OLEH :
P17221174073
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANNA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien. Riwayat
kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat bantu yang
digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan
faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
ANAMNESIS MUSKULOSKELETAL
1. Data subjektif
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus,
bayi prasekolah, remaja dan tua.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar terus-
menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan
hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang merupakan
predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas
legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari
dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga
kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan
trauma lainnya. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah nyeri
pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat, walker)
g. Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung
terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat
artritis, dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma.
Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk pertama kalinya atau berulang.
i. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi,
fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau
berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan
otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang.
Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak
merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama
badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan
setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang
saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
1) Kekuatan sendi. Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekuan
tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun
tidur (inaktivitas).
2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai nyeri,
karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit degener
3) asi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah
beberapa minggu terjadi nyeri.
4) Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap,
apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas,
apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll)
5) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.
Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada
saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur dapak menyebabkan
menurunnya sensasi.
2. Data obyektif
a. Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
b. Bandingakan dengan sisi lainnya.
c. Pengukuran kekuatan otot (0-5)
d. Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
e. Kyposis, scoliosis, lordosis.
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan muskoloskeletal
sehingga perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat dari nyeri. Kebanyakan pasien
dengan penyakit atau kondisi traumatic, baik yang terjadi pada otot, tulang, dan sendi biasanya
mengalami nyeri. Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam dan tumpul
yang bersifat menusuk, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai adanya rasa pegal. Nyeri fraktur
tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam juga bisa
ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris.
Kebanyakan nyeri muskoloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Nyeri yang bertambah
karena aktivitas menunjukan memar sendi atau otot. Sementara nyeri pada satu titik yang terus
bertambah merupakan proses infeksi (Osteomielitis), tumor ganas, atau komplikasi vascular.
Nyeri menyebar terdapat pada keadaan yang mengakibatkan tekanan pada serabut saraf.
Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang lain berdasarkan atas ambang nyeri dan
toleransi nyeri masing-masing pasien. Pada setiap orang pengajian Maupun penanganannya
harus dibedakan pula untuk masing-masing pasien. Agar lebih komprehensifnya pengkajian
nyeri, ada suatu pendekatan yan memudahkan peserta didik untuk melakukan pengkajian, yaitu
pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.
2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang menyebabkan pasien meminta
pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama keluhan dirasakan,
kemana pasien pernah meminta pertolongan sebelum ke rumah sakit, apakah pernah ke dukun
urut atau patah tulang karena ada beberapa kasus deformitas setelah pasien meminta
pertolongan pada dukun patah, atau apakah tanpa ada tindakan apa-apa setelah mengalami
suatu trauma. Perlu diarahkan pada pasien apakah keadaan/masalah kelainan bentuk pada
dirinya menyebabkan perubahan pada citra diri pasien.
3. Kekakuan/instabilitas pada sendi.
Kekakuan atau ketidakstabilan pada sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan pasien
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari dan menyebabkan pasien meminta pertolongan
layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama keluhan dirasakan serta sejauh
mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas pasien. Kelainan ini bisa bersifat umum
misalnya pada atritis rematoid, ankilosing spondilitis, atau bersifat local pada sendi-sendi
tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi oleh tulang rawan atau meniscus. Perlu
diketahui apakah kelainan yang ada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan ditelusuri pula
penyebabnya apakah karena kelemahan otot atau kelemahan/robekan ada ligament dan selaput
sendi.
4. Pembengkakan/benjolan.
Keluhan karena adanya pembengkakan pada ekstremitas merupakan suatu tanda adanya bekas
trauma yang terjadi pada pasien. Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan lunak, sendi atau
tulang. Hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi spesifik pembengkakan, sudah berapa lama
proses terjadinya trauma, apakah sudah meminta tolong untuk mengatasi keluhan, dan apakah
yang terjadi secara perlahan-lahan, misalnya pada hematoma progresif dalam beberapa waktu.
Pembengkakan juga bisa disebabkan oleh infeksi, tumor jinak atau ganas.
5. Kelemahan otot.
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum misalnya pada penyakit distrofi
muscular atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot, misalnya pada lobus
Hansen, adanya perineal paralisis, atau pada penyakit poliomyelitis.
6. Gangguan atau hilangnya fungsi.
Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi dari organ muskoloskeletal ini merupakan gejala yang
sering menjadi keluhan utama pada masalah gangguan system muskoloskeletal. Gangguan atau
hilangnya fungsi pada sendi dan anggota gerak dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti
gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah trauma, adanya kekakuan sendi, atau
kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan pengkaji untuk menggali keluhan utama dari pasien
adalah berapa lama keluhan muncul, lokasi, atau organ yang mengalami gangguan atau
hilangnya fungsi dan apakah ada keluhan lain yang menyertai.
7. Gangguan sensibilitas.
Keluhan adanya gangguan sensibilitas terjadi apabila melibatkan kerusakan saraf pada
upper/lower motor neuron, baik bersifat local maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat
pula terjadi apabila terdapat trauma atau penekanan pada saraf. Gangguan sensoris sering
berhubungan dengan masalah muskoloskeletal. Pasien mungkin menyatakan mengalami
parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat
penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
mengganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf dan
peredaran darah yang terletak sepanjang system muskoloskeletal. Status neurovascular didaerah
musculoskeletal yang terkena harus dikaji untuk memperoleh informasi untuk perencanaan
intervensi. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah pasien mengalami perasaan yang tak
normal atau kebas; apakah gangguan ini bertambah berat atau malah makin berkurang setelah
permulaan keluhan mucul sampai pada saat wawancara; apakah ada keluhan lain yang pasien
rasakan seperti mengalami nyeri dan bengkak (edema); apakah ada perubahan warna kulit
bagian distal dari daerah yang terkena seperti pucat dan sianosis.
b. Palpasi
1) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan suhu
lokal dan krepitasi.
2) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu secara
umum sama keseluruhan tidak ada krepitasi.
3) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
4) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena penebalan atau
pembesaran.