Jtptunimus GDL Wahyuwidya 5190 3 Bab2
Jtptunimus GDL Wahyuwidya 5190 3 Bab2
TINJAUAN PUSTAKA
dikatakan lasia setelah 55 tahun, tidak mampu atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun keatas.
disebut lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, social, dan spiritual yang
akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami oleh semua orang
karena lansia merupakan tahapan dari hidup manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa.
Berbagai masalah fisik / biologis dan social akan muncul pada lanjut usia
sebagai proses menua atau penyakit degenerative yang muncul seiring dengan
menuanya seseorang. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan dialami
oleh setiap individu. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam
terkait usia meliputi perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikososial, dan
1. Sel
seluler.
berkurang 5-10%.
2. Sistem persyarafan
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
3. Sistem pendengaran
dalam pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada–
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi
keratin.
4. Sistem penglihatan
5. Sistem kardiovaskuler
tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri) yang
perifer.
6. Sistem pengaturan temperature tubuh
7. Sistem respirasi
respirasi berkurang.
h. Kartilago kosta mengakibatkan penurunan mobilitas tulang rusuk sehingga
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi akibat periodontal disease yang biasa terjadi pada usia 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
c. Melebarnya esophagus.
9. Sistem reproduksi
kesehatan baik.
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat untuk
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di
zat.
d. Menurunnya reproduksi aldosteron dan menurunnya sekresi hormone
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta
h. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh,
keturunan, lingkungan.
perkataan verbal.
lebih sempit.
pengobatan.
atau family.
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam
pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh
B. Inkontinensia Urine
Proses berkemih yang normal adalah suatu proses yang dinamik yang secara
fisiologik berlangsung dibawah kontrol dan koordinasi system syaraf pusat dan
syaraf tepi didaerah sacrum. Kandung kemih diisi dengan urine yang dikeluarkan
dari ureter dengan kecepatan 2 ml/ menit. Otot kandung kemih (detrusor) relaksasi
kandung kemih dan sfingter ekterna pada otot-otot dasar panggul konstriksi
sehinggga kebocoran tidak terjadi. Kapasitas kandung kemih sekitar 300 - 600 ml,
dengan sensasi keinginan berkemih muncul bila kandung kemih menampung urine
sekitar 150 – 350 ml. Berkemih dapat ditunda 1 sampai 2 jam sejak sensasi berkemih
muncul. Ketika berkemih atau miksi terjadi, otot detrusor kontraksi dan sfingter
interna dan eksterna relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda
hampir semua urine dikeluarkan dalam proses ini. Pada lansia tidak semua urine
kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengindikasikan adanya
retensi urine secara signifikan. Umumnya kandung kemih dapat menampung urine
antara 500 ml tanpa terjadi kebocoran. Frekuensi berkemih yang normal adalah
setiap 3 jam sekali atau tidak lebih dari 8 kali sehari (Stanley, 2006).
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine secara tidak terkontrol deng
kesehatan dan atau social. Inkontinensia urine ini merupakan salah satu keluhan
utama pada lanjut usia, sehingga kondisi ini sering dianggap sebagai kondisi yang
stress, urgensi, overflow, fungsional. Inkontinensia urine stress dimana urine keluar
ketika tekanan intra abdominal meningkat saat batuk bersin, tertawa atau
ketidakmampuan untuk menahan urine saat sensasi berkemih muncul. Ini bisa
kapasitas kandung kemih dan keluar secara tidak terkontrol. Ini disebabkan karena
adanya sumbatan seperti hipertropi prostat, akibat syaraf (pada orang DM) atau
tidak terkontrol akibat faktor-faktor diluar saluran kemih seperti demensia berat,
2008).
1. Penye
fisiologis
pada lansia terjadi proses menua yang berdampak pada perubahan hampir
kemih dan pintu saluran kemih, peningkatan volume residu dan timbulnya
urine di kandung kemih yang cukup banyak sehingga dengan pengisian yang
Pada lansia pria hipertropi prostat menyebabkan tekanan pada leher kandung
b. Faktor
psikologis
c. Faktor
lingkungan.
diantaranya pengaruh cuaca dan iklim terutama pada cuaca dingin dan karena
letak toilet yang jauh sehingga sebelum mencapai tempatnya sudah tidak
yang mengiringi perubahan pada organ antara lain infeksi saluran kemih,
lingkungan. Pada tingkat yang paling dasar proses berkemih diatur oleh
untuk relaksasi dan kontraksi adalah dalam medulla spinalis pada pusat miksi
sacral (S4 - S2) dan dalam T1 sampai L2. Pengendalian yang terlokalisasai
digantikan oleh pusat kendali kandung kemih dalam korteks serebral dan
oleh batang otak. Gangguan pada titik apapun dari system ini memiliki
Jika terjadi kerusakan pada pusat syaraf di batang otak, korteks serebral dan
2. Penatalaksanaan
dasar panggul atau latihan kegel, agar latihan otot dasar panggul lebih
b. Farmakologis
(Rahmawati, 2007).
c. Pembe
dahan
Terapi ini dilakukan jika terapi non farmakologis tidak berhasil. Selain
itu juga dapat digunakan beberapa alat bantu yang dapat digunakan oleh
lansia yang mengalami inkontinensi urine yaitu kateter, pampers, dan alat
C. Latihan Kegel
puboccocygeus (PC), otot seksual, uterus, rectum yang ditemukan oleh Dr. Arnold
panggul. Otot dasar panggul berfungsi untuk menjaga stabilitas organ panggul secara
urine. Mekanisme ontraksi dan meningkatnya tonus otot dapat terjadi karena adanya
rangsangan sebagai dampak dari latihan. Otot dapat dipandang sebagai suatu motor
yang berkerja dengan jalan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik berupa
kontraksi dan pergerakan untuk menggerakkan serat otot. Proses interaksi tersebut
diaktifkan oleh ion kalsium dan adenosine triposfat (ATP) yang kemudian dipecah
menjadi adenosine diposfat (ADP) yang memberikan kontraksi bagi otot detrusor
(Asikin N, 1984).
Rangsangan melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan otot polos
untuk meningkatkan asetil kolin dimana asetil kolin akan meningkatkan permeabilitas
membran otot sehingga mengakibatkan kontraksi otot. Energi yang lebih banyak
diperoleh dari proses metabolisme dalam metokondria untuk menghasikan ATP yang
digunakn otot polos pada kandung kemih sebagai energy untuk kontraksi dan
akhirnya dapat meningkatkan tonus otot polos pada kandung kemih (Guyton, 1995).
kontraksi dilepaskan. Hal tersebut dilakukan seperti menahan air kencing. Pada tahap
awal bias dimulai dengan menahan kontraksi selama 3-5 detik. Latihan ini dilakukan
sampai 10 kali. Ketika buang air kecil tahan aliran air seni ditengah-tengah pancaran,
- Fisiologis - Farmakologis
Out Put
- Frekuensi urine
normal
- Meningkatnya
kekuatan otot
- Tidak terjadi
ngompol
Variabel independent
Latihan kegel
Pada Lansia
F. Variabel Penelitian
1. Variabel independent
(bebas)
Variabel independent merupakan variable yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya dependent (terikat) variable ini merupakan variable bebas dalam
2. Variabel dependent
(terikat)
karena variable bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variable bebas terhadap
G. Hipotesa Penelitian
frekuensi inkontinensia urine pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.