Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ANSIETAS PADA PASIEN COVID-19

Dosen Pendamping :
Dini Mei W, S.Kep.,Ns, M.Kep

Disususn :
Dwi Achmad Nugroho
1821008

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020-2021
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
ANSIETAS PADA PASIEN COVID-19

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari Dosen Insitusi

Hari :
Tanggal :

Disusun Oleh :
Dwi Achmad Nugroho
1821008

Pendamping Insitusi

Dini Mei W, S.Kep.,Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN:

Ansietas pada pasien penderita Covid-19

II. TINJAUAN TEORI


A. PENGERTIAN
1 Definisi Ansietas
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini
tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas
diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan
dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di
luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan
(Asmadi, 2008).
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal
ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.

b. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang
yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat
akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas.
Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan
atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
2 Definisi Covid-19
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi
saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang
baru ditemukan.  Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal
sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19
ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh
dunia.

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


1 Faktor Predisposisi
 Ansietas
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
 Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
 Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan
kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
 Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
 Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
 Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
 Covid -19
Para pakar dari World Health Organization (WHO) dan The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan ada beberapa
faktor resiko yang menjadikan Covid-19 menginfeksi seseorang secara
lebih parah, yaitu :
1. Mereka yang berusia diatas 65 tahun.
2. Mereka yang tinggal di panti jompo.
3. Mereka dengan beberapa kondisi medis termasuk :
a. Penyakit paru kronis dan asma akut
b. Penyakit jantung yang serius
c. Immunocompromised seperti penyakit kanker, transplantasi
orga, perokok, defisiensi imun, HIV/AIDS, dll.
4. Mereka yang mengalami obesitas (BMI 40 atau lebih tinggi).
5. Mereka yang DM.
6. Mereka dengan penyakit ginjal kronis.
7. Mereka dengan penyakit hati.

Usia diatas 65 tahun sangat mudah terpapar virus ini karena beberapa
hal, seperti :
1. Daya tahan tubuh berkurang
2. Lapisan pada paru berkurang elastis pada masa tua
3. Inflamasi pada orang tua usia senja bisa lebih membahayakan dan
menyebabkan kerusakan organ.

Penyakit yang sangat mudah terpapar virus Covid-19 :


a. Covid-19 dan penyakit paru.
b. Covid-19 dan penyakit jantung.
c. Covid-19 dan DM.
2 Faktor Presipitasi
 Ansietas
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi:
 Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidakadekuatnya tempat
tinggal
2. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisisk juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status pekerjaan
tekanan kelompok social (Eko prabowo, 2014: 124).

 Covid-19
Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa Dr. Jiemi Ardian, SpKJ Covid-19
menimbulkan berbagai macam reaksi bersamaan dengan kemunculannya,
karena banyak hal baru yang sebenarnya tidak pernah terpikirkan dan itu
menimbulkan kecemasan tersendiri. Kecemasan tersebut merupakan akibat
dari isolasi sosial, kurangnya interaksi, gerak fisik yang terbatas, serta pola
stresor yang berubah.
Dr. Jiemi menambahkan terdapat beberapa faktor utama yang
menyebabkan gangguan mental seseorang, dimulai dari faktor biologi
seperti gen, neurotransmitter, sistem syaraf, dan endokrin. Kemudian
faktor psikologi seperti cara menghadapi stresor, gaya berpikir seseorang,
dan kemampuannya dalam beradaptasi, serta faktor sosial seperti
pendukung orang-orang dekat yang berada disekitar.

C. RENTANG RESPON didalamnya ada Pohon Masalah

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Tingkat kecemasan sebagai berikut :
1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan


menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan


mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan
kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.
3. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk


memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat Panik Dari Kecemasan

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami


panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
 POHON MASALAH

Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan suasana perasaan cemas Cor Poblem

Koping individu tidak efektif Cause

D. PENENTUAN DIAGNOSA

1 BATASAN KARAKTERISTIK (NANDA INTERNATIONAL)


 Ansietas (NANDA, Hal : 324 )
Perilaku
1. Penurunan produktifitas;
2. Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup;
3. Gerakan yang tidak relevan (misalnya, mengeret kaki, gerakan lengan);
4. Gelisah;
5. Insomnia;
6. Memandang sekilas;
7. Kontak mata buruk;
8. Menyelidik tidak waspada.
Efektif
1. Kesedihan yang mendalam;
2. Distres;
3. Merasa takut;
4. Fokus pada diri sendiri;
5. Iritabilitas;
6. Gugup;
7. Gembira berlebihan;
8. Marah;
9. Menyesal;
10. Ketidakpastian;
11. Khawatir.
Fisiologi
1. Wajah tegang;
2. Peningkatan keringat;
3. Peningkatan ketegangan otot;
4. Gemetar atau tremor tangan;
5. Suara gemetar.
Parasimpatis
1. Nyeri abdomen;
2. Penurunan tekanan darah;
3. Penurunan nadi;
4. Diare;
5. Pingsan;
6. Keletihan;
7. Mual;
8. Gangguan tidur;
9. Kesemutan pada ekstrimitas;
10. Sering berkemih;
11. Berkemih tidak lampiah;
12. Urgensi berkemih.

Simpatis
1. Anoreksia;
2. Eksitesi kardiovaskuler;
3. Diare;
4. Mulut kering;
5. Wajah kemerahan;
6. Jantung berdebar-debar;
7. Peningkatan tekanan darah;
8. Peningkatan nadi;
9. Peningkatan reflex;
10. Peningkatan pernafasan;
11. Dilatasi pupil;
12. Kesulitan bernafas;
13. Vasokonstriksi supervisial;
14. Kedutan otot;
15. Kelemahan.

Kognitif
1. Kesadaran terhadap gejala-gejala kognitif;
2. Bloking pikiran;
3. Konfusi;
4. Penurunan lapang pandang;
5. Kesulitan konsentrasi;
6. Keterbatasan kemampuan untuk menyelasaikan masalah;
7. Keterbatasan kemampuan untuk belajar;
8. Takut terhadap yang tidak spesifik;
9. Mudah lupa;
10. Gangguan perhatian;
11. Tenggelam dalam dunia sendiri;
12. Melamun;
13. Kecenderungan menyalahkan orang lain.
Ketidakefektifan Koping (NANDA, Hal : 327)

1 Perubahan pola komunikasi


2 Perilaku destruktif terhadap orang lain
3 Kesulitan mengorganisasi informasi
4 Ketidakmampuan meminta bantuan
5 Ketidakmampuan menghadapi situasi
6 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
7 Strategi koping tidak efektif
8 Akses dukungan sosial tidak adekuat
9 Kurang perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
10 Ketidakmampuan mmengatasi masalah
11 Perilaku mengambil resiko

2 TANDA MAYOR

1. Subjektif

 Merasa bingung
 Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
 Sulit berkomunikasi

2. Objektif

 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur

3 TANDA MINOR (Linda Jual C)

1. Subjektif

 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya

2. Objektif

 Frekuensi nafas meningkat


 Frekuensi nadi meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa lalu

III. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas pada keluarga orang


sehat covid-19.s
B. Gangguan alam perasaan : ansietas berhubungan dengan koping individu tidak
efektif pada keluarga orang sehat covid-19

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


TUM : Keceemasan berkurang atau hilang
TUK :

 TUK 1

Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya


Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan
negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.
 TUK 2

Pasien dapat mengenali ansietasnya


Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal
yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.

 TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
Intervensi :
1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan
ansietas.
2. Bersama pasien meninjau penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan konflik.
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi denganpengalaman masa lalu yang
relevan.
 TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Intervensi :
1. Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu.
2. Tunjukan akibat maladaptif dan destruksi dari respon koping yang digunakan.
3. Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya.
4. Bantu pasien untuk kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan
sumber dan menggunakan ansietas sedang.
5. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang.
6. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya.
7. Libatkan pihak yang sberkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam
membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru.
 TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi dengan napas dalam.
Intervensi :
1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri.
2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietasnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nerslicious.com/diagnosis-keperawatan-ansietas/

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC
Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Buku NANDA-I Edisi 11 (2018-2020)
Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 (2016)
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200401/106/1221064/cemas-
akibat-covid-19-kata-dokter-itu-adaptasi-normal

Anda mungkin juga menyukai