Kajian Pengembangan Jasa Pergudangn Di Indonesia
Kajian Pengembangan Jasa Pergudangn Di Indonesia
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan “KAJIAN PENGEMBANGAN
JASA PERGUDANGAN DI INDONESIA” dapat diselesaikan. Kajian ini
dilatar belakangi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan memiliki kewenangan dalam pembinaan sarana
perdagangan dimana salah satunya adalah pergudangan dan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 90/M-DAG/PER/12/2014 tentang Penataan
dan Pembinaan Pergudangan juga mengatur tentang Tanda Daftar
Gudang untuk menjamin tertib niaga dan kelancaran distribusi barang.
Pergudangan perlu diatur karena memiliki peran strategis dalam
mendukung kelancaran distribusi barang. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan mengenai jasa pergudangan, termasuk gambaran peluang
dan ancaman suatu bisnis serta faktor peningkat kinerja untuk
memenangkan persaingan.
Kajian ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan
Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari Firman
Mutakin, Bagus Wicaksena, Yudha Hadian Nur, Riffa Utama dan Nasrun
serta dibantu tenaga ahli
Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan,
maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Dalam kesempatan ini tim mengucapkan terima kasih terhadap berbagai
pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata
semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemimpin dalam
merumuskan kebijakan di pengembangan Jasa Pergudangan di
Indonesia.
ABSTRACT
The background of this study are Law No. 7 of 2014 and Trade
Minister Regulation No. 90/M-DAG/PER/12/2014 on the Management and
Development Warehousing has the authority in coaching means of trade
where one of them is warehousing. Warehousing has a strategic role in
supporting the distribution of goods, it is necessary infromasi regarding
warehousing services, including an overview of business opportunities and
threats as well as performance-enhancing factor to win the competition.
This study aims to provide an overview warehousing services business in
Indonesia, analyzing the determinants of performance warehousing
services in Indonesia and formulate development policies warehousing
services in Indonesia. Results from this study indicate Warehousing
Services in Indonesia perceived opportunity Strength-and-dominant
(located in quadrant I). Warehousing Services performance as the
reference is the cost, system, and application of ISO / other. While the
factors that affect the performance of warehousing, among others:
Condition Factor (Human Resources, Knowledge Resource,
Infrastructure), Conditions Demand, Industry Related and Supporting
(Industrial Upstream, Downstream, Association / Government, and
Academia), and Policy (Taxation, Wages, Investments, and Other).
1
http://www.frost.com/prod/servlet/press-release.pag?docid=290094205 diakses pada
tanggal 08 Januari 2014.
2
VH Mohan, ciilogistics.com/coursware/sem2/Warehousing.pdf diunduh pada tanggal
25 Februari 2015
3
Ibid.
4
http://www.kemendag.go.id/id/photo/2015/02/13/dirjen-pdn-pada-acara-
grand-opening-ceremony-pt-ilc-logistic-indonesia?id=21819#photo
5
ASEAN Sectoral Integration Protocol For The Logistics Services Sector pada tanggal 24 Agustus
2007 di Makati, Filipina yang terdaftar dalam CPC 742 yaitu Klasifikasi Produk Central Internasional
untuk Jasa Penyimpanan dan Pergudangan
JASA
Produksi & permintaan musiman,
PERGUDANGAN
PENGELOLAAN Produksi skala besar dan
PERGUDANGAN berkesinambungan , Quick supply, Regulasi BELUM
dan stabilisasi harga berdaya
Preliminary survey
VM Hon, Naber et al (2013) & Baijal (2014) (2015)
Poter’s Diamond:
Kuadran Posisi Industri: Kondisi Faktor; Kondisi
Kekuatan Permintaan; Industri Pendukung &
Kelemahan Terkait, Strategi Perusahaan;
Peluang Struktur, dan Persaingan; dan
Ancaman Pemerintah
Strategi Pengembangan
Jasa Pergudangan
di Indonesia
d2 lx 2 x2
X2
g2 ly1 Y1
z1
d3.1 X3.1 lx3,1 h ly2
g3 Y2
d3.2 lx3,2 x3 ly3
X3.2
lx3,3 g4 Y3
d3.2 X3.3
d5.1 e1
X5.1 lx5,1
x5
d5.2 X5.2 lx5,1
Waktu Target
Daerah Petugas Survey
Pelaksanaan Responden
Dunex, SGL
Group, Bulog,
Bagus Wicaksena,
BGR, Kamadjaja,
Jawa Barat M-3 Mei 2015 Setijadi, dan
RPX, Surya Mas,
Akhmad Yunani
Syncrum, Wira,
dll
Panadia, Bulog,
Cahaya Surya,
Firman Mutakin,
Sentra Timur,
Jawa Timur M-3 April 2015 Riffa Utama, dan
Sarimelati, Sido
Nasrun
Utama, Suri
Mulya, dll
Diamond, Wira,
Firman Mutakin,
Kamadjaja, BGR,
Sulawesi Utara M-2 Juni 2015 Riffa Utama, dan
Bitung Mina,
Yudha H.N
Jasatrans, dll
Urgent shipment à
Jepang: Biaya Tinggi
Eksportir
Importir:
manufaktur
Konsumen
(end-user)
Manufaktur
Exim Delivery
Strategic
Relationship,
Partnership dan 4 PL berbasis iptek,
Value Based Advanced adaptif dan fleksibel
Service
Single point of
Kontrak dan contract, integrasi
Lead Logistic LLP
Risk Sharing teknologi 3PL
Peningkatan
Kontrak Nilai Tambah
3 PL kemampuan,
Fixed & Variable (Value Added)
Perluasan penawaran
jasa
1.6
Gudang
1.2 Komoditas
0.8 Gudang
Non-Komodit
0.4 as
-0.8
-1.2
-1.6
-2.0
Threath
Composite
Reliability AVE
A 0.836893 0.406166
A.1 0.829765 0.710642
A.2 0.857356 0.681285
A.3 0.876065 0.702752
Sumber: data diolah
B
B.1 8.788014
B.2 19.888531
B.3 100.67255
Sumber: data diolah
Composite
Reliability AVE
C 0.746881 0.54119
C.1 0.954577 0.913102
C.2 0.916526 0.845915
C.3 0.955027 0.913928
Sumber: data diolah
D D.1 D.2
D.1.1 12.80843 27.40846
D.1.2 57.07692 70.80401
D.2.2 9.639637
Sumber: data diolah
Composite
Reliability AVE
D 0.852817 0.661041
D.1 0.915875 0.844823
D.2 1 1
Sumber: data diolah
E D.1 D.2
E.1 141.5489
E.2.1 77.620395 60.56739
E.2.2 58.361208 56.61717
E.2.4 11.561246 14.66579
Sumber: data diolah
Composite
Reliability AVE
E 0.927148 0.764313
E.1 1 1
E.2 0.889438 0.730315
Sumber: data diolah
Composite
Reliability AVE
F 0.88126 0.653883
F.1 1 1
F.2 0.836749 0.720293
F.3 1 1
Sumber: data diolah
dimana:
6.2.1 Australia
BKPM (2011) menjelaskan bahwa karakteristik
pengembangan logistik di Australia yang menyeluruh dan
sistematis, dengan penekanan pada peningkatan
profesionalitas perusahaan jasa logistik. Pengembangan
logistik Australia dimulai ketika dikeluarkannya kebijakan
pengembangan industri logistik tahun 2000 – 2001 tentang
Freight Transport Logistics Industry Action Agenda. Secara
umum, BKPM (2011) menjelaskan bahwa tujuan kebijakan
adalah membangun kemitraan strategis antara pelaku industri
dan pemerintah dalam rangka mendukung pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan di tengah lingkungan global yang
dinamis. Dalam kebijakan tersebut terdapat 3 (tiga) sasaran
utama yang hendak dicapai, yaitu:
1) Meningkatkan kemitraan antara industri logistik dan
pemerintah.
2) Menyusun model pengembangan industri logistik untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi.
3) Mengembangkan perusahaan-perusahaan logistik untuk
mampu bersaing secara internasional.
6.2.2 Tiongkok
Perkembangan sistem logistik di China tak terlepas dari
gerakan liberalisasi ekonomi sejak akhir 1970-an, dan menjadi
anggota penuh WTO pada 2001 yang menjadikan China
menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia (BKPM, 2011). Sejak saat itu, sistem logistik di Tiongkok
mengalami kemajuan yang cukup pesat sebagai konsekuensi
dari liberalisasi ekonomi.
Sistem urban logistic China dapat menjadi bahan
rujukan pengembangan sistem logistik nasional dengan
simpul-simpul kegiatan di perkotaan. Jaringan urban logistic
meliputi paling tidak empat simpul distribusi, yaitu: logistic hub,
central distribution center (CDC), regional distribution (RDC)
center dan distribution center (DC). Keempat simpul itu
terintegrasi, baik dalam hal infrastruktur fisik yang menjamin
lalu lintas barang berjalan dengan lancar, maupun sistem
informasi dan standar pelayanannya.
6.2.3 India
India merupakan negara daratan (landlocked country)
yang membutuhkan jaringan logistik dengan infrastruktur yang
kuat. Namun, pengembangan inftrastruktur di India relatif
tertinggal dibanding China dan Australia (BKPM, 2011). Meski
logistik di India dinilai belum efisien, namun indikatornya
masih jauh lebih baik dibanding Indonesia. Biaya logistik di
India hanya sekitar 13% GDP dan biaya pergudangan hanya
sekitar 3% (Baijal, 2014), relatif lebih baik dibandingkan
dengan Indonesia.
India telah memiliki kebijakan National Integrated
Logistics Policy (NILP), dengan visi infrastruktur logistik 2020
yang menitikberatkan pada keseimbangan kapasitas moda
transportasi. Fokus pada perbaikan struktur dan kapasitas
infrastruktur transportasi dengan target tahun 2020: 47%
(pangsa moda jalan raya), 46% (pangsa moda kereta api),
dan 6% (pangsa moda angkutan laut). Sementara target
penurunan biaya logistik menjadi sekitar 4% pada tahun 2020.
Kebijakan ini juga menargetkan terbangunnya sekitar 15-20
pusat pergudangan di simpul-simpul logistik (BKPM, 2011).
Dalam rangka peningkatan daya saing pergudangan,
Pemerintah India telah menerapkan beberapa kebijakan,
antara lain:
a. Warehousing Development Regulation Act (WDRA) yang
berlaku sejak tahun 2007 yang mengatur tentang Sistem
6.2.4 Thailand
Thailand merupakan negara yang sedang
mengembangkan kebijakan logistiknya yang secara otomatis
didukung dengan kebijakan pergudangan. Sebagai targetnya,
Thailand menetapkan bahwa wilayahnya memiliki potensi
sebagai regional hub di kawasan ASEAN dengan beberapa
negara utama di kawasan Mekong yaitu Kamboja, Vietnam,
dan Laos.
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan kajian adalah sebagai
berikut:
a) Jasa Pergudangan di Indonesia dipersepsikan Strength-and-
opportunity dominant (berada pada kuadran I). Untuk gudang
komoditas yang menyimpan bahan pangan (beras dan gula) dan
pupuk, aktivitas pergudangan seperti loading/unloading masih
didominasi tenaga manusia, adopsi teknologi pada proses
administrasi, dan standard penyimpanan belum seragam, kecuali
perusahaan skala besar. Sedangkan pada gudang umum,
loading/unloading umumnya menggunakan tenaga mesin, adopsi
teknologi pada storage, proses administrasi, throughput, dan standard
penyimpanan mengacu kepada principal. Selain itu, jenis jasa yang
ditawarkan selain pengelolaan gudang adalah transportasi dan nilai
tambah.
b) Kinerja Jasa Pergudangan yang menjadi acuan adalah biaya, sistem,
dan penerapan SNI/lainnya. Sementara faktor yang mempengaruhi
kinerja jasa pergudangan antara lain: Kondisi Faktor (SDM,
Knowledge Resource, Infrastruktur), Kondisi Permintaan, Industri
Terkait dan Pendukung (Industri Hulu, Industri Hilir,
Asosiasi/Pemerintah, dan Akademisi), dan Kebijakan (Perpajakan,
Upah, Investasi, dan Lainnya)