Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Ritanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Disusun Oleh:
Sherin Alinda Zulfa 1710711095
Chaerani 1710711096
Jesica Rachel Meliala 1710711098
Arlia Fika Damayanti 1710711099
Rismayanti Saleha 1710711100
Thalia Elisabeth 1710711105
Esther Novita Angelia A. 1710711115

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Remaja ini


ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Dengan judul makalah tersebut, kami mencoba memberikan pengetahuan kepada
pembaca.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, kami pun berterima kasih kepada Ns. Ritanti M.Kep.,
Sp. Kep. Kom selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah
memberikan bimbingan dan juga masukan kepada penyusun makalah.

Semoga dengan disusunnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi mahasiswa


fakultas ilmu kesehatan UPN Veteran Jakarta. Terlepas dari itu semua kami pun
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
kata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Depok, 25 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Remaja.....................................................................................................................6
B. Tahap Perkembangan Remaja:...................................................................................................6
C. Karakteristik Remaja.................................................................................................................7
D. Masalah Kesehatan yang Terjadi pada Remaja..........................................................................9
E. Asuhan Keperawatan Agregat Remaja....................................................................................22
F. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas......................................................................................38
G. Program dan Kebijakan Pemerintah dalam Kasus ..................................................................42
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................48
A. Simpulan..................................................................................................................................48
B. Saran........................................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................49

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa
yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses
yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini.
Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi
problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian
masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat,
salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
remaja. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi
penerus bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak
para pelajar di kalangan remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan
tinggi, percobaan bunuh diri, minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak
kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek,
ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus
digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative dan menimbulkan
gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat.
Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik
psikis maupun fsik. Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok
dirasakan ketidakenakkan. Hal ini sejalan dengan perkataan Helmi yang
berpendapat bahwa saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja
mungkin mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual.
Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan pengalaman
perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi
ketergantungan.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian remaja?

4
b. Apa saja tahap perkembangan remaja?
c. Apa karakteristik dari remaja?
d. Apakah tugas perkembangan dari remaja?
e. Apa saja masalah yang sering dialami oleh remaja?
f. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas pada Agregat Remaja?
g. Apa saja Peran dan fungsi Perawat dalam Keperawatan Komunitas?
h. Apa saja Program dan Kebijakan untuk Penyelesaian Kasus Agregat
Remaja?
i. Bagaimana Terapi Tradisional untuk Penyelesaian Kasus Agregat Remaja?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian remaja
b. Untuk mengetahui tahap perkembangan remaja
c. Untuk mengetahui karakteristik dari remaja
d. Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja
e. Untuk mengetahui Masalah-Masalah Kesehatan pada Kasus Agregat
Remaja.
f. Untuk mengetahui Prevalensi Masalah-Masalah Kesehatan pada Kasus
Agregat Remaja.
g. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas pada Agregat Remaja.
h. Untuk mengetahui Peran, Fungsi dan Etika Perawat dalam Keperawatan
Komunitas.
i. Untuk mengetahui Program dan Kebijakan untuk Penyelesaian Kasus
Agregat Remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan
yang beragam, yang menandai berakhirnya masa diletakkannya dasar – dasar
menuju taraf kematangan.Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologik,
psikologik dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara
psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan
perkembangan kepribadian. Secara sosiologik ditandai intensifnya persiapan
dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda
(Suhadianto, 2006).

B. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Widyastuti (2009) masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)


 Cenderung tampak dan memang dekat dengan teman sebaya
 Tampak dan merasa ingin lebih bebas
 Cenderung lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berfikir yang khayal (abstrak)
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
 Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
 Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
 Tumbuh perasaan cinta yang mendalam
 Kemampuan untuk berfikir abstrak (berkhayal) semakin berkembang
 Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
 Merupakan pengaruh kebebasan diri
 Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
 Memiliki gambaran, keadaan, peran terhadap dirinya
 Dapat mewujudkan perasaan cinta

 Memiliki kemampuan berfikir yang khayal atau abstrak


C. Karakteristik Remaja

6
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka
terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses
menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1) Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan iniditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan
menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2) Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan
narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini
remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih
yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan
sebagainya.
3) Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan
pencapaian :
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja
adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode
peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang

7
menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa
kedewasaan.

D. Tugas Perkembangan Remaja


Masa remaja merupakan suat periode transisi antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Masa remaja ini merupakan waktu kematangan fisik, kognitif,
sosial, dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri
menjadi laki-laki dewasa dan pada anak perempuan untuk memepersiapkan diri
menjadi wanita dewasa. Dikatakan remaja apabila seorang anak telah tampak
tanda-tanda seks sekunder pada usia 11 sampai 12 tahun dan berhenti saat usia
18 sampai 20 tahun (Wong, 2009).

1)Perkembangan biologis;
Perubahan fisik pada pubertas terutama merupakan hasil aktivitas hormonal di
bawah pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi
secara bersama-sama. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan
peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks
sekunder; perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan
kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi.
Fenomena yang dikaitkan dengan kematangan seksual adalah peningkatan pertumbuhan
yang dramatis sekitar 20% sampai 25% tinggi badan akhir dicapai selama pubertas, dan
kebanyakan pertumbuhan ini terjadi selama periode 24 sampai 36 bulan.

2)Perkembangan psikososial (Erikson);


Pada masa remaja, individu mulai melihat dirinya sebagai individu yang
berbeda, unik dan terpisah dari setiap individu yang lain. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif
pada saat atau ketika lulus sekolah menengah. Selama tahap remaja awal, tekanan untuk
memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok
dan kelompok dapat memberi mereka status. Individu yang mencari identitas
merupakan bagian dari proses identifikasi yang sedang berlangsung. Pada saat anak
menentukan identitas, dalam kelompok, mereka juga mencoba untuk menggabungkan
berbagai perubahan tubuh kedalam suatu konsep diri.

8
3) Perkembangan kognitif;
Perkembangan ini merupakan tahap Piaget ke empat dan terakhir. Remaja tidak
lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir
konkret, mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Remaja
secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel dalam waktu yang
bersamaan.

E. Masalah-Masalah Kesehatan pada Kasus Agregat Remaja


1. NAPZA
a. Pengertian
Napza merupakan bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
memengaruhi tubuh terutama susuan saraf pusat atau otak, sehingga bilamana
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis atau jiwa, dan
fungsional. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,
rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya

b. Faktor penyebab
1) Faktor individu :
 Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang
tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol
dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain
membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih
besar dibandingkan remaja kembar dizigot.
 Psikologik
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik
maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk
menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri
tersebut antara lain :
 Cenderung memberontak dan menolak otoritas

9
 Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi,
Cemas, Psikotik, Keperibadian dissosial.
 Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
 Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki
citra diri negatif (low self-esteem)
 Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
 Mudah murung,pemalu, pendiam
 Mudah mertsa bosan dan jenuh
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
 Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
 Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern.
 Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
 Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
 Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
 Kemampuan komunikasi rendah
 Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidakmampuan,
kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)
 Putus sekolah
 Kurang menghayati iman kepercayaannya

2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.Faktor
keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak
atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

a. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan
NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko

10
penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua
dengan disiplin yang ketat. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu
menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami
problem-problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga.
Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak
harmonis dan matinya komunikasi antara mereka.
Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau pun
keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah
tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah. Orangtua
sering minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga larut malam.
Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai hubungan yang biasa-
biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang menghabiskan waktu luang dan
bercanda dengan orang tuanya (Jehani, dkk, 2006).
 Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
 Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga
 Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
 Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
 Orang tua otoriter atau serba melarang
 Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
 Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
 Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
 Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)
 Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
 Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA

b. Lingkungan Sekolah
 Sekolah yang kurang disiplin
 Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
 Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif
 Adanya murid pengguna NAPZA

11
c. Lingkungan Teman Sebaya
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman
kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong
atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut
Hawari (2010) perkenalan pertama dengan NAPZA justru datangnya dari
teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan
keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan
diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama
dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap
menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse).
Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas ikatan
psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh
teman kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi si anak,
misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan
seterusnya sehingga anak turut menyalahgunakan NAPZA dan sukar
melepaskan diri dari teman kelompoknya.
Marlatt dan Gordon (1980) dalam penelitiannya terhadap para penyalahguna
NAPZA yang kambuh, menyatakan bahwa mereka kembali kambuh karena
ditawari oleh teman-temannya yang masih menggunakan NAPZA (mereka
kembali bertemu dan bergaul). Kondisi pergaulan sosial dalam lingkungan
yang seperti ini merupakan kondisi yang dapat menimbulkan kekambuhan.
Proporsi pengaruh teman kelompok sebagai penyebab kekambuhan dalam
penelitian tersebut mencapai 34%.
 Berteman dengan penyalahguna
 Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

d. Lingkungan masyarakat/sosial

12
 Lemahnya penegakan hukum
 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

Prevalensi NAPZA

Direktur PLRIP-BNN pada Rakernis Terapi Rehabilitasi Napza menyebut pada


tahun 2014 di seluruh dunia pecandu berat narkoba berjumlah antara 15.5 juta - 38.6
juta. Prevalensi pengguna narkoba dunia adalah sekitar 5%, sedangkan Indonesia pada
2015 diperkirakan sebesar 2.8%, ada kenaikan hampir dua kali lipat dalam 10 tahun
terakhir (tahun 2004 prevalensi 1.75%). Menurut data prevalensi tahun 2019 oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN), jumlah pengguna Narkoba di Indonesia menyentuh angka 4
juta orang. Sedangkan jumlah korban sebagai akibat penggunaan barang haram itu telah
mengalami peningkatan hingga dua kali dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian
sebagian besar korban penggunaan narkoba ini tidak hanya melibatkan kalangan elit
tetapi juga menerobos hingga semua elemen masyarakat dan bahkan anak yang berusia
antara 14-18 tahun pun rentan menjadi korban narkoba. Sementara itu, kasus Sulawesi
Selatan menurut data BNN tahun 2017 terdapat 21.961 orang pengguna narkoba. Ini
mengalami peningkatan di bandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai angka 15.869
orang.

13
2. Rokok
a. Kandungan pada rokok
Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-kandungan yang
terdapat pada sebatang rokok. Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di
dalamnya. Setidaknya, 60 dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan
kanker. Bahan-bahan berbahaya pada sebatang rokok, di antaranya:
1) Karbon monoksida
Zat yang tidak bisa terlihat atau terasa ini, kerap ditemukan pada asap
knalpot mobil. Zat ini bisa mengikat diri pada hemoglobin dalam darah secara
permanen, sehingga menghalangi suplai oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Karbon monoksida ini cenderung membuat Anda merasa kehabisan napas dan
juga menjadi lebih mudah lelah.
2) Tar
Ketika merokok, kandungan tar di dalam rokok akan ikut terisap. Zat ini
akan mengendap di paru-paru Anda dan berdampak negatif pada kinerja rambut
halus yang melapisi paru-paru. Padahal, rambut tersebut bertugas untuk

14
mendorong kuman serta partikel asing lainnya keluar dari paru-paru Anda. Tar
dalam asap rokok mengandung berbagai bahan kimia karsinogen, yang dapat
memicu perkembangan sel kanker di tubuh.
3) Gas oksida
Gas ini bisa bereaksi dengan oksigen. Keberadaan oksidan dalam tubuh
meningkatkan risiko terjadinya stroke dan serangan jantung.
4) Benzene
Zat yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini bisa merusak sel
pada tingkat genetik. Zat ini juga dikaitkan dengan berbagai jenis kanker seperti
kanker ginjal dan leukimia.
Selain bahan-bahan di atas, masih banyak kandungan zat kimia beracun pada
sebatang rokok seperti arsenic (digunakan dalam pestisida), formalin
atau formaldehyde (digunakan untuk mengawetkan mayat), hydrogen
cyanide (digunakan untuk membuat senjata kimia), dan amonia.

b. Gangguan Kesehatan akibat merokok


Bahaya merokok bagi kesehatan di antaranya yaitu:
1) Gangguan Kardiovaskular
Ketika Anda merokok, Anda akan lebih mungkin terkena
serangan jantung. Perokok berisiko dua hingga empat kali lebih tinggi
menderita penyakit jantung. Risiko lebih tinggi lagi jika Anda perokok
wanita yang sedang mengonsumsi pil KB.
Saat merokok, Anda memasukkan zat-zat berbahaya yang bisa
berdampak buruk bagi tubuh, khususnya jantung, contohnya zat nikotin.
Ketika nikotin masuk ke tubuh, zat itu bisa mengurangi kadar oksigen
yang dapat masuk ke darah. Zat yang bersifat candu ini juga bisa
mempercepat detak jantung, menaikkan tekanan darah, merusak
pembuluh darah dalam jantung, dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya penggumpalan darah yang bisa memicu serangan jantung.
Begitu juga dengan akibat-akibat buruk terhadap organ tubuh yang
lainnya.
Bahaya merokok juga bisa dirasakan oleh orang yang tidak merokok

15
sama sekali. Asap rokok bisa menyebabkan penyakit jantung dan kanker
paru-paru pada perokok pasif, yaitu orang yang tidak merokok namun
tetap menghirup asapnya.
2) Otak
Bahaya merokok bisa meningkatkan risiko terkena stroke sebesar
50 persen. Hal tersebut bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami aneurisma otak.
Aneurisma otak adalah pembengkakan pembuluh darah yang terjadi
akibat melemahnya dinding pembuluh darah. Sewaktu-waktu bisa pecah
dan mengakibatkan pendarahan di otak.
3) Mulut dan tenggorokan
Bau mulut dan gigi bernoda merupakan efek yang akan timbul
akibat merokok. Penyakit gusi dan kerusakan indera perasa pun dapat
timbul akibat bahaya merokok. Masalah serius yang akan hinggap pada
mulut dan tenggorokan adalah meningkatnya risiko kanker pada lidah,
tenggorokan, bibir, dan pita suara.
4) Paru-paru
Salah satu efek paling berbahaya akibat merokok adalah kanker paru-paru.
Bahan-bahan kimia pada rokok berpotensi merusak sel paru-paru yang kemudian
bisa berubah menjadi sel kanker. Penyakit serius lainnya yang bisa Anda alami
adalah bronkitis, pneumonia, dan emfisema.
5) Lambung
Merokok bisa melemahkan otot yang mengontrol bagian bawah
kerongkongan Anda. Hal tersebut memungkinkan asam dari lambung bergerak ke
arah yang salah, yaitu naik ke kerongkongan. Kondisi tersebut dinamakan penyakit
asam lambung atau GERD. Beberapa risiko penyakit lambung lainnya yang dapat
terjadi pada seorang perokok adalah ulkus atau tukak lambung dan kanker lambung.
6) Tulang
Racun pada rokok bisa menimbulkan kerapuhan pada tulang. Oleh sebab itu,
perokok lebih berisiko mengalami tulang rapuh atau osteoporosis. Wanita perokok
lebih rentan menderita osteoporosis dibanding dengan wanita bukan perokok.
7) Kulit

16
Perokok akan terlihat lebih tua daripada yang bukan perokok, karena
kurangnya asupan oksigen ke kulit. Penuaan dini akan dirasakan, seperti kemunculan
kerutan di sekitar mata dan mulut. Racun rokok juga bisa menyebabkan selulit pada
kulit.
8) Organ reproduksi
Merokok bisa mengganggu sistem reproduksi dan kesuburan Anda. Pada pria,
merokok bisa menyebabkan impotensi, mengurangi produksi sperma, dan kanker
testis. Sementara pada wanita, merokok dapat mengurangi kesuburan. Selain itu,
risiko terkena kanker serviks pun lebih tinggi karena rokok mengurangi kemampuan
alami tubuh dalam melawan infeksi human papillomavirus atau HPV.
9) Gangguan psikologis
Selain penyakit pada fisik, perokok juga mengalami tingkat stres yang lebih
tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok. Selama ini mungkin Anda mengira
merokok bisa membuat lebih rileks. Anda menganggap kandungan nikotin bisa
menenangkan pikiran Anda, tapi ternyata itu salah. Yang membuat perokok gelisah
dan cemas adalah gejala putus obat terhadap nikotin. Dengan merokok, kecanduan
terhadap nikotin akan terpenuhi dan perokok merasa seperti rokok tersebut
menurunkan stres.
Memang tidak semua perokok akan meninggal karena penyakit jantung, kanker paru-
paru, atau stroke, namun kebiasaan merokok bisa sangat mengganggu kesehatan dan
mengurangi kualitas hidup. Bahaya merokok yang biasa dirasakan sehari-hari adalah
batuk-batuk, sesak napas, lebih mudah lelah, lebih rentan terhadap infeksi, atau
mengalami gangguan tidur yang ditandai dengan sulit bernapas pada malam hari
kemudian merasa kelelahan di pagi hari.

Prevalensi Merokok

WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa di dunia setiap tahun terjadi kematian
dini akibat PTM pada kelompok usia di 30 – 69 tahun sebanyak 15 juta. Sebanyak 7,2
juta  kematian tersebut diakibatkan konsumsi produk tembakau dan 70% kematian
tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Kecenderungan peningkatan
prevalensi merokok, terlihat lebih besar pada usia muda dibandingkan pada usia
dewasa. Data dari Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang

17
berjudul The Tobacco Control Atlas ASEAN Region, menunjukkan persentase remaja
Indonesia berusia 13-15 tahun yang merokok sebesar 19,4%. Angka tersebut merupakan
yang tertinggi di antara negara ASEAN lainnya. Adapun negara dengan persentase
remaja yang merokok terbanyak selanjutnya terdapat di Malaysia sebesar 14,8% dan
Filipina sebesar 14,5%. Thailand menduduki posisi keempat dengan persentase remaja
yang merokok sebesar 11,3%, kemudian diikuti oleh Brunei Darussalam sebesar 8,9%.
Selisih tipis dengan Brunei, Myanmar menempati posisi keenam dengan persentase
sebesar 8,3%. Sementara itu, persentase terkecil remaja yang merokok terdapat di
Kamboja sebesar 2,4%. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi perokok laki–laki di
Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk
Indonesia terpapar asap rokok. Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat
lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja. Riskesdas 2018 menunjukan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun dari 7,2% menjadi 
9,1%. Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih
dari 230 ribu kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Sementara
data Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, kanker
paru menempati urutan pertama penyebab kematian, yaitu sebesar 12,6 persen.
Sementara, data dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan menyebutkan, 87 persen
kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.
 

18
3. Alkohol
mengonsumsi minuman beralkohol dengan kadar tidak berlebihan diduga
dapat menurunkan risiko penyakit berbahaya, seperti stroke, diabetes, hingga
penyakit jantung. Namun, mau sedikit atau banyak mengonsumsi alkohol, tetap
saja tidak mengurangi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh zat tersebut.
a. Bahaya alkohol bagi kesehatan
Berikut adalah beberapa bahaya alkohol jika di konsumsi secara
berlebihan, yaitu:
1) Merusak hati
Hati merupakan organ terbesar di tubuh manusia yang
berfungsi untuk menetralisir racun dari dalam darah. Selain itu,
hati juga berperan dalam metabolisme kolesterol, dan
memproduksi protein yang berguna untuk proses pembekuan
darah. Akan tetapi, fungsi hati dapat terganggu atau bahkan rusak
jika Anda terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
Saat minuman beralkohol masuk ke dalam tubuh, hati akan
berkerja lebih keras untuk memroses alkohol. Bahaya alkohol ini
dapat membuat hati mengalami peradangan dan memicu
munculnya gangguan, seperti penumpukan lemak di hati, sirosis
hati, hepatitis alkoholik, hingga kanker hati.
2) Rentan terkena pankreatitis
Pankreas merupakan salah satu organ penting di tubuh
yang berperan dalam memproduksi enzim dan hormon yang
berguna untuk membantu proses pencernaan. Namun saat Anda

19
terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol, pankreas akan
memproduksi zat beracun yang mengakibatkan Anda mudah
mengalami radang pakreas
3) Mengalami masalah sistem pencernaan
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan dalam
jangka waktu yang lama juga bisa mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada saluran pencernaan. Rusaknya saluran
pencernaan ini membuat nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak
terserap dengan sempurna, sehingga Anda mudah
mengalami kekurangan nutrisi. Selain merusak pencernaan,
bahaya alkohol yang dikonsumsi berlebih juga dapat
menyebabkan luka di dinding lambung (gastritis) bahkan kanker
di saluran pencernaan.
4) Menurunkan fungsi otak
Fungsi otak bisa mengalami penurunan bila terlalu sering
mengonsumsi alkohol. Hal ini dikarenakan bahaya alkohol dapat
mengganggu kinerja zat kimiawi di otak yang berfungsi sebagai
pengatur fungsi otak. Akibatnya, akohol yang diminum
berlebihan dapat menurunkan fungsi otak Anda. Kehilangan
koordinasi, berkurangnya refleks tubuh, menurunnya
penglihatan, gangguan mood dan ingatan, pingsan, hingga
meningkatnya risiko stroke, merupakan kondisi-kondisi yang bisa
terjadi pada otak Anda apabila terlalu banyak mengonsumsi
minuman beralkohol.
5) Risiko terkena penyakit jantung
Mengonsumsi alkohol secara berlebih dapat memicu
munculnya gangguan pada jantung, seperti gangguan irama
jantung, peningkatan tekanan darah, melemahnya otot jantung,
hingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
6) Meningkatkan risiko kanker
Sebuah penelitian mengungkapkan, kebiasaan
mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko terkena

20
berbagai jenis kanker. Ini dikarenakan alkohol diketahui memiliki
sifat karsinogen yang bisa merusak sel-sel di tubuh dan memicu
munculnya penyakit kanker. Beberapa jenis kanker yang bisa
muncul, seperti kanker mulut dan tenggorokan, leher, hati,
payudara, dan kanker kolonektal.

Prevalensi Konsumsi Alkohol

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sebanyak 3 juta orang di dunia


meninggal akibat konsumsi alkohol pada 2016 lalu. Angka itu setara dengan 1 dari 20
kematian di dunia disebabkan oleh konsumsi alkohol. Lebih dari 75 persen kematian
akibat alkohol terjadi pada pria. Sebagian besar kematian disebabkan oleh insiden
kecelakaan sebanyak 28 persen. Posisi itu diikuti oleh 21 persen kematian akibat
gangguan pencernaan dan 19 persen oleh gangguan jantung. Di luar itu, infeksi, kanker,
dan gangguan mental menjadi pemicu kematian yang diakibatkan alkohol. WHO juga
mencatat, alkohol dikonsumsi oleh 2,3 miliar orang di dunia. Sebuah jajak pendapat
yang dilakukannya menemukan bahwa kebanyakan konsumsi alkohol dimulai sejak usia
di bawah 15 tahun. SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) yang lalu hanya
menunjukkan prevalensi yang rendah pada level nasional. Prevalensi untuk laki-laki dan
perempuan umur 15 tahun ke atas, masing-masing 3,0 % dan 0,2% pada tahun 1995,
5,7 % dan 0,8 % pada tahun 2001. Prevalensi penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas
yang minum alkohol 1 bulan terakhir adalah 4,5 % di perkotaan dan 5,2 % di perdesaan.
Frekuensi minum alkohol adalah 11.7 % hampir tiap hari, 24.4 % hampir tiap minggu,
dan 35.8 % hampir tiap bulan. Ada 7 provinsi (kecuali DKI Jakarta yang tidak memiliki
daerah perdesaan) dengan prevalensi di perkotaan lebih tinggi secara bermakna dari
perdesaan, yaitu Kepulauan Riau, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Kalimantan
Selatan, Papua Barat dan Papua. Kemudian ada 7 provinsi dengan prevalensi di
perdesaan lebih tinggi secara bermakna dari perkotaan, yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan
Maluku Utara.

21
F. Asuhan Keperawatan Agregat Remaja
Perawat komunitas melakukan pengkajian di suatu wilayah dan didapatkan data
banyak warga yang suka nongkrong dan mabuk pada malam hari, merokok, dan
menggunakan narkoba. Menurut keterangan kader dan ketua RW, banyak remaja yang
putus sekolah dan menggunakan narkoba. Hal ini diketahui karena ketua RW pernah
menggerebek sebuah rumah kosong yang sedang dipakai pesta narkoba oleh remaja
setempat. Seorang perawat komunitas melakukan pengkajian di wilayah tersebut dan
didapatkan data:
 Remaja putus sekolah sebanyak 35%
 Remaja berpacaran sebanyak 30%
 Sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi
 Sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan
 Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
 Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang tua
Hasil wawancara perawat dengan remaja menerangkan bahwa mereka lebih
memilih bermain dengan teman-temannya daripada sekolah sehingga sebagian besar
dari mereka putus sekolah. Mereka mengatakan bahwa orang tuanya tidak peduli
dengan mereka, jarang berkomunikasi antar anggota keluarga. Remaja yang tidak mau
merokok akan dibullying oleh teman sebayanya dan tidak dimasukkan dalam geng
mereka. Sehingga mau tidak mau, remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-
temannya tersebut. Bahkan ada di antaranya menggunakan narkoba.

22
PENGKAJIAN
 Inti Masyarakat
1. Sejarah Lingkungan
Kelurahan A dengan 5 RT dan 2 RW, di wilayah RW 01 dilaporkan banyak
remaja yang suka nongkrong dan mabuk pada malam hari, merokok, dan
menggunakan narkoba. Remaja tersebut suka berkumpul di sebuah rumah
kosong yang ada di wilayah tersebut. Perkumpulan ini mulai terbentuk semenjak
satu tahun lalu, dan jumlah remaja yang suka menongkrong ini semakin
bertambah. Hasil wawancara perawat dengan remaja menerangkan bahwa
mereka lebih memilih bermain dengan teman-temannya daripada sekolah
sehingga sebagian besar dari mereka putus sekolah. Mereka mengatakan bahwa
orang tuanya tidak peduli dengan mereka. Remaja yang tidak mau merokok akan
dibullying oleh teman sebayanya dan tidak dimasukkan dalam geng mereka.
Sehingga mau tidak mau, remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-
temannya tersebut. Bahkan ada di antaranya menggunakan narkoba.
2. Demografi
Kelurahan A dengan 5 RT dan 2 RW mempunyai jumlah penduduk 1050
jiwa (220KK). Dimana RW tersebut terdiri dari RW 01 dan 02, terdiri 5 RT
yaitu: RT 01, RT02, RT03, RT 04, RT 05 dimana pada RT 05. Batas wilayah
yang dijadikan target pengkajian yaitu RW 01, sebelah utara dibatasi oleh RW
02, sebelah selatan dibatasi oleh perkebunan, di sebelah timur dibatasi oleh
komplek perumahan dan di sebelah barat dibatasi oleh Kelurahan B. Kelurahan
memiliki berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah masjid, sebuah taman
kanak-kanak, sebuah balai RW dan dua lokasi pemakaman umum. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang dimiliki ada sebuah puskesmas harapan warga. Di
kelurahan A didapatkan data bahwa banyak remaja yang suka nongkrong dan
mabuk pada malam hari, merokok, dan menggunakan narkoba, tepatnya di
wilayah RW 01.
3. Statistik Vital
 Remaja putus sekolah sebanyak 35%
 Remaja berpacaran sebanyak 30%
 Sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi

23
 Sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan
 Terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alkohol
 Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang
tua
4. Nilai dan Keyakinan
 Remaja lebih memilih bermain dengan teman-temannya daripada
sekolah sehingga sebagian besar dari mereka putus sekolah.
 Remaja mengatakan bahwa orang tuanya tidak peduli dengan mereka,
jarang berkomunikasi antar anggota keluarga.
 Remaja yang tidak mau merokok akan dibullying oleh teman sebayanya
dan tidak dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau tidak mau,
remaja laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut.
 Penilaian subsistem
a. Lingkungan fisik
Di lingkungan Kelurahan A banyak terdapat perumahan dengan tipe
permanen dengan persentase 82%, semi permanen13%, tidak permanen 5%.
Sebagian besar status kepemilikan rumah di kelurahan A milik sendiri. Belum
terdapatnya lokasi untuk wadah perkumpulan remaja seperti karang taruna di
Kelurahan A. Terdapat sebuah rumah kosong yang sering dipakai untuk pesta
narkoba oleh remaja setempat.

b. Pelayanan kesehatan
Sarana kesehatan yang paling terdekat adalah puskesmas, sebagian besar
orang tua biasanya membawa remaja de puskesmas jika remaja sakit, jika ada
keadaan yang darurat barulah dibawa ke rumah sakit. Tempat pelayanan
kesehatan yang lainnya adalah dokter praktek umum, bidan, balai pengobatan.
Namun, sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan mereka
ke pelayanan kesehatan setempat
c. Ekonomi
Di Kelurahan A kebanyakan orang tua dari remaja berekonomi
menengah ke bawah. Kedua orang tua kebanyakan bekerja sebagai buruh pabrik
di dekat wilayah tersebut. Sementara sebagian besar remaja masih bergantung

24
dengan orang tua mereka dalam pemenuhan kebutuhan, sebagiannya lagi remaja
tidak ada kegiatan atau penganguran.
d. Keamanan dan Transportasi
Kendaraan di Kelurahan A lumayan banyak. Tetapi kebanyakan dari
mereka tidak bisa memanfaatkan kendaraan tersebut,
e. Kebijakan dan Pemerintah
Di Kelurahan A para remaja banyak tidak mengikuti dan tidak berperan
serta dalam kelompok organisasi di komunitas mereka. Di kelurahan A tidak
terdapat wadah perkumpulan seperti karang taruna.
f. Komunikasi
 Orangtua tidak peduli dan jarang berkomunikasi antar anggota keluarga.
Sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang
tua
 Komunikasi dengan teman sebayanya dengan komunikasi verbal
g. Pendidikan
 Remaja lebih memilih bermain dengan teman temannya daripada sekolah
 Didapatkan data sebanyak 30% remaja putus sekolah
h. Rekreasi
Di Kelurahan A biasanya remaja lebih memilih rekreasi dengan duduk di
warung sambil merokok dan minum-minuman dengan persentase 10% dan juga
berpacaran sebanyak 30%.
i. Persepsi
Remaja yang tidak mau merokok akan dibullying oleh teman sebayanya
dan tidak dimasukkan dalam geng mereka. Sehingga mau tidak mau, remaja
laki-laki akan mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
 Ketua RW dan kader mengatakan  Remaja putus sekolah sebanyak 35%
bahwa banyak remaja yang putus  Remaja berpacaran sebanyak 30%
sekolah dan menggunakan narkoba  Sebanyak 10% remaja tidak tahu
 Remaja lebih memilih bermain dengan tentang kesehatan reproduksi
teman-temannya daripada harus  Sebanyak 20% remaja belum pernah

25
sekolah sehingga sebagian besar dari memeriksakan kesehatan
mereka putus sekolah  Terdapat 10% remaja yang merokok
 Remaja mengatakan bahwa orang tua dan mengkonsumsi alkohol
nya tidak peduli dengan mereka,  Sebagian besar remaja (50%) tidak
jarang berkomunikasi antar anggota suka bercerita masalahnya kepada
keluarga orang tua
 Remaja mengatakan bahwa mereka
merokok dan memakai narkoba agar
diakui dengan geng dan tidak dibully
oleh teman-temannya

ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS : Perilaku cenderung beresiko pada remaja
 Ketua RW dan kader mengatakan di Kelurahan A RW. 01 dengan masalah
bahwa banyak remaja yang putus kurang dukungan sosial yang
sekolah dan menggunakan narkoba dimanifestasikan dengan remaja putus
 Remaja lebih memilih bermain sekolah sebanyak 35%, remaja
dengan teman-temannya daripada berpacaran sebanyak 30%, sebanyak
harus sekolah sehingga sebagian 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan
besar dari mereka putus sekolah reproduksi, sebanyak 20% remaja belum
 Remaja mengatakan bahwa orang pernah memeriksakan kesehatan,
tua nya tidak peduli dengan terdapat 10% remaja yang merokok dan
mereka, jarang berkomunikasi mengkonsumsi alcohol, sebagian besar
antar anggota keluarga remaja (50%) tidak suka bercerita
 Remaja mengatakan bahwa mereka masalahnya kepada orang tua
merokok dan memakai narkoba
agar diakui dengan geng dan tidak
dibully oleh teman-temannya
DO :
 Remaja putus sekolah sebanyak
35%
 Remaja berpacaran sebanyak 30%

26
 Sebanyak 10% remaja tidak tahu
tentang kesehatan reproduksi
 Sebanyak 20% remaja belum
pernah memeriksakan kesehatan
 Terdapat 10% remaja yang
merokok dan mengkonsumsi
alkohol
 Sebagian besar remaja (50%) tidak
suka bercerita masalahnya kepada
orang tua
2. DS : Komunikasi tidak efektif remaja dengan
 Remaja lebih memilih bermain keluarga di Kelurahan A RW.01 dengan
dengan teman-temannya daripada masalah tidak efektifnya koping keluarga
harus sekolah sehingga sebagian dimanifestasikan dengan sebagian besar
besar dari mereka putus sekolah remaja (50%) tidak suka bercerita
 Remaja mengatakan bahwa orang masalahnya kepada orang tua dan
tua nya tidak peduli dengan Remaja mengatakan bahwa orang tua
mereka, jarang berkomunikasi nya tidak peduli dengan mereka, jarang
antar anggota keluarga berkomunikasi antar anggota keluarga

DO :
 Sebagian besar remaja (50%) tidak
suka bercerita masalahnya kepada
orang tua
3. DS : Ketidakefektifan manajemen kesehatan
 Ketua RW dan kader mengatakan pada remaja di Kelurahan A RW.01
bahwa banyak remaja yang putus dengan masalah kurang dukungan sosial
sekolah dan menggunakan narkoba dimanifestasikan dengan remaja putus
 Remaja lebih memilih bermain sekolah sebanyak 35%, sebanyak 10%
dengan teman-temannya daripada remaja tidak tahu tentang kesehatan
harus sekolah sehingga sebagian reproduksi, sebanyak 20% remaja belum
besar dari mereka putus sekolah pernah memeriksakan kesehatan,
 Remaja mengatakan bahwa orang terdapat 10% remaja yang merokok dan

27
tua nya tidak peduli dengan mengkonsumsi alcohol, sebagian besar
mereka, jarang berkomunikasi remaja (50%) tidak suka bercerita
antar anggota keluarga masalahnya kepada orang tua
 Remaja mengatakan bahwa mereka
merokok dan memakai narkoba
agar diakui dengan geng dan tidak
dibully oleh teman-temannya

DO :
 Remaja putus sekolah sebanyak
35%
 Remaja berpacaran sebanyak 30%
 Sebanyak 10% remaja tidak tahu
tentang kesehatan reproduksi
 Sebanyak 20% remaja belum
pernah memeriksakan kesehatan
 Terdapat 10% remaja yang
merokok dan mengkonsumsi
alkohol
 Sebagian besar remaja (50%) tidak
suka bercerita masalahnya kepada
orang tua

SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


DIAGNOSA PEMBOBOTAN JUMLAH
NO
KEPERAWATAN A B C D E F G H I J K
1 Perilaku cenderung 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 4 38

28
beresiko pada remaja di
Kelurahan A RW. 01
2 Komunikasi tidak 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 39
efektif remaja dengan
keluarga di Kelurahan
A RW.01
3 Ketidakefektifan 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 34
manajemen kesehatan
pada remaja di
Kelurahan A RW.01

Keterangan Pembobotan:
1. Sangat Rendah A. Risiko terjadi G. Tempat
2. Rendah B. Risiko parah H. Waktu
3. Cukup C. Potensial penkes I. Dana
4. Tinggi D. Minat masyarakat J. Fasilitas kesehatan
5. Sangat Tinggi E. Kemungkinan diatasi K. Sumber daya
F. Sesuai program
pemerintah

29
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnose Keperawatan
1. Perilaku cenderung beresiko pada remaja di Kelurahan A RW. 01 dengan masalah kurang dukungan sosial yang dimanifestasikan
dengan remaja putus sekolah sebanyak 35%, remaja berpacaran sebanyak 30%, sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan
reproduksi, sebanyak 20% remaja belum pernah memeriksakan kesehatan, terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi
alcohol, sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang tua
2. Komunikasi tidak efektif remaja dengan keluarga di Kelurahan A RW.01 dengan masalah tidak efektifnya koping keluarga
dimanifestasikan dengan sebagian besar remaja (50%) tidak suka bercerita masalahnya kepada orang tua dan Remaja mengatakan
bahwa orang tua nya tidak peduli dengan mereka, jarang berkomunikasi antar anggota keluarga
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada remaja di Kelurahan A RW.01 dengan masalah kurang dukungan sosial dimanifestasikan
dengan remaja putus sekolah sebanyak 35%, sebanyak 10% remaja tidak tahu tentang kesehatan reproduksi, sebanyak 20% remaja
belum pernah memeriksakan kesehatan, terdapat 10% remaja yang merokok dan mengkonsumsi alcohol, sebagian besar remaja (50%)
tidak suka bercerita masalahnya kepada orang tua

RENCANA TINDAKAN

30
N Rencana Kegiatan Evaluasi
Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus
o Strategi Kegiatan Evaluasi Kriteria Standar
1. Perilaku Program 1. Memahami Program 1. Sosialisasi Afektif 90% masyarakat
cenderung tatalaksana pembentukan Kelompok pembentukan paham proses
beresiko pada perilaku kelompok Remaja kelompok kerja pembentukan
remaja di cenderung Sehat kesehatan kelompok Remaja
Kelurahan A berisiko pada bersama tokoh Sehat
RW. 01 dengan remaja dapat masyarakat
masalah kurang berjalan dengan seperti
dukungan sosial optimal setelah kelompok
2. Membentuk kelompok
dilakukan Remaja Sehat Setiap RT
Remaja Sehat
pembinaan mengirim 2
selama 2. Pembentukan Afektif delegasi untuk
3 bulan, dengan kelompok menjadi anggota
3. Meningkatkan
kriteria hasil : Remaja Sehat Remaja Sehat
pengetahuan dan
 Meningkatnya
informasi berdasarkan
pengetahuan 3. Lakukan diskusi
pengalaman
keluarga dan kelompok
narasumber Meningkatnya
remaja dengan Kognitif pengetahuan dan
mengenai orangtua/ informasi kelompok
pemeliharaan kelompok yang remaja
kesehatan dan telah berhasil

31
penyakit- melewati
penyakit yang pengalaman
1. Meningkatkan
akan berpotensi yang sama
pengetahuan tentang
timbul akibat Pendidikan
macam-macam
dari merokok Kesehatan
perilaku berisiko pada Kognitif
dan narkoba 1. Berikan 90% remaja dan
remaja, dampaknya,
 Meningkatnya penyuluhan keluarga meningkat
dan cara menghindari-
kesadaran dan tentang perilaku pengetahuan-nya
nya
motivasi remaja berisiko pada secara signifikan.
untuk remaja
berperilaku
hidup sehat 2. Membantu remaja
untuk membentuk
2. Berikan
perilaku positif; taat
bimbingan atau
beragama dan taat Afektif 90% remaja
penyuluhan
peraturan serta norma. menunjukan
untuk taat
perilaku taat
beragama dan
1. Terbentuknya remaja beragama, taat
patuh terhadap
yang mampu menolak peraturan dan
hukum dan
ajakan merokok norma.
kepada semua
lapisan
Coaching

32
masyarakat Psikomo- 90% remaja mampu
3. Terbentuknya tor menolak ajakan
remaja mampu 1. Ajarkan merokok dari teman
menjaga Teknik sebaya
kebersihan alat komunikasi
reproduksi efektif dalam
secara mandiri menolak
merokok
90% remaja mampu
Psikomo- menjaga kebersihan
2. Ajarkan cara tor alat reproduksi
membersih-kan secara mandiri
1. Melakukan kerjasama
Kemitraan alat reproduksi
dengan BNN dalam
menanggulangi masalah 90% remaja dan
penyalahgunaan 1. Mengadakan Kognitif keluarga
narkoba pada remaja. forum diskusi, mengetahui cara
bimbingan dan menanggulangi
penyuluhan masalah
tentang penyalahguna-an
masalah narkoba
penyalahgu-
naan narkoba

33
pada remaja
2. Komunikasi Program 1. Meningkatnya Pendidikan 1. Melakukan Kognitif 90% remaja dan
tidak efektif tatalaksana pengetahuan remaja Kesehatan bimbingan dan keluarga mengalami
remaja dengan komunikasi tidak dan orangtua tentang penyuluhan peningkatan
keluarga di efektif pada pengertian tentang pengetahuan
Kelurahan A keluarga dapat komunikasi, komunikasi tentang komunikasi
RW.01 dengan berjalan dengan komunikasi efektif, efektif dalam efektif dalam
masalah tidak optimal setelah tujuan komunikasi keluarga keluarga
efektifnya dilakukan efektif, menjelaskan
koping keluarga pembinaan tentang langkah- 2. Demonstrasika
selama langkah dalam n komunikasi Psikomoto 90% remaja dan
3 bulan, dengan melakukan efektif antara r keluarga dapat
kriteria hasil : komunikasi efektif remaja dengan meredemonstrasika
 Remaja dapat antara orangtua orangtua n serta
mencerita-kan dengan remaja melaksanakan
masalah-nya 2. Remaja dan keluarga komunikasi efektif
kepada mampu di rumah
orangtua meredemonstrasikan
 Orangtua dapat komunikasi efektif 90% remaja dan
mendengarkan keluarga mengikuti
dan memberi- sesi konseling
kan solusi

34
terhadap
masalah 1. Orang tua dan Coaching 1. Mengadakan Kognitif
anaknya remaja mengetahui konseling Setiap RT

tentang kebutuhan tentang mengirim 2

remaja kebutuhan delegasi untuk

remaja menjadi anggota


Ibu Peduli Sehat

Kemitraan 1. Dengan kader Afektif


PKK
1. Lakukan kerja sama
membentuk Ibu
dengan kader PKK
Peduli Remaja
Sehat
3. Ketidakefektifa Program 1. Meningkatnya Pendidikan 1. Diskusikan Kognitif 90% keluarga
n manajemen tatalaksana pengetahuan keluarga Kesehatan dengan remaja mengalami
kesehatan pada ketidakefektifan tentang kebiasaan sehat keluarga peningkatan
remaja di manajemen dan strategi merubah remaja tentang pengetahuan
Kelurahan A kesehatan pada perilaku kebiasaan sehat
RW.01 dengan remaja dapt dan tentukan
masalah kurang berjalan dengan strategi
dukungan sosial optimal setelah mengubah
dilakukan perilaku

35
pembinaan merokok
selama 2. Meningkatnya 2. Diskusikan
3 bulan, dengan kesadaran keluarga dengan Menurunnya angka
kriteria hasil : tentang pentingnya keluarga Afektif putus sekolah pada
 Mengenali dan pendidikan untuk remaja tentang remaja
bertindak remaja pentingnya
berdasarkan Pendidikan
kebutuhan bagi masa
untuk depan remaja
mengubah 3. Meningkatnya 3. Penyuluhan
perilaku pengetahuan kader pada kader
sehatnya tentang Kader mengetahui
 Memiliki rasa pentingnya pentingnya
tanggung jawab kesehatan Kognitif kesehatan remaja
untuk membuat remaja dan cara dan cara
pilihan yang mengurangi mengurangi
sehat perilaku perilaku berisiko
 Mengungkapka berisiko pada pada remaja
n keinginan remaja
untuk mencari
tingkat
kesejahteraan Kemitraan Psikomoto

36
yang lebih 1. Melakukan kerja 1. Lakukan r Terlaksananya
tinggi sama dengan puskesmas pemeriksaan pemeriksaan
kesehatan pada kesehatan pada
remaja remaja

37
J. Peran, Fungsi Perawat dalam Keperawatan Komunitas

1. Pelaksana Layanan Keperawatan (Care Provider)


Perawat memberikan layanan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien
(Individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan kewenangannya. Asuhan
keperawatan diberikan kepada klien disemua tatanan layanan kesehatan dengan
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi oleh etik dan etika keperawatan, serta berada dalam lingkup
wewenang dan tanggung jawab keperawatan. Asuhan keperawatan ini merupakan
bantuan yang diberikan kepada klien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari secara mandiri. Dalam perannya sebagai care provider, perawat
bertugas untuk:
a. Memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi klien;
b. Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang;
c. Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya; serta
d. Berusaha mengembalikan kesehatan klien

Kasus :Perawatmelakukan pemeriksaan kepada warga dan juga remaja khususnya


remaja terkait pemakaian narkoba.

2. Pengelola (Manager)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan
keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan
sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawab sesuai
dengan konsep manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan
sebagai proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/
keluarga/ masyarakat (Gillies, 1985). Dengan demikian, perawat telah menjalankan
fungsi manajerial keperawatan yang meliputi planning, organizing, actuating,
staffing, directing, dan controlling.
Peran ini dilaksankan dengan mengarahkan, merencankan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan perawat sebagai coordinator adalah

38
1) Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan
klien.
2) Pengaturan waktu dan seluruh aktivitas atau penanganan pada klien
3) Menggunakan keterampilan perawat untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengontrol
Kasus: Perawat mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam suatu wilayah dan apa
kegiatan yang akan dilakukan kemudian mengkoordinasikan pihak-pihak yang akan
terlibat dalam melakukan pendidikan kesehatan, dan mengevaluasi serta mengontrol
hasil dari tindakan yang sudah direncanakan apakah sesuai dengan tujuan.

3. Pendidik dalam keperawatan


Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, masyarakat, serta
tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertugas memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien dalam hal ini meliputi individu, keluarga, serta
masyarakat sebagai upaya menciptakan perilaku individu atau masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan tidak semata ditujukan untuk
membangun kesadaran diri dengan pengetahuan tentang kesehatan. Lebih dari itu,
pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu dan
masyarakat. Kesehatan bukan sekedar untuk diketahui dan disikapi, tetapi juga untuk
dterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kasus: Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada warga dan juga remaja
yang ada mengenai bahayanya rokok, alkohol dan narkoba serta memberikan
pendidikan kesehatan tentang sex education.

4. Peran sebagai konselor


Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah social untuk membangun hubungan interpersonal yang baik
dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan
emosinal dan intelektual.
Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan
masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan dengan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

39
Kasus: Perawat mengidentifikasi masalah yang dihadapi (misal remaja) dan
penyelesaian masalahnya terkait hubungan dengan keluarga

5. Peran sebagai Panutan (Role Model)


Peran kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana
tatacara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
Kasus: Perawat sebagai role model harus memberikan contoh yang baik supaya dapat
ditiru oleh masyarakat seperti tidak merokok, tidak memakai narkoba, dan tidak
minum alkohol.

6. Peran sebagai pembela(Advocate)


Tugas perawat sebagai pembela klien memiliki peran sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed consent)
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat dirumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perwat adalah petugas kesehatan yang paling lama kontak dengan
klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada
tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan social yang
ada pada masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
Kasus: Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan hak-hak klien.

7. Peran sebagai kolaborator


Peran sebagai kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi

40
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya
membantu mempercepat penyembuhan klien.
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan
ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan.

Kasus: Perawat dapat bekerja sama dengan dokter mengenai obat dan penanganan
terhadap remaja yang sudah mengkonsumsi narkoba dan perawat dapat bekerja sama
dengan pusat rehabilitasi dalam menangani anak remaja tersebut.

8. Peran sebagai penemu kasus(Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan
dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjugan rumah, pertemuan-pertemuan observasi dan pengumpulan data. (Widyanto,
2014).
1) Peran Pada Invidu Atau Keluarga
2) Sebagai pelaksana kesehatan
3) Sebagai pendidik
4) Sebagai konselor
5) Sebagai peneliti

Kasus: Perawat melakukan riset dengan kunjungan rumah untuk mengetahui


masalah-masalah yang dihadapi oleh keluarga di masyarakat tersebut sehingga dapat
menemukan kasus yang terjadi di lingkungan tersebut.

Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya antara lain fungsi independent, fungsi
dependent dan fungsi interindependent.
a) Fungsi independent
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara sendiri, tidak tergantung
pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Perawaat harus dapat memberikan
bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia baik bio, psiko, sosio/cultural maupun spiritual, mulai dari tingkat individu
utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, dan juga
mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ

41
fungsional sampai molecular. Kegiaatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh
perawat, dan perawat serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusannya. 
Kasus: Perawat mengkaji masalah yang ditemukan di masyarakat, memberikan
pendidikan kesehatan mengenai bahaya rokok, alkohol, dan narkoba, serta
mengajarkan perilaku sehat.

b) Fungsi dependent
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim
kesehatan lainnya ( dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya ).  
c) Fungsi interdependent
Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam perawatan
maupun kesehatan.
Kasus: Perawat dapat bekerja sama dengan dokter atau pun dengan pusat rehabilitasi
terkait dengan remaja yang sudah memakai narkoba.

K. Program Kebijakan Pemerintah


UPAYA DAN STRATEGI PENCEGAHAN PENGGUNAAN NARKOBA

Upaya yang paling baik dalam menanggulangi upaya penyelundupan obat bius dilakukan
melalui upaya pencegahan yang dilakukan terhadap manusia sebagai calon pengguna dan
pengadaan narkoba serta pemasarannya.

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain melalui:

1. Pencegahan Primer

Pencegahan ini dilakukan untuk orang yang belum mengenal Narkoba serta komponen
masyarakat yang dapat dihindari mencegah narkoba.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain:

a. Penyuluhan tentang bahaya narkoba

b. Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba

c. Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.

42
2. Pencegahan Sekunder (Pencegahan Sekunder);

Pencegahan ini dilakukan pada orang yang sedang mencoba-coba menyalahgunakan Narkoba
dan komponen masyarakat yang dapat membantu agar berhenti dari bantuan narkoba.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya perbaikan ini antara lain:

a. Deteksi dini anak yang mengeluarkan narkoba

b. Konseling

c. Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah

d. Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu (ketrampilan hidup) antara lain


tentang ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan meningkatkan orang lain dan ketrampilan
memilih dengan baik.

3. Pencegahan Tertier (Pencegahan Tersier);

Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang menggunakan narkoba dan yang pernah /
mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat yang dapat membantu agar berhenti
dari obat dan membantu bekas korban narkotika untuk dapat menghindari

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bantuan perubahan ini antara lain:

a. Konseling dan bimbingan sosial untuk pengguna dan keluarga dengan kelompok
lingkungannya

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengguna bekas agar mereka tidak
terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

Selain perdebatan yang telah disetujui, maka wahana yang paling menantang untuk dapat
dihindari adalah narkoba dari lingkungan keluarga.

Ada beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya melawan
narkoba yaitu:

a. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang narkoba, agar dapat memberikan
pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya narkoba dan cara menghindarinya.

43
b. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan tentang anak-anak yang sempurna dan tidak
memiliki masalah, ini perlu dilakukan agar dapat dilindungi lebih awal jika ada perobahan
yang tidak lazim pada saat dibelakang.

c. Jangan segan berpikir dan mencari penyebab perubahan tingkah dan lakukan sesuai
keinginan.

d. Cek seluruh kamar tidur (jika anak memiliki kamar pribadi), pakaian yang habis
dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan atribut lainnya. (dalam melakukan
perlu strategi yang baik agar tidak menimbulkan konflik dengan putaran).

e. Orang tua dapat dijadikan model dan contoh yang baik untuk diberikan sekaligus
dapat membantu sebagai sahabatnya. (Agar fantasi tidak segan mencurahkan segala isi hati,
pendapat dan permasalahan yang dihadapinya).

f. Menerapkan dan membudayakan fungsi keluarga pada hari-hari keluarga. Agar


muncul rasa nyaman pada anak kompilasi di Lingkungan perumahan.

PROGRAM KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP MEROKOK

Pemerintah Indonesia membuat tujuh program penanggulangan tentang rokok. Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI
menjelaskan tentang ketujuh program yang berikut ini:

1. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia memiliki UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang ada pasal-pasal yang memuat
kebiasaan merokok, juga ada PP 109 tahun 2012 yang memuat tentang isi UU 36 tahun 2009
di bidand penanggulangan merokok, dan juga ada Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Ka
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan juga berbagai Peraturan Daerah serta
Peraturan (SK) Gubernur, Bupati dan Walikota.

2. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

Tentang dampak merokok bagi kesehatan. Hal ini dilakukan melalui berbagai media yang
ada, baik di tempat pelayanan kesehatan maupun tempat-tempat umum

44
3. Peringatan kesehatan dalam bentuk gambar.

Untuk Indonesia, mulai 24 Juni 2014 lalu semua rokok yang dijual harus mencantumkan satu
dari lima pilihan gambar verifikasi kesehatan.

4. Pengaturan iklan rokok.

Harus mempertimbangkan iklan yang terkait penting dalam pembentukan opini masyarakat,
termasuk mau merokok atau tidak. Dalam aturan yang ada di Indonesia maka sudah ada
aturan tentang hal ini, walau memang belum dalam bentuk pelarangan total.

5. Terwujudnya Kawasan Tanpa asap Rokok (KTR).

Hal ini untuk menjamin warga negara, membahas tentang tempat-tempat umum, dapat
menghirup udara bersih yang sehat dan bebas dari asap rokok. Dari waktu ke waktu kita lihat
di mana kita semakin banyak bebas asap rokok ini, termasuk di televisi dan mal-mal besar.

6. Terselenggaranya pelayanan kesehatan untuk bantuan orang yang ingin berhenti


merokok.

7. Untuk mereka yang akhirnya jatuh sakit karena rokok akan segera diluncurkan
melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.

Program Kesehatan atau Kebijakan Pemerintah Pada Remaja

a. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) tahun 2014

• Tujuan Umum

Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan remaja lainnya,


yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta kebutuhan remaja sebagai individu,
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki.

45
• Pengguna Pelayanan PKPR

Terapi Tradisional untuk Penyelesaian Kasus Agregat Remaja

1. Terapi Tradisional untuk Penyalahgunaan NAPZA

Ada tiga jenis terapi tradisional yaitu penguapan (oukup), pijat dan jamu. Oukup untuk
mengeluarkan racun narkoba melalui pori-pori tubuh, pijat untuk mengendurkan,
melancarkan peredaran darah dan menyehatkan tubuh, jamu untuk mencuci perut,
mengeluarkan racun, menetralisir syaraf dan menyetabilkan fungsi tubuh. Jamu berasal dari
ramu-ramuan seperti kunyit, kencur, temulawak, kemudian diramu khusus. Selain itu juga
dilakukan terapi putus obat, misalnya dengan menggunakan terapi mental dan spiritual.
Keberhasilan terapi inipun tergantung dari motivasi dan keinginan pasien untuk “sembuh”
serta dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar pasien (lingkungan rumah/tempat kerja).

a. Terapi Tradisional untuk Perokok

Berikut ini beberapa terapi yang dapat direkomendasikan untuk membantu mengatasi
masalah ketergantungan pada rokok:

• Akupuntur

Terapi ini dilakukan dengan menusukkan jarum kecil untuk menstimulasi sesuatu dalam
tubuh. Jarum ditusukkan pada beberapa titik di tubuh, seperti telinga, kaki, dan bagian atas
kepala. Penelitian menyarankan akupuntur harus dibarengi dengan edukasi agar lebih efektif.

46
Contohnya pasien sebaiknya diberi edukasi tentang keseimbangan tubuh dan panduan untuk
berhenti perlahan.

• Ginseng

Ginseng diduga kuat dapat mencegah pelepasan neurotransmitter dopamin yang dirangsang
oleh nikotin. Dopamin adalah hormon yang membuat perasaan senang atau lebih baik setelah
merokok dan bagian dari proses kecanduan. Oleh karena itu, penelitian yang diterbitkan
dalam Neuropsychopharmacology menyatakan bahwa ginseng bisa jadi salah satu terapi
untuk kecanduan nikotin. Pasalnya ginseng bisa melemahkan efek dopamin.

• Jeruk Nipis

Sebuah penelitian yang terbit dalam Journal of the Medical Association of Thailand meneliti
keefektifan jeruk nipis dibandingkan dengan permen karet nikotin. Dari hasil penelitian
ditemukan bukti bahwa jeruk nipis dapat menjadi pilihan sebagai bahan alami untuk berhenti
merokok.

• Lada Hitam

Penelitian yang dilakukan oleh Jed E. Rose dan kawan-kawannya ini menemukan bukti
bahwa uap lada hitam yaang dicampur dengan minyak esensial bisa mengurangi keinginan
merokok. Penelitian yang dilakukan pada 48 orang ini membuktikan bahwa lada hitam
terbukti mengurangi kepuasan dan kecemasan akibat rokok. Selain itu, uap dari lada hitam
juga memberikan sensasi lega di saluran napas saat mencoba berhenti merokok.

47
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang
yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus
dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang
dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangani problematika remaja pun
akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-
manusia kreatif dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok remaja.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia
13-20 tahun. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada
orang muda, dan perkembangan mental.
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada
masyarakat khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yang masih labil masih perlu
bimbingan melalui penyuluhan agar resiko peningkatan angka kematian dan perubahan
pemeliharaan kesehatan pada remaja teratasi.

B. Saran
1. Bagi remaja
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dan utama demi masa depan
nantinya agar cita-cita dapat tercapai, diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan
pada agregat remaja, remaja dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan.
2. Bagi para pembaca
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah wawasan
mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya remaja diharapkan para pembaca
dapat menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi.

48
DAFTAR PUSTAKA

Agung Akbar, Muhammad. (2019). Buku Ajar Konsep-konsep Dasar dalam Keperawatan
Komunitas. Sleman: Deepublish.

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Fauzi, Ridwan dkk. 2018. Hubungan Terpaan Promosi, Sponsor Rokok dengan Status
Merokok di Indonesia. Jakarta: TCSC IAKMI
Nursal. 2005. “Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia”.
Jakarta.
Pusat Bantuan Pencegahan BNN. 2005. Modul pelatihan untuk fasilitator penyuluh
Pencegahan Penyelamatan Narkoba. Jakarta.
Sumarno, Setyo. (2016). Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui
Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre. Jurnal PKS Vol 15.
Suyatna, Uyat. 2018. Evaluasi Narkotika Pada 34 Provinsi di Indonesia. Jurnal Ilmu-
Ilmu sosial dan humaniora, 20(2).

49

Anda mungkin juga menyukai