Anda di halaman 1dari 8

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul asas dasar pemungutan pajak dan akses
informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas DR. OYOK
ABUYAMIN Bin.H. ABAS Z pada [HUKUM PERPAJAKAN ). Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asas dasar pemungutan pajak dan akses informasi
keuangan untuk kepentingan perpajakan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada[], selaku DR. OYOK ABUYAMIN Bin.H. ABAS Z ]
HUKUM PERPAJAKAN [ yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………1

Kata Pengantar……………………………2

Daftar Isi………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………4

Rumusan Masalah…………………………5

Tujuan Makalah……………………………6

Manfaat Makalah…………………………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka…………………………..7

BAB III PEMBAHASAN

Pembahasan dan Analisis…………………12

BAB IV PENUTUP

Penutup……………………………………17

Daftar Pustaka…………………………….18
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada
di dalam masyarakat[1]. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu.
Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan
masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu,
menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya
hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara,
dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.

Pada mulanya pajak bukan merupakan suatu pungutan melainkan hanya berupa pemberian
secara sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga
keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain. Bagi
penduduk yang tidak melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan
untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.

Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil
kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources).Dua sumber itu merupakan
sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu
seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada
kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan
kepentingan umum.

Pungutan pajak memang pada dasarnya mengurangi penghasilan ataupun kekayaan individu
akan tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi
kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang
akhirnya kembali lagi kepada seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang
membayar maupun tidak. Seperti yang dikatakan oleh Rohmat Soemitro bahwa membayar pajak
itu tidak saja berarti kewajiban ikut serta memikul beban negara (pengeluaran negara), tetapi
juga merupakan hak untuk serta memikul sebagian dari beban negara, sesuai dengan
kemampuannya.[2]

Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya didalam
pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai semua
pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah
Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang terhadap
negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan
(withholding system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan
pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan
pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak
perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.

Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus dikelola
dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus ditentukan
berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat rutin dan
patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah
memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak
adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena
menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga
dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis
pajak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP MENURUT HECTOR S.De Leon

Menurut Hector S. De Leon (1993) terdapat tiga prinsip dari suatu sistem perpajakan, yaitu (1)
kecukupan pajak; (2) kesamaan atau teori keadilan; dan (3) kelayakan administrasi.

Ketiga prinsip tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut; (1) kecukupan pajak ( fiscal
adequacy); sumber penghasilan secara keseluruhan harus memadai sebagai sumber bagi
angggaran Negara (2) kesamaan atau teori keadilan (equality or Theoretical justice ) beban pajak
harus proporsional dengan kemampuan (3) kelayakan administrasi (administrative feasibility):

Prinsip pengenaan pajak atas penghasilan

Global icome taxation (pengenaan pajak atas penghasilan secara global) penghasilan yang di
peroleh WP baik itu dari dalam negri maupun dari luar negri (dari seluruh dunia) wajib di
kenakan pajak.

Territorial income texes ( pengenaan pajak atas penghasilan secara territorial/regional)

PENGGOLONGAN PAJAK

Berdasarkan sifatnya menurut Andriani pajak bersifat subjektif adalah pajak yang berdasarkan
atau berpangkal pada keadaan diri subjek pajaknya ( Wajib pajaknya) dalam hal ini jumlah pajak
yang terutang dipengaruhi oleh keadaan diri subjek pajaknya,contoh PPH .

Pajak bersifat adjektif adalah pajak yang berdasarkan atau berpangkal padaobjek pajaknya yang
berupa benda atau keadaan atau peristiwa dan setelah ada objeknya baru ditentukan subjeknya,
contoh PPN dan PPNBN.

Berdasarkan cara pemungutan pajak langsung mempunyai kohit (SKP) danpajak yang dipungut
secara periodik (berulang-ulang atau berkala)dalam arti ekonomis harus dipikul sendiri oleh WP
dan tidak dapat dibebankan atau dilimahkan kepada oranglain , contoh pajak penghasilan .

Pajak tidak langsung (Indireks) dalam arti adsminitratif tidak punya kohir tidak dikenakan
berulang ulang pajak yang dipungut karena perbuatan atau periisiwa tertentu dan dalam arti
ekonomis .
Berdasarkan lembaga atau wewenang pemungutan

Pajak pusat atau pajak Negara. Pajak yang dipungut atau dikelola oleh pemerintsh pusat
(departemen keuangan directorat jendral pajak) dan hasil penerimaannya sebagai sumber utama
bagi APBN yang digunakan untuk mmbiayai rumah tangga Negara baik biaya rutin maupun
biaya pembangunan, contoh PPN,PPH, PPNBN dan BM.

Pajak daerah ialah pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah daerah
(provinsi,kabupaten/kota) dan hasil penerimaannya sumber utama APBN digunakan untuk
membiayai biaya rumah tangga daerah , baik biaya rutin , maupun biaya pembangunan, contoh
pajak hotel ,pajak liburan, pajak bermotor.

Pajak personilijk (pribadi) dan zakelijk ( kebendaan )

A. Pajak bersifat pribadi yaitu keadaan atau status wp, daya pikul, (dragaharchter )
mempengaruhi jumlah pajak yang terutang contoh : pejak pendapatan
B. Pajak yang bersifat kebenadaan : hanya melihatobjek yang di kenakan pajak, keadaan diri
wp tidak memperhatikan contoh pajak perseroan:

Cara mengenakan pajak

1 a. pajak dapat di kenakan pada sumber penghasilan

b. pajak dapat di kenakan pada subyek yang menerima atau mendapat penghasilan

2 a. pajak dapat di pungut di muka

b. pajak dapat di pungu di belakang

stelsell pemungutan pajak

1. Riel stelsell atau( stelsell nyata ), pemungutan pajak berdasarkan dan memperhatikan
objek berupa penghasilan yang sudah nyata di terima oleh wp.selama setahun di ketahui
pada akhir tahun,
2. Fictive stelsell ( stelsell anggapann,merupakan pemungutan pajak berdasarkan ketentuan
hukum pajak
3. Steelsell campuran merupakan, stelsell anggapan dan stelsell nyata di kombinasikan
dalam stelsell campuran

Tarif pajak

1. Tariff tetap dengan nominal oajak yang sama.


2. Tariff proppesional atau tariff sebanding.tarif presentase tetap dan tidak berubah
3. Tariff progresif . tarif dengan presentase pengenaan nya akan semakin besar atau
meningkat sesuai dengan dasar pengenaan pajak, yaitu pengenaan penghasilan kena pajak
wp seuai kenaikan presentase tarif, maka tariff prgresif terdiri dari
A, tarif progresif progresif
B, tarif progresif tetap
C, tarif progresif degresif
D, tarif progresif

4, tariff degrresif

Tariff fengan presentase pengenaaan nya semakinn kecil. Menurun apabila dasar pengenaan
pajaknya meningkat ( bertambah besar )

Utang pajak.

Dalam literature perpajakan di kenal adanya “ timbulnya utang pajak berdasarkan ajaran formil”
dan “ timbulya utang pajak berdasarkan ajaran hukum materil.

Uang pembasuh batin ( gewetensgeld )

Walaupun hutag pajak sudah kadaluarsa, namun pembayarannya masih dapat diterima. Misalnya
ada WP yang jujur , serta insyaf, sukarela bukan karrena ancaman atau paksaan dan tidur dapat
diminta kembali. Dengan penetapan presiden No.5 Tahun 1965, pada mana semua modal dalam
masyarakat yang belum pernah dikenakan pajak (pendapatan,perseroan, kekayaan) yang
didaftarkan pada dikrektorat jedral pajak sebelum 17-8-1965 dikenakan pungutan satu kalu
sebesar 10% tanpa pengusutan lebih lanjut atas asal usul modal itu, dan modal yang ditanam
dalam bidang usaha pertanian,peternakan,perikanan, pertambangan, perindustrian, dan
pemungutan “tebusaan” sebesar 5% . ( Rochmat Soemitro, 1979:42)

Penafsiran UU Pajak (Interpretatie)

UU dapat ditafsirkan dalam arti:

1. Penafsiran Subyektif: Penafsir mencoba menetapkan maksud dan arti UU menurut


maksud pembuat UU
2. Penafsiran obyektif:Menaksirkan teks UU.

Kendala Pemunggutan Pajak

Pemungutan pajak bergantuungan pada tingkat kesadaran , kepatuhan. WP oleh karena itu timbul
adanya kendala , yaitu hambatan pemungutan pajak , yaitu berupa : (1) Kendala yang bersifat
Pasif, dan (2) Kendala yang bersifat Aktif.
Akibat Pengelakan Pajak

1. Dalam bidang keuangan: pos kerugian bagi penerimaan Negara.


2. Dalam bidang Ekonomi:
a. sangat pempengaruhi persainngan sehat diantara para pengusaha
b. penyebab stagnasi berputarnya roda ekonomi apabila perusahaan yang
bersangkutan berusaha mencapai keuntungannya dengan meggelapkan pajak, dan tidak ,
dan tidak berusaha dengan jalan perluasan aktifitas/peningkatan produktivitas.
c. menyebabkan langkahnya modal tertutup , karena WP yang menyembunyikan
keuntungan terpaksa menutupinya agar jangan sampai terlihat oleh Fiksus.

3. Dalam bidang psikologi: sebab penggelapan membiasakan WP untuk melanggar UU ,


sehingga tidak akan segan berbuat sama dengan hal lain.

Anda mungkin juga menyukai