Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

FAKTOR INDIVIDU DALAM ORGANISASI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. JUNIKEN 191330
2. LAURA FIRANZA 19133040
3. M. AFIS DESDRIANDIKA 19133043

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


FAKTOR INDIVIDU DALAM ORGANISASI

2.1 Kontribusi dan Kompensasi


Ada dua konsep yang mendasari mengapa faktor individu perlu untuk di
pelajari dan di pahami sehubungan dengan manajemen perusahaan, khususnya
dalam fungsi implementasi dan fungsi perusahaan. Dua konsep ini adalah
kontribusi, yaitu apa yang akan di berikan oleh individu bagi organisasi.
Sebaliknya, kompensasinya, yaitu apa yang akan diberikan oleh organisasi bagi
individu.kedua konsep ini akan saling mempengaruhi dalam hal implimentasi
rencana organisasi.

2.2 Faktor yang terkait dengan Individu dalam Organisasi


Selain dua konsep di atas, ada tiga factor lain yang perlu kita pahami lebih
lanjut mengenai faktor individu dalam organisasi. Ketiga hal tersebut adalah:
1. Kontrak spikologis
Yang di maksud mkontrak spikologis adalah suatu kesepakatan tak tertulis
antara individu dan organisasi/pewrusahaan.kesepakatan tak tertulis tersebut
adalah secara spikologis tenaga kerja tersebut akan memberikan hal yang
terbaik bagi organisasi. Sebaliknya, individu tersebut memiliki semacam
pengharapan kepada organisasi.
2. Kesesuaian tenaga kerja yang di butuhkan perusahaan Kesuaian tenaga
kerja yang dibutuhkan perusahaan terkait dengan factor individu dari tenaga
kerja.Dalam kenyataan, perusahaan tidak selalu mendapatkan tenaga kerja
yang benarbenar sesuai harapan dan tuntutan dalam pekerjaan.Hal tersebut
bisa di karenakan individu benar-benar tidak ada yang sempurna.
3. Keragaman individu dalam organisasi Manusia di takdirkan tidak sama,
baik dari sisi belakang biologisnya,pendidikan, karakteristik setiap individu
tenaga kerja. Oleh karena itu perusahaan perlu memahami keragaman ini
secara lebih terbuka dan menerimanya sebagai dinamika yang terdapat dalam
organisasi manapun.
2.3 Faktor Individu dan Kepribadian
Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik
psikologi dan perilaku dari individu yang sifatnya permanent yang membedakan
satu individu dengan individu lainnya.Sedangkan prilaku merupakan bentuk
perwujudan tingkah laku dari individu yang di tentukan oleh kepribadiannya
masing-masing. Di antara pemahaman yang harus diketahui para manager adalah
apa yang dinamakan sebagai “Model Lima Dimensi Mengenai Kepribadian (The
Big Five of Personality), sebagaimana yang di kemukakan oleh Griffin (2000).
Kelima jenis prilaku adalah:
 Agreeableness(tingkat persetujuan),yaitu tingkat kemampuan individu
dalam berinteraksi dan bekerja dengan orang lain.
 Conscistiousness(tingkat kesadaran dan keseriusan), yaitu keseriusan
individu terhadap rencana pencapaian tujuan dari organisasi.
 Negative emotion(tingkat emosi negative),yaitu tingkat emosi yang
negative merujuk kepada ketidakstabilan emosi yang di miliki oleh individu
dalam pekerjaan.
 Extravertion(tingkat keleluasaan dan kenyamanan),yaitu prilaku yang
merujuk kepada kemampuan individu untuk merasa nyaman dan leluasa
bagi orang lain untuk berinteraksi dengannya.
 Openness(tingkat keterbukaan), yaitu tingkat keterbukaan merujuk kepada
prilaku individu untuk bersikap terbuka terhadap orang lain.

2.4 Beberapa Perilaku Lain dari Individu


Selain perilaku kelima perilaku yang di jelaskan dalam model lima dimensi
kepribadian di atas. Terdapat beberapa perilaku lainnya yang mempengaruhi
perilaku di dalam organisasi. Perilaku-perilaku tersebut adalah:
 Locus of control, prilaku ini merujuk kepada sebuah keyakinan yang di miliki
individu mengenai hasil yang mereka peroleh merupakan akibat dari apa
yang mereka lakukan.
 Self-eficasy,prilaku ini merujuk kepada kepercayaan diri individu untuk
melakukan sesuatu.
 Authoritarianism, prilaku ini merujuk kepada keyakinan individu akan peran
tingkatan hierarki dalam sebuah organisasi dengan kekuasaan organisasi.
 Machiavelism, ini merujuk kepada prilaku untuk merekayasa prilaku orang
lain selama rekayasa prilaku tersebut akan membantu kita dalam mencapai
tujuan.
 Self-estem, prilaku ini merujuk kepada keyakinan dari seseorang atau
individu bahwa dirinya layak mendapatkan penghargaan.
 Risk propensity, prilaku ini merujuk kepada kecendrungan individu dalam
hal resiki dan menjawab tantangan.

2.5 Perilaku Individu dan Sikap Berorganisasi


Sikap atau attitude pada dasarnya merupakan prinsip yang di ambil oleh
individu berdasarkan kepribadian, keyakinan, dan perasaannya menyangkut suatu
gagasan, situasi, atau lingkungan yang di hadapinya. Griffin(2000) menjelaskan
bahwa sikap memiliki tiga komponen utama, yaitu:
 komponen afektif menyangkut perasaan yang dirasakan oleh seseorang
mengenai gagasan, situasi atau lingkungan yang dihadapinya.
 Komponen kognitif menyangkut pengetahuan seseorang mengenai suatu
yang terkait dengan gagasan, situasi maupun lingkungan yang di hadapinya.
 komponen intense, yaitu menyangkut harapan dari seseorantg akibat dari
gagasan, situasi maupun lingkungan yang di hadapinya.

2.6 Beberapa Isu Tentang Perilaku Individu


a. Perilaku Individu dan Stres
Salah satu isu yang di bahas disini adalah stress.Stres pada dasarnya
merupakan respons individu terhadap tekanan yang tinggi dalam
pekerjaan.Tekanan yang tinggi ini sering kali dinamakan sebagai stressor. Stres
terjadi seiring dengan pengalaman yang dilalui oleh individu yang dinamakan
general adaptation syndrome (GAS).
Berikut tahapan-tahapan dalam GAS:
 Tahap1(alarm), yaitu tahap dimana individu mengalami sesuatu yang
menyebabkan dirinya memberikan respon yang tidak biasanya. Sesuatu itu
bisa berupa, tekanan, kondisi fisik, atau perintah diluar kebiasaan.
 Tahap2(resistence), yaitu tahap di mana individu melakukan penyesuaian
diri berupa reaksi atas respon yang dia lakukan pada tahap alarm. Seperti
tindakan membiarkan Sesutu atau menyelesaikannya. ·
 Tahap3(exhaustion), tahap dimana individu mengalami indikasi lain sebagai
akibat dari penyesuaian yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Indikasi
ini dapat berupa indikasi yang lebih baik dari keadaan di tahap1,tahap2
atau sebaliknya ketika respon yang dilakukan pada tahap1 dan 2 tidak
menyelesaikan masalah yang di alami pertama kali di tahap 1.

b. Penyebab-penyebab stress
Di antara Penyebab-penyebab stres dalam pekerjaan adalah
1. tuntutan pekerjaan (task demands) yaitu tekanan-tekanan terhadap
individu yang di sebabkan oleh adanya tuntutan tugas dari organisasi
yang harus di selesaikan
2. tuntutan fisik(physical demands) terkait dengan fisik dari organisasi
dimana dirinya bekerja, seperti kualitas tempat kerja atau kondisi fisik
yang tengah sakit
3. tuntutan peran atau fungsi(roledemands) terkait dengan tekanan yang
diakibatkan adanya ambisi dari individu mengenai sesuatu yang ingin di
capai di organisasi
4. tuntutan interpersonal(interpersonal demands)terkait dengan tekanan
yang muncul dari rekan kerja,kelompok kerja, maupun ada konflik
personal dalam organisasi.
c. Konsekuensi-konsekuensi stress
Di antara konsekuensi-konsekuensi stres adalah konsekuensi-konsekuensi
psikologis, atau medis dari stres berhubungan dengan kesehatan mental dan
kebahagiaan individu, misal depresi, gangguan tidur.Stres individual juga
memiliki konsekuensi langsung ke perusahaan.Bagi karyawan operasi misal,
stres bisa berdampak pada kualitas kerja yang buruk dan produktivitas yang
rendah.
Dan konsekuensi lain adalah burnout—perasaan letih(secara fisik dan
mental) yang mungkin muncul saat seseorang mengalami stres yang terlalu
parah dalam jangka waktu yang lama. burnout berakibat pada kelelahan
berkepanjangan, frustasi, dan keputusasaan.
d. Pengendalian stres Bagaimana stres dapat dikendalikan?
Di antara upaya yang dapat di upayakan adalah di antaranya melalui olah
raga yang teratur, relaksasi, manajemen waktu, Merubah suasana atau
lingkungan pekerjaan, dan support group.

Kreativitas Individu dalam Organisasi


Selain stres, salah satu isu penting yang terkait dengan karakteristik
individu adalah kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan individu dalam
memunculkan suatu gagasan baru mengenai sesuatu, terutama dari apa yang
sudah di ketahui. Kreativitas sangat di perlukan dalam organisasi sebagai bagian
dari kemampuan organisasi untuk terus beradaptasi dengan
perubahan.Perubahan senantiasa memunculkan suatu yang baru. Oleh karena itu
individu yang mampu untuk menghasilkan suatu yang baru memiliki kontribusi
positif bagi organisasi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan atau pendorong individu menjadi
kreatif. Faktor tersebut adalah:
 Pengalaman individu dengan kreativitas terkait dengan latar belakang
individu sebelumnya yang terkait dengan kreativitas.
 Perlakuan terhadap individu terkait dengan bagaimana cara manager
misalnya memperlakukan tenaga kerja.
 Kemampuan kognitif dari individu terkait dengan keragaman karakteristik
Individu dalam hal kemampuan kognitifnya.
Ada individu yang cenderung Invergent cognitive thinking, yaitu terbiasa
untuk melihat berbagai perbedaan dari berbagai persamaan yang ada.
Ada pula individu yang convergent cognitif thinking, yaitu individu yang
terbiasa untuk melihat persamaan dari perbedaan yang ada. Bagaimana
tahapan kreativitas terbangun?
Paling tidak ada 4 tahap yang terjadi ketika sebuah gagasan kreatif muncul.
 Tahap persiapan
Tahapan ini bisa berupa proses pendidikan tertentu atau pelatihan yang di
berikan kepada individu. Juga dapat berupa pemberian informasi kepada
individu mengenai halhal organisasi atau perusahaan.
 Tahap inkubasi.
Pada tahap ini individu di kondisikan pada kondisi tertentu yang
memungkinkan dirinya untuk mendapatkan gagasan baru mengenai sesutu.
 Tahap penemuan gagasan.
Pada tahap ini individu berhasil menemukan gagasan yang mungkin akan
memberikan manfaat perubahan bagi organisasi.
 Tahap pengujian.
Tahap ini merupakan tahapan terakhir untuk menyelesaikan gagasan
kreatif.

Anda mungkin juga menyukai