani. (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia

41

Anda mungkin juga menyukai