2.pemb OperasiHitung Perkalian Dan Pembagian Bil Cacah Di SD - PDF
2.pemb OperasiHitung Perkalian Dan Pembagian Bil Cacah Di SD - PDF
Penulis:
Marsudi Raharjo
Astuti Waluyati
Titik Sutanti
Penilai:
Supriyono
Muh. Darwis
Editor:
Estina Ekawati
Lay out:
Muhammad Fauzi
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan-Nya akhirnya PPPPTK Matematika dapat mewujudkan modul
program BERMUTU untuk mata pelajaran matematika SD sebanyak
sembilan judul dan SMP sebanyak sebelas judul. Modul ini akan
dimanfaatkan oleh para guru dalam kegiatan di KKG dan MGMP. Kami
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu terwujudnya modul-modul tersebut.
Tidak ada gading yang tak retak. Saran dan kritik yang membangun terkait
modul dapat disampaikan ke PPPPTK Matematika dengan alamat email
p4tkmatematika@yahoo.com atau alamat surat: PPPPTK Matematika,
ii
Jalan Kaliurang Km 6 Condongcatur, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta atau
Kotak Pos 31 Yk-Bs 55281 atau telepon (0274) 881717, 885725 atau nomor
faksimili: (0274) 885752.
Sleman, Oktober 2009
a.n. Kepala PPPPTK Matematika
Kepala Bidang Program dan Informasi
Winarno, M.Sc.
NIP 195404081978101001
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 2
A. Pengantar ......................................................................................... 5
B. Tujuan ............................................................................................. 6
A. Rangkuman .................................................................................... 51
B. Tes ................................................................................................. 57
LAMPIRAN .................................................................................................... 61
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkalian lanjut atau perkalian bersusun adalah perkalian dua bilangan selain dua
bilangan satu angka. Jadi dapat berupa perkalian dua angka dengan satu angka,
satu angka dengan dua angka, tiga angka dengan satu angka, tiga angka dengan
dua angka, dan seterusnya.
Ketika peserta didik duduk di kelas III pembagian yang diajarkan adalah
pembagian panjang atau pembagian bersusun. Pembagian panjang bersifat lanjut,
jadi sudah bukan merupakan pembagian dasar lagi. Pembagian panjang adalah
pembagian yang tak dapat diperoleh langsung dari hafalan perkalian dua bilangan
1 angka.
Perkalian, khususnya perkalian dasar yaitu perkalian 2 bilangan satu angka dan
perkalian dengan bilangan 10 merupakan topik krusial dalam pelajaran matematika
SD. Mengapa? Sebab perkalian lain yang lebih tinggi tingkatannya dapat dicapai
secara lebih mudah bila peserta didik paham dan hafal perkalian dasar. Bagaimana
seseorang membuat perkiraan awal tentang perencanaan yang berhubungan dengan
target minimal, biaya minimal, biaya cadangan, dan sebagainya, semuanya
berhubungan erat dengan kemampuan mencongak yang berawal dari perkalian
dasar tersebut.
B. Tujuan
Modul ini disusun dengan harapan dapat memberikan tambahan dan pendalaman
tentang pembelajaran materi perkalian dasar dan perkalian lanjut serta pembagian
dasar dan pembagian lanjut yang dibutuhkan bagi guru matematika SD. Setelah
mempelajari modul ini baik secara individu (di rumah) maupun secara kelompok
(di sekolah maupun forum KKG Matematika) diharapkan para guru SD dapat
meningkatkan kompetensi pengetahuan matematikanya sekaligus kompetensi
mengajar di sekolah.
C. Ruang Lingkup
Materi dalam modul ini meliputi pembelajaran tentang materi yang terdapat dalam
standar isi ditambah dengan beberapa materi pengayaan. Modul ini memuat uraian
tentang pembelajaran: (1) perkalian dasar, (2) perkalian lanjut, (3) pembagian
dasar, dan (4) pembagian lanjut sesuai dengan standar kompetensi minimal yang
telah ditentukan pada standar isi. Standar isi tersebut adalah standar materi yang
tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat
ini.
Modul ini dimulai dengan pembahasan tentang perkalian dasar dan pembagian
dasar. Pembahasannya dilakukan secara kontekstual artinya berangkat dari
kehidupan nyata yang dekat dengan kehidupan peserta didik sehari-hari dan
selanjutnya dimatematikakan. Dimatematikakan artinya diangkat menjadi masalah
matematika. Masalah matematika yang dimaksud adalah masalah sehari-hari yang
pemecahannya dilakukan secara matematika menggunakan kaidah-kaidah yang
berlaku di dalamnya. Tujuannya untuk menarik minat peserta didik menyukai
matematika. Sebab dengan metode yang terurut dari konkret (objek
sesungguhnya), ke semi konkret (objek sesungguhnya diganti dengan gambar), dan
diakhiri ke abstrak (hanya dalam bentuk angka-angka, tanda-tanda operasi kali,
bagi, kurang dari, lebih dari, dan sama dengan) akan menjadikan matematika yang
sebenarnya abstrak dapat dikurangi tingkat keabstrakannya.
Pada modul ini setiap bab hingga penutup (dimulai dari bab II) diberikan beberapa
soal tes. Tujuannya untuk mengukur tingkat ketercapaian pemahaman pengguna
modul. Pengguna (guru) dapat mengetahui tingkat pencapaian pemahamannya
setelah mencocokkannya dengan kunci jawaban. Anda dianggap berhasil dalam
mempelajari modul ini jika mencapai skor minimal 75% dari semua soal yang
diberikan. Bila belum mencapai 75%, disarankan untuk mengulang bab yang
bersangkutan sebelum melanjutkan ke bab berikutnya.
A. Pengantar
Masalah
Hingga saat ini banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam menerima
pelajaran perkalian dan pembagian. Mereka tidak hafal perkalian dasar (perkalian
dua bilangan satu angka) akibatnya pelajaran matematika berikutnya akan terasa
menjadi semakin sulit dan akhirnya ditakuti dan dibenci.
Diduga hal itu terjadi karena pembelajaran awalnya tidak kontekstual dalam arti
tidak mengaitkan permasalahan dengan konteks kehidupan nyata yang dikenal
peserta didik sehari-hari. Pengalaman penulis terhadap anaknya sendiri
menunjukkan hanya dalam waktu satu minggu, anak merasa senang, dan mampu
menghafal perkalian dasar. Pengalaman tersebut akan disampaikan lebih lanjut
dalam modul ini.
B. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu mengelola pembelajaran
perkalian dan pembagian dasar di kelas II serta perkalian dan pembagian lanjut di
kelas III dan seterusnya. Pembelajaran yang dimaksudkan berangkat dari masalah
nyata sehari-hari yang dikenal peserta didik dan berlanjut ke bentuk
matematikanya hingga berakhir dengan keterampilan peserta didik melakukan
operasi perkalian dan pembagian. Dalam proses pembelajarannya peserta didik
tidak merasa tertekan, selalu senang, dan KKM terpenuhi.
Dalam setiap kegiatan belajar akan terdapat latihan yang mengukur pencapaian
Anda dalam mempelajari modul ini. Lakukanlah setiap kegiatan belajar tersebut
dengan serius dan praktikkanlah kepada anak didik Anda.
Mengapa peserta didik kelas III masih belum mampu menghafal perkalian
dasar (perkalian dua bilangan satu angka)? Di mana letak kesalahan
sebagai guru dalam membelajarkan peserta didik pada awalnya? Apakah
pembelajaran yang diberikan pada kelas sebelumnya belum kontekstual?
Apakah pembelajaran belum mengajak peserta didik untuk mengonstruksi
matematika di kepalanya? Apa dampaknya jika peserta didik tidak
terampil perkalian?
Contoh
4 4 + 4 + 4
4 4 +
8 12
Dari peragaan dan bentuk perkalian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak kaki
seluruhnya untuk:
1 kambing = 1 × 4 = 4
2 kambing = 2 × 4 = 8 (sebab kaki kambing I + kaki kambing II = 4 + 4)
3 kambing = 3 × 4 = 12 (sebab kaki kambing I + kaki kambing II + kaki
kambing III = 4 + 4 + 4 = 12, atau “jumlah
sebelumnya + 4“ yakni = 8 + 4 = 12)
4 kambing = 4 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 16
Hasil perkalian
5 kambing = 5 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 20 hingga 3
kambing sebagai
6 kambing = 6 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 24
penanaman
7 kambing = 7 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 28 konsep, lainnya
peserta didik
8 kambing = 8 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 32 yang melengkapi
dalam bentuk
9 kambing = 9 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 36 kerja kelompok.
Catatan
Salah satu cara untuk membina keterampilan agar peserta didik hafal perkalian 2
bilangan 1 angka adalah dengan teknik bertanding (kompetisi) baik antar
kelompok peserta didik maupun antar peserta didik secara individu. Cara
kompetisi (persaingan untuk memenangkan pertandingan) ini dimaksudkan agar
setiap peserta didik memiliki motivasi (semangat) untuk memenangkan
pertandingan. Tujuannya adalah agar secara pribadi setiap peserta didik tidak
merasa diremehkan karena merasa dianggap bodoh oleh teman-temannya.
Sehingga diharapkan, dalam hati peserta didik selalu timbul semangat untuk
harus hafal sehingga dapat memenangkan pertandingan. Dampak yang diharapkan
adalah pembelajaran perkalian dasar dapat mencapai tujuan secara lebih cepat dan
menyenangkan.
Spesifikasi
Kartu guru dan kartu peserta didik dirancang sekecil mungkin namun tetap
terbaca oleh peserta didik di seluruh ruang kelas. Tujuannya agar kartu guru tetap
dapat terbaca dan mudah diacak oleh tangan guru. Kartu peserta didik juga irit
bahan namun tetap dapat dilihat jelas oleh guru dan peserta didik secara klasikal.
Untuk itu spesifikasi dari masing masing kartu seperti berikut.
10 cm 5 cm
o Jumlah Kartu
Untuk suatu permainan, misal pembinaan keterampilan mengalikan dengan
bilangan 4, satu set untuk kartu guru berjumlah 10 dan satu set untuk kartu
peserta didik juga berjumlah 10.
Kartu Guru
1×4 6×4
2×4 7×4
3×4 8×4
4×4 9×4
5×4 10 × 4
1 set kartu
4 24 4 24 4 24
8 28 8 28 8 28
12 32 12 32 12 32
16 36 16 36 16 36
20 40 20 40 20 40
Catatan
Guru dalam permainan ini minimal mendatangi masing-masing kelompok
peserta didik hingga 3 kali sebab pada umumnya hingga 3 kali dikunjungi itu
keadaan kelas sudah mulai bergairah. Ingat, di balik kartu perkalian yang
dipegang guru harus ada tulisan kunci jawabannya (tulisannya kecil sehingga
tidak terbaca oleh peserta didik dan penulisannya jangan sampai terbalik) agar
guru secara yakin dapat mengetahui apakah kartu jawaban peserta didik yang
ditunjukkannya saat itu benar atau salah.
Catatan
Dengan guru mengumumkan bahwa permainan akan dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya dan pada permainan besok peserta didik tidak boleh
melihat catatan, akan memicu peserta didik untuk bersemangat menghafal
perkalian tanpa harus dipaksa karena termotivasi untuk tidak ingin kalah dalam
pertandingan.
Jika peserta didik sudah hafal perkalian dasar (perkalian 2 bilangan 1 angka)
sejak kelas 2, maka harapan untuk lancar mengikuti pelajaran di kelas-kelas
berikutnya akan semakin dapat tercapai.
becak itu rodanya berapa? Kalau becaknya dua, banyak roda seluruhnya berapa?
Kalau becaknya tiga banyak roda seluruhnya berapa? seraya menempelkan
gambar becak mulai dari 1 becak, 2 becak hingga 3 becak.
LATIHAN 1
Jawablah dengan cara melingkari pilihan jawaban yang Anda anggap paling tepat.
(A) Berpikir dan berhitung (B) Berpikir dan berkhayal (C) Menyimpulkan
(D) Mengambil tindakan (E) Berpikir dan bertindak
7. Tahapan matematisasi horisontal berikut ini yang paling tepat sesuai tahapan
berpikir peserta didik usia sekolah dasar adalah ....
8. Berikut ini yang merupakan contoh dari model-model matematika adalah ....
(A) Sedotan satuan dan ikatan sedotan puluhan
(B) Gambar kambing di papan tulis
(C) Beberapa plastik yang masing-masing berisi 5 buah apel
(D) Beberapa becak di pinggir jalan
(E) 4 x 5 = 20
9. Jika terdapat 8 kambing, maka banyaknya kaki kambing dapat kita tulis dalam
bentuk perkalian sebagai ....
(A) 4 x 8 = 32
(B) 8 x 4 = 32
(C) 8 + 8 + 8 + 8 = 32
(D) 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 32
(E) 32
10. Jika terdapat 23 kambing, bagaimana cara paling mudah untuk menghitung
banyak kaki kambing?
(A) Membilang kaki kambing satu per satu
(B) Menjumlahkan kaki dari tiap-tiap kambing
(C) Mengalikan dengan memisahkan dulu 20 kambing dengan 3 kambing
(D) Mengalikan 23 x 4
(E) Mengalikan 4 x 23
11. Dalam kegiatan mencari jumlah roda becak untuk 4 becak, 5 becak, dan
seterusnya, ada beberapa cara yang dilakukan oleh peserta didik yang
dianggap benar, kecuali ....
(A) membilang banyaknya roda mulai dari becak pertama sampai banyaknya
becak yang ditentukan
Mengapa peserta didik kelas III tidak terampil mengalikan dua bilangan
selain kedua bilangannya satu angka? Mengapa peserta didik kelas IV
tidak terampil mengalikan dua bilangan yang salah satunya dua angka atau
lebih. Perlukah guru mengetahui alasan mengapa perkalian dua bilangan
yang lebih dari dua angka harus dilkukan dengan cara bersusun panjang
atau pendek. Mengapa peserta didik lebih suka perkalian yang susun
pendek?
Bagaimana cara terbaik mengenalkan bilangan tiga angka (100 hingga
999) sebelum mengenalkan perkalian yang melibatkan bilangan 3 angka
atau lebih?
Pada perkalian lanjut (perkalian yang melibatkan bilangan lebih dari 1 angka)
kaidah yang menjadi dasar penerapan adalah sifat-sifat pada perkalian yaitu
komutatif (bolak-balik sama), distributif (penyebaran), dan asosiatif
(pengelompokan).
a × b=b × a
Ilustrasi
6 = 3 × 2 = 2
3
2 + 2 + 2
generalisasi
3 × 2
a × b= b
=
6=3 × 2 6=2 × 3
2 3
3
2
Berdasarkan peragaan gambar yang dapat diamati, mana yang lebih banyak.
Apakah ”3 × 2” atau “2 × 3”. Mengapa “3 × 2 = 2 × 3”? Apa sebenarnya
yang membedakan antara “3 × 2 dengan 2 × 3”? Itulah beda penalarannya
antara
3 × 2 dengan 2 × 3
Sebelum dibahas lebih lanjut tentang perkalian dua bilangan yang melibatkan
bilangan 2 angka atau lebih berikut akan diperkenalkan gambaran peragaannya
yakni peragaan menggunakan Blok Dienes. Dalam peragaannya Dienes
mengelompokkan bilangan menurut banyaknya satuan, puluhan, ratusan, dan
terakhir ribuan.
Berikut adalah contoh peraga untuk bilangan 1245 dengan Blok Dienes.
1 2 4 5
Peraga blok Dienes di atas membedakan secara tajam perbedaan antara satuan
yang berbentuk kubus kecil dengan puluhan yang berbentuk batangan, ratusan
berbentuk kepingan, dan ribuan yang berbentuk kubus besar. Setiap 10 buah
satuan dapat ditukar dengan 1 batang puluhan, 10 batang puluhan dapat ditukar
dengan 1 keping ratusan, dan terakhir setiap 10 keping ratusan dapat ditukar
dengan 1 kubus besar ribuan.
Peragaan lebih lanjut seperti misalnya bilangan puluh ribuan, ratus ribuan, jutaan,
dan seterusnya cukup dibayangkan saja di alam pikiran.
Selanjutnya
Demikianlah seterusnya tanpa pernah ada batasnya. Seterusnya hanyalah pola dari
bentuk batangan, kepingan, dan kubus yang lebih besar dari sebelumnya.
ii. a × (b + c + d) = (a × b) + (a × c) + (a × d)
i. a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
a × c c
a × (b + c) =
a × b b
ii. a × (b + c + d) = (a × b) + (a × c) + (a × d)
a × d d
a × (b + c + d) = a × c c
a × b b
a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
a × (b + c + d) = (a × b) + (a × c) + (a × d)
Kedua sifat distributif tersebut dalam matematika dikenal dengan sebutan sifat
distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan.
1) 2 × 43 = …
2) 3 × 43 = …
3) 2 × 213 = …
4) 3 × 213 = …
5) 6 × 213 = …
Jawab
1) 2 × 43 = …
Berdasarkan peragaan ini maka
Puluhan Satuan
2 kumpulan benda yang masing-masing
berisi 43 setelah dijadikan 1 kumpulan
Maka
2 × 43 = 2 × (40 + 3)
4 3 = (2 × 40) + (2 × 3)
Kumpulkan menjadi = 80 + 6
satu kumpulan = 86
Demikianlah konsep/pengertian mengapa:
2 × 43 = 86. Dengan teknik bersusun:
8 6 Pul Sat
4 3
2
×
8 6
2) 3 × 43 = …
Puluhan Satuan Berdasarkan peragaan ini maka
3 kumpulan benda yang masing-masing
berisi 43 setelah dijadikan 1 kumpulan
4 3 hasilnya adalah 129.
Maka
3 × 43 = 3 × (40 + 3)
4 3 = (3 × 40) + (3 × 3)
= 120 + 9
= 129
4 3
Perhatikan sebelumnya bahwa 3 kumpulan
Kumpulkan menjadi benda yang masing-masing berisi 43 setelah
satu kumpulan dijadikan 1 kumpulan hasilnya terdiri dari
kumpulan (grup) maksimal anggotanya
kurang dari 10, maka setiap 10 batangan harus
dijadikan 1 kelompok baru dalam bentuk
kepingan (ratusan). Sehingga
Diubah menjadi
1 2 9 3 × 43 = 129.
Dengan cara bersusun diperoleh:
3 × 43 = 43 × 3 = 129.
Rat Pul Sat
4 3 Keterangan
:
3
× Sat = 3 × Sat = 3 = Sat = 9 = Pul Sat
12 9 9
0
4 3
Keterangan
3 :
×
2 9 Sat = 3 × Sat = 3 = Sat = 9 = Pul Sat
0 9
1 0
+ Pul = 4 × Sat = 3 = Pul = 12 = Rat Pul
1 2 9 1 2
3) 2 × 213 = …
Berdasarkan peragaan ini maka
Ratusan Puluhan Satuan
2 kumpulan benda yang masing-
masing berisi 213 setelah dijadikan
1 kumpulan hasilnya adalah 426.
2 1 3
Maka
2 × 213 = 2 × (200 + 10 + 3)
2 1 3
= (2 × 200) + (2 × 10) + (2 × 3)
Jadikan menjadi satu
= 400 + 20 + 6
kumpulan
= 426
Secara bersusun
4) 3 × 213 = …
Maka
2 1 3 3 × 213 = 3 × (200 + 10 +3)
= (3 × 200) + (3 × 10)+(3 × 3)
= 600 + 30 + 9
2 1 3 = 639.
Catatan
5) 6 × 213 = …
2 1 3 2 1 3
2 1 3 2 1 3
2 1 3 2 1 3
Jadikan menjadi
satu kumpulan
1 2 7 8
Setelah peserta didik memahami bilangan 3 dan 4 angka dalam bentuk gambar
(semi-konkret), akan lebih mudah mereka untuk memahami sajian yang hanya
dalam bentuk angka-angka saja.
2 1 3
Keterangan:
6
Sat = 3 × Sat = 6 = Sat = 18
×
12 6 18 Pul = 1 × Sat = 6 = Pul = 6
Jawab
1
+
1 7 0 4 0
Cara Singkat
Keterangan:
3 = Pul Sat
2 1
1 8
6
×
Pul = 1 × Sat = 6 = Pul = 6
2 6 8
= Rat Pul
1 0 1 0 6
+
1 2 7 8 Rat = 2 × Sat = 6 = Rat = 12
= Rib Rat
1 2
Jadi 213 × 7 = 1.278.
Jawab
Latihan
Dengan cara bersusun, kerjakanlah soal-soal berikut ini.
1. 213 × 2 = ... 11. 183 × 4 = ...
2. 132 × 3 = ... 12. 234 × 7 = ...
3. 144 × 2 = ... 13. 365 × 5 = ...
4. 323 × 3 = ... 14. 483 × 20 = ...
5. 412 × 4 = ... 15. 621 × 50 = ...
6. 342 × 2 = ... 16. 444 × 60 = ...
7. 521 × 4 = ... 17. 325 × 12 = ...
8. 231 × 2 = ... 18. 816 × 34 = ...
9. 333 × 3 = ... 19. 256 × 46 = ...
10. 442 × 3 = ... 20. 567 × 33 = ...
Contoh:
(Melalui praktek)
teman I teman II
Maka 6 : 2 = 3.
teman I teman II
teman I teman II
(diberikan dua-dua pada masing-masing teman, ternyata masih bersisa dua, dua
yang terakhir kemudian dibagi rata kepada masing-masing teman).
Pertanyaan guru lebih lanjut adalah “adakah cara yang lainnya lagi?” Ternyata
untuk pertanyaaan yang terakhir ini biasanya peserta didik sudah tidak punya ide
lagi.
Hasil akhir = 3.
Maka 6 : 2 = 3.
Definisi
Catatan
2. Suatu hal yang amat penting dan jarang dilakukan oleh guru di awal
pembelajaran pembagian adalah “memberi pengalaman membagi kepada
peserta didiknya” menggunakan beberapa soal sederhana sehingga peserta didik
dapat “memahami dan menghayati makna pembagian yang dimaksud dalam
matematika” padahal pengalaman seperti ini diperlukan dalam penanaman
konsep pada pembagian lanjut.
3. Dengan mengacu pada 3 falsafah Cina: (1) saya mendengar dan saya lupa, (2)
saya melihat dan saya ingat, (3) saya mempraktikkan dan saya mengerti, maka
mustahil bagi peserta didik/anak untuk dapat memahami makna pembagian
(baik pembagian dasar maupun pembagian lanjut) tanpa pernah diberikan
pengalaman membagi secara nyata.
Pengalaman membagi yang paling tepat adalah diberikan di awal pembelajaran
(di kelas II semester 2), yakni di awal penanaman konsep setelah pelajaran
perkalian selesai secara tuntas (mulai dari penanaman konsep, pemahaman
konsep, hingga pembinaan keterampilan).
6. Dengan mengacu pada kesimpulan tersebut dan hafal perkalian dasar, maka
pelajaran pembagian dasar dapat berlangsung secara lebih efektif (tujuan
pembelajaran tercapai secara efisien/lebih cepat dan lebih bermakna).
Contoh
Peserta didik harus mempraktekkan dengan cara yang benar menurut kaidah
matematika, misal 18 : 6 = .... Peserta didik diminta bermain peran. Guru
memanggil 6 orang peserta didik yang akan menerima bagian dan 1 orang
peserta didik yang memegang 18 sedotan minuman untuk dibagi rata/sama
banyak kepada 6 orang temannya. Cara peragaan yang benar adalah anak yang
memegang 18 sedotan setiap kali mengambil 6 sedotan untuk dibagi rata pada
keenam orang temannya. Peragaan pengambilan enaman dan kemudian dibagi
rata kepada 6 orang temannya seperti itu dilakukan secara berulang hingga
sedotan sebanyak 18 tersebut habis. Guru bertindak sebagai fasilitator yang
mengawasi jalannya peragaan yang dilakukan oleh peserta didiknya.
(1) 18 : 6 = 3 (4) 12 : 4 = 3
(2) 14 : 7 = 2 (5) 10 : 2 = 5
(3) 15 : 5 = 3 (6) 6 : 1 = 6
3. Anak diberi waktu 2 menit (60 detik) untuk mengamati pola hubungannya. Apa
hubungannya antara bilangan yang dibagi (bilangan depan yang ditandai dengan
petak), dengan bilangan yang ada di tengah (pembagi), dan bilangan yang ada di
belakang (hasil bagi).
? ?
(1) 18 : 6 = 3 (4) 12 : 4 = 3
(2) 14 : 7 = 2 (5) 10 : 2 = 5
(3) 15 : 5 = 3 (6) 6 : 1 = 6
Setelah 60 detik peserta didik ditanya “apa hubungannya antara bilangan depan
dengan bilangan yang ada di tengah dan belakang?”
Jawaban yang diharapkan adalah adanya anak yang menjawab benar dan guru
kemudian memberikan penguatan bahwa
Dengan mengacu pada kesimpulan di atas, jika anak sudah hafal perkalian dasar
tentu tidak akan bermasalah untuk menyelesaikan soal-soal pembagian dasar
apakah yang ditanyakan hasil baginya, atau pembaginya, atau bilangan yang
dibagi.
Latihan
1) 32 : 4 = … 11) … : 8 = 3 21) 35 : … = 7
2) 36 : 9 = … 12) … : 5 = 6 22) 30 : … = 5
3) 45 : 5 = … 13) … : 7 = 4 23) 27 : … = 9
4) 40 : 8 = … 14) … : 9 = 3 24) 24 : … = 6.
5) 24 : 3 = ... 15) ... : 4 = 5 25) 36 : ... = 4
6) 42 : 6 = ... 16) ... : 3 = 7 26) 21 : ... = 3
7) 81 : 9 = ... 17) ... : 6 = 9 27) 32 : ... = 8
8) 30 : 2 = ... 18) ... : 8 = 3 28) 42 : ... = 7
9) 56 : 7 = ... 19) ... : 7 = 8 29) 54 : ... = 9
10) 72 : 8 = ... 20) ... : 9 = 2 30) 40 : ... = 5
Pembagian panjang bersifat lanjut, jadi sudah bukan merupakan pembagian dasar
lagi. Pembagian panjang adalah pembagian yang tak dapat diperoleh langsung dari
hafalan perkalian dua bilangan 1 angka.
Untuk pembagian panjang lambang yang umum digunakan adalah “ “ . Bilangan
adalah langkah- langkah peragaan dan proses penulisannya (peragaan dan proses
penulisan harus seiring). Pembagian dimulai dari bagian yang terbesar. Misalnya
bilangan yang dibagi berupa bilangan ratusan, maka yang dibagi dimulai dari
bagian ratusan, sesudah itu baru bagian puluhan dan terakhir bagian satuan. Jika
yang dibagi bilangan puluhan, maka yang dibagi mulai dari bagian puluhan
barulah bagian satuannya.
Berikut contoh-contoh peragaan pembagian lanjut dengan bilangan pembaginya 2
(dua) angka dan tiga angka.
Contoh
Bagaimana cara guru mempergakan pembagian lanjut 72 : 3 = ...?
Jawab
Peragakan kumpulan sedotan terdiri dari 7 ikat puluhan dan 2 satuan.
Masing-masing orang
mendapatkan berapa?
Dibagi rata
pada 3 orang
Puluhan Satuan
7 ikat 2 buah
berapa?
Karena dibagi 3 maka yang 7 puluhan kita ambil
tiga-tiga dengan setiap kali pengambilan dibagi rata
ke seluruh kelompok.
4. 24
3 72
yg terbagi 6
sisa 12
yg terbagi 12
sisa 0
Artinya 72 : 3 = 24
Pul Sat
2 Hasil bagi
Pembagi 3 7 2 Bil yg dibagi
Langkah 1
Pul Sat 72 dibagi 3, kita mulai dari kumpulan yang besar
yaitu puluhan.
2 Puluhannya ada 7 dibagi pada 3 orang, maka hasil
3 baginya 2 ikat puluhan dan sisanya 1 ikat
7 2
puluhan.
yg terbagi
Kita tulis hasil baginya 2 ikat di tempat hasil bagi
Sisa 1 puluhan, dan sisanya 1 ikat puluhan diletakkan
lurus dengan puluhan.
Pul Langkah 2
Sat
Karena puluhan yang dibagi sebanyak 7 dan sisa
pembagiannya 1, berapa ikat puluhan yang
2 terbagi?
Langkah 3
Pul Sat
Urusan kita berikutnya adalah dengan satuan.
Puluhan yang tersisa 1 ikat itu kita jadikan satuan,
2 bagaimana caranya?
Caranya tentu kita lepas 1 ikat puluhan sisa itu,
3 7 2 setelah dilepas menjadi berapa satuan?
yg terbagi 6 Jawabannya tentu menjadi 10 satuan + satuan
Sisa yang sudah ada sebelumnya hingga satuan
1
seluruhnya ada 12. Selanjutnya kita tulis 12 itu
1 2 pada baris berikutnya.
Pul Langkah 4
Sat
Ternyata satuan 12 itu sama dengan kalau kita
menurunkan bilangan 2 dari atas.
2
Langkah 5
Pul Sat Jawabannya pertanyaan tadi tentu masing-masing
orang mendapat 4 satuan (letakkan di kolom
2 4 satuan pada hasil bagi) dan sisanya nol.
3 7 2
yg terbagi 6
Sisa Karena sisanya 0 (nol), berarti yang terbagi
1
adalah semuanya, yaitu semua dari 12 satuan.
1 2 Jadi 72 : 3 = 24.
yg terbagi 1 2
Sisa 0
Contoh 2
Diskripsikan penggunaan alat peraga pada pembagian bilangan 414 dibagi rata kepada
3 orang peserta didik. Berapakah hasil baginya? Berikut ilustrasinya.
Dibagi rata
pada 3 orang
4 1 4
Langkah 1
Ternyata cara yang paling efektif (paling cepat dan paling mudah dipahami peserta
didik) adalah jika yang dibagi berawal dari kelompok yang terbesar. Maka mulailah
dari kelompok ratusan.
Sisa
1 ratusan
4 1 4
Langkah 2
Hingga langkah 1 tersebut berarti urusan dengan ratusan selesai. Urusan berikutnya
adalah dengan puluhan.
Sisa setelah pembagian Sisa yang 1 ratusan ditukar
pada langkah pertama dengan batang puluhan.
Semuanya akan menjadi
11 batang puluhan
Sisa
2 batang
puluhan
Langkah 3
Habis
tanpa sisa
1 3 8 1 3 8 1 3 8
Catatan
Rat Sat
Pul
Hasil bagi
Pembagi 3 4 1 4 Bil yg dibagi
Langkah 1
1
Ratusannya 4 dibagi pada 3 orang, maka hasil
3 4 1 4
baginya 1, yang terbagi sebanyak 3, dan sisanya
yg terbagi 3 1. Kita tulis
Sisa 1 (keping ratusan) 1 pada hasil bagi ratusan,
3 pada tempat yang terbagi, dan
1 pada sisa ratusan.
Dengan demikian hingga langkah ini maka
urusan pembagian dengan ratusan selesai.
Langkah 2
1 3
Untuk itu sisa ratusan sebanyak 1 keping tersebut
3 4 1 4
kita jadikan batang puluhan dengan cara menukar
yg terbagi 3 1 keping ratusan itu dengan batang puluhan.
Hasilnya adalah 10 batang.
Sisa 1 1 (batang
Jika batangan puluhan sebanyak 10 itu kita
pul)
yg terbagi 9 tambah dengan batangan puluhan yang sudah ada
Sisa 2 (batang sebelumnya (yakni 1 batang) maka semuanya ada
pul) 11 batang puluhan.
Hasil ini ternyata sama dengan kalau 1 nya
diturunkan.
Puluhan sebanyak 11 batang itu jika kita bagi rata
pada 3 orang, maka masing-masing orang akan
mendapat 3 batang dan sisanya 2 batang.
Sehingga
puluhan yang terbagi ada 9 batang,
sisanya 2 batang, dan
hasil bagi puluhannya 3 batang.
Rat Langkah 3
Sat
Pul
Urusan pembagian kita yang terakhir adalah
dengan satuan.
1 6 8
Contoh 3
Diskripsikan penggunaan alat peraga pada pembagian bilangan 504 dibagi kepada 12
orang. Berapakah hasil baginya?
Jawab
Langkah 1
Rat Sat Urusan pembagian kita urut dari yang terbesar
Pul
yaitu pertama dari ratusan, kedua baru puluhan,
dan terakhir satuan.
0
Langkah 2
Langkah 3
504 : 12 = 0 4 2
orang
peserta
Operasi hitung campuran yang dimaksud adalah operasi hitung yang melibatkan lebih
dari satu macam operasi dalam suatu perhitungan. Dalam suatu soal hitungan yang
menjadi prioritas untuk dihitung terlebih dahulu adalah bilangan-bilangan yang ada di
dalam tanda kurung. Nah yang menjadi masalah adalah jika dalam soal operasi hitung
campuran itu tidak ada tanda kurung, bagaimana aturan perhitungannya? Untuk
menghindari kesimpangsiuran dalam penafsiran khususnya kalau dalam soal itu tidak
ada tanda kurungnya, secara internasional (dibuktikan menggunakan kalkulator
bertanda “Scientific”) diberikan definisi (kesepakatan) sebagai berikut.
1. Tambah dan kurang sama kuat (mana yang lebih depan dikerjakan
terlebih dahulu.
2. Kali dan bagi sama kuat (mana yang lebih depan dikerjakan terlebih
dahulu.
3. Kali dan bagi lebih kuat dari tambah dan kurang.
Contoh
Hitunglah 48 : 3 × 2 + 24 × 4 : 2 – 5 = ….
Jawab
Berdasarkan aturan operasi hitung campuran di atas, maka urutan pemecahannya
adalah
48 : 3 × 2 + 24 × 4 : 2 – 5 = (48 : 3) × 2 + (24 × 4) : 2 – 5
= 16 × 2 + 96 : 2 – 5
= (16 × 2) + (96 : 2) – 5
= 32 + 48 – 5
= 75.
Latihan
1. 414 : 9 = ...
2. 693 : 2 = ...
3. 760 : 8 = ...
4. 854 : 14 = ...
5. 744 : 24 = ...
6. 6084 : 4 = ...
7. 1032 : 3 = ...
8. 3105 : 5 = ...
9. 7046 : 13 = ...
10. 8086 : 26 = ...
A. Rangkuman
Perkalian dan pembagian merupakan operasi hitung yang harus dikuasai peserta
didik sejak kelas rendah. Hal ini supaya pembelajaran di kelas-kelas selanjutnya
tidak mengalami hambatan. Dalam modul ini dibahas tentang bagaimana
membelajarkan perkalian dasar, perkalian lanjut, pembagian dasar, dan pembagian
lanjut.
1. Perkalian Dasar
Perkalian dasar adalah perkalian dari dua bilangan yang masing-masing terdiri
dari satu angka (dalam modul ini disebut perkalian dua bilangan satu angka).
Pembelajaran perkalian dasar dilakukan dengan memberikan masalah nyata
kepada peserta didik sehingga peserta didik mengonstruksi sendiri tentang
konsep perkalian di kepalanya. Masalah-masalah yang diberikan kepada
peserta didik hendaknya masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik.
2. Perkalian Lanjut
Perkalian lanjut adalah perkalian yang melibatkan dua bilangan selain dua
bilangan satu angka. Artinya perkalian dari dua bilangan dengan salah satu
bilangannya lebih dari satu angka atau kedua-duanya lebih dari satu angka.
Pembelajaran perkalian lanjut dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat
perkalian. Sifat-sifat tersebut adalah:
a. Komutatif
a × b=b × a
b. Distributif
a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
a × (b + c + d) = (a × b) + (a × c) + (a × d)
3. Pembagian dasar
Definisi pembagian adalah sebagai berikut.
a : b = c artinya adalah ada sekumpulan benda sebanyak a dibagi rata (sama
banyak) dalam b kelompok. Maka cara membaginya dilakukan dengan
pengambilan berulang sebanyak b sampai habis dengan setiap kali
pengambilan dibagi rata ke semua kelompok. Banyaknya pengambilan
ditunjukkan dengan hasil yang didapat oleh masing-masing kelompok yaitu c.
Hasil bagi (c) adalah banyaknya satuan pengambilan b dalam setiap kali
mengambil untuk dibagi rata. Jika banyaknya anggota yang dimuat oleh
masing-masing kelompok adalah c, maka banyaknya pengambilan b satuan
sampai habis pada kumpulan benda sebanyak a adalah c kali. Mengapa?
Sebab untuk setiap kali pengambilan sebanyak b anggota dari kumpulan benda
beranggotakan a selalu dibagi rata pada masing-masing kelompok sebanyak
b. Sehingga jika hasil pada masing-masing anggota adalah c, maka dapat
dipastikan bahwa banyaknya satuan pengambilan b anggota sampai habis dari
sekumpulan benda sebanyak a itu adalah c kali.
4. Pembagian Lanjut
Pembagian lanjut adalah pembagian yang tidak berhubungan langsung dengan
perkalian dua bilangan satu angka. Pembagian lanjut dilakukan dengan teknik
yang dikenal dengan sebutan “pembagian bersusun”. Untuk mengetahui
mengapa pembagian bersusun selalu diawali dengan kumpulan terbesar
terlebih dahulu barulah kemudian dilanjutkan ke satuan kumpulan benda
berikutnya yang lebih kecil, guru dapat mengawalinya dengan membagi rata
sedotan 36 kepada 3 orang temannya. Peraga 36 ditunjukkan di papan tulis
dengan 3 ikat sedotan yang masing-masing ikatannya sebanyak 10 satuan, dan
6 sedotan yang tidak diikat. Sedotan yang diikat dimasukkan di kantong
puluhan (kantong sebelah kiri) dan yang tidak diikat dimasukkan di kantong
satuan (kantong di sebelah kanannya).
Dari peragaan itu guru kemudian meminta 4 orang peserta didik untuk maju ke
depan bermain peran. Salah seorang peserta didik ditunjuk sebagai pihak yang
melakukan pembagian dan 3 peserta didik lainnya berperan sebagai pihak yang
menerima bagian. Guru mengamati jalannya peragaan.
Ada 2 cara pembagian yang dapat dilakukan pada kegiatan bermain peran
tersebut. Cara pertama adalah 3 ikat yang puluhan dilepas ikatannya untuk
digabung dengan satuannya yakni sebanyak 6. Sehingga seluruhnya menjadi
36. Selanjutnya dari 36 sedotan itu diambil secara berulang tiga-tiga sedotan
sampai habis dengan setiap kali ambil dibagi rata pada 3 orang temannya.
Hingga pembagian habis itu ternyata setelah masing-masing peserta didik
disuruh menghitung banyak sedotan yang diterimanya, ternyata masing-masing
menerima sedotan sebanyak 12. Guru kemudian menulis di papan tulis 36 : 3 =
12.
Cara kedua adalah tanpa harus melepas ikatanya. Cara yang dilakukan adalah
dari 3 ikat puluhan langsung dibagi rata pada 3 orang temannya sehingga
puluhannya habis. Selanjutnya dari yang satuan sebanyak 6 langsung dibagi
rata pada 3 orang temannya. Ternyata masing-masing temannya mendapat 1
ikat puluhan dan 2 satuan. Guru kemudian menanyakan kamu masing-masing
mendapat berapa?, dan masing-masing peserta didik akan menjawab 12 (sebab
yang dipegangnya adalah 1 ikat puluhan dan 2 satuan). Arti matematikanya
adalah 36 : 3 = 12.
Dari 2(dua) macam cara membagi melalui peragaan tersebut tampak bahwa
pembagian yang diawali dengan membagi rata mulai dari satuan yang terbesar
dilanjutkan dengan satuan berikutnya yang lebih kecil jauh lebih cepat dan
lebih mudah difahami oleh peserta didik daripada menyatakan semuanya
menjadi satuan terlebih dahulu barulah kemudian membagi rata sampai habis.
Misalnya untuk bilangan lebih dari seratus dan kurang dari seribu maka
pembagian dilakukan dengan membagi ratusannya terlebih dahulu, kemudian
puluhan, hingga terakhir satuan. Langkah-langkah pembagian adalah sebagai
berikut (untuk bilangan 100 < x <1000).
i. Secara peragaan
1. Bagi ratusannya dengan setiap kali mengambil sebanyak pihak yang
akan menerima bagian hingga sisa ratusannya tidak cukup lagi untuk
dibagi rata.
Hingga langkah pertama ini berarti urusan pembagian dengan ratusan
selesai.
2. Sisa pembagian dengan ratusan tersebut selanjutnya ditukar dengan
puluhan. Hasil penukarannya itu kemudian ditambah dengan puluhan
yang sudah ada sebelumnya hingga terbentuk kumpulan puluhan baru.
Bagilah kumpulan puluhan baru ini dengan setiap kali mengambil
sebanyak pihak yang akan menerima bagian hingga sisa puluhannya
tidak cukup lagi untuk dibagi rata.
Hingga langkah kedua ini berarti urusan pembagian dengan puluhan
selesai.
3. Sisa pembagian dengan puluhan tersebut selanjutnya ditukar dengan
satuan. Hasil penukarannya itu kemudian ditambah dengan satuan yang
sudah ada sebelumnya hingga terbentuk kumpulan satuan baru. Bagilah
kumpulan satuan baru ini dengan setiap kali mengambil sebanyak pihak
yang akan menerima bagian hingga sisa satuannya habis.
Dari hasil peragaan itu langsung tampak berapa bagian yang diterima
oleh masing-masing pihak. Sisa pembagian yang terakhir ternyata tidak
ada (semua terbagi habis).
Catatan
1. Sesuai dengan prosedur peragaan konkret, jika yang dibagi adalah bilangan
3 angka, maka prosedur pembagiannya selesai hingga 3 langkah. Jika yang
dibagi adalah bilangan 4 angka, maka prosedur pembagiannya selesai
hingga 4 langkah. Demikianlah pola untuk seterusnya.
2. Untuk memantapkan proses pembagian dan memberi kesan mantap dan
menyenangkan peserta didik, terakhir ditutup dengan kata-kata manis “
Jadi sekian dibagi sekian sama dengan sekian”.
3. Sebelum mengerjakan soal latihan, peserta didik diminta latihan
mengerjakan lembar kerja terlebih dahulu. Tujuannya agar konstruksi
pemikiran peserta didik dalam melakukan pembagian panjang terbentuk
dengan benar terlebih dahulu sebelum mereka mencoba mengerjakan soal
tanpa tuntunan kerangka berpikir.
B. Tes
17. Berikan contoh-contoh konteks nyata yang dapat digunakan untuk mengawali
pembelajaran perkalian dengan bilangan 4 (empat)
18. Berikan contoh-contoh konteks nyata yang dapat digunakan untuk mengawali
pembelajaran perkalian dengan bilangan 5 (lima)!
19. Bagaimana Anda menjelaskan pembagian bersusun kepada peserta didik Anda
bila bilangannya ribuan?
20. Alat peraga apa saja yang bisa Anda gunakan untuk membelajarkan perkalian
dan pembagian kepada peserta didik Anda?
DAFTAR PUSTAKA
Burton, David M. 1980. Elementary Number Theory. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Bruner, Jerome. 1967. Toward a Theory of Instruction. New York: John Wiley & Son.
Inc.
-------------. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Marsudi Raharjo. 2008. Pembelajaran Bilangan Asli, Cacah, dan Bulat ( Edisi 7) di
Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPTK Matematika
Wirasto. 1993. Matematika Untuk Orang Tua Murid Dan Guru (Jilid I). Jakarta: PT.
Indira
LAMPIRAN
KUNCI LATIHAN DAN TES
LATIHAN 1 Halaman 16 - 19
1. A 7. A
2. E 8. B
3. C 9. B
4. C 10. D
5. B 11. E
6. E
9 4 1 4 3 6 9 3
Urusan dg Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi 0 Yg terbagi 6
Sisa 0 Sisa 0
8 7 6 0 14 8 5 4
Urusan dg Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi 0 Yg terbagi 0
Sisa 8 Sisa 0
Jadi 744 : 24 = 31 0
3 1 0 3 2 5 3 1 0 5
Urusan Urusan dg
dg ribuan ribuan
Yg terbagi 0 Yg terbagi 0
1 3 Urusan 1 0 Urusan dg
dg puluhan
1 2 1 0
puluhan
1 2 Urusan 0 5 Urusan dg
dg satuan satuan
1 2 0 5
0 0
13 7 0 4 6 26 8 0 8 6
Urusan dg Urusan dg
ribuan ribuan
Yg terbagi 0 Yg terbagi 0
5 4 Urusan dg 2 8 Urusan dg
puluhan puluhan
5 2
2 6
2 6 Urusan dg
2 6 Urusan dg
satuan
2 6 satuan
2 6
0
0
Dengan demikian urusan dengan puluhan selesai. Bila ada sisa, uraikan
menjadi satuan. Jumlahkan dengan satuan pada bilangan yang dibagi. Bagi
satuan dengan pembagi. Letakkan hasilnya pada kolom hasil bagi di nilai
tempat satuan. Dengan demikian urusan dengan satuan selesai. Beri
kesimpulan.
20. Blok dienes, sedotan, lidi, alat peraga kartu perkalian, dan lain-lain. Bila ada
sisa, uraikan menjadi puluhan. Jumlahkan dengan puluhan pada bilangan yang
dibagi. Bagi puluhan dengan pembagi. Letakkan hasilnya pada kolom hasil
bagi di nilai tempat puluhan. Dengan demikian urusan dengan puluhan selesai.
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
2 7 5 7 3 2
3 3 3
× × ×
6 21 15 21
2 1 2
+ + +
8 1 1 7 1
4 8 8 5 6 9
4 4 7
× × ×
+ + +
3 8 7 4 4 8
8 9 6
× × ×
+ + +
5 7 2 9 9 3
7 5 4
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
2 7 5 7 3 2
3 3 3
× × ×
6 1 5 1
2 1 2
+ + +
8 1 1 7 1
4 8 8 5 6 9
4 4 7
× × ×
+ + +
3 8 7 4 4 8
8 9 6
× × ×
+ + +
5 7 2 9 9 3
7 5 4
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
Rib Rat Pul Sat Rib Rat Pul Sat 1 Rib Rat Pul Sat
2 3 3 7 7 2
4 0 8 0 3 0
× × ×
8 2 0 4 6 0
1 2 5
+ + +
9 2 0 2 9 6 0
2 Rib Rat Pul Sat 3 Rib Rat Pul Sat 4 Rib Rat Pul Sat
8 3 4 5 5 8
2 0 7 0 5 0
× × ×
+ + +
5 Rib Rat Pul Sat 6 Rib Rat Pul Sat 7 Rib Rat Pul Sat
9 3 2 7 6 4
4 0 6 0 5 0
× × ×
+ + +
Jadi .... × .... = .... Jadi ... × .... = .... Jadi .... × .... = .....
8 Rib Rat Pul Sat 9 Rib Rat Pul Sat 10 Rib Rat Pul Sat
0
9 7 4 3 3 9
2 0 8 0 9 0
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
Rib Rat Pul Sat Rib Rat Pul Sat 1 Rib Rat Pul Sat
4 6 9 3 2 6
1 4 8 7 1 7
× × ×
1 8 4 6 5 1
4 6 7 4 4
+ + +
6 4 4 8 0 9 1
2 Rib Rat Pul Sat 3 Rib Rat Pul Sat 4 Rib Rat Pul Sat
3 4 4 5 5 8
1 9 3 7 4 7
× × ×
+ + +
5 Rib Rat Pul Sat 6 Rib Rat Pul Sat 7 Rib Rat Pul Sat
6 4 5 4 7 3
3 5 3 6 3 8
× × ×
+ + +
8 Rib Rat Pul Sat 9 Rib Rat Pul Sat 10 Rib Rat Pul Sat
8 6 8 4 9 4
7 4 5 7 7 6
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
Rib Rat Pul Sat Rib Rat Pul Sat 1 Rib Rat Pul Sat
2 5 7 8 2 7 3 2 5
3 9 7
× × ×
6 5 1 2 8 3
1 2 7 1 6
+ + +
7 7 1 7 4 4 3
2 Rib Rat Pul Sat 3 Rib Rat Pul Sat 4 Rib Rat Pul Sat
1 4 9 5 4 8 7 3 5
6 2 4
× × ×
+ + +
5 Rib Rat Pul Sat 6 Rib Rat Pul Sat 7 Rib Rat Pul Sat
6 2 7 4 5 8 9 1 6
5 8 2
× × ×
+ + +
8 Rib Rat Pul Sat 9 Rib Rat Pul Sat 10 Rib Rat Pul Sat
2 5 3 5 7 4 4 8 1
4 7 3
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
Puluh Rib Rat Pul Sat Puluh Rib Rat Pul Sat 1 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
2 5 6 6 1 4 2 5 7
3 0 9 0 3 0
× × ×
6 5 8 0 4 9 6 0 0
0 1 1 0 5 0 3 0 0
+ + +
0 7 6 8 0 5 5 2 6 0
2 Puluh Rib Rat Pul Sat 3 Puluh Rib Rat Pul Sat 4 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
2 1 3 3 1 4 2 5 7
4 0 3 0 4 0
× × ×
0
0
+ + +
5 Puluh Rib Rat Pul Sat 6 Puluh Rib Rat Pul Sat 7 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
4 5 8 5 3 6 3 2 7
3 0 7 0 6 0
× × ×
+ + +
8 Puluh Rib Rat Pul Sat 9 Puluh Rib Rat Pul Sat 10 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
8 5 7 9 4 6 9 5 7
6 0 7 0 8 0
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Puluh Rib Rat Pul Sat Puluh Rib Rat Pul Sat 1 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
2 5 6 3 5 6 1 0 8
3 2 4 7 6 1
× × ×
4 0 2 1 5 2
0 1 1 2 3 4
6 5 8 2 0 4
0 1 1 1 2 2
+ + +
0 8 1 9 2 1 6 7 3 2
2 Puluh Rib Rat Pul Sat 3 Puluh Rib Rat Pul Sat 4 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
2 0 6 3 5 7 5 4 6
4 3 2 6 7 3
× × ×
+ + +
5 Puluh Rib Rat Pul Sat 6 Puluh Rib Rat Pul Sat 7 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
5 2 7 3 6 5 6 4 3
4 6 7 2 5 7
× × ×
+ + +
8 Puluh Rib Rat Pul Sat 9 Puluh Rib Rat Pul Sat 10 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
7 2 9 7 8 5 7 5 6
8 7 9 3 9 8
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
Puluh Rib Rat Pul Sat Puluh Rib Rat Pul Sat 1 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
2 5 6 6 1 4 2 5 7
3 4 9 1 4 2
× × ×
1 0 2 4 6 1 4
0 7 6 8 5 5 2 6
+ + +
0 8 7 0 4 5 5 8 7 4
2 Puluh Rib Rat Pul Sat 3 Puluh Rib Rat Pul Sat 4 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
4 5 2 6 4 5 5 7 8
3 6 7 4 6 4
× × ×
+ + +
5 Puluh Rib Rat Pul Sat 6 Puluh Rib Rat Pul Sat 7 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
7 2 9 4 5 7 6 4 8
6 3 8 3 7 5
× × ×
+ + +
8 Puluh Rib Rat Pul Sat 9 Puluh Rib Rat Pul Sat 10 Puluh Rib Rat Pul Sat
Rib Rib Rib
7 5 8 8 5 7 6 5 7
9 3 9 6 9 8
× × ×
+ + +
Nilai :
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
6 9 1 8 4 5 2 8 Urusan dg
Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi 6 Yg terbagi
Sisa 0 Sisa
4 8 3 2 Urusan
Urusan dg
dg 5 2 3 5 Urusan
Urusan dg
dg
ratusan
ratusan ratusan
ratusan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Urusan
Urusan dg
dg Sisa Urusan
Urusan dg
dg
puluhan
puluhan puluhan
puluhan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Urusan
Urusan dg
dg Sisa Urusan
Urusan dg
dg
satuan
satuan satuan
satuan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Sisa
Jadi …. : … = …. Jadi …. : … = ….
7 3 7 8 Urusan
Urusan dg
dg 6 5 5 6 Urusan
Urusan dg
dg
ratusan
ratusan ratusan
ratusan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Urusan
Urusan dg
dg Sisa Urusan
Urusan dg
dg
puluhan
puluhan puluhan
puluhan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Urusan
Urusan dg
dg Sisa Urusan
Urusan dg
dg
satuan
satuan satuan
satuan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Sisa
Jadi …. : … = …. Jadi …. : … = ….
6 0 6 2 7
16 9 9 2 Urusan dg 11 4 9 5 Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi 0 Yg terbagi
Sisa 0 Sisa
8 9
13 6 8 9 Urusan dg 24 3 1 2 Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Sisa
Jadi … : … = … Jadi … : … = …
37 2 2 2 Urusan dg 63 5 6 7 Urusan dg
ratusan ratusan
Yg terbagi Yg terbagi
Sisa Sisa
Jadi … : … = … Jadi … : … = …
Nama :
Kls/No.Absen:
Contoh
4 8 4 5 2 14 5 0 6 8
Urusan Urusan
dg ribuan dg ribuan
Yg terbagi 8 Yg terbagi 0
0 5 Urusan 8 6 Urusan
dg dg
0 4 puluhan 8 4 puluhan
1 2 Urusan 2 8 Urusan
dg satuan dg satuan
1 2 2 8
0 0
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg dg satuan
satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg satuan dg satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg dg
satuan satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….
8 9 6 9 6 Urusan 26 2 4 7 0 Urusan
dg dg ribuan
Yg terbagi ribuan Yg terbagi
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg dg satuan
satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….
5 8 2 6 0 Urusan 53 3 6 5 7 Urusan
dg dg ribuan
Yg terbagi ribuan Yg terbagi
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg dg satuan
satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….
4 5 0 1 2 31 9 9 5 1
Urusan Urusan
dg dg
Yg terbagi ribuan Yg terbagi ribuan
Urusan Urusan
dg dg
puluhan puluhan
Urusan Urusan
dg dg
satuan satuan
Jadi …. : … = Jadi …. : … =
…. ….