Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis. Kelahiran seorang

bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya

selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan

bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi

dini adanya komplikasi, di sampin itu bersama keluarga memberikan bantuan dan

dukungan pada ibu bersalinan (Saifuddin, 2013:100).

Partus lama merupakan persalinan yang berlangsung >24 jam pada primi

dan >18 jam pada multi. Partus lama merupakan partus yang disertai dengan

tanda-tanda infeksi (Manuaba, 2010: 75).

Dalam Safe Motherhood, setiap pilar yang merupakan penyangga program

harus berfungsi seperti yang di harapkan. Sumber daya manusia di sadari

memiliki peranan penting dalam upaya untuk membuat seluruh komponen dan

sistem pelayanan kesehatan bekerja secara sempurna. Sebagai bagian dari

prrogram kesehatan maternal dan neonatal yang komprehensif, kesiapan

pelayanan kegawatdaruratan harus dipersiapkan dan di kembangkan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam bidang tersebut, terutama pelayanan

kesehatan primer (Manuaba, 2010:14).

Berdasarkan data pada rekam medik RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2012 tercatat berjumlah 1187 persalinan dengan 32 kasus

Partus Lama (2,6%). Pada tahun 2013 tercatat berjumlah 968 persalinan dengan
2

23 kasus Partus Lama (2,3%). Dan pada tahun 2014 tercatat 1010 jumlah

persalinan dengan partus lama berjumlah 28 kasus (2,7%). (Buku Register

Persalinan RSU Bahteramas Tahun 2012-2014).

Kejadian partus lama di RSUD Abunawas Kota Kendari menunjukkan

pada tahun 2012 sebanyak 81 kasus partus lama (6,8%) dari 1184 persalinan, Pada

tahun 2013 sebanyak 22 kasus Partus Lama (1,7%) dari 1234 persalinan, pada

tahun 2014 dari kejadian partus lama sebanyak 55 (8,6%) dari 633 persalinan.

(Rekam Medik RSUD Abunawas Kota Kendari , 2012-2014)

Jumlah persalinan di Puskesmas Lainea tahun 2012 tercatat berjumlah 318

persalinan dengan 60 kasus partus lama (18,8%). Pada tahun 2013 tercatat

berjumlah 299 persalinan dengan 53 kasus partus lama (17,7%). Dan pada tahun

2014 tercatat kasus 38 partus lama (12,7%) dari 297 persalinan. (Data Puskesmas

Lainea,2012-2014)

Dari uraian diatas, penulis tertarik meneliti dengan judul Identifikasi Ibu

Bersalin Dengan Partus Lama Di Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Mengidentifikasi Ibu Bersalin Yang

Mengalami Partus Lama Di Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan ?”

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama Di

Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan.


3

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi umur ibu bersalin yang mengalami partus lama

di puskesmas lainea kabupaten konawe selatan.

2. Untuk mengidentifikasi graviditas ibu bersalin yang mengalami partus

lama di puskesmas lainea kabupaten konawe selatan.

3. Untuk mengidentifikasi paritas ibu bersalin yang mengalami partus

lama di puskesmas lainea kabupaten konawe selatan.

4. Untuk mengidentifikasi pendidikan ibu bersalin yang mengalami partus

lama di puskesmas lainea kabupaten konawe selatan.

5. Untuk mengidentifikasi pekerjaan ibu bersalain yang mengalami partus

lama di puskesmas lainea kabupaten konawe selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidkian Diploma III

Kebidanan Di Akademik Kebidanan Pelita Ibu Kendari.

2. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan mengaplikasikan mata kuliah metodologi penelitian yang

di peroleh selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

3. Sebagai salah satu sumber referensi untuk penulis selanjutnya.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Persalinan

2.1.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Saifuddin, 2013:180).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi, perubahan progresif

pada serviks, dan diakhiri pelahiran plasenta (Varney, 2007:672).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses

ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang di tandai dengan

perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Ari

Sulistyawati, 2010:4).

2.1.2 Jenis-jenis Persalinan

Menurut Manuaba Jenis Persalinan terbagi atas tiga, yaitu :

1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan sendiri

2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.


5

2.1.3 Penyebab Terjadinya Persalinan

Adapun penyebab terjadinya persalinan,yaitu :

1. Penurunan Kadar Progesteron

Proses penurunan fungsi plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu,

dimana terjadinya penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron menurun

sehingga otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.

2. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hiposfisis posterior. Perubahan

hormon estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim

sehingga terjadi his.

3. Keregangan Otot–otot

Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas

tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dimulai (Saifuddin, 2013:180)

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

Persalinan ditentukan oleh 3 faktor “P” utama, yaitu :

1. Power (Tenaga atau kekuatan) : His (kontraksi uterus), kontraksi dinding

perut, kontraksi diafragma pelvis ketegangan, kontraksi ligamentum

rotondum, efektifitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.

2. Passanger (keadaan janin) : letak janin, posisi janin, presentase janin dan

letak plasenta
6

3. Passage (keadaan jalan lahir) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan

serviks untuk membuka, kemampuan kanalis servikalis dan introitus

vagina untuk memanjang.

4. Psyche (kejiwaan) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman

persalinan, dukungan orang terdekat, dan untregitas emosional (Nur

Yakin, 2011 : 60)

2.1.5 Tahap-tahap Persalinan

Proses persalinan terdiri dari empat kala, yaitu :

1. Kala I

Kala I persalinan dimulai bila timbul his dan wanita tersebut

mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang

bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai

membuka. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran

ketika serviks membuka.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu :

1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm.

2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase, yakni :

a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b. Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.


7

c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun

terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi

lebih pendek. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,

sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

2. Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira – kira 2 sampai 3

menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk dalam

ruang panggul, yang secara refleks menimbulkan rasa mengedan. Kemudian

perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia

mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva

pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak

masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala

janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan dagu

melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan, dan anggota tubuh bayi. Pada primigravida kala II

berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara 0,5 jam.

3. Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas

pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta dalam 6 sampai 15 menit setelah


8

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

4. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah persalinan. Asuhan dan pemantauan pada kala IV setelah lahirnya

plasenta yaitu pantau tanda – tanda vital ibu, tinggi fundus uteri, kandung

kemih, dan perdarahan apakah terjadi perdarahan postpartum atau tidak

(Saifuddin, 2013:186).

2.1.6 Mekanisme Persalinan

a. Engagement

........................................................Pada minggu–minggu akhir kehamilan atau pada saat pers

kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentase biparietal (diameter lebar

yang paling panjang berkisar 8,5 cm–9,5 cm) atau 70 % pada panggul ginekoid.

Masuknya kepala pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan dan

pada multigravida terjadi pada permulaan persalinan.

.........................................................Masuknya kepala dalam PAP dengan fleksi ringan dan su

melintang. Bila sutura sagitalis ditengah-tengah jalan lahir dinamakan

synklitismus dan bila sutura sagitalis tidak ditengah-tengah jalan lahir disebut

asyklitismus. Asyklitismus posterior suatu keadaanna dimana sutura sagitalis

mendekati sympisis. Asyklitismus anterior yaitu suatu keadaan dimana sutura

sagitalis mendekati promotorium.


9

b. Penurunan kepala

..........................................................Penurunan kepala janin saat tergantung pada arsitektur p

hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala

berlangsung lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul akibat tekanan

langsung dari his dari daerah fundus kearah daerah belakang, tekanan dari cairan

amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengedan), dan badan janin

ekstensi dan mengedan.

c. Fleksi

............................................................Pada umumnya terjadi fleksi penuh atau sempurna sehin

panjang kepala sejajar sumbu panggul yang membantu penurunan kepala

selanjutnya. Keadaan fleksi dimana kepala janin fleksi, dagu menempel ditoraks,

posisi kepala berubah dari diameter oksipito - frontalis (puncak kepala) menjadi

diameter sumbu oksipito- bregmatikus (belakang kepala).

d. Putaran paksi dalam

.......................................................Putaran paksi disertai dengan turunnnya kepala, putaran ub

kearah depan (kebawah sympisis pubis), membawah kepala melewati distansia

interspinarum dengan diameter biparietalis. Putaran kepala janin dari samping

kedepan atau kearah posterior disebabkan karena adanya his selaku tenaga/ gaya

pemutar serta dasar panggul bersama otot-otot dasar panggul selaku tahanan.

e. Ekstensi luar

........................................................Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala ma

menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di sympisis
10

dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala

ekspulsi dan melewati introitus vagina.

f. Rotasi Luar

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada

saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih

dahulu dan di ikuti dada, perut, bokong, dan seluruh tungkai (Asri, 2010 : 14)

2.2 Tinjauan Umum Tentang Partus Lama

2.2.1 Pengertian Partus Lama

partus lama di sebut juga “distosia” di definisikan sebagai persalinan yang

abnormal/sulit (Saifuddin,2013 : 562).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung > 24 jam pada primi dan

> 18 jam pada multi. Partus lama merupakan fase terakhir dari partus yang macet

yang berlangsung terlalau lama (Manuaba,2010 : 78)

Partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan

persalinan yang lambat. Kurangnya kemajuan baik pada persalinan spontan

maupun distimulasi telah menjadi dekskripsi yang sangat populer untuk

persalinan yang tidak efektif. Istilah ini digunakan untuk mencakup kurangnya

kemajuan dilatasi serviks atau kurangnya penurunan janin (Cunningham, 2012 :

484).

2.2.2.  Etiologi

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikomplek dan tentu saja

bergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik dan

tentu saja penatalaksanaannya.


11

Faktor – faktor penyebabnya adalah antara lain :

1. Inersia uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2 :

1. Inersia Uteri Primer

Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini harus

dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan kadang – kadang menjadi

hilang (false lobour).

2. Inersia Uteri Sekunder

Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dalam

waktu yang lama.

Penanganan

Periksa keadaan serviks, presentase dan posisi janin, turunya bagian

terendah dan keadaan panggul. Kemudian buat rencana untuk menentukan sikap

dan tindakan yang akan dikerjakan.

1) Berikan oxytocin drips 5–10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5 %, dimulai

dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 10–15 menit sampai 4–5 tetes

per menit.

2) Pemberian oxytocin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat

his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan

istirahat. Pada malam hari berikan penenang misalnya valium 10 mg dan

esoknya dapat diulangi lagi pemberian oxytocin drips.


12

3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvik, maka sebaiknya

dilakukaan secsio cesarean.

4) Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu

lemah dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18

jam pada multi, tidak ada gunanya pemberian oxyticin drips. Sebaiknya

partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi

obstetrik lainya (ekstrasi vakum atau forsep, secsio ceserea). (Mochtar,

2011:310)

2. CPD (Cephallo Pelvik Disproportion)

CPD adalah keadaan dimana ukuran panggul yang kurang dari normal,

yaitu apabila konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang

dari 12 cm (panggul sempit) sehingga bayi tidak mampu melewati jalan lahir.

Kelainan–kelainan yang terjadi seperti CPD harus di terdeteksi selama

persalinan, dimana biasanya kala 1 memanjang dan terjadi kelainan pada

penurunan kepala, dapat diperiksa pada pemeriksaan dalam pervaginam atatu

abdomen.

Penanganan

1) Partus dapat direncanakan pervaginam bila janin kecil, namun his posisi

kepala dan keadaan serviks harus diperhatikan selama inpartu.

2) Lakukan secsio cesarean (Saifuddin , 2013:284).

3. Ketuban pecah dini

Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm. Bila
13

periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi

yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Penyebab KPD masih

belum jelas, maka preventif tidak dapat di lakukan kecuali dalam menekan

infeksi.

KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara

pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten atau lag

period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang periode latennya.

Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu pada primi 10

jam dan multi 6 jam. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu IUFD, asfiksia dan

prematuritas pada janin sedangkan pada ibu yaitu partus lama dan infeksi, atonia

uteri, perdarahan postpartum, atau infeksi nifas ( Mochtar, 2011 : 255).

4. Janin Besar

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi

bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang

lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. Pada panggul normal janin dengan berat badan

4000-4500 gram umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia

akan di peroleh jika janin lebih besar dari 4500-5000 gr atau pada kepala yang

sudah keras dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvis

ini di biarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar,

2011: 375).

5. Letak Sungsang

Letak sungsang yaitu keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus, dan bokong berada dibawah kavum uteri. Letak sungang juga
14

merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah (presentase

bokong). Di bagi menjadi empat yaitu :

1. Letak bokong murni (frank breec) yaitu bokong yang menjadi bagian

depan, kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki (complete breec) yaitu disamping bokong teraba kaki,

biasa disebut sebagai letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong

teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu

kaki.

3. Letak lutut

4. Letak kaki (incomplete breec presentation) yaitu presentase kaki.

Penyebab dari letak sungsang antara lain disebabkan oleh : Pre-maturitas

karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan

kepala relative besar; Hidramnion karena anak mudah begerak; Plasenta previa

karena menghalagi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul; bentuk rahim

yang abnormal; kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus

(Rukiyah, 2010 : 241).

4.2.3 Tanda Dan Gejala Partus Lama

Di lihat dari partograf

1. pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada

2. pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam

3. kurang dari dua kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung

kurang dari 40 detik. ( Pranoto, 2013:77)

Gejala Utama
15

a. dehidrasi

b. tanda infeksi : suhu tinggi, nadi dan respirasi cepat

c. pemeriksaan abdomen : lingkaran bandl tinggi, nyeri segmen bawah rahim

d. pemeriksaan lokal vulva-vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,

cairan ketuban bercampur mekonium

e. pemeriksaan dalam : edema serviks bagian terendah sulit di dorong ke

atas, terdapat kaput pada bagian terendah

f. keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian

g. akhir dari persalinan lama adalah : ruptur utri imminen samapai ruptur

uteri, kematian karena perdarahan dan atau infeksi. (Nugraheny,2010:109)

2.2.4   Bahaya Partus Lama

1) Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses partus, risiko tersebut

naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insiden atonia

uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.Angka kelahiran

dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.

2) Bahaya bagi janin

Semakin lama partus, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan

semakin sering terjadi:

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri.

b. Trauma carebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin.

c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit.
16

d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan

terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat infeksi paru-paru serta

infeksi sistemik pada janin (Hary Oxorn dan William R.Forte, 2010 : 616)

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama

memerlukan perawatan khusus.Sementara partus lama tipe apapun membawa

akibat yang buruk bagi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan

partus pernah berhenti.Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama

meningkatkan risiko pada anak selama partus, namun pengaruhnya terhadap

perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa

bayi yang dilahirkan melalui proses partus yang panjang ternyata mengalami

defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah

partus normal. (Mocthtar, 2011:119)

2.2.5 Penanganan

1. Perawatan Pendahuluan

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :

a. Suntikan cortone acetate 100-200mg intramuscular

b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular

c. Streptomisin 1 gr intramuscular

d. Infus cairan :

1. Larutan garam fisiologis

2. Larutan glukosa 5-100 % pada janin pertama : 1 Liter/Jam

e. istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan

untuk segera bertindak.


17

2. Pertolongan

Pertolongan dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi

forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio

sesarea dan lain-lain. (Moctar, 2011:386)

2.3 Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti

1. Partus Lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung > 24 jam pada primi dan

> 18 jam pada multi. Partus lama merupakan fase terakhir dari partus yang macet

yang berlangsung terlalau lama (Manuaba,2010 : 78)

2. Umur ibu

Pengaruh umur ibu terhadap gangguan kehamilan dan persalinan

khususanya tentang persalinan lama berkaitan dengan perkembangan biologis ibu.

Umur ibu yang < 20 tahun yang mengalami persalinan lama, yang dikarenakan

umur muda dengan kondisi panggul sempit yang belum berkembang mencapai

ukuran panggul normal dewasa yang memungkinkan akan mengalami kesulitan

dalam persalinan yang bisa mengancam jiwa ibu serta janin jika tidak segera

mendapatkan penanganan yang tepat. Sedangkan usia > 35 tahun berhubungan

dengan mulainya terjadi regenerasi sel–sel tubuh terutama dalam hal ini adalah

dinding endometrium uterus akibat usia yang sudah melampaui batas reproduksi

sehat dan adanya penyakit yang memungkinkan kelainan dalam persalinan.


18

3. Graviditas

Graviditas adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh wanita

tersebut. Tidak penting mengetahui pada usia berapa kehamilan tersebut berakhir

atau berapa jumlah bayi yang lahir dari kehamilan tersebut (Varney, 2009:523).

Jumlah total kehamilan yang telah di alami ibu tanpa memandang hasil

akhir kehamilannya. graviditas juga mempengaruhi status kesehatan ibu dimana

khususnya gravida >4 beresiko tinggi karena terlalu sering berimplementasi

sehingga alat–alat reproduksi ibu belum terlalu normal. Dengan gravid >4

mengalami penurunan hormon Progesteron yang memacu proses dimolekuler

pada persalinan sehingga oxytosin meningkat yang menghasilkan prostaglandin

dimana prostaglandin menyebabkan terjadinya kontraksi uterus (Manuaba, 2010:

127).

4. Paritas

Paritas didefinisikan sebagai peristiwa pengeluaran hasil konsepsi melalui

jalan lahir ke dunia luar dengan umur kehamilan lebih dari 20 minggu dan berat

janin mencapai 500 gram tanpa memperhatikan keadaan hasil konsepsi tersebut

hidup atau mati. Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidak stabilan ibu

menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak

mampuan ibu hamil dalam mengalami komplikasi yang terjadi selama kehamilan,

persalinan dan nifas.

Jumlah paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang

banyak, dapat menyebabkan berbagai risiko kehamilan, semakin banyak jumlah


19

kelahiran yang dialami seorang ibu, semakin tinggi risikonya untuk mengalami

kompliksi. (Saifuddin, 2013: 221).

Paritas yaitu ukuran terhadap jumlah melahirkan dari seorang ibu. Telah

diketahui bahwa seringnya melahirkan atau makin banyak jumlah melahirkan dari

seseorang ibu, makin beresiko terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi pada

kehamilan maupun proses persalinan ibu dengan paritas lebih dari empast

mempunyai resiko terjadinya partus lama. Menurut kesehatan reproduksi kurun

waktu kehamilan sehat pada kehamilan 1-4, adapun lebih dari itu beresiko

terjadinya partus lama. (Varney, 2009:691).

5. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dilalui ibu. Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan erat kaitannya dengan

pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seeorang maka semakin

baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan

rendah, ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya maka

ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan hal yang baik bagi kehamilan

dan persalinannya.

Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan

sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

kepribadian peserta didik. Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu

hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau

informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan

gizinya (Ari Sulistyawati, 2010 : 104).


20

6. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dari

pada ibu yang tidak bekerja, karena ibu yang bekerja akan lebih banyak

kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga mempunyai banyak

peluang juga untuk mendapatkan banyak informasi seputar keadaanya (Ari

Sulistyawati, 2010 : 105)


21

2.4 Kerangka Konsep

Umur

Graviditas

Paritas Partus Lama

Pendidikan

Pekerjaan

Gambar 2.1 kerangka konsep penelitian


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif bertujuan

untuk menerangkan atau menggambarkan penelitian yang terjadi berdasarkan

karakteristik tempat dan waktu (Hidayat, 2012 : 53).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu

Waktu penelitian akan di laksanakan pada bulan februari-maret tahun 2015

3.2.2 Tempat

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami

partus lama terdaftar dalam buku register ruang bersalin di Puskesmas Lainea

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2014 berjumlah 38 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang pernah melahirkan

dengan partus lama yang di Puskesmas Lainea Kabuaten Konawe Selatan tahun

2014, dimana menggunakan tekhnik pengambilan sampel secara total sampling.


23

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang di

ambil dari buku register rawat inap ibu bersalin Di Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan 2014.

3.5 Pengolahan data dan penyajian data

3.5.1 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan

kalkulator.

Rumus yang di gunakan yaitu :

a. X= F x K (100%)
n
b.

keterangan:

X: Persentase hasil yang dicapai

F : Frekuensi variable yang diteliti

n: Jumlah sampel penelitian

k: Konstanta (100%)

3.5.2 Penyajian Data

Data disajikan dalam bantuk table yang di presentasikan dan di uraikan

dalam bentuk narasi.


24

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung > 24 jam pada primi dan

> 18 jam pada multi. Partus lama merupakan fase terakhir dari partus yang

macet yang berlangsung terlalau lama (Manuaba,2010 : 78)

2. Umur adalah lamanya seorang hidup dihitung berdasarkan usia pada ulang

tahun terakhir.

Kriteria Objektif :

a. < 20 tahun

b. 20-35 tahun

c. > 35 tahun (Manuaba, 2010 : 225).

3. Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah di alami ibu

tanpa memandang hasil akhir kehamilannya.

Kriteria Objektif :

a. Graviditas I

b. Graviditas II

c. Graviditas III

d. Graviditas >IV (Mochtar, 2011 : 27).

4. Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu , yang tercatat di

buku register persalinan.

Kriteria Objektif :

a. Paritas I

b. Paritas II

c. Paritas III
25

d. Paritas ≥ IV (Manuaba, 2010: 246)

5. Pendidikan

Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah di lalui oleh ibu hamil.

Kriteria obyektif:

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Diploma / Perguruan Tinggi (S1) (Ari Sulistyawati, 2009 : 104).

6. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang akan di dapatkan ( Ari Sulistyawati, 2010).

Kriteria Objektif :

a. IRT

b. PNS / SWASTA

c. Wiraswasta
26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Lainea

Puskesmas Lainea merupakan salah satu puskesmas yang menjalankan

pelayanan rawat inap dan rawat jalan dari beberapa puskesmas rawat inap lainnya

di Kabupaten Konawe Selatan dengan kapasitas perawatan 10 tempat tidur.

Puskesmas Lainea memiliki letak yang sangat strategis dipertemuan tiga

Kabupaten yaitu: Kabupaten Muna, Kabupaten Bombana Dan Kota Kendari.

Karena posisi yang strategis ini maka Puskesmas Lainea menjadi jalur transit

pasien baik rawat jalan maupun rawat inap, dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Wolasi

b. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Lainea

c. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Palangga Selatan

d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Palangga

Wilayah kerja puskesmas terdiri dari 17 desa dengan 2 Kelurahan dengan

luas wilayah kerja: 685,86 Km2. Kecamatan lainea 100 % Daratan dan dapat

ditempuh dengan jalur darat. Jumlah Penduduk 19.006 jiwa dari 4.536 KK Dari

data demografi penduduk dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk wilayah

Puskesmas Lainea adalah kelompok tani tradisional dengan sumber daya manusia

yang masih terbatas dengan tingkat pendapatan ekonomi yang masih rendah.
27

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Visi

Visi puskesmas lainea yaitu Tercapainya Kecamatan Laeya Sehat Menuju

Terwujudnya Kabupaten Konawe Selatan Sehat.

2. Misi

Misi Puskesmas Lainea yaitu Mendukung Tercapainya Misi Pembangunan

Kesehatan Nasional

3. Tujuan

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang diwilayah Kecamatan Laeya agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.

4. Fungsi

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama :

5. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan tugasnya Puskesmas Lainea berada dalam naungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan yang bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan.

6. Sarana Kesehatan Dan Ketenagaan

a. Sarana Pemerintah

 Puskesmas Induk : 1 Buah (Puskesmas Perawatan)

 Puskesmas Pembantu : 5 Buah


28

b. Saran kesehatan Bersumber Masyarakat

 Posyandu : 23 Buah

 Puskel : 5 Buah

c. Sarana Transportasi

 Ambulance : 2 Unit

 Motor : 10 Unit

d. Ketenagaan

Tabel 1. Distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe


Selatan

Status Ketenagaan
No Jenis tenaga Jumlah
PNS PTT PHTT Sukarela
1 Dokter Umum 2 2 0 0 0
2 Dokter Gigi 1 1 0 0
3 Akademi Perawat 21 12 0 0 9
4 Akademi Kebidanan 0 0 0 0 0
5 Akademi Gizi 2 2 0 0 0
6 Akademi Kesling 3 3 0 0 0
7 Bidan 36 5 10 0 21
8 Perawat 4 5 0 0 10
9 Perawat Gigi 1 1 0 0 0
10 Pekarya 0 0 0 0 0
11 Laboratorium 3 1 0 0 2
12 Tenaga Administrasi 3 2 0 0 1
13 Tata Usaha 3 2 0 0 1
Jumlah Total 79 36 10 0 44

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jenis penelitian yang

dilakukan adalah penelitian deskriptif. Dimana data yang dikumpulkan adalah

data sekunder yaitu data yang diambil dari tempat penelitian yang dikumpulkan

dari buku laporan pasien yang bersalin dengan partus lama di Puskesmas Lainea
29

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk

Mengidentifikasi Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama di Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan. Setelah data tersebut dikumpulkan, kemudian

dilakukan pengolahan data selanjutnya dibahas dalam bentuk tabel disertai

penjelasan.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama Di


Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2014

Persalinan Frekuensi (f) Presentase (%)


Jumlah Persalinan 297 100 %
Partus Lama 38 12,7 %
Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa dari 297 jumlah persalinan terdapat

38 ibu yang mengalami partus lama.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus

Lama Di Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kebupaten Konawe

Selatan Tahun 2014

Umur Frekunsi (f) Presentase (%)


< 20 tahun 7 18,5 %
20.35 ahun 22 57,8 %
> 35 tahun 9 23,7 %
jumlah 38 100 %
Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014


30

Berdasarkan Tabel 3 di atas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami partus

lama, pada umur < 20 tahun berjumlah 7 orang (18,5%), umur 20-35 tahun

berjumlah 22 orang (57,8%), dan umur > 35 tahun berjumlah 9 orang (23,7%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Graviditas Ibu Bersalin Yang Mengalami

Partus Lama Di Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kebupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Graviditas Frekunsi (f) Presentase (%)


Graviditas I 20 52,6 %
Graviditas II 5 13,2 %
Graviditas III 8 21 %
Graviditas ≥ IV 5 13,2 %
Jumlah 38 100 %
Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami partus

lama, ibu dengan graviditas I berjumlah 20 orang (52,6%), ibu dengan gaviditas II

berjumlah 5 orang (13,2%), ibu dengan graviditas III berjumlah 8 orang (21%),

ibu dengan graviditas ≥ IV berjumlah 5 orang (13,2%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus

Lama Di Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kebupaten Konawe

Selatan Tahun 2014

Paritas Frekunsi (f) Presentase (%)


Paritas I 20 52,6 %
Paritas II 7 18,5 %
Paritas III 6 15,7 %
Paritas ≥ IV 5 13,2 %
jumlah 38 100 %
31

Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 5 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami partus

lama, paritas I berjumlah 20 orang (52,6%), paritas II brjumlah 7 orang (18,5%),

paritas III berjumlah 6 orang (15,7%), paritas ≥ IV berjumlah 5 orang (13,2%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Bersalin Yang Mengalami

Partus Lama Di Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kebupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Pendidikan Frekunsi (f) Presentase (%)


SD 7 18,5 %
SMP 9 23,6 %
SMA 15 39,4 %
Perguruan Tinggi 7 18,5 %
jumlah 38 100 %
Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 6 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami partus

lama, ibu dengan pendidikan SD berjumlah 7 orang (18,5%), ibu dengan

pendidikan SMP brjumlah 9 orang (23,6%), ibu dengan pendidikan SMA

berjumlah 15 orang (39,4%), ibu dengan pendidikan perguruan tinggi berjumlah 7

orang (18,5%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Bersalin Yang Mengalami

Partus Lama Di Ruang Bersalin Puskesmas Lainea Kebupaten

Konawe Selatan Tahun 2014


32

Pekerjaan Frekunsi (f) Presentase (%)


IRT 18 47,4 %
PNS/Swasta 7 18,4 %
Wiraswasta 13 34,2 %
Jumlah 38 100 %
Sumber: Buku Register Di Ruang Kebidanan Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 7 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami partus

lama, ibu dengan pekerjaan IRT berjumlah 18 orang (47,4%), ibu dengan

pekerjaan PNS/Swasta berjumlah 7 orang (18,4%), ibu dengan pekerjaan

wiraswasta berjumlah 13 orang (34,2%).

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan mengenai Identifikasi Ibu Bersalin Dengan Partus Lama di Puskesmas

Lainea Kabupaten Konawe Selatan. Maka secara terperinci hasil penelitian

tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel berikut :

1. Umur ibu

Berdasarkan Tabel 3 di atas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami

partus lama, pada umur < 20 tahun berjumlah 7 orang (18,5%), umur 20-35 tahun

berjumlah 22 orang (57,8%), dan umur > 35 tahun berjumlah 9 orang (23,7%).

Kejadian partus lama banyak terjadi pada umur 20-35 tahun, hal ini tidak

sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh cunningham, dimana ibu berumur <

20 tahun dan > 35 tahun dianggap beresiko dengan terhadap kelainan his. Usia <

20 tahun respon hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karna fungsi

sistem reproduksi yang belum siap menerima kehamilan.


33

Penelitian oleh Pavznes menyimpulkan bahwa induksi persalinan

meningkat pada kasus nulipara < 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk

persalinan sebagai contoh adalah serviks belum matang. Usia > 35 tahun

menyebabkan kelainan his oleh karna adanya kemunduran fungsi dan efisiensi

kontraksi spontan miometrium oleh karena menuanya jaringan reproduksi

sehingga menyebabkan terjadinya persalinan lama. Varney dalam bukunya

menjelaskan inersia uteri dapat di ketahui dari kontraksi paling besar di fundus

dan menurun sampai paling lemah di serviks tetapi tonus atau intensitasnya sangat

buruk. Tekanan yang di hasilkan sangat sedikit mendilatasi serviks. Hal tersebut

dapat menimbulkan persalinan yang memanjang (Varney, 2007:301)

Hal ini menunjukan bahwa umur bukanlah faktor utama yang dapat

menyebabkan partus lama, di mana partus lama dapat di sebabkan oleh kelainan

his, kelainan janin, kelainan jalan lahir, faktor penolong, faktor psikis dan ketuban

pecah dini..

2. Graviditas

Berdasarkan Tabel 4 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami

partus lama, ibu dengan graviditas I berjumlah 20 orang (52,6%), ibu dengan

gaviditas II berjumlah 5 orang (13,2%), ibu dengan graviditas III berjumlah 8

orang (21%), ibu dengan graviditas ≥ IV berjumlah 5 orang (13,2%). Hal penting

yang perlu diperhatikan adalah berapa kali wanita tersebut hamil bukan jumlah

bayinya. Wanita dengan multiparitas tinggi mempunyai resiko tinggi terhadap

persalinan lama. Hal ini disebabkan oleh penurunan elastisitas otot-otot uterus
34

dibandingkan primigravida. Dengan demikian akan menimbulkan peluang besar

untuk terjadinya partus lama (Varney, 2007 : 523).

Graviditas juga mempengaruhi status kesehatan ibu dimana khususnya

gravida >4 beresiko tinggi karena terlalu sering berimplementasi sehingga alat–

alat reproduksi ibu belum terlalu normal. Dengan gravid >4 mengalami

penurunan hormon Progesteron yang memacu proses dimolekuler pada

persalinan sehingga oxytosin meningkat yang menghasilkan prostaglandin

dimana prostaglandin menyebabkan terjadinya kontraksi uterus (Manuaba, 2010:

127).

3. Paritas

Berdasarkan Tabel 5 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami

partus lama, paritas I berjumlah 20 orang (52,6%), paritas II brjumlah 7 orang

(18,5%), paritas III berjumlah 6 orang (15,7%), paritas ≥ IV berjumlah 5 orang

(13,2%).

Partus lama terjadi pada paritas I karena adanya kelainan his dan

abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatan untuk

penurunan kepala janin. Pada multipara, dominasi fundus uteri lebih besar dengan

kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih relaks sehingga bayi lebih

mudah melalui jalan lahir. Dengan demikian mengurangi lamanya persalinan,

sedangkan pada grandemultipara, semakin banyak jumlah janin persalinan secara

progresif menjadi semakin lama. Hal ini di duga akibat dari perubahan otot-otot

uterus atau suatu kondisi yang sering di sebut keletihan pada otot uterus (Varney,

2007:305)
35

Telah diketahui bahwa seringnya melahirkan atau makin banyak jumlah

melahirkan dari seseorang ibu, makin beresiko terhadap kemungkinan terjadinya

komplikasi pada kehamilan maupun proses persalinan ibu dengan paritas lebih

dari empat mempunyai resiko terjadinya partus lama. Menurut kesehatan

reproduksi kurun waktu kehamilan sehat pada kehamilan 1-4, adapun lebih dari

itu beresiko terjadinya partus lama. (Varney, 2009:691).

4. Pendidikan

Berdasarkan Tabel 6 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami

partus lama, ibu dengan pendidikan SD berjumlah 7 orang (18,5%), ibu dengan

pendidikan SMP brjumlah 9 orang (23,6%), ibu dengan pendidikan SMA

berjumlah 15 orang (39,4%), ibu dengan pendidikan perguruan tinggi berjumlah 7

orang (18,5%).

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dilalui ibu. Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan erat kaitannya dengan

pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seeorang maka semakin

baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan

rendah, ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai kesehatannya maka

ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan hal yang baik bagi kehamilan

dan persalinannya.

Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan

sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

kepribadian peserta didik. Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu

hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau


36

informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan

gizinya (Ari Sulistyawati, 2010 : 104).

hasil di atas sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Muliadi (2002)

yang menyatakan pendidikan ibu yang rendah mempunyai resiko 6 kali lebih

tinggi untuk mengalami partus lama di bandingkan dengan ibu yang

berpendidikan tinggi. Pada penelitian Irsal dan Hasibuan, pendidikan ibu yang

rendah memberikan resiko 9,3 kali lipat untuk mengalami kala II yang lebih lama.

Berdasarkan penelitian tersebut di simpulkan bahwa tingkat pendidikan dapat

menyebabkan partus lama, karna ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah

kurang mendap informasi mengenai cara perawatan kesehatan khususnya saat

kehamilan.

5. Pekerjaan

Berdasarkan Tabel 7 diatas dari 38 kasus ibu bersalin yang mengalami

partus lama, ibu dengan pekerjaan IRT berjumlah 18 orang (47,4%), ibu dengan

pekerjaan PNS/Swasta berjumlah 7 orang (18,4%), ibu dengan pekerjaan

wiraswasta berjumlah 13 orang (34,2%). Wanita hamil boleh melakukan

pekerjaan sehari-hari dirumah, di kantor, ataupun dimana-mana asal bersifat

ringan. Kelelahan setelah bekerja harus dapat dicegah sehingga pekerjaan yang

dikerjakan harus diselingi dengan istirahat yang cukup. Sehingga dianjurkan pada

ibu untuk mengurangi aktivitas pada saat hamil trimester terakhir karena

kehamilan trimester terakhir semakin besar sehingga menekan diafragma.

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian juga menunjukkan


37

bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dari

pada ibu yang tidak bekerja, karena ibu yang bekerja akan lebih banyak

kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga mempunyai banyak

peluang juga untuk mendapatkan banyak informasi seputar keadaanya (Ari

Sulistyawati, 2010 : 105)


38

4.4 Manajemen Varney

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY ”E”

DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS LAINEA

KABUPATEN KONAWE SELATAN

TANGGAL 25 MEI 2015

NO reg :-

Tanggal Masuk : 24-05-2015, Jam 02.00 Wita

Tanggal Pengkajian : 24-05-2015

Diagnosa : GII PI A0

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas Ibu / Suami

Nama : NY “E” / TN “R”

Umur : 24 Tahun / 28 Tahun

Suku : Tolaki / Tolaki

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Punggaluku

Lama menikah : ± 2 Tahun

B. Data Biologis

a. Keluhan utama
39

seorang perempuan usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan

sakit perut tembus belakang dan keluar air-air dari jalan lahir sejak jam

19.00 wita, ibu mengatakan hamil yang kedua dan tidak pernah keguguran,

ibu mengatakan umur kehamilannya 9 bulan dan haid terakhir tanggal 17-

08-2014.

b. Riwayat keluhan utama

a. Timbul sejak : Tanggal 24-05-2015 jam 19.00 wita.

b. Sifat keluhan : Hilang-timbul.

c. Pengaruh keluhan terhadap aktifitas : Mengganggu.

d. Usaha untuk mengatasi keluhan : Ibu berbaring sambil mengelus-elus

pinggangnya.

c. Riwayat Obstetri

1. Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT : 17-08-2014

b. TP : 24-05-2015

c. Gerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu

d. Keluhan saat hamil muda : Mual dan muntah dipagi hari

e. Pemeriksaan kehamilan yang lalu: ANC teratur 6 kali kunjungan

selama kehamilan

f. Imunisasi TT : Pernah 2X

 TT1 pada umur kehamilan 28 minggu

 TT2 pada umur kehamilan 32 minggu

g. Obat yang dikonsumsi : SF, Kalak, dan Vitamin Bcom


40

2. Riwayat haid

a. Menarche : 13 tahun

b. Siklus : 28-30 hari

c. Lamanya : 6-7 hari

d. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut per hari

e. Desmenorhea : Tidak ada

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Hami Tanggal Usia Jenis penolong Penyulit, Anak Nifas


l ke partus partus kehamilan
kehamilan dan JK BB PB ASI Pnyulit
persalinan

1 2010 Aterm Spontan Dukun Tidak P 3,7 - 2 thn -


ada

4. Riwayat ginekologi

Ibu tidak pernah menderita PMS maupun infertilitas

5. Riwayat KB

Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

6. Riwayat penyakit yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit asma, TBC, hepatitis B, jantung,

hipertensi, maupun DM

7. Pola nutrisi

a. Frekuensi makan : 3 X sehari, teratur

b. Frekuensi minum : 7-8 gelas / hari

c. Makanan pantangan : Tidak ada


41

d. Selama inpartu : ibu tidak nafsu makan

8. Pola eliminasi

- BAK

a. Frekuensi : 4-5 X sehari

b. Warna : Kuning

c. Bau : Amoniak

d. Masalah : Tidak ada

- BAB

a. Frekuensi : 1-2 X sehari

b. Konsistensi : Lunak

c. Masalah : Tidak ada

9. Pola tidur

a. Malam : Pukul 22:00 – 05:00 wita

b. Siang : Pukul 13:00 – 15:30 wita

c. Masalah : Selama hamil tidur malam dan tidur siang tidak

teratur dan tidak menentu

10. Data sosial

Suami dan keluarga sangat mendukung atas kehamila ibu dan memberi

dukungan untuk proses persalianan ibu.

C. Data Objektif

Pemeriksaan fisik

1. Berat badan : 58 kg

2. Tinggi badan : 158 cm


42

3. Keadaan umum ibu baik

4. TTV

 TD : 100/80 mmhg

 N : 80 x/menit

 S : 36,5 ◦c

 P : 22 x/menit

5. Kepala

Rambut panjang, hitam, lurus tampak bersih tidak ada ketobe dan rambut

rontok

6. Wajah

Ekpresi wajah tampak meringis, tidak ada cloasma maupun oedema

7. Mata

Simetris kiri dan kanan, kojungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.

8. Hidung

Simetris, tidak ada polip maupun epitaksis

9. Mulut

Bibir lembab, tidak ada sariawan, caries maupun gigi tanggal

10. Telinga

Simetris kiri dan kanan, pendengaran normal.

11. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid maupun pembesaran vena jugularis

12. Payudara
43

Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, aerola hiperpigmentasi, ada

pengeluaran asi

13. Abdomen

a. Inspeksi

Pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka operasi

b. Palpasi

Tonus otot tampak kendur, TFU 35 cm, lingkar perut 99 cm, leopold I

TFU 3 jari di bawah PX pada fundus teraba bokong, leopold II

punggung kiri, leopold III presentase kepala, leopold IV kepala sudah

masuk PAP.

c. Auskultasi

DJJ (+) 150x/menit terdengar jelas, kuat dan teratur.

14. Genitalia luar

Bentuk normal, tidak ada massa, oedema maupun varises.

15. Anus

Tidak ada hemoroid

16. Ekstremitas atas dan bawah

Simetris kiri dan kanan tidak ada oedema, varises maupun perlekatan.

Refleks patella (+)(+)

17. Pemeriksaan dalam

VT pertama pukul 02.10 wita dinding vagina elastis, portio tebal,

pembukaan 2 cm, ketuban (-) presentase kepala, molase tidak ada, posisi
44

UUK kiri depan, penurunan kepala H I, kesan panggul normal, terdapat

pengeluaran lendir bercampur darah.

18. Data penunjang

Tidak di lakukan pemeriksaan penunjang.

LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


GII PI A0, umur kehamilan 40 minggu, intra uterin, janin tunggal hidup,

punggung kiri, presentase kepala, kepala sudah masuk PAP, inpartu kala I fase

aktif, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan masalah partus lama disertai

KPD.

1. GII PI A0

Dasar

DS : Ibu hamil yang kedua kalinya

DO : Tonus otot perut tampak kendur.

Analisis dan interprestasi

Pada pemeriksaan fisik tonus otot tampak kendur, karena sudah pernah

mengalami penegangan sebelumnya. (Manuaba, 2010).

2. Umur kehamilan 40 minggu

Dasar

DS : HPHT : 17-08-2014

DO : - TK: 24-05-2015

-TP 24-05-2015

- TFU pada Leopold I : 3 jari di bawah px

Analisis dan interpretasi


45

Dari HPHT: 17-08-2014 sampai tanggal kunjungan 24-05-2015, umur

kehamilan 40 minggu dan pada palpasi Leopold I didapatkan 3 jari di bawah

PX.

3. Intra uterin

Dasar

DS : - Ibu mulai merasakan pergerakan janinya pada umur kehamilan 16

minggu

- Sejak amenore ibu tidak pernah merasakan nyeri perut hebat tekan

dan di dukung pembesaran perut yang sesuai dengan umur kehamilan

DO : - pembesaran perut sesuai umur kehamilan

- tidak ada nyeri tekan pada palpasi abdomen

Analisis dan interpretasi

Selama kehamilan dari usia 16 minggu ibu merasakan pergerakan janin hingga

sekarang dan pada palpasi abdomen ibu tidak merasakan nyeri.

4. Janin tunggal

Dasar

DS : -

DO : - DJJ terdengar pada satu bagian abdomen ibu yaitu sebelah kiri dan

hanya teraba dua bagian besar janin.

Analisis dan interpretasi

Pada pemeriksaan Leopold I teraba bagian lunak, tidak melenting dan susah

digerakkan menandakan bokong janin dan pada pemeriksaan Leopold III

teraba bagian bulat, melenting, keras, dan mudah digerakkan menandakan


46

bagian kepala janin. DJJ hanya terdengar pada satu sisi perut ibu saja berarti

menandakan janin tunggal.

5. Janin Hidup

Dasar

DS : - ibu merasakan pergerakan janinnya sejak umur kehamilan 16


minggu
DO : - DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 150 x/menit

Analisis dan interpretasi

Gerakan janin dirasakan sejak umur kehamilan 16 minggu dengan DJJ

terdengar kuat jelas dan teratur menandakan janin hidup (Saifuddin, 2011).

6. Punggung kiri

Dasar

DS : - ibu merasakan pergerakan janinnya di bagian kanan perut ibu

DO : - Pada palpasi Leopold II teraba punggung pada bagian kiri perut ibu.

- DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 150x/menit di

kuadran kiri bawah perut ibu.

Analisis dan interpretasi

Pada Leopold II teraba keras panjang datar seperti papan pada bagian kiri perut

ibu, menandakan bagian punggung janin berada di sebelah kiri perut ibu.

7. Presentase Kepala

Dasar

DS : -

DO : - Pada palpasi Leopold III teraba kepala pada bagian terendah janin

Analisis dan interpretasi


47

Pada pemeriksaan Leopold III bagian terendah janin teraba bulat, keras,

melenting dan mudah digerakkan pada bagian bawah perut ibu, ini

menandakan bagian terendah janin adalah kepala. (Saifuddin, 2011).

8. Kepala sudah masuk PAP

Dasar

DS : -

DO : - Pada Leopold IV, bagian terendah janin sudah masuk PAP

Analisis dan interpretasi

Pada pemeriksaan Leopold IV, kedua tangan pemeriksa tidak bertemu

(divergen) yang menandakan bagian terendah janin sudah masuk PAP.

9. Inpartu kala 1 fase aktif

Dasar

DS : - keluar cairan dari jalan lahir sejak pukul 19.00 WITA

DO : - Ada pengeluaran cairan dari jalan lahir

- Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm

Analisis dan interprestasi

Pengeluaran cairan merupakan salah satu tanda ketuban sudah pecah sebelum

waktunya inpartu, yang berarti telah terjadi pembukaan pada porsio.

10. Keadaan ibu dan janin baik

Dasar :

DS : - Ibu merasa janinnya bergerak namun kurang

DO : - keadaan umum ibu dan dan janin baik

- TTV : TD: 100/80 mmhg S: 36,5 c


48

N : 80 x/menit P: 22 x/menit

- Pemeriksaan fisik dalam batas normal

- DJJ 150x/ menit, terdengar kuat jelas dan teratur.

Analisis dan interprestesi

TTV ibu dalam batas normal, ibu dapat berkomunikasi dengan baik, DJJ

dalam batas normal 150 x/menit, terdengar jelas, kuat dan teratur

menandakan keadaan janin baik.

11. Ketuban Pecah Dini

Dasar

DS : - HPHT: 17-08-2014

- Keluar cairan dari jalan lahir dari jam 19.00 Wita

DO : - Umur kehamilan 40 minggu

- Ketuban (-)

Analisis dan interpretasi

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu persalinan,

tanpa memperhatikan usia gestasi. Namun dalam praktik dan penelitian pecah

ketuban ini didefinisikan sebagai jumlah jam dan waktu pecah ketuban

sampai waktu persalinan (Saifuddin, 2011).

LANGKAH III: IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadi infeksi pada ibu dan potensial terjadi gawat janin pada janin.

1. Ibu

DS : -

DO : partus lama disertai ketuban pecah dini


49

Analisis dan interpretasi

Partus lama dengan KPD dapat mengancam kesejahteraan janin. Jika sudah

dipastikan KPD sebaiknya dilakukan pertolongan segera untuk persalinan

karena dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba,

2010).

2. Janin

DS : -

DO : - DJJ lebih dalam batas normal

Analisis dan interpretasi

DJJ janin yang lebih dari batas normal (takikardia) dapat menyebabkan terjadi

kegawat daruratan pada janin ( Manuaba, 2010).

LANGKAH IV: EVALUASI TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian:

1. Infuse RL 500 ml.

2. Dexa 1 ampul intravena/ 6 jam

3. Cefotaxime /8 jam intravena

LANGKAH V: RENCANA ASUHAN


Tujuan :

1. Keadaan umum ibu baik dan persalinan lancar

2. Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin

3. Ibu mendapat dukungan psikologis dan fisik dari petugas dan keluarga

Kriteria keberhasilan:

1. Tidak ada tanda- tanda gawat janin

2. TTV dalam batas normal


50

3. Ibu tidak mengalami partus lama ataupun infeksi.

Rencana tindakan :

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional:

Agar ibu dapat mengetahui keadaan serta perkembangan proses persalinannya.

2. Observasi kemajuan persalinan

Rasional:

Agar kemajuan persalinan dapat diketahui sehingga dapat ditentukan tindakan

selanjutnya

3. Berikan terapi sesuai anjuran dokter yaitu:

- Pasang infuse RL 500 ml

- Dexa 1 ampul intrvena/ 6 jam

- Cefotaxime /8jam Intravena

Rasional:

- Pemasangan infuse RL bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan ibu

serta untuk pemberian terapi.

- Pemberian Dexa bertujuan untuk membuat kondisi DJJ baik

- Pemberian Cefotaxime bertujuan sebagai antibiotik

4. Beri informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan

Rasional:

Agar ibu mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan disebabkan karena

membukanya jalan lahir disertai peregangan cukup kuat untuk timbulnya nyeri.

5. Beri dukungan pada ibu


51

Rasional:

Dukungan yang baik dan memberikan semangat dan sikap optimis seorang ibu

dalam menghadapi persalinan.

6. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya.

Rasional:

Hal ini dapat meningkatkan suplai oksigen ke janin karena tidur miring

mencegah penekanan vena cava superior oleh uterus yang berkontaksi.

7. Siapkan partus set

Rasional:

Mempersiapkan alat partus untuk mempermudah menolong persalinan.

LANGKAH VI: IMPLEMENTASI

Tanggal 24-05-2014, jam 03.00 wita

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.

2. Mengobservasi kemajuan persalinan

3. Memberikan terapi sesuai anjuran doter obsgyn yakni:

- Pemasangan infuse D5 500 ml guyur

- Pasang infuse RL 500 ml

- Induksi oxytocyn mulai 8 tpm dan dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit.

- Dexa 1 ampul intrvena /6 jam

- Cefotaxime /8jam Intravena

4. Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan.

5. Memberikan dukungan pada ibu


52

6. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya

dengan berbaring miring kiri atau kanan

7. Menyiapkan partus set.

LANGKAH VII: EVALUASI

Tanggal 09- 04-2013 , jam 05.00 wita

1. Keadaan umum ibu dan janin baik

2. TTV dalam batas normal:

TD: 100/80 mmhg N: 80 x/menit

S : 37,7 0c P : 22 x/menit

3. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan pada pukul 06.10 wita, DJJ

dengan hasil 158 x/menit dengan irama teratur, his: 3x/10 menit durasi 25

detik.

VT kedua pukul 06.10 wita dinding vagina elastis, portio tebal, pembukaan 3

cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi ubun-ubun kecil

kiri depan, penurunan kepala H I, kesan panggul normal, terdapat pengeluaran

lendir darah.

Dokter menginstruksi untuk melakukan induksi oxytosin pada VT ke II

4. Pada pukul 10.10 wita di lakukan observasi kemajuan persalinan dengan hasil

DJJ 153 x/menit dengan irama teratur, his 4x/10 menit dengan durasi 40 detik.

VT ketiga pukul 10.10 wita dinding vagina elastis, portio tipis, pembukaan 8

cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi ubun-ubun kecil

kiri depan, penurunan kepala H III, kesan panggul normal, terdapat

pengeluaran lendir bercampu darah.


53

MANAJEMEN KALA II PERSALINAN

Tanggal 24-05-2015, jam 14.10 wita

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Riwayat Persalinan

- Partus lama dengan KPD

B. Data Subjektif

- Ibu merasakan sakit perut tembus belakang

- Kontraksi uterus terasa makin kuat

- Ibu memiliki keinginan kuat untuk meneran.

C. Data Obyektif

- Keadaan umum ibu baik

- TTV

TD : 110 / 80 mmHg N : 80 x/menit

S : 37ºC P : 22 x/menit

- VT ke empat pukul 14.10 wita, dinding vagina elastis, portio tidak teraba,

pembukaan 10 cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi

ubun-ubun kecil depan, penurunan kepala H IV, kesan panggul normal,

terdapat pengeluaran lendir bercampur darah. DJJ (+) 153 x/menit terdengar

jelas, kuat dan teratus, his 5x/10 menit durasi 50 detik

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Inpartu kala II

Dasar:

DS : - Ibu merasakan sakit perut tembus belakang


54

- Kontraksi uterus terasa makin kuat

- Ibu ingin meneran.

DO : Partus lama disertai ketuban pecah dini (KPD) dengan induksi oxytocyn

Analisis dan Interpretasi

Partus lama dengan KPD dapat mengancam kesejahteraan janin. Jika sudah

dipastikan KPD sebaiknya dilakukan pertolongan segera untuk persalinan karena

dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin. Caranya adalah

dengan memberikan obat-obatan yang dapat merangsang kontraksi rahim, namun

harus diingat bahwa tindakan ini boleh dilakukan asal tidak ada faktor-faktor yang

membahayakan ibu dan janin (Manuaba, 2010).

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadi infeksi pada ibu dan potensial terjadi gawat janin pada janin.

1. Ibu

DS : -

DO : partus lama disertai ketuban pecah dini

Analisis dan interpretasi

Partus lama dengan KPD dapat mengancam kesejahteraan janin. Jika sudah

dipastikan KPD sebaiknya dilakukan pertolongan segera untuk persalinan

karena dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin.

(Manuaba,2010).

2. Janin

DS : -

DO : - DJJ dalam batas normal


55

Analisis dan interpretasi

DJJ janin yang lebih dari batas normal (takikardia) dapat menyebabkan terjadi

kegawat daruratan pada janin.( Manuaba, 2010)

LANGKAH IV IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA /

KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter untuk proses persalinan

LANGKAH V RENCANA ASUHAN

1. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan umum janin

bayinya baik.

Rasional : agar ibu mengetahui keadaannya dan perkembangan persalinan.

2. Beritahu suami untuk mendampingi istrinya dan membantu istri mengambil

posisi meneran yang benar.

Rasional : agar ibu merasa nyaman dalam menghadapi proses persalinan .

3. Menganjurkan ibu untuk meneran yang baik dan benar.

Rasional : agar ibu punya tenaga untuk berkuat.

4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum diantara kontraksi.

Rasional : agar bayi bisa lahir dengan cepat dan ibu tidak terlalu lelah.

5. Memimpin persalinan secara APN dan menilai bayi.

Rasional : agar proses persalinan berjalan normal dan bayi lahir dengan kondisi

baik.

6. Meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan bayi, menjepit, menggunting

dan mengikat tali pusat.


56

Rasional: untuk mencegah hipotermi pada bayi, untuk memetuskan aliran

darah ibu ke bayi karena bayi sudah dapat bernapas sendiri.

7. Mengganti sarung tangan dan melakukan IMD

Rasional: untuk memberikan kehangatan bagi bayi.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 24-05-2015, jam 14.10 wita

1. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan umum janin

bayinya baik.

2. Beritahu suami untuk mendampingi istrinya dan membantu istri mengambil

posisi meneran yang benar.

3. Menganjurkan ibu untuk meneran yang baik dan benar.

4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum diantara kontraksi.

5. Memimpin persalinan secara APN dan menilai bayi.

6. Meletakkan bayi diatas perut ibu, menggeringkan bayi, menjepit, menggunting

dan mengikat tali pusat.

7. Mengganti sarung tangan dan melakukan IMD

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 24-05-2015, jam 14.40 wita

1. KU ibu baik:

TTV: TD : 110/80 mmhg N : 80x/ menit

S : 37 º C P : 22x/ menit

2. Kala II berlangsung lancar

Tanggal 24-05-2015, jam 14.40 wita bayi lahir dengan:


57

BBL: 3600 kg PBL : 49 cm

JK : laki-laki A/S : 7/9

3. Bayi menangis setelah diberikan rangsangan taktil

4. Tidak terjadi perdarahan

5. Kontaksi uterus baik

MANAJEMEN KALA III PERSALINAN

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Riwayat persalinan sekarang

Partus lama disertai KPD dengan induksi oxytocyn

B. Data subjektif

- Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya.

- Ibu mengatakan masih merasa mules pada perut bagian bawah.

C. Data objektif

1. Bayi lahir tanggal 24–05–2015, pukul : 14.40 wita

2. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

3. Keadaan umum ibu baik.

4. Terpasang infus RL

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


Kala III

Dasar

DS : - Ibu mengeluh mules pada perut bagian bawah.

DO : - Plasenta belum lahir

Analisis dan Interpretasi


58

Segera setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak berada di dalam uterus,

kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongganya akan mengecil

sehingga plasenta akan memisahkan diri dari dinding uterus.

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang mendukung terjadinya masalah potensial.

LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA /


KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter ahli kandungan

LANGKAH V RENCANA ASUHAN

Tujuan:

1. Kala III berlangsung normal.

2. Kontraksi uterus baik.

3. Mencegah perdarahan hebat.

Kriteria keberhasilan:

1. Plasenta lahir < 15 menit, plasenta lahir utuh dan lengkap

2. Kontraksi uterus baik.

Rencana tindakan:

1. Periksa ada tidaknya janin kedua

Rasional: jika masih ada janin kedua, lahirkan janin kedua sebelum suntik

oxytocyn dilakukan.

2. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 IU secara IM di bagian paha

distal lateral

Rasional: agar ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan.

3. Suntikkan oxytocyn 10 IU secara IM di paha ibu bagian distal lateral


59

Rasional: untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah perdarahan.

4. Lakukan penegangan tali pusat terkendali.

Rasional: membantu lahirnya plasenta secara utuh.

5. Dorong korpus uteri ke arah dorso kranial dengan tangan kiri saat ada kontraksi

untuk melahirkan plasenta

Rasional: membantu pelepasan plasenta dari dinding uterus.

6. Lahirkan plasenta dengan hati-hati

Rasional: agar plasenta lahir lengkap dan selaputnya tidak robek.

7. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

Rasional: untuk memastikan tidak adanya kotilegon dan selaput ketuban yang

tertinggal bisa menghalangi kontraksi uterus sehingga dapat menyebabkan

perdarahan.

8. Pastikan kontraksi uterus baik dan tidak terjadi perdarahan.

Rasional: untuk memastikan tidak terjadi perdarahan pada ibu.

9. Ajarkan ibu dan keluarga masase uterus dengan gerakan sirkular

Rasional: membantu mencegah perdarahan.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 24-05-2015, jam 14.50 Wita

1. Memeriksa ada tidaknya janin kedua

2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 IU secara IM di bagian

paha distal lateral.

3. Menyuntikkan oxytocyn 10 IU secara IM di paha ibu bagian distal lateral

4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.


60

5. Mendorong korpus uteri ke arah dorso kranial dengan tangan kiri saat ada

kontraksi untuk melahirkan plasenta

6. Melahirkan plasenta dengan hati-hati

7. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

8. Memastikan kontraksi uterus baik dan tidak terjadi perdarahan.

9. Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus denan gerakan sirkular

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 24-05-2015, jam 14.55 wita

1. Kala III berlangsung normal

2. Plasenta lahir lengkap pukul 14.50 Wita

3. Kontraksi uterus baik.

4. Keadaan umum ibu baik dan janin baik

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KALA IV PERSALINAN


LANGKAH I: DATA DASAR

A. Riwayat persalinan sekarang

Ibu mengeluh nyeri pada daerah perineum.

B. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan ibu baik

2. TTV:

TD : 110/80 mmhg N: 80 x/menit

S : 37 ºc P: 22 x/menit

3. Kontraksi uterus baik

4. TFU 2 jari bawah pusat


61

5. Masih terpasang infus pada bagian lengan kiri, dengan cairan RL

6. Terdapat luka perineum derajat I

7. Perdarahan ± 50 cc

LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Kala IV pengawasan

Dasar

DS : - Ibu merasa lemas

- Ibu merasa nyeri pada daerah perineum

DO : - Keadaan ibu baik

- TTV: TD : 110/80 mmhg N: 80 x/menit

S : 37 ºc P: 22 x/menit

- TFU 2 jari bawah pusat

- Perdarahan ± 50 cc

Analisis dan interpretasi

Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir

fundus uteri kira-kira 2 jari dibawah pusat. Kala IV adalah masa 2 jam setelah

plasenta lahir, Pada kala IV ini, pasien masih membutuhkan pengawasan yang

intensif karna perdarahan atonia uteri masih dapat mengancam (Saifuddin, 2011)

LANGKAH III: IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadinya perdarahan

Dasar

DS : - Nyeri pada perineum

DO : - Keadaan umum ibu baik


62

- TTV : TD: 110/80 mmhg N: 80 x/menit

S : 37º c P: 22 x/menit

- Terdapat laserasi derajat II pada perineum

Analisis dan interpretasi

Perdarahan dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dengan baik ataupun

ada laserasi pada jalan lahir, sehingga meyebabkan syok karna cairan dari

sirkulasi darah ( Manuaba, 2010).

LANGKAH IV: EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/

KOLABORASI

Perlunya tindakan segera/kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat-

obatan.

LANGKAH V: RENCANA ASUHAN

Tujuan:

1. Kala IV berlangsung baik

2. Keadaan umum ibu baik

3. Tidak terjadi perdarahan

Kriteria keberhasilan:

1. Kontraksi uterus baik

2. TTV dalam batas normal

3. Perdarahan dalam batas normal

Rencana tindakan:

1. Jahit luka perineum derajat I


63

Rasional: untuk mencengah perdarahan akibat adanya pembuluh darah yang

terbuka.

2. Observasi keadaan umum dan TTV

Rasional: keadaan umum dan tanda-tanda vital dijadikan indicator untuk

mengetahui keadaan ibu.

3. Observasi kontraksi dan TFU

Rasional: setelah lahir, fundus uteri diobservasi untuk mengetahui keadaan

kontraksi dan proses involusio terjadi atau tidak karna perlambatan involusio

dapat meningkatkan resiko endometritis.

4. Observasi jumlah perdarahan

Rasional: untuk mengetahui jumlah darah yang keluar sehingga dapat di

berikan tindakan secepatnya apabila ada tanda-tanda perdarahan

5. Bersihkan ibu dengan air DTT

Rasional: menjaga personal hygiene ibu dari cairan dan darah pasca persalinan.

6. Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan clorin 0,5%

Rasional: menjaga kebersihan tempat persalinan.

7. Beri kenyamanan pada ibu.

Rasional: agar ibu merasa nyaman untuk beristirahat setelah persalinan.

8. Anjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu.

Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan pemulihan energi ibu

pasca persalinan.

9. Pemberian obat-obatan,

Amoxcillin 3x1 10 tablet


64

Asam Mefenamat 2x1 10 tablet

Metil Ergometrin 3x1 10 tablet

Rasional: ME untuk mengontrol perdarahan dan merangsang kontraksi uterus,

Amoxcillin untuk mencegah infeksi dan sebagai antibiotic dan Asam

Mefenamat sebagai penghilang nyeri.

10. Lakukan dokumentasi

Rasional: sebagai bukti tindakan yang telah dilakukan.

LANGKAH VI: IMPLEMENTASI

Tanggal 24-05-2015, jam 15.00 wita

1. Menjahit luka perineum derajat I

2. Mengobservasi keadaan umum dan TTV

3. Mengobservasi kontraksi dan TFU

4. Mengobservasi jumlah perdarahan

5. Membersihkan ibu dengan air DTT

6. Mendekontaminasi tempat tidur dengan larutan clorin 0,5%

7. Memberi kenyamanan pada ibu.

8. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu.

9. Memberikan obat-obatan,

 Amoxcillin 3x1 10 tablet

 Asam Mefenamat 2x1 10 tablet

 Metil Ergometrin 3x1 10 tablet

10. Melakukan dokumentasi


65

LANGKAH VII: EVALUASI

Tanggal 24-05-2015, jam 15.05 wita

1. Keadaan umum ibu baik

2. TTV : TD: 110/80 mmhg N: 80 x/menit

S : 37ºc P: 22 x/menit

3. TFU 2 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik

4. Perineum telah dijahit

5. Ibu sudah makan dan minum

6. Perdarahan dalam batas normal ± 50 cc

7. Obat di berikan sesuai intruksi dokter

8. Dokumentasi telah dilakukan.


66

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

DI RUANG BERSALIN PUSKESMAS LAINEA

KABUPATEN KONAWE SELATAN

IDENTIFIKASI DATA DASAR

Identitas Istri/Suami

Nama : NY “E” / TN “R”

Umur : 24 Tahun / 28 Tahun

Suku : Tolaki / Tolaki

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Punggaluku

Lama menikah : ± 2 Tahun

SUBJEKTIF (S)

Tanggal 24-05-2015, jam 02.00 wita

Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sakit

perut tembus belakang dan keluar air-air dari jalan lahir sejak jam 19.00 wita, ibu

mengatakan hamil yang kedua dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan umur

kehamilannya 9 bulan dan haid terakhir tanggal 17-08-2014.

OBJEKTIF (O)

Tanggal 24-05-2015, jam 02.00 wita


67

Keadaan umum ibu baik, TP : 24-05-2015, TTV : TD : 100/80 mmHg, N : 80

x/menit, S : 36,50c, P : 22 x/menit. TFU 3 jari di bawah PX (35 cm), DJJ (+), jelas

kuat dan teratur dengan frekuensi 150 x/menit.

- VT pertama pukul 02.10 wita dinding vagina elastis, portio tebal, pembukaan 2

cm, ketuban (-) presentase kepala, molase tidak ada, posisi UUK kiri depan,

penurunan kepala H I, kesan panggul normal, terdapat pengeluaran lendir

bercampur darah.

- VT kedua pukul 06.10 wita dinding vagina elastis, portio tebal, pembukaan 3

cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi ubun-ubun kecil

kiri depan, penurunan kepala H I, kesan panggul normal, terdapat pengeluaran

lendir darah. DJJ 158 x/menit, his 3x/10 menit dengan durasi 25 detik

Kolaborasi dengan dokter, Dokter menginstruksi untuk melakukan induksi

oxytosin pukul 06.10 wita

- VT ketiga pukul 10.10 wita dinding vagina elastis, portio tipis, pembukaan 8

cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi ubun-ubun kecil

kiri depan, penurunan kepala H III, kesan panggul normal, terdapat

pengeluaran lendir bercampu darah. DJJ 153 x/menit, his 4x/10 menit dengan

durasi 40 detik.

ASSESMENT (A)

GIIPIA0, umur kehamilan 40 minggu, inpartu kala I fase aktif dengan masalah

ketuban pecah dini.

PLANNING (P)

Tanggal 24-05-2015, jam 10.10 wita


68

1. Menjelaskan tentang kondisi pasien kepada pasien dan keluarga

2. Mengobservasi kemajuan persalinan

3. Memberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter yakni :

- Memasang infus RL 500 ML

- Memberikan induksi oxytosin

4. Mengobservasi tanda-tanda vital

5. Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang di rasakan

6. Memberikan dukungan kepada ibu

7. Menganjurkan ibu untuk baring miring kiri

8. Menyiapkan partus set

Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan mau

mengikuti semua anjuran yang di berikan.

KALA II

SUBJEKTIF (S)

Tanggal 24-05-2015, jam 14.10 wita

Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin meneran

OBJEKTIF (O)

Tanggal 24-05-2015, jam 14.10 wita

1. Keadaan umum ibu baik, TTV : TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 370c, P

: 22 x/menit, tampak tanda gejala kala II

2. Pada tangan kiri terpasang infus RL

3. VT ke empat pukul 14.10 wita, dinding vagina elastis, portio tidak teraba,

pembukaan 10 cm, ketuban (-), presentase kepala, molase tidak ada, posisi
69

ubun-ubun kecil depan, penurunan kepala H IV, kesan panggul normal,

terdapat pengeluaran lendir bercampur darah. DJJ (+) 153 x/menit terdengar

jelas, kuat dan teratus, his 5x/10 menit durasi 50 detik

ASSESMENT (A)

Tanggal 24-05-2015, jam 14.10 wita

Inpartu kala II dengan ketuban pecah dini (KPD)

PLANNING (P)

1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu sudah boleh

meneran serta keadaan umum janin baik

2. Memberitahu suami untuk mendampingi ibu dalam proses persalinan

3. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar

4. Memimpin persalinan, pada jam 14.40 wita bayi lahir spontan, LBK, menangis

kuat setelah rangsang taktil, A/S 7/9, jenis kelamin laki-laki, keringkan bayi

jepit potong ikat tali pusat, ganti sarung. Letakkan bayi diantara dada ibu dan

lakukan IMD. Cek fudus pastikan janin tunggal, beritahu ibu akan di suntik

oxytosin 10 IU dan lakukan PTT. Pukul 14.50 wita plasenta lahir lengkap.

Laserasi derajat I, kontraksi uterus baik, bayi sedang menyusu pada ibunya,

keadaan umum ibu dan bayi baik, perdarahan ± 50 cc.

KALA IV

Tanggal 24-05-2015, jam 15.00 wita

SUBJEKTIF (S)

Ibu mengatakan nyeri pada jalan lahir dan masih merasa lelah.

OBJEKTIF (O)
70

Keadaan umum ibu baik, TTV : TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 370c, P :

22 x/menit. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat robekan

pada perineum, bayi menyusu dengan baik.

ASSESMENT (A)

Kala IV

PLANNING (P)

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan di

lakukan

2. Menyiapkan alat hecting

3. Melakukan hecting derajat I

4. Melakukan kateterisasi

5. Mengobservasi TTV, kontraksi uterus, TFU, kandung kemih dan perdarahan

tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

6. Menganjurkan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu

7. Memberikan obat-obatan pada ibu yaitu Amoxicillin 3x1, Asam Mefenamat

3x1, Metil Ergometrin 3x1

8. Melakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi serta memberian suntikan

Vit K, Hep .B, dan salep mata

9. Melengkapi partograf

Evaluasi : telah di lakukan hecting secara jelujur L/D 3/3, keadaan umum ibu dan

bayi baik, TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 370c, P : 22 x/menit. Kontraksi

uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan ± 50

cc. BBL : 3600 gram, PBL : 49 cm. Bayi telah di beri salep mata dan di suntikan
71

Vit K pada paha kiri anterolateral dilanjutkan dengan pemberian Hep. B setelah 1

jam pemberian Vit K.


72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan mengenai Identifikasi

Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama Di Puskesmas Lainea Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Ibu bersalin yang mengalami partus lama di puskesmas lainea kabupaten

konawe selatan tahun 2014 sebanyak 38 orang (12,7%) dari 297 persalinan.

2. Ibu bersalin yang mengalami partus lama, pada umur < 20 tahun berjumlah 7

orang (18,5%), umur 20-35 tahun berjumlah 22 orang (57,8%), dan umur > 35

tahun berjumlah 9 orang (23,7%).

3. Ibu bersalin yang mengalami partus lama, ibu dengan graviditas I berjumlah 20

orang (52,6%), ibu dengan gaviditas II berjumlah 5 orang (13,2%), ibu dengan

graviditas III berjumlah 8 orang (21%), ibu dengan graviditas ≥ IV berjumlah 5

orang (13,2%).

4. Ibu bersalin yang mengalami partus lama, paritas I berjumlah 20 orang

(52,6%), paritas II brjumlah 7 orang (18,5%), paritas III berjumlah 6 orang

(15,7%), paritas ≥ IV berjumlah 5 orang (13,2%).

5. Ibu bersalin yang mengalami partus lama, ibu dengan pendidikan SD

berjumlah 7 orang (18,5%), ibu dengan pendidikan SMP brjumlah 9 orang

(23,6%), ibu dengan pendidikan SMA berjumlah 15 orang (39,4%), ibu dengan

pendidikan perguruan tinggi berjumlah 7 orang (18,5%).


73

6. Ibu bersalin yang mengalami partus lama, ibu dengan pekerjaan IRT berjumlah

18 orang (47,4%), ibu dengan pekerjaan PNS/Swasta berjumlah 7 orang

(18,4%), ibu dengan pekerjaan wiraswasta berjumlah 13 orang (34,2%).

5.2 Saran

Diharapkan bagi para bidan untuk selalu memberikan penyuluhan

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan yang teratur kepada ibu hamil untuk

menekan angka mortalitas dan morbiditas yang dapat terjadi kepada ibu maupun

janin.

Anda mungkin juga menyukai