Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) PADA ANAK
PADA PASIEN AN. M DI PUSKESMAS ANREAPI
PATIMAH
Nim : N.20.052
CI LAHAN CI INSTITUSI
_______________ _______________
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak
ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
B. Etiologi
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa
secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis,
tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai
dan Echo.
2. Manusia
a. Umur
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak
b. Jenis Kelamin
c. Status Gizi
penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi
kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus,
f. Status Imunisasi
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
kesehatan anak.
3. Lingkungan
a. Kelembaban Ruangan
c. Ventilasi
.
f. Bahan Bakar Untuk Memasak
g. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan
racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono
dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada
semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
C. Manifestasi klinis
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
D. Patofisiologi
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.
E. Penatalaksanaan
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap
darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
(Victor dan Hans; 1997; 224).
G. Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih
sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana
Rafika, 2009).
2) Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
3) Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk
ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA
dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas
udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,
fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna
dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana
Rafika, 2009)
b. Riwayat Kesehatan
o Keluhan Utama
o Riwayat penyakit sekarang
o Riwayat penyakit dahulu:
o Riwayat penyakit keluarga:
o Riwayat sosial:
c. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan
tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan
hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher / nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)
2. Dignosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret
d. Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.
e. Resiko tinggi penularan infeksi
3. Intervensi
N Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
O
1 Hipertermi berhubungan dengan NOC NIC
proses infeksi. Thermoregulation Monitor suhu tubuh sesering
Defenisi : Peningkatan suhu Kriteria hasil: mungkin
tubuh diatas kisaran normal Suhu tubuh dalam rentang Monitor warna dan suhu kulit
normal Monitor TD, Nadi, suhu dan
Nadi dan RR dalam rentang RR
normal Selimuti pasien
Tidak ada perubahan warna kulit Kompres pasien pada lipatan
dan tidak ada pusing paha dan aksila
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
Ajarkan pada pasien tentang
mencegah keletihan akibat
panas
2 Nyeri telan berhubungan dengan Pencegahan aspirasi Memantau tingkat kesadaran,
inflamasi pada membran Ketidakefektifan pola menyusui refleks batuk, refleks muntah,
mukosa faring dan tonsil. dan kemampuan menelan
Status menelan : tindakan
Defenisi: abnormal fungsi pribadi untuk mencegah Memonitor status paru
pengeluaran cairan dan partikel
mekanisme menelan yang menjaga/Mempertahankan
padat ke dalam paru
dikaitkan dengan defisit struktur jalan napas
Status menelan : fase esofagus :
atau fungsi oral, faring, atau penyaluran cairan atau partikel Posisi tegak 90 derajat atau
esofagus. padat dari faring ke lambung
sejauh mungkin
Jauhkan manset trakea
meningkat
Jauhkan pengaturan hisap yang
tersedia
Menyuapkan makanan dalam
jumlah kecil
Periksa penempatan tabung
NG atau gastrostomy sebelum
menyusui
Periksa tabung NG atau
gastrostomy sisa sebelum
makan
Hindari makan, jika residu
tinggi tempat "pewarna" dalam
tabung pengisi NG
Hindari cairan atau
menggunakan zat pengental
Penawaran makanan atau
cairan yang dapat dibentuk
menjadi bolus sebelum
menelan
Potong makanan menjadi
potongan-potongan kecil
Permintaan obat dalam bentuk
obat mujarab
Istirahat atau menghancurkan
pil sebelum pemberian
Jauhkan kepala tempat tidur
ditinggikan 30 sampai 45
menit setelah makan
Sarankan pidato/berbicara
patologi berkonsultasi, sesuai
Sarankan barium menelan kue
atau video fluoroskopi, sesuai
3 Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC NIC
Respiratory status : ventilation
berhubungan dengan akumulasi Auskultasikan suara nafas
Respiratory status : airway
secret patency sebelum dan sesudah suction
Defenisi : Informasikan kepada keluarga
tentang suction
Berikan o2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suction
Buka jaalan nafas, gunakan
teknik chinlift atau jaw trust
bila perlu
Posiskan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat atau jalan
nafas buatan
Pasang mayo jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi dan status
O2
4 Nutrisi tidak seimbang Nutritional status Kaji adanya alergi makanan
Nutritional status : food and
berhubungan dengan anorexia. Anjurkan pasien untuk
fluid
Defenisi : asupan nutrisi tidak Intake meningkatkan intake fe
Nutritional status
cukup untuk memenuhi Anjurkan pasien untuk
Weight control
kebutuhan metabolik meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
Berikan informasi tentang
kebutuham nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
BB Pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan BB
Monitor lingkungan selama
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan figmentasi
5 Resiko tinggi penularan infeksi Immune status Bersihkan lingkungan setelah
Knowledge/infection control
Defenisi : mengalami diapakai pasien lain
Risk kontrol
peningkatan resiko terserang Pertahankan teknik isolasi
organisme patogenik Batasi pengunjung bila perlu
Intruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
Gunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap dan
sebelum tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
Ganti letak IV perifer dan line
control dan dresing untuk
petunjuk umum
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibotik bila
perlu
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Batasi pengunjung
Berikan perawatan kulit pada
area epidema
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dkk, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Gramik Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga, Surabaya.
Anonim, 1992, Pedoman Penggunaan Antibiotik Rasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonima , 2000, kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Cetakan Pertama, Media
Aesculaplus, Jakarta.
Anonimb , 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pangawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonima , 2002, Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita,
Dit.Jen.PPM-PLP, Jakarta.
Anonimb , 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi, dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, (http://www.isfijatim.org).
Anonim, 2006, Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional, Bakti Husada Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 2007, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi
dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, (http://www.who.int).
Anonim, 2008, Daftar 10 Besar Penyakit Rumah Sakit ASSALAM, Penerbit Rumah Sakit ASSALAM, Sragen.
Arsyad S., Efiaty dan Iskandar, N., 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Banker, A. W., Bint, A. J., 2003, Urinary Tract Infections, in Walker, R., Edward, A., (eds.) Clinical Pharmacy and
Theurapeutic, 3rd Edition, 542-543,
Churchill Livingstone, Vk.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., dan Morley,P.C, 1998, Pharmaceutical Care Practice, The Mc, Graw Hills Companies. 43
Dorlan, W., A., Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa Huriawati Hartanto, dkk., Ed 29, EGC, Jakarta.
Dwiprahasto, I., 1995, Penggunaan Antibiotika Rasional, 2-8, 13, 16, Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dwiprahasto, I., Suryawati, S., dan Santoso, B., 1998, Pemakaian dan Pengelolaan Obat dalam Rumah Tangga, 23-30,
Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ganiswarna G., Sulistia, 1995, Farmakologo dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
George L., Adams, 1997, Boies : Buku Ajar Penyakit THT (Boies Fundamental of Otolaryngology) / George L, Adams,
Lawrence R. Boies, Peter H. Higler, alih bahasa Caroline Wijaya, Editor Harjanto Efendi, Ed 6, EGC, Jakarta.
Gitawati, R., Sukosediati, N., Sampurno, O. D., dan Lestari, P., 1996, Jenis Informasi yang dapat Diperoleh di Rekam Medik
di Beberapa Rumah Sakit Untuk Pemerintah, Cermin Kedokteran, 49-52.
Glover, M.L., Reed, M.D., 2005, Lower Respiratory Tract Infections, In DiPiro, J. T., Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, Sixth Edition, McGraw Hill Companies, New York.