Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2

Nama kelompok:
● Samuel Batara Kelengate Munte - 24060119120015
● Robertus Agung Setiawan - 24060119130067
● Jeremy Edbert Widjaja - 24060119130071

Aplikasi Peta merupakan aplikasi PEtunjuk wisaTA untuk wilayah


Semarang. Aplikasi ini menampilkan tempat-tempat wisata di Kota Semarang
beserta informasi dan sejarahnya. Oleh karena itu, apabila kami harus mengubah
atau menambahkan aplikasi tersebut, maka kami akan menggunakan model plan
driven. Alasan utamanya karena tidak dibutuhkannya requirements khusus atau
kebutuhan penting dari user. Sebagai contoh, aplikasi “catatan” atau memo sangat
berbeda dengan aplikasi Peta. Aplikasi memo akan selalu digunakan user dan
menjadi kebutuhan penting user, sementara aplikasi Peta tidak. Selain itu, dilihat
dari kondisi tim pengembang kami yang tersebar dimana-mana, model plan driven
lebih tepat dipilih dibandingkan agile development, (tim tidak harus kumpul satu
lokasi agar bisa membuat suatu perangkat lunak). Aplikasi Peta juga bukan
merupakan aplikasi yang bersifat masif sehingga model plan driven bisa berjalan
dengan efektif. Berikut ini keunggulan dan kelemahan dari model pengembangan
plan driven atau waterfall model.

Keuntungan dari metode plan driven:


● Arah dan tujuan pengembangan jelas
● Biaya lebih sedikit
● Lingkup pengerjaan sudah ditentukan
● Perencanaan dan desain lebih mudah

Kerugian dari metode plan driven:


● Testing hanya dilakukan di akhir fase
● Mengurangi kepuasan customer
● Membutuhkan waktu yang cukup lama
● Tidak cocok untuk proyek yang bersifat masif
Fase Plan driven:
1. Requirement Analysis
Melakukan analisis data atau informasi yang lengkap mengenai spesifikasi
kebutuhan pengguna akan perangkat lunak, kemudian membandingkan
dengan aplikasi yang sudah ada. Misalnya kami akan mengimplementasikan
sistem TTS (Text To Speech) agar aplikasi PETA (Petunjuk Wisata) dapat
digunakan oleh pengguna lansia atau pengguna berkebutuhan khusus.

2. System Design
Dalam system design, terdapat 2 jenis design:
A. Logical Design
Logical design terkait dengan representasi secara abstrak bagaimana
perangkat lunak berjalan (input/output). Logical design bisa
mencakup seperti: membangun diagram, flow, cara kerja suatu
aplikasi supaya jalannya aplikasi lebih terstruktur.
B. Physical Design
Physical design berhubungan dengan hardware/perangkat keras
yang digunakan.
Pada tahap ini tim kami akan menggunakan system design yang sama pada
aplikasi sebelumnya.

3. Implementation dan Unit Testing


Pada tahapan ini desain yang dihasilkan pada tahap System Design akan
diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman. Setiap unit kode akan diuji
untuk memvalidasi bahwa setiap kode berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Misal melakukan pengujian terhadap fungsionalitas ikon ‘cari
wisata’ dengan memberikan sejumlah masukan melalui sebuah method
untuk menguji setiap keluaran sesuai dengan masukan. Method tersebut
dapat juga disertakan dengan assertion atau exception. Jika terdapat
kegagalan atau kesalahan seperti menampilkan wisata yang tidak sesuai,
maka dilakukan perbaikan.

4. Integration and System Testing


Melakukan testing perangkat lunak yang tadi sudah disesuaikan dengan
requirements yang ada untuk memastikan tidak terjadi error atau kesalahan
fatal pada perangkat lunak. Misalnya pada tahap ini, tim kami melakukan
testing aplikasi ke sejumlah masyarakat dengan perangkat android dan
sistem operasi yang berbeda.

5. Maintenance
Perangkat lunak sudah finish dan dioperasikan oleh pengguna serta
dilakukan pemeliharaan. Misalnya melakukan update pada aplikasi Peta
untuk mengikuti perkembangan OS yang digunakan pada perangkat.

Anda mungkin juga menyukai