Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKOLOGI DASAR
PERCOBAAN III
DAUR KARBON
NIM : H041201034
KELAS : BIOLOGI A
PENGANTAR
atmosfer telah mendekati angka 280 ppm, yang pada awalnya terjadi
mencapai nilai 367 ppm pada tahun 1999. Nilai ini terus meningkat sejalan
melakukan pembakaran bahan bakar fosil, limbah padat dan kayu untuk
listrik. Pada saat yang sama, jumlah vegetasi yang mampu menyerap
beberapa cara.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
air.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsentrasi dari bahan bakar fosil CO2 yang di serap oleh samudera
dan yang diambil oleh daratan dapat dihitung dari perubahan pada
pada pengukuran CO2 dan O2 untuk 1980 dan 1990 ditunjukkan pada
yang kecil tapi berpengaruh besar terhadap siklus global (Gambar 1).
Panah yang tebal menunjukkan fluks yang paling utama dari titik
oleh biosfer daratan, dan pertukaran fisik antara atmosfer dan laut.
Perubahan yang terus menerus ini kira-kira seimbang setiap tahun, tetapi
alami tambahan (bentuk yang terlarut untuk fluks karbon sebagai CaCO 3)
yang cukup penting pada skala waktu yang lebih panjang. Fluks 0,4 PgC/th
seimbang pada skala waktu beberapa millenium oleh ekspor organik karbon
PgC/th dari anorganik karbon terlarut (DIC) diperoleh dari kerusakan karena
perbandingan 1:1. Fluks dari DOC dan DIC secara bersamaan di bawa oleh
waktu yang lebih panjang yaitu penguburan material organik sebagai fosil
karbon organik (termasuk bahan bakar fosil), dan luaran gas CO2 sampai
Hanya sebagian dari CO2 ini yang tinggal di atmosfer, sisanya diserap oleh
laut dan atmosfer terjadi dalam skala waktu beberapa ratus tahun. Disolusi
antropogenik, hal ini di sebabkan karena CO2 mempunyai daya larut yang
tinggi, disamping itu CO2 juga memisahkan diri ke dalam ion-ion dan
melalui fotosintesis. Akan tetapi, pembakaran kayu dan dan bahan bakar
masuk ke dalam dan keluar sistem akuatik dimana CO2 dan O2 terlibat
bentuk utama, yaitu CO2 terlarut (non ionik, ±1% dari jumlah total), ion
proses fisik dan biologi. Produksi primer kotor (Gross Primary Productivity
= GPP) adalah jumlah total karbon organik yang dihasilkan oleh fotosintesis
NPP) adalah sisa setelah respirasi autotropik yaitu respirasi yang dilakukan
sebagian kecil yang mengendap pada sedimen laut dalam. Ekspor CaCO3
ke laut dalam lebih kecil dibanding total produksi ekspor (0,4 PgC/th), tapi
sedimen; separuh yang lain terlarut dalam air laut, dan bergabung dengan
jangka waktu yang singkat, dan pelarutan kembali dari sebagian CaCO3
sama lain, misalnya CO2 dan pH. Pantjara dan Sahid (2008)
CO2.
oksigen ke perairan.
b. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan
CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut
permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat
2. Kandungan garam dalam air laut Dalam air laut, CO2 yang terlarut
umumnya berasal dari udara melalui proses difusi, dan dari proses
dapat larut dalam air laut sebagai hasil interaksi terhadap permukaan
air laut. Proses pelarutan CO2 dalam air laut ini semakin mudah
dalam air laut adalah adanya proses respirasi dan fotosintesis. Pada
berikut:
2) Reaksi kimia yang terjadi dalam proses respirasi adalah sebagai berikut:
sumber energi untuk proses lainnya, dan menjamin cadangan ATP konstan,
sehingga penyediaan sumber energi tetap terjadi untuk proses hidup seperti
oksigen (diambil) atau volume CO2 (dibebaskan) selama 24 jam per gram
dilepas oleh proses respirasi sama dengan volume CO2 yang diperlukan
keadaan statis, dan juga dapat terjadi pada saat intensitas cahaya tertentu,
saat terjadi aktivitas fotosintesis sama dengan aktivitas respirasi disebut titik
kompensasi.
peranannya sangat vital dalam menjaga suhu bumi, selain itu menjadi unsur
CO 2 dalam
samudra dan
ekosistem CO 2 di
air lainnya atmosfir Fotosintesis
Respirasi
Tumbuhan
hijau
Pembakaran
Batu Hewan
kapur
Respirasi
Mati
Gunung api
Batu bara ,
Bahan
miyak tanah ,
organik
gas
Bakteri dan
cendawan
pembusuk
Produsen merupakan organisme yang dapat membentuk bahan
organik dari CO2 dan air dengan bantuan energi matahari dalam proses
ANALISIS VEGETASI
yang diletakkan secara tersebar sebanyak 8, pada suatu areal hutan luas
parameter kuantitatif dari setiap soal sebagai berikut : Kepadatan (KM, KR),
Frekuensi (FM, FR), Dominasi (DM, DR), INP, SDR dan Kelimpahnnya ?
1 Tamarindus indica L. 5 2 6 2 2 2 0 5 24
3 Bambussa sp 19 27 0 1 4 0 10 5 66
Skeels
6 Psidium guajava L. 9 19 2 3 5 1 3 2 44
Merr.
8 Cocos nucifera Linn. 43 40 23 10 10 2 22 12 162
b. Frekuensi
DBH)
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah
yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan
DBH).
Luas bidang dasar pohon dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Luas basal area suatu jenis = jumlah luas bidang dasar suatu jenis
Karena data diatas tidak memiliki data luas kerimbunan / canopy dan
rumus sbb
d. Indeks Nilai Penting atau Dominansi
Nilai dominansi ini di sebut juga sebagai indeks nilai penting (INP).
nilai relatif. Indeks nilai penting, merupakan nilai hasil penjumlahan dari
merupakan nilai yang dapat dijadikan indikator dan melihat peranan dari
suatu jenis tumbuhan dan menentukan jenis atau nama dari suatu
e. Kelimpahan (Abundance)
yang terendah ?
Penjelasan:
Tamarindus indica L
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
24
= 2500
= 0,0096
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
6
= 2500
= 0,0024
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
162
=
2500
= 0,0648
Bambussa sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
66
= 2500
= 0,0264
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
34
= 2500
= 0,0136
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
9
= 2500
= 0,0036
Psidium guajava L.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
44
= 2500
= 0,0176
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
10
= 2500
= 0,004
Moringa oleifera Lamk.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
29
= 2500
= 0,0116
Mangifera indica L.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Kepadatan=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
105
= 2500
= 0,042
Tamarindus indica L
7
=8
= 0,875
= 0,625
8
=8
=1
Bambussa sp.
6
=8
= 0,75
6
=
8
= 0,75
= 0,375
Psidium guajava L.
8
=8
=1
5
=8
= 0,625
6
=8
= 0,75
Mangifera indica L.
=1
nucifera Linn., Psidium guajava L., dan Mangifera indica L. dengan nilai
Data diatas tidak memiliki data luas kerimbunan / canopy dan Luas basal
berikut:
Tamarindus indica L
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
24
= x 100%
2500
= 0,96%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi = x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
6
= 2500 x 100%
= 0,24%
162
= 2500 x 100%
= 6,48%
Bambussa sp.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
66
= x 100%
2500
= 2,64%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
34
= 2500 x 100%
= 1,36%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
x 100%
9
= 2500 x 100%
= 0,36%
Psidium guajava L.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
44
= 2500 x 100%
= 1,76%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
10
= 2500 x 100%
= 0,4
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
29
= 2500 x 100%
= 1,16%
Mangifera indica L.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rumus Dominansi= x 100%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡
105
= 2500 x 100%
= 4,2%
Tamarindus indica L
INP% = Kepadatan %+ Frekuensi% + Dominansi%
= 89,42%
= 62,98%
= 112,96%
Bambussa sp.
= 80,28%
= 38,22%
Psidium guajava L.
= 103,52%
= 62,9%
= 77,32
Mangifera indica L.
INP%= Kepadatan% + Frekuensi% + Dominansi%
= 184%
indica L. dengan nilai INP 1,84, sedangkan INP terendah adalah pada
Tamarindus indica L
24
= 8
=3
6
=8
= 0,75
162
= 8
= 20,25
Bambussa sp.
= 8,25
34
= 8
= 4,25
9
=
8
= 1,8
Psidium guajava L.
44
= 8
= 5,5
10
= 8
= 1,25
29
= 8
= 3,625
Mangifera indica L.
105
= 8
= 13,125