Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG

DIPEROLEH MELALUI HIBAH

Disusun oleh :

Nama : Alfin Dwi Novemyanto


NIM : 030992257
Program Studi : S1.Ilmu Hukum
Mata kuliah : Hukum Administrasi Negara
Dosen Pembimbing : Sumarji S.H, M.H

UNIVERSITAS TERBUKA SURAKARTA


Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km 9,5 Mojolaban, Sukoharjo

2019
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG
DIPEROLEH MELALUI HIBAH

Disusun oleh :

Nama : Alfin Dwi Novemyanto


NIM : 030992257
Program Studi : S1.Ilmu Hukum
Mata kuliah : Hukum Administrasi Negara
Dosen Pembimbing : Sumarji S.H, M.H

UNIVERSITAS TERBUKA SURAKARTA


Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km 9,5 Mojolaban, Sukoharjo

2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga Kami sampai saat ini masih diberikan kemampuan dan kesehatan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini dengan judul
“PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG DIPEROLEH
MELALUI HIBAH ”. Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil data
berita di internet dan data terpercaya. Dengan analisis tanpa adanya plagiasi dari
sumber apapun.

Demikian kata pengantar yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari


bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaklengkapan dalam makalah, atas
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca senantiasa kami terima
dengan tangan terbuka.

Surakarta, 18 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
...................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
II. Rumusan Masalah....................................................................... 2
III. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengelolaan Barang Milik Negara melalui Hibah ...................... 3
A. Pengertian Hibah.................................................................... 3
B. Sumber Hibah Barang Milik Negara...................................... 5
C. Subjek Pelaksana Hibah dan Objek Hibah.............................
6
D. Ketentuan dan Pelaksanaan Hibah Barang Milik
Negara.....................................................................................
8
E. Tata Cara Pelaksanaan
Hibah ......................................................................................
9
II. Penghapusan Pengelolaan Barang Milik Negara........................ 15
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan ................................................................................. 18
II. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam upaya menciptakan suatu kesejahteraan bagi warga negaranya,
negara dan pemerintah sebagai perwujudannya menjalankan pemerintahan
sehari-hari. Dengan keseharian permasalahan, maka dibutuhkan beberapa
sarana yang dibutuhkan, seperti adanya ketersediaan dana atau keuangan
negara, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan peraturan, dan
ketersediaan barang milik negara.
Ketersediaan keuangan negara baik itu berupa uang kartal ataupun uang
giral yang dipenuhi dengan pola penerimaan pendapatan negara yang didapat.
Ketersediaan sumber daya manusia atau aparatur negara yang dipenuhi
dengan melakukan aparatur sipil negara yang lazim. Kemudian adanya
ketersediaan peraturan dengan adanya kegiatan legislasi untuk menciptakan
peraturan-peraturan baru yang dibutuhkan negara untuk mengatur dan
menjalankan fungsi pemerintahan. Kebutuhan lain dari negara yang telah
dikemukakan sebelumnya yaitu adanya ketersediaan barang milik negara.
Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Barang milik negara adalah aset yang harus dikelola dan dijaga dengan
baik. Pengelolaan aset negara bukan hanya berupa proses administrasi, tetapi
juga harus dipikirkan bagaimana cara meningkatkan efisien, efektivitas, dan
menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset tersebut. Pengelolaan aset
negara mencakup lingkup perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaanpembinaan,
pengawasan, dan pengendalian.
Barang milik negara dapat dimanfaatkan atau dipindahtangankan
apabila tidak digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
Dalam konteks pemanfaatan ini yaitu tidak terjadi adanya peralihan
kepemilikan dari pemerintah kepada pihak lain. Sedangkan dalam konteks
pemindahtanganan akan terjadi suatu peralihan kepemilikan atas barang milik
negara dari pemerintah kepada pihak lain. Pemindahtanganan barang milik
negara merupakan tindak lanjut atas penghapusan barang milik negara itu
sendiri. Adapun bentuk-bentuk pemindahtangan barang milik negara tersebut
meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah
pusat dan daerah.
Kemudian untuk cara memperoleh barang milik negara uang diperoleh
dari sumber-sumber sah lainnya dapat berupa barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian atau kontak, barang yang diperoleh berdasarkan
ketentuan undang-undang, barang yang diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan barang yang
diperoleh dari hibah atau sumbangan atau sejenisnya. Dalam penulisan ini
akan dibahas barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengelolaan barang milik negara melalui hibah ?
2. Bagaimana cara penghapusan pengelolaan barang milik negara ?

III. TUJUAN
1. Mengetahui pengelolaan barang milik negara melalui hibah
2. Mengetahui cara penghapusan pengelolaan barang milik negara
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA MELALUI HIBAH
A. Pengertian Hibah
Hibah jika dilihat dari segi bahasa berasal dari kata bahasa arab yang
sudah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia. Kata hibah secara etimologis
yang berarti melewatkan atau menyalurkan. Hibah mempunyai dua
pengertian, secara umum hibah dapat diartikan memindahkan kepemilikan
barang kepada orang lain ketika masih hidup. Arti hibah secara khusus
adalah pemindahan kepemilikan suatu benda yang bukan suatu kewajiban
pada orang lain ketika masih hidup dengan ijab dan qabul tanpa
mengharapkan pahala atau kerena menghormati dan juga bukan karena
menutupi kebutuhan.
Pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan hukum yang
digunakan oleh orang muslim yang ada di Indonesia meyebutkan pada
Pasal 171 huruf g, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk
dimiliki. Hibah dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) merupakan bagian dari hukum perjanjian dan digolongkan
perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu diwaktu
hidupnya. Pada asasnya suatu perjanjian adalah bersifat timbal balik,
seseorang menyanggupi memenuhi prestasi disebabkan dia menerima
kontra prestasi dari pihak lain. Meskipun hibah termasuk hukum perjanjian
cuma-cuma, karena hanya ada prestasi dari satu pihak saja (Penghibah),
sedangkan penerima hibah tidak ada kewajiban untuk memberikan kontra
prestasi kepada penghibah.
Hibah dalam KUH Perdata diartikan sebagai suatu persetujuan,
dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-
cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang
menerima penyerahan barang itu. Hibah diatur dalam Buku III Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur tentang Perikatan Pada
Bab X Pasal 1666. Dalam KUH Perdata diatur bahwa hibah hanya boleh
dilakukan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat penghibahan
itu terjadi. Jika hibah itu mencakup barang-barang yang belum ada, maka
penghibahan batal sekedar mengenai barang-barang yang belum ada.
Selain itu, undang-undang hanya mengakui penghibahan-penghibahan
antara orang-orang yang masih hidup. Semua orang boleh memberikan dan
menerima hibah, kecuali mereka yang oleh undang-undang dinyatakan
tidak mampu untuk itu. Tiada suatu penghibahan pun, kecuali penghibahan
yang termaksud dalam Pasal 1687 (Hadiah dari tangan ke tangan berupa
barang bergerak yang berwujud atau surat piutang yang akan dibayar atas
tunjuk, tidak memerlukan akta notaris dan adalah sah, bila hadiah
demikian diserahkan begitu saja kepada orang yang diberi hibah sendiri
atau kepada orang lain yang menerima hadiah itu untuk diteruskan kepada
yang diberi hibah), dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah
aslinya) harus disimpan pada notaris, dan bila tidak dilakukan demikian,
maka penghibahan itu tidak sah.
Di Indonesia pengelolaan barang milik negara diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik
negara. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan peraturan turunan dari
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Dengan dikeluarkannya PP tersebut telah menandai terjadinya perubahan
paradigma baru dalam pengelolaan barang milik negara atau aset Negara,
dimana PP tersebut telah memunculkan optimisme baru best practices
dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel,
dan transparan kedepannya. Ruang lingkup barang milik negara dalam
Peraturan Pemerintah ini mengacu pada pengertian barang milik negara
berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 dan angka 11 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Atas dasar
pengertian tersebut lingkup barang milik negara disamping berasal dari
pembelian atau perolehan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) juga berasal dari perolehan lainnya yang sah.
B. Sumber Hibah Barang Milik Negara
Untuk memberikan barang milik negara yang diberikan kepada objek
melalui hibah maka diperlukan sumber hibah dari barang tersebut. Karena
sumber tersebut dapat memberikan barang yang bermanfaat kepada orang
lain . Hibah kepada pemerintah dapat bersumber dari :
1. Pendapatan APBN
Hibah merupakan salah satu unsur pendapatan negara, selain
penerimaan perpajakan dan PNPB. Hibah dicatat sebagai penerimaan
pemerintah pusat yang diperoleh dari pemberi hibah dan tidak perlu
dibayar kembali. Hibah dapat berasal dari dalam negeri atau lur negeri.
Atas penerimaan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara
langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi
kementerian dan lembaga,atau diteruskan kepada pemerintah daerah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
2. Pinjaman Luar Negeri
Pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari oemberian
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah
dari pemberi pinjaman luar negeri yang dituangkan dalam perjanjian
pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu.
3. Hibah Luar Negeri
Hibah luar negeri penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan
atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau
dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatuihan yang diperoleh
dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
Pemberi Hibah Luar Negeri adalah pemerintah negara asing, lembaga
multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, serta
lembaga keuangan non asing, yang berdomisili dan melakukan kegiatan
usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan
hibah kepada Pemerintah.
Kemudian hibah kepada pemerintah daerah dapat bersumber dari :
1. Pemerintah
2. Pemerintah Daerah lain
3. Badan atau lembaga atau organisasi swasta dalam negeri
4. Kelompok masyarakat/perorangan dalam negeri.
Dengan adanya hibah barang milik negara dilakukan untuk memberikan
manfaat kepada :
1. kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan;
2. penyelenggaraan Pemerintahan Negara/Daerah.

C. Subjek Pelaksana Hibah dan Objek Hibah


Dalam pelaksanaan hibah pasti ada penerima dan pemberi barang hibah.
Pihak-pihak yang dapat melaksanakan hibah barang Milik Negara yaitu:
1. Pengelola Barang untuk tanah dan/atau bangunan
2. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk
a. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam dokumen
penganggaran;
b. tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan;
c. sebagian tanah yang berada pada Pengguna Barang;
d. selain tanah dan/atau bangunan.
Pihak yang dapat menerima hibah adalah:
1. lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan organisasi kemanusiaan, yang
mendapatkan pernyataan tertulis dari instansi teknis yang kompeten
bahwa lembaga yang bersangkutan adalah sebagai lembaga termaksud;
2. Pemerintah Daerah.
Kemudian untuk kewajiban yang timbul dari peristiwa hibah yang harus
dilakukan adalah
a. Kewajiban pemberi hibah Setelah pemberi hibah menyerahkan harta
atau benda yang dihibahkannya kepada penerima hibah atau orang lain
yang diberikan kuasa untuk itu, maka sejak itu tidak ada lagi kewajiban-
kewajiban apapun yang mengikat pemberi hibah.
b. Kewajiban penerima hibah. Berdasarkan pasa 1666 KUHPerdata
penghibahan adalah suatu pemberian cuma-cuma (om nief), namun
KUHPerdata memberikan kemungkinan bagi penerima hibah untuk
melakukan suatu kewajiban kepada penerima hibah sebagai berikut
1) Penerima hibah berkewajiban untuk melunasi hutang-hutang
penghibah atau benda-benda lain, dengan catatan hutang-hutang atau
beban-beban yang harus dibayar itu disebutkan dengan tegas di
dalam akta hibah. Hutang-hutang atau beban itu harus dijelaskan,
hutang atau beban itu harus dijelaskan, hutang atau 4 Sayyid Sabiq,
hlm.166 34 beban yang mana (kepada siapa harus dilunasi dan
berapa jumlahnya).
2) Penerima hibah diwajibkan untuk memberikan tunjangan nafkah
kepada pemberi hibah jika pemberi hibah jatuh dalam kemiskinan.
3) Penerima hibah diwajibkan untuk mengembalikan benda-benda yang
telah dihibahkan, kepada pemberi dan pendapatanpendapatannya
terhitung mulai dirnajukannya gugatan untuk menarik kembali hibah
berdasarkan alasan-alasan yang diatur oleh KUHPerdata. Apabila
benda yang dihibahkan itu telah dijual, maka ia berkewajiban untuk
mengembalikan pada waktu dimasukkannya gugatan dengan disertai
hasil-hasil dan pendapatan-pendapatan sejak saat itu (KUHPerdata).
4) Pemberi hibah berkewajiban untuk memberi ganti rugi kepada
pemberi hibah, untuk hipotik-hipotik dan benda-benda lainnya yang
dilekatkan olehnya atas benda tidak bergerak. Kemudian, dari sisi
Kompilasi Hukum Islam memuat substansi hukum penghibahan
yang terdiri dari 5 pasa mulai pasa 210 sampai dengan pasa 214
yaitu : Pasa 210 berisi tentang syarat harta yang akan dihibahkan
dengan orang yang menghibahkan, Pasa 211 berisi tentang hibah
orang tua ke anak, Pasa 212 berisi tentang pencabutan atau
pembatalan hibah.

D. Ketentuan dan Pelaksanaan Hibah Barang Milk Negara


Setiap pelaksana suatu pengelolaan barang milik negara, pasti terdapat
suatu ketentuan dan syarat dalam pelaksanaannya. Untuk persyaratan dan
ketentuan pelaksanaan barang milik negara melalui hibah dapat berupa:
1. Persyaratan Barang Milik Negara untuk dapat dihibahkan :
a. Barang Milik Negara yang dari awal perencanaan pengadaannya
dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggaran; 
b. Bukan merupakan barang rahasia negara, bukan merupakan barang
yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak digunakan lagi
dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang,
serta  tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara; 
c. Barang Milik Negara berasal dari hasil perolehan lain yang sah,
dalam hal ini berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, ditentukan untuk dihibahkan;
d. Sebagian tanah pada pengguna dapat dihibahkan sepanjang
dipergunakan untuk pembangunan fasilitas umum yang tidak
mendapatkan penggantian kerugian sesuai ketentuan perundang-
undangan, fasilitas sosial dan keagamaan.
2. Besaran nilai Barang Milik Negara yang dihibahkan:
a. Nilai Barang Milik Negara hasil dari pelaksanaan kegiatan anggaran,
yang dari awal pengadaannya telah direncanakan untuk dihibahkan,
didasarkan pada realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran yang
bersangkutan;
b. Nilai Barang Milik Negara selain huruf a didasarkan pada hasil
penilaian yang berpedoman pada Pasal 11,  Pasal 12, dan Pasal 13
Peraturan Menteri Keuangan ini.
3.   Hibah atas Barang Milik Negara, yang sejak perencanaan pengadaannya
dimaksudkan untuk dihibahkan, tidak memerlukan persetujuan DPR dan
pelaksanaannya dilakukan setelah terlebih dahulu diaudit oleh aparat
pengawas fungsional.
4.  Barang Milik Negara yang dihibahkan harus digunakan sebagaimana
fungsinya pada saat dihibahkan, atau tidak diperbolehkan untuk
dimanfaatkan oleh dan/atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
E. Tata Cara Pelaksanaan Hibah
Setiap pada pengelolaan barang milik negara terdapat suatu tata cara
pelaksaan dalam mengelola barang milik negara. Tata cara pelaksanaan
hibah melalui hibah sebagai berikut:
1. Tata cara pelaksanaan hibah atas tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengelola Barang
a. Permintaan hibah disampaikan kepada Pengelola Barang dengan
disertai penjelasan dan data pendukung:
1) alasan permintaan hibah;
2) rincian peruntukan;
3) jenis/spesifikasi;
4) lokasi/data teknis;
5) hal lain yang dianggap perlu.
b. Pengelola Barang membentuk Tim yang beranggotakan unsur
Pengelola Barang, Pengguna Barang, serta dapat mengikutsertakan
unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten.
c. Tim melakukan penelitian kelayakan alasan/pertimbangan permintaan
hibah, dan data administrasi yang terdiri dari:
1) data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, gambar situasi
termasuk lokasi tanah, luas, dan peruntukan;
2) data bangunan, antara lain tahun pembuatan, konstruksi, luas, dan
status kepemilikan;
3) Apabila diperlukan, melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau
bangunan yang akan dihibahkan untuk mencocokkan data
administratif yang ada.
d. Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitungan
nilai tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan.  
e. Penilai melaporkan laporan penilaian kepada Pengelola Barang
melalui Tim
f. Tim menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Pengelola
Barang, dilampiri berita acara penelitian termasuk laporan penilaian
sebagaimana tersebut huruf e.
g. Berdasarkan laporan Tim, Pengelola Barang mempertimbangkan
untuk menentukan disetujui atau tidaknya usulan hibah.
h. Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada pihak yang mengusulkan hibah, disertai
dengan alasannya.
i. Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan
keputusan pelaksanaan hibah, yang sekurang-kurangnya memuat:
1) penerima hibah;
2) objek hibah, yaitu mengenai detil tanah dan/atau bangunan;
3) nilai tanah dan/atau bangunan;
4) peruntukan tanah dan/atau bangunan. 
j. Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut memerlukan
persetujuan DPR, Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan hibah kepada DPR.
k. Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut tidak memerlukan
persetujuan DPR tetapi hasil penilaiannya di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang
terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada
Presiden.
l. Berdasarkan keputusan pelaksanaan hibah tersebut, Pengelola Barang
melakukan serah terima tanah dan/atau bangunan kepada penerima
hibah, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang dan
naskah hibah.  
m. Berdasarkan berita acara serah terima barang dan naskah hibah,
Pengelola Barang melaksanakan penghapusan Barang Milik Negara
dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan
penghapusan barang.
2. Tata cara hibah atas tanah dan/atau bangunan yang dari sejak
perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana
tercantum dalam dokumen penganggaran.
a. Pengguna Barang membentuk Tim internal untuk melakukan
persiapan pengusulan hibah tanah dan atau bangunan dengan tugas :
1) Menyiapkan dokumen anggaran beserta kelengkapannya,
melakukan penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, antara lain status dan bukti kepemilikan, lokasi
tanah, luas, nilai tanah;
b) data bangunan, antara lain tahun pembuatan, konstruksi, luas,
dan status kepemilikan serta nilai bangunan;
2) Melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang
akan dihibahkan untuk mencocokkan data administratif yang ada;
3) Menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan
fisik kepada Pengguna Barang.
b. Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan hibah tanah
dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai:
1) dokumen penganggaran yang menunjukkan bahwa barang yang
diusulkan sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk
dihibahkan; 
2) calon penerima hibah;
3) rincian peruntukan, jenis/spesifikasi, status dan bukti
kepemilikan, dan lokasi; 4) hasil audit aparat pengawas
fungsional; 5) hal lain yang dianggap perlu.
c. Pengelola Barang melakukan penelitian atas kebenaran dokumen
penganggaran dan data administrasi sebagaimana tersebut pada angka
2 huruf b.  Apabila diperlukan, Pengelola Barang dapat  melakukan
penelitian fisik atas tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan.   
d. Berdasarkan penelitian di atas, Pengelola Barang menentukan
disetujui atau tidaknya usulan hibah.
e. Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada pihak yang mengusulkan hibah, disertai
dengan alasannya. 
f. Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat
persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat:
1) penerima hibah;
2) objek hibah, yaitu mengenai rincian tanah dan/atau bangunan;
3) nilai tanah dan/atau bangunan;
4) peruntukan tanah dan/atau bangunan; 
5) kewajiban Pengguna Barang untuk menghapus tanah dan/atau
bangunan yang akan dihibahkan dari daftar barang pengguna; dan
6) kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan pelaksanaan hibah
kepada Pengelola Barang.
g. Dalam hal hibah tanah dan/atau bangunan tersebut nilainya di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola Barang
terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan hibah kepada
Presiden.
h. Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam huruf f,
Pengguna Barang melakukan serah terima atas tanah dan/atau
bangunan yang akan dihibahkan dengan penerima hibah, yang
dituangkan dalam berita acara serah terima barang dan naskah hibah.
i. Berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut, Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang melaksanakan penghapusan
dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna
dengan menerbitkan keputusan penghapusan dan melaporkan kepada
Pengelola Barang paling lama  1 (satu) bulan sejak diterbitkannya
keputusan penghapusan. 
j. Tembusan keputusan penghapusan barang dan berita acara serah
terima disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama satu bulan
setelah serah terima.
k. Berdasarkan tembusan dokumen tersebut huruf j, Pengelola Barang
menghapuskan barang dimaksud dari Daftar Barang Milik Negara
dengan menerbitkan keputusan penghapusan barang.
3.   Tata cara hibah atas tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mengikuti ketentuan sebagaimana
tersebut pada romawi VI angka 2 dengan penyesuaian seperlunya dan
memperhatikan ketentuan perundangundangan yang mengatur Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 
4.   Tata cara hibah atas sebagian tanah yang berada pada Pengguna Barang
mengikuti ketentuan sebagaimana tersebut pada romawi VI angka 2
dengan pengecualian persyaratan dan penelitian terkait dengan dokumen
penganggarannya serta persyaratan hasil audit aparat pengawas
fungsional.  
5.  Tata cara hibah Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan
a. Pengguna Barang membentuk Tim internal untuk melakukan persiapan
pengusulan hibah Barang Milik Negara dengan tugas :
1)  Melakukan penelitian data administratif Barang Milik Negara
selain tanah dan bangunan yang akan dihibahkan, yaitu tentang
tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan, dan
nilai perolehan;
2) Melakukan penelitian fisik atas Barang Milik Negara selain tanah
dan/atau bangunan yang akan dihibahkan untuk mencocokkan data
administratif yang ada;
3) Menyampaikan laporan hasil penelitian data administratif dan fisik
kepada Pengguna Barang.
b. Pengguna Barang mengajukan permintaan persetujuan kepada
Pengelola Barang untuk menghibahkan Barang Milik Negara
dimaksud, dengan disertai :
1) Alasan  untuk menghibahkan;
2) Calon penerima hibah;
3) Data Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang
akan dihibahkan, yaitu tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis,
bukti kepemilikan, dan nilai perolehan.
c. Pengelola Barang melakukan penelitian kelayakan hibah dan data
administrasi sebagaimana tersebut pada angka 4 huruf a 1).  Apabila
diperlukan, Pengelola Barang dapat  melakukan penelitian fisik. 
d. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam huruf c,
Pengelola Barang menentukan disetujui atau tidaknya permohonan
tersebut.
e. Dalam hal usulan hibah tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang yang mengusulkan hibah,
disertai dengan alasannya.
f.  Dalam hal usulan hibah disetujui, Pengelola Barang menetapkan surat
persetujuan pelaksanaan hibah yang sekurang-kurangnya memuat:
1)  Barang Milik Negara yang dihibahkan;
2)  Pihak yang menerima hibah;
3)   Peruntukan Barang Milik Negara yang dihibahkan; 
4)   Kewajiban Pengguna Barang menetapkan jenis, jumlah, dan nilai
Barang Milik Negara yang akan dihibahkan.
g. Dalam hal nilai perolehan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau
bangunan tersebut di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan
persetujuan kepada Presiden atau DPR sesuai batas kewenangannya.
h. Berdasarkan persetujuan hibah sebagaimana tersebut dalam huruf f,
Pengguna Barang melakukan serah terima Barang Milik Negara yang
dihibahkan dengan penerima hibah, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima barang dan naskah hibah.
i. Berdasarkan berita acara serah terima tersebut, Pengguna Barang
menerbitkan keputusan penghapusan.
j. Berdasarkan keputusan penghapusan, Pengguna Barang dan/atau
Kuasa Pengguna Barang menghapuskan  dari Daftar Barang Pengguna
dan/atau Kuasa Pengguna, dan melaporkan penghapusan tersebut
kepada pengelola  barang paling lambat 1 (satu) bulan sejak serah
terima disertai tembusan berita acara, naskah hibah, dan keputusan
penghapusan. 
k. Berdasarkan laporan tersebut huruf j, Pengelola Barang
menghapuskan dari Daftar Barang Milik Negara apabila barang
tersebut ada dalam Daftar Barang Milik Negara.  

II. PENGHAPUSAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA


Dalam pelaksanaa pengelolaan hak atas tanah negara pasti ada masalah-
masalah yang menyangkut pengalihan hak atas tanah melalui hibah ,salah
satunya terkait dengan sengketa sengketa tanah dan penghapusan barang
milik negara. Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) adalah tindakan
menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau
Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik barang yang berada dalam penguasaannya.
Penghapusan barang milik negara dibedakan menjadi dua, yaitu
penghapusan dari daftar barang pengguna pada pengguna barang atau dari
daftar barang kuasa pengguna pada kuasa pengguna barang, dan penghapusan
dari daftar bmn pada pengelola barang. persyaratan untuk melakukan
penghapusan bmn dibedakan untuk objek penghapusan bmn berupa tanah
dan/atau bangunan dan objek penghapusan bmn berupa selain tanah dan/atau
bangunan.
Dalam pengelolaan barang milik Negara, tentu saja dimaklumi bahwa
umur dari barang milik Negara setiap tahun tentu bertambah. Bertambahnya
usia dari arang atau sebab lain sangat mungkin menyebabkan kualitas dan
potensi kemanfaatan barang pun menjadi turun. Untuk menghadapi kondisi
penurunan potensi kemanfaatan yang ada pada barang; pihak pengelola,
pengguna, ataupun kuasa atas barang milik Negara melalukan penghapusan
milik Negara.
Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik Negara dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari penjabat yang berwenang untuk
membebaskan pengguna barang dan atau kuasa pengguna barang dan atau
pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada yang berada dalam penguasaannya.
Tidak semua barang milik Negara dapat dihapuskan begitu saja tanpa
alasan yang dibenarkan. Adapun alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar
penghapusan barang milik Negara berdasarkan ketentuan memenuhi
persyaratan teknis, memenuhi persyaratan ekonimis, dan barang hilang,
kondisi kekurangan perbendaharaan, atau kerugian karena kematian hewan
atau tanaman. Persyaratan teknis yang diminta untuk dapat dipenuhinya
persyaratan guna penghapusan barang milik Negara meliputi beberapa hal
yang menurut ketentuan Lampiran VI permenkeu sebagai berikut:
1. Secara fisik, barang tidak dapat digunakan karena rusak dan tidak
ekonomis apabila diperbaiki.
2. Secara teknis, barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi
3. Barang telah melampaui batas waktu kegunaannya atau kadaluarsa
4. Barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan,
seperti terkikis aus dan lain-lain
5. Berkurangnya barang dalam timbangan atau ukuran disebabkan
penggunaan atau susut dalam penyimpanan atau pengangkutan.
Penghapusan barang milik Negara dari daftar Barang Milik Nrgara yang
ada pada pengguna atau kuasa barang milik Negara, menurut lampiran VI
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
barang milik Negara, hanya dapat dilakukan apabila barang milik Negara
tersebut sudah dikeluarkan atau sudah tidak berada dalam penguasaan
pengguna/kuasa Barang Milik Negara yang diakibatkan:
1. Penyerahan barang milik Negara kepada pengelola barang
2. Pengalihan status penggunaan barang milik Negara, selain tanah atau
bangunan kepada pengguna barang lain
3. Pemindahtanganan barang milik Negara, selain tanah atau bangunan
kepada piha lain
4. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum lainnya atau menjalankan ketentuan undang-
undang
5. Pemusnahan
6. Sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar, susut,
menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluwarsa, dan mati/cacat
berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ ternak serta terkena dampak
dari terjadinya force majeure.
Orang yang berhak melakukan penghapusan BMN adalah
pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola barang untuk
BMN dan pengguna barang dengan surat keputusan dari pengelola barang
setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik
daerah atau BMD.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah. Kemudian untuk cara memperoleh barang
milik negara uang diperoleh dari sumber-sumber sah lainnya dapat berupa
barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau kontak,
barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, barang yang
diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, dan barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau
sejenisnya. hibah secara khusus adalah pemindahan kepemilikan suatu
benda yang bukan suatu kewajiban pada orang lain ketika masih hidup
dengan ijab dan qabul tanpa mengharapkan pahala atau kerena
menghormati dan juga bukan karena menutupi kebutuhan.
Sumber barang milik negara berasal dari pendapatan APBN, pinjaman
luar negeri, hibah luar negeri, pemerintah, pemerintah daerah lain, badan,
atau lembaga atau organisasi swasta dalam negeri, dan kelompok
masyarakat/perorangan dalam negeri.
Pihak-pihak yang dapat melaksanakan hibah barang Milik Negara
yaitu pengelola barang untuk tanah dan/atau bangunan, pengguna Barang
dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan yang
dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan sebagaimana
tercantum dalam dokumen penganggaran, tanah dan/atau bangunan yang
diperoleh dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, sebagian tanah
yang berada pada Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.
Pihak yang dapat menerima hibah adalah lembaga sosial, lembaga
keagamaan, dan organisasi kemanusiaan, yang mendapatkan pernyataan
tertulis dari instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang
bersangkutan adalah sebagai lembaga termaksud dan Pemerintah Daerah.
II. SARAN
Dengan adanya pengelolaan barang milik negara yang diperoleh
melalui hibah, seharusnya subjek yang memberikan hibah untuk melakukan
hibah secara teratur dan tertib agar tidak terjadi adanya sengketa yang
menyebabkan kekisruhan. Kemudian bukan hanya itu subjek dan objek
harus menjaga barang milik negara yang diberikan oleh subjek agar tidak
terjadinya penghapusan barang. Dengan begitu sebagai warga negara harus
taat dan patuh kepada peraturan dan undang-undang yang berlaku agar
semua yang sudah dilakukan berlaku secara tertib dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2014. Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara.


https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/246~PMK.06~2014Per.HTM .
Diakses pada 18 April 2019 pukul 12.00

Anonim. 2017. INFO SEPUTAR PHLN.


http://infophln.blogspot.com/2014/11/pengertian-pinjaman-dan-hibah-
luar.html . Diakses pada 18 April 2019 pukul 13.00
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PP Nomor 57 Tahun 2005
PP Nomor 6 Tahun 2006
Utama, Yos Johan. 2017. Hukum Administrasi Negara hal 4.14-4.16. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.

UU Nomor 1 Tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai