Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

(NCA 526)

MODUL SESI 2
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH

DISUSUN OLEH
Ns. Abdurrasyid, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 20
SUBTOPIK 1
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu
mampu memahami Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah,
dengan kriteria memahami:
1. Definisi asuhan keperawatan
2. Definisi asuhan keperawatan
3. Sumber daya kesehatan keluarga
4. Layanan keperawatan di rumah
5. Program pemerintah terkait kesehatan keluarga di rumah

B. Uraian
1. DEFINISI ASUHAN KEPERAWATAN
1) Asuhan keperawatan di rumah
Perawatan di rumah merupakan aspek keperawatan
komunitas yang berkembang paling pesat. Antara tahun
1988-1992, jumlah perawat yang melakukan perawatan di
rumah meningkat menjadi 50%. Pada awalnya,
keperawatan komunitas dimulai dengan pelayanan yang
diberikan bagi orang-orang miskin di rumah mereka.

William Rathbone memulai program perawat yang


berkunjung ke rumah (visiting nurse) pada tahun 1859,
setelah istrinya meninggal dan dirawat oleh seorang
perawat di rumahnya. Selanjutnya di akhir tahun 1800-an,
Amerika Serikat mendirikan perkumpulan perawat yang
datang ke rumah karena tingginya imigrasi di Amerika yang
menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit menular sampai
dengan awal abad ke-19, perawatan bagi orang sakit dan
orang cacat di rumah-rumah mereka menjadi bentuk

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 20
tradisional dari pelayanan kesehatan bagi kebanyakan
orang (Spiegel, 1987).

Pelayanan keperawatan di rumah merupakan interaksi


yang dilakukan di tempat tinggal keluarga, yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
keluarga dan anggotanya. Dari pengertian tersebut, bisa
diambil kesimpulan bahwa tenaga kesehatan-lah yang
bergerak, dalam hal ini mengunjungi klien, bukan klien yang
datang ke tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan
kesehatan dapat diberikan melalui keperawatan di rumah,
kecuali dalam keadaan gawat darurat. Diasumsikan bahwa
klien dan keluarga yang tidak dalam kondisi gawat darurat,
“cukup sehat” untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan
melakukan perawatan sendiri setelah ditinggal oleh
perawat.

Pengertian keluarga secara tradisional yang dikemukakan


oleh U.S. Census Bureau (2005) adalah “suatu keluarga
terdiri dari dua orang atau lebih dengan salah satu
diantaranya merupakan kepala keluarga, yang dihubungkan
melalui keturunanm pernikahan, atau adopsi dan tinggal
pada tempat atau rumah yang sama”. Menurut Mubarak
(2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu
yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah,
ataupun adopsi, dan setiap anggota keluarga saling
berinteraksi satu dengan lainnya. Sedangkan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami, istri atau ibu dan anaknya. Anak yang dimaksud
dalam pengertian ini adalah anak yang belum menikah.
Apabila anak yang sudah menikah dan tinggal bersama

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 20
suami/istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut dapat
menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga
baru). Selain itu juga terdapat definisi khusus untuk
keluarga, yaitu satuan individu/seseorang yang tidak diikat
dalam hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap
dalam satu rumah, misalnya seorang atau janda/duda
sebagai anggota keluarga sendiri, atau dengan anak yatim
piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011).

Secara garis beras, keluarga dibagi menjadi dua tipe yaitu


keluarga tradisional dan keluarga non. Tradisional.
Keluarga tradisional adalah keluarga yang terbentuk
berdasarakan asas maupun nilai-nilai norma
kemasyarakatan maupun keagamaan, sedangkan keluarga
non tradisional adalah keluarga yang terbentuk tanpa
memperhatikan asas maupun nilai-nilai norma
kemasyarakatan maupun keagamaan.

Pada keluarga tradisional, dapat dibedakan menjadi


beberapa tipe keluarga yang terdiri dari:
a. Keluarga inti
Merupakan keluarga yang terdiri dari komposisi ayah,
ibu, dan anak dan tinggal dalam satu rumah. Keluarga
ini dapat terbentuk berdasarkan latar-belakang suku
atau budaya yang berbeda.
b. Keluarga pasangan suami-istri
Merupakan keluarga yang terdiri dari komposisi suami
dan istri tanpa kehadiran seorang anak. Keluarga tipe ini
biasanya memiliki kesibukan sebagai individu yang
berkarir baik itu salah satu pasangan maupun
keduanya.
c. Keluarga dengan orang tua tungal (The single parent)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 20
Merupakan keluarga yang terdiri dari komposisi ayah
dan anak atau ibu dan akan yang tinggal dalam satu
rumah. Keluarga ini terbentuk akibat adanya salah satu
pasangan yang meninggal dunia atau terjadi proses
perceraian, sehingga salah satu pasangan harus tinggal
dan merawat anak yang dimiliki.
d. Keluarga besar (The Extended Family)
Merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak,
kake, paman, atau anggota keluarga lain selain keluarga
inti yang tinggal dalam satu rumah
e. Commuter Family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota
keluarga dapat berkumpul bersama di salah satu kota
yang menjadi tempat tinggal.
f. Blended Family
keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
g. Keluarga [asangan usia lanjut
Merupakan keluarga yang terdiri dari pasangan suami
istri yang telah memasuki usia lanjut dimana pasangan
tersebut telah mengalami proses perpisahan dengan
anak-anak mereka.

2) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan
kasih sayang setiap anggota keluarga, antarkerabat,
antargenerasi. Keluarga berperan dalam menciptakan
rasa asuh dan saling menyayangi. Hal-hal terkait fungsi
ini adalah sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 20
- Menumbuh kembangkan potensi simbol cinta
kasih sayang yang telah ada diantara anggota
keluarga dalam simbol nyata, seperti ucapan dan
tingkah laku, secara otimal dan terus-menerus
- Membina tingkah laku, saling menyayangi
diantara anggota keluarga maupun antara
keluarga yang satu dan yang lainnya secara
kauntitatif dan kaulitatif
- Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan
duniawi dan ukhrawi dalam keluarga secara
serasi, selaras dan seimbang
- Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga
yang mampu memberikan dan menerima kasih
sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan
dan melestarikan sosial budaya. Pelaksanan fungsi
sosial pada keluarga dilakukan dengan cara
menanamkan nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap
anggota keluarga yang dimilikinya. Fungsi sosial
merupakan proses sepanjang hidup dimana individu
akan secara berkelanjutan memberikan respon
terhadap keadaan yang dirasakan secara sosial dan
berlangsung secara alami. Keluarga nerupakan tempat
pendidikan utama dan pertama anggota keluarga yang
berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial, dan
spiritual secara serasi selaras dan seimbang. Hal-hal
yang berkaitan dengan fungsi ini adalah
- Menyadari, merencanakan dan menciptakan
lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan
dan sosialisasi anak yang pertama dan utama

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 20
- Menyadari, merencanakan danmenciptkan
kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak
dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik
dan permasalahan yang dijumpainya baik
dilingkungan masyarakat maupun sekolah
- Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang
terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja
bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orang tua untuk perkembangan dan kematangan
hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
c. Fungsi ekonomi
Keluarga meningkatkan ketrampilan dalam usaha
ekonomis produktif agar pendapatan keluarga
meningkatkan dan tercapai kesejahteraan. Fungsi
ekonomi pada keluarga merupakan upaya memperoleh
sumber-sumber penghasilan dan melakukan
pengaturan terhadap penggunaan penghasilan yang
didapatkan dalam memenuhi kebutuhan keluar, serta
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimasa mendatang. Fungsi ekomomi juga dikatakan
sebagai upaya keluarga dalam melakukan pemenuhan
terhadap kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi
anggota keluarga.
d. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi merupakan upaya untuk menjaga
keberlangsungan dan keberlanjutan populasi serta
generasi keluarga dan masyarakat. Fungsi reproduksi
merupakan fungsi primer yang seringkali dijadikan
pembenaran dalam keberadaan keluarga. Dalam
konteks keluarga modern, fungsi reproduksi berarti juga
terkait aktivitas penetapan siapa yang berhak atau

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 20
cocok untuk menjadi anggota keluarga selenjutnya
untuk meneruskan generasi dari keluarga.

e. Fungsi religi
Keluarga adalah wahana utama dan pertama
menciptakan seluruh anggota kelurga menjadi insane
yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Tugas dari
fungsi keagamaan adalah :
a) Membina norma atau ajaran agama sebagai dasar
dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga
b) Menerjemahkan ajaran dan norma agama ke dalam
tingakah laku hidup sehari-hari bagi seluruh
anggota keluarga
c) Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-
hari dalam pengalaman ajaran agama
d) Melengkapi dan menambah proses belajar anak
tentang keagaman yang tidak atau kurang
diperoleh di sekolah atau masyarakat
e) Membina rasa, sikap, dan praktik keluarga
kehidupan beragama sebagai fondasi menuju
keluarga kecil bahagi dan sejahtera.
3) Tugas Kesehatan Keluarga
Keluarga memiliki tugas kesehatan dalam melakukan
pemeliharaan kesehatan yang bertujuan untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Adapun tugas
kesehatan keluarga mancakup 5 Tugas yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarga.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat .
c. kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 20
d. kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya
(memodifikasi lingkungan),
e. dan kemampuan mempertahankan hubungan timbal
balik antara keluarga dan fasiltas kesehatan
(memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan).

2. SUMBER DAYA KESEHATAN KELUARGA


1) Caregiver
Caregiver merupakan pengasuh yang diberikan perawatan
pribadi, hidup bersama penderita (Montgomery & Kosloski
dalam Friedman, Steinwachs, Temkin-Greener & Mukamel,
2006) dan bekerja secara penuh dalam merawat penderita
(Colerick & George dalam Friedman et al., 2006).
Sedangkan menurut Savage & Bailey (2004) caregiver atau
perawat adalah orang yang menerima bayaran atau tidak
untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang tidak
mampu menyelesaikan tugas sehari-hari. Sedangkan
menurut Pallet dalam Battle (2010), caregiver merupakan
unit sosial yang penting bagi individu biasanya termasuk
pasangan, anak, saudara, kerabat yang memberikan
perawatan terhadap individu yang cacat atau sakit.
Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional, support,
merawat pasien (memandikan, memakai baju, menyiapkan
makanan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan,
membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi
dengan pelayanan kesehatan formal (Kung, 2003). Caregiver
terdiri dari formal dan tidak formal. Caregiver formal
merupakan perawatan yang disediakan oleh rumah skait,
psikiater, pusat perawatan ataupun tenaga profesional
lainnya yang diberikan dan melakukan pembayaran.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 20
Sedangkan caregiver yang tidak formal merupakan
perawatan yang dilakukan di rumah dan tidak profesional
dan tanpa melakukan pembayaran seperti keluarga
penderita yaitu istri/suami, anak perempuan/laki-laki, dan
anggota keluarga lainnya. (Sarafino,2006 : 55) Caregiver dan
carer adalah istilah yang sering digunakan untuk
mengambarkan orang yang melakukan perawatan pada
orang yang mengalami keterbatasan. Caregiver pada
masyarakat Indonesia umumnya adalah keluarga, dalam hal
ini adalah pasangan, anak, menantu, cucu atau saudara
yang tinggal satu rumah. Suatu keluarga terdiri dari dua
individu atau lebih yang berbagi tempat tinggal atau
berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi,
terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang
saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi
dan memiliki (Murray & Zentner, 1997 da, 1998 dalam
Allender & Spradley, 2001 :85)
2) Sistem jaminan kesehatan keluarga
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang dalam
masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal.
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
No. 4/2004 mewajibkan setiap warga negara Indonesia
memiliki akses pelayanan kesehatan komprehensif yang
dibutuhkan melalui sistem pra-upaya. JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional) merupakan salah satu program
jaminan kesehatan yang diluncurkan pada tahun 2014
bersifat universal dan menyeluruh. Di dalam JKN sudah
termasuk peserta yang membayar iuran, BPJS (Badan
Pengelola Jaminan Sosial) Kesehatan sebagai pengelola
dan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan (Tim
Penyusun Bahan Sosialisasi & Advokasi JKN, 2013). BPJS
kesehatan merupakan badan uang mengelola keuangan dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 20
penjaminan program JKN, dimana peserta JKN akan
mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) (Sahar, Setiawan,
& Riasmini, 2019).

3. LAYANAN KESEHATAN KELUARGA DI RUMAH


1) Kunjungan kesehatan di rumah (Home Care)
Home Care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komperhensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit (Depkes RI, 2002).

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin(1985) adalah


merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah
pasien, Sehingga homecare dalam keperawatan merupakan
layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui
sejarah yang panjang. Visiting Nurses Association di
Amerika mengatakan perawatan di rumah atau home care
tidak lagi hanya tentang berbicara dengan pasien,
memandikan dan memeriksa tekanan darah. Pasien yang
memerlukan perawatan di rumah umumnya mempunyai
masalah fisik, sosioekonomi, psikologi yang beragam.
Beberapa pasien berada dalam kondisi yang tidak stabil
secara medis mungkin menderita masalah akut seperti
infeksi luka atau kondisi kronis yang semakin memburuk
seperti masalah pada paru-paru. Dalam kondisi seperti itu
biasanya pasien memerlukan pengobatan dan peralatan di
rumah, pengkajian secara professional, pendidikan dan
perubahan terapi. Beberapa pasien yang lain mungkin
memiliki kondisi yang stabil secara medis tetapi mereka
memerlukan perawatan jangka panjang untuk mencegah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 20
kondisi yang semakin buruk dan menghindari perawatan di
rumah sakit (Tribowo, 2012).

Home Care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan


oleh profesional di tempat tinggal pasien (di rumah) dengan
tujuan membantu memenuhi kebutuhan pasien dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh
timkesehatan profesional dengan melibatkan anggota
keluarga sebagai pendukung di dalam proses perawatan dan
penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya (Parellangi, 2015c).

Tujuan dari pelayanan home care nursing adalah untuk


meningkatkant, mempertahannkan atau memaksimalkan
tingkat kemandiriaan, serta meminimalkan dampak dari
penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara
optimal dalam jangka waktu yang lama secara
berkesinambungan dan koperhensif (Tribowo, 2012).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang rehabilitatis
yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan
kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta
menghambat laju penyakit dan menghambat timbulnya
keterbatasan-keterbatasan disability sehingga penderita
dapat mempertahankan otonominya selama mungkin.
Secara khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan
dan Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster,
1990 adalah:
a. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk
menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya
secara Fisik, mental dan sosial.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 20
b. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu
berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar.
c. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat
dalam pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah.
d. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut
usia baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan dirumah “Home Care” diberikan kepada individu
dan keluarga baik keluarga dengan lansia di rumah tinggal
mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi
dalam suatu tim kesehatan yaitu Tim Home Care untuk
melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan
untuk memberikan kondisi yang sehat secara optimal dan
terbebasnya pasien dari penyakit yang diderita
2) Layanan keperawatan yang dapat dilakukan di rumah
a. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi
kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan
output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan
adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo,
2012).
Green & kreuter (1991) dalam Sahar, Setiawan, &
Riasmini (2019) mendefinisikan promosi kesehatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 20
sebagai kombinasi antara pendidikan kesehatan dan
sistem organisasi, ekonomi, dan lingkungan pendukung
yang berhubungan dengan perilaku individu, kelompok,
dan komunitas guna membentuk situasi yang kondusif
untuk kesehatan. Sedangkan Parse (1990) dalam Sahar,
Setiawan, & Riasmini (2019) menyatakan bahwa promosi
kesehatan dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan untuk mencapai potensi/kondisi
kesehatan yang terbaik.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di
Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa perubahan
dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau
promosi kesehatan. Piagam ini mendefinisikan Promosi
Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan individu
mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk
mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial yang
sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu
memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau
beradaptasi dengan lingkungan”. Piagam tersebut
merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup:
a) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public
Policy). Ditujukan kepada policy maker agar
mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung kesehatan.
b) Lingkungan yang Mendukung (Supportive
Environment). Ditujukan kepada para pengelola
tempat umum termasuk pemerintah kota, agar
menyediakan prasarana sarana yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health
Service). Selama ini yang menjadi penyedia (provider)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 20
pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta
sedangkan masyarakat adalah sebagai pengguna
(customers) pelayanan kesehatan. Pemahaman ini
harus diubah, bahwasanya masyarakat tidak sekedar
pengguna tetapi bisa sebagai provider dalam batas-
batas tertentu melalui upaya pemberdayaan.
d) Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu,
keluarga dan kelompok tersebut terwujud. \
e) Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya
gerakan-gerakan atau kegiatankegiatan di masyarakat
yang mendukung kesehatan agar terwujud perilaku
yang kondusif dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
b. Konseling kesehatan
Konseling adalah suatu hubungan di mana sedikitnya satu
di antara pihak-pihak yang terlibat mempunyai masud
membantu pihak lain untuk meningkatkan perkemangan
dirinya, kedewasaan, kemampuan berfungsi dan
menghadapi hidup dengan baik. Dalam konseling terjadi
proses hubungan saling membantu dimana dua pihak
sebagai konselur dan klien (dalam situasi saling tatap
muka) dengan kedudukannya setara untuk bekerja sama
dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri
untuk menyelesaikan masalah tertentu dalam
kehidupannya, lebih dapat mengerti dirinya, dan lebih
dapat menyesuaikan diri (Pedoman Konseling Kesehatan
Remaja, 2010).
Sedangkan menurut Supariasa, (2012) konseling adalah
suatu proses komunikasi dua arah/interpersonal antara
konselor dan klien untuk membantu klien dalam
mengenali, menyadari dan akhirnya mampu mengambil

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 20
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapinya. Konselor adalah seorang
tenaga kesehatan yang ahli dibidangnya yang bekerja
untuk membantu klien mengenali, menyadari, mendorong
dan mencarikan dan memilih solusi pemecahan masalah
klien yang akhirnya klien mampu untuk menentukkan
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalahnya.
c. Skrining Kesehatan
Menurut Panduan Praktis Skrening Kesehatan oleh BPJS
Kesehatan menyatakan bahwa Skrining Kesehatan
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
a) Skrining untuk Preventif Primer - Skrining Riwayat
Kesehatan Skrining Riwayat Kesehatan merupakan
bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak
biaya besar dan menjadi fokus pengendalian BPJS
Kesehatan yaitu Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi.
b) Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif (Peserta
RISTI penyakit kronis berdasarkan hasil Skrining
Riwayat Kesehatan dan Deteksi Kanker) Deteksi
Kanker merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit
Kanker Leher Rahim pada wanita yang sudah menikah
dan Kanker Payudara.

4. PROGRAM PEMERINTAH TERKAIT KESEHATAN


KELUARGA DI RUMAH
Program utama pembangunan kesehatan saat ini adalah
Program Indonesia Sehat di mana merupakan salah satu
program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan
kualitas Hidup manusia Indonesia. program ini didukung oleh
program sektoral lainnya yaitu program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 20
Program Indonesia Sehat direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019,
yaitu ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R. I.
Nomor HK.02.02Menkes/52//2015 (Kemenkes RI, 2016a).
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN
2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu
dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN
kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem
kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan
menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma
sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat
dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan
kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat (Kemenkes RI,
2016b).
Selama ini berbagai pendekatan digunakan dalam upaya
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan. Namun ada
salah satu pendekatan yang paling penting adalah pendekatan
keluarga. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara
Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Pendekatan
keluarga ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 20
oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut:
a. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data
Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating)
pangkalan data.
b. Kunjungan keluarga untuk rangkaian promosi kesehatan
sebagai upaya promotif dan preventif.
c. Kunjungan keluarga untuk menindak-lanjuti pelayanan
kesehatan dalam gedung.
d. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan
Keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat
dan manajemen Puskesmas.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh
puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasari pada
data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Adapun tujuan
pendekatan keluarga adalah:
a. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan
komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
b. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Kabupaten/Kota dan SPM Provinsi, melalui peningkatan akses
dan skrining kesehatan (Kemenkes RI, 2016b).
Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Telah disepakati
dalam Program Indonesia Sehat terdapat 12 indikator utama yang
menunjukkan keluarga sehat yaitu:
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
d. Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
diterlantarkan
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
17 / 20
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga, terdapat tiga hal yang
harus dikembangkan atau diadakan yaitu:
a. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga
b. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan
keluarga
c. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra
Puskesmas
Sedangkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga di tingkat Puskesmas dilaksanakan melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan
Prokesga oleh Pembina Keluarga (dobantu oleh kader
kesehatan)
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh
tenaga pengelola data Puskesmas.
c. Menganalisism merumuskan intervensi masalah kesehatan,
dan menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Piskesmas
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan
rumah oleh Pembina Keluarga.\
e. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar
gedung) oleh tenaga teknisi profesional Puskesmas.
f. Melakukan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh
tenaga pengelola data Puskesmas (Kemenkes RI, 2016b)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
18 / 20
C. Daftar Pustaka
1. Bhagavan, N.V., Ha, Chung-Eun. (2015). Essentials of

Medicine Biochemistry with Clinical Cases. 2 nd edition. China:


Elsevier Inc.
2. Allender, J. N., Rector, C. dan Warner, K.D. (2014).
Community & public health nursing : promoting and protecting
the public’s health. (8th ed). New York : Lippincott Williams &
Wilkins
3. Anderson, Elizabeth & Mc. Farlane, Judith. (2011). Community
as partner: Theory and practice in nursing, (6th ed).
Philadelphia: Lippincottt Willims & Wilkins.
4. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family
Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice
Hall
5. Maglaya, A.S. (2010). Nursing practice in the community, (5th
ed). Philadelphia: Argonauto Corporation
6. Guttmacher, Sally, Kelly, Patricia, & Janecko, Yumary. (2010).
Community-based health intervention: Principles and applications.
USA: Jossey-Bass
7. http://journal.poltekkesdepkes-
sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/765

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
19 / 20

Anda mungkin juga menyukai