Disusun oleh :
2019
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG
DIPEROLEH MELALUI HIBAH
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga Kami sampai saat ini masih diberikan kemampuan dan kesehatan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini dengan judul
“PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG DIPEROLEH
MELALUI HIBAH ”. Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil data
berita di internet dan data terpercaya. Dengan analisis tanpa adanya plagiasi dari
sumber apapun.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
...................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
II. Rumusan Masalah....................................................................... 2
III. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengelolaan Barang Milik Negara melalui Hibah ...................... 3
A. Pengertian Hibah.................................................................... 3
B. Sumber Hibah Barang Milik Negara...................................... 5
C. Subjek Pelaksana Hibah dan Objek Hibah.............................
6
D. Ketentuan dan Pelaksanaan Hibah Barang Milik
Negara.....................................................................................
8
E. Tata Cara Pelaksanaan
Hibah ......................................................................................
9
II. Penghapusan Pengelolaan Barang Milik Negara........................ 15
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan ................................................................................. 18
II. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam upaya menciptakan suatu kesejahteraan bagi warga negaranya,
negara dan pemerintah sebagai perwujudannya menjalankan pemerintahan
sehari-hari. Dengan keseharian permasalahan, maka dibutuhkan beberapa
sarana yang dibutuhkan, seperti adanya ketersediaan dana atau keuangan
negara, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan peraturan, dan
ketersediaan barang milik negara.
Ketersediaan keuangan negara baik itu berupa uang kartal ataupun uang
giral yang dipenuhi dengan pola penerimaan pendapatan negara yang didapat.
Ketersediaan sumber daya manusia atau aparatur negara yang dipenuhi
dengan melakukan aparatur sipil negara yang lazim. Kemudian adanya
ketersediaan peraturan dengan adanya kegiatan legislasi untuk menciptakan
peraturan-peraturan baru yang dibutuhkan negara untuk mengatur dan
menjalankan fungsi pemerintahan. Kebutuhan lain dari negara yang telah
dikemukakan sebelumnya yaitu adanya ketersediaan barang milik negara.
Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Barang milik negara adalah aset yang harus dikelola dan dijaga dengan
baik. Pengelolaan aset negara bukan hanya berupa proses administrasi, tetapi
juga harus dipikirkan bagaimana cara meningkatkan efisien, efektivitas, dan
menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset tersebut. Pengelolaan aset
negara mencakup lingkup perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaanpembinaan,
pengawasan, dan pengendalian.
Barang milik negara dapat dimanfaatkan atau dipindahtangankan
apabila tidak digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
Dalam konteks pemanfaatan ini yaitu tidak terjadi adanya peralihan
kepemilikan dari pemerintah kepada pihak lain. Sedangkan dalam konteks
pemindahtanganan akan terjadi suatu peralihan kepemilikan atas barang milik
negara dari pemerintah kepada pihak lain. Pemindahtanganan barang milik
negara merupakan tindak lanjut atas penghapusan barang milik negara itu
sendiri. Adapun bentuk-bentuk pemindahtangan barang milik negara tersebut
meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah
pusat dan daerah.
Kemudian untuk cara memperoleh barang milik negara uang diperoleh
dari sumber-sumber sah lainnya dapat berupa barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian atau kontak, barang yang diperoleh berdasarkan
ketentuan undang-undang, barang yang diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan barang yang
diperoleh dari hibah atau sumbangan atau sejenisnya. Dalam penulisan ini
akan dibahas barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan.
III. TUJUAN
1. Mengetahui pengelolaan barang milik negara melalui hibah
2. Mengetahui cara penghapusan pengelolaan barang milik negara
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA MELALUI HIBAH
A. Pengertian Hibah
Hibah jika dilihat dari segi bahasa berasal dari kata bahasa arab yang
sudah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia. Kata hibah secara etimologis
yang berarti melewatkan atau menyalurkan. Hibah mempunyai dua
pengertian, secara umum hibah dapat diartikan memindahkan kepemilikan
barang kepada orang lain ketika masih hidup. Arti hibah secara khusus
adalah pemindahan kepemilikan suatu benda yang bukan suatu kewajiban
pada orang lain ketika masih hidup dengan ijab dan qabul tanpa
mengharapkan pahala atau kerena menghormati dan juga bukan karena
menutupi kebutuhan.
Pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan hukum yang
digunakan oleh orang muslim yang ada di Indonesia meyebutkan pada
Pasal 171 huruf g, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk
dimiliki. Hibah dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) merupakan bagian dari hukum perjanjian dan digolongkan
perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu diwaktu
hidupnya. Pada asasnya suatu perjanjian adalah bersifat timbal balik,
seseorang menyanggupi memenuhi prestasi disebabkan dia menerima
kontra prestasi dari pihak lain. Meskipun hibah termasuk hukum perjanjian
cuma-cuma, karena hanya ada prestasi dari satu pihak saja (Penghibah),
sedangkan penerima hibah tidak ada kewajiban untuk memberikan kontra
prestasi kepada penghibah.
Hibah dalam KUH Perdata diartikan sebagai suatu persetujuan,
dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-
cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang
menerima penyerahan barang itu. Hibah diatur dalam Buku III Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur tentang Perikatan Pada
Bab X Pasal 1666. Dalam KUH Perdata diatur bahwa hibah hanya boleh
dilakukan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat penghibahan
itu terjadi. Jika hibah itu mencakup barang-barang yang belum ada, maka
penghibahan batal sekedar mengenai barang-barang yang belum ada.
Selain itu, undang-undang hanya mengakui penghibahan-penghibahan
antara orang-orang yang masih hidup. Semua orang boleh memberikan dan
menerima hibah, kecuali mereka yang oleh undang-undang dinyatakan
tidak mampu untuk itu. Tiada suatu penghibahan pun, kecuali penghibahan
yang termaksud dalam Pasal 1687 (Hadiah dari tangan ke tangan berupa
barang bergerak yang berwujud atau surat piutang yang akan dibayar atas
tunjuk, tidak memerlukan akta notaris dan adalah sah, bila hadiah
demikian diserahkan begitu saja kepada orang yang diberi hibah sendiri
atau kepada orang lain yang menerima hadiah itu untuk diteruskan kepada
yang diberi hibah), dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah
aslinya) harus disimpan pada notaris, dan bila tidak dilakukan demikian,
maka penghibahan itu tidak sah.
Di Indonesia pengelolaan barang milik negara diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik
negara. Peraturan Pemerintah tersebut merupakan peraturan turunan dari
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Dengan dikeluarkannya PP tersebut telah menandai terjadinya perubahan
paradigma baru dalam pengelolaan barang milik negara atau aset Negara,
dimana PP tersebut telah memunculkan optimisme baru best practices
dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel,
dan transparan kedepannya. Ruang lingkup barang milik negara dalam
Peraturan Pemerintah ini mengacu pada pengertian barang milik negara
berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 dan angka 11 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Atas dasar
pengertian tersebut lingkup barang milik negara disamping berasal dari
pembelian atau perolehan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) juga berasal dari perolehan lainnya yang sah.
B. Sumber Hibah Barang Milik Negara
Untuk memberikan barang milik negara yang diberikan kepada objek
melalui hibah maka diperlukan sumber hibah dari barang tersebut. Karena
sumber tersebut dapat memberikan barang yang bermanfaat kepada orang
lain . Hibah kepada pemerintah dapat bersumber dari :
1. Pendapatan APBN
Hibah merupakan salah satu unsur pendapatan negara, selain
penerimaan perpajakan dan PNPB. Hibah dicatat sebagai penerimaan
pemerintah pusat yang diperoleh dari pemberi hibah dan tidak perlu
dibayar kembali. Hibah dapat berasal dari dalam negeri atau lur negeri.
Atas penerimaan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara
langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi
kementerian dan lembaga,atau diteruskan kepada pemerintah daerah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
2. Pinjaman Luar Negeri
Pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari oemberian
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah
dari pemberi pinjaman luar negeri yang dituangkan dalam perjanjian
pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu.
3. Hibah Luar Negeri
Hibah luar negeri penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan
atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau
dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatuihan yang diperoleh
dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
Pemberi Hibah Luar Negeri adalah pemerintah negara asing, lembaga
multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, serta
lembaga keuangan non asing, yang berdomisili dan melakukan kegiatan
usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan
hibah kepada Pemerintah.
Kemudian hibah kepada pemerintah daerah dapat bersumber dari :
1. Pemerintah
2. Pemerintah Daerah lain
3. Badan atau lembaga atau organisasi swasta dalam negeri
4. Kelompok masyarakat/perorangan dalam negeri.
Dengan adanya hibah barang milik negara dilakukan untuk memberikan
manfaat kepada :
1. kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan;
2. penyelenggaraan Pemerintahan Negara/Daerah.