Anda di halaman 1dari 101

PERAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPA) AN-NADHIM

DALAM PEMBINAAN BTQ PADA ANAK-ANAK PEMULUNG


DI KAWASAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
KELURAHAN PUUWATU

PROPOSAL

HASIL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Seminar Hasil Pada Program

Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

ANDILHAM JAKA SUWIRA


NIM. 17010101077

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2021
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Sultan Qaimuddin No. 17 Kelurahan Baruga-Kota Kendari
Telp/Faximili (0401) 3193710 E-Mail. iainkendari@yahoo.co.id
Website. http//iainkendari.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hasil penelitian yang berjudul ”Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ Pada Anak-Anak Pemulung di

Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Puuwatu” ditulis

oleh saudara Andilham Jaka Suwira, NIM. 17010101077 Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Kendari telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing dengan beberapa

perbaikan, selanjutnya dilanjutkan ujian proposal. Demikian persetujuan ini

diberikan untuk proses selanjutnya

Kendari, 31 Maret 2021


Dosen Pembimbing

Dr. Samrin M.Pd.I


NIP. 197510072007101001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh manusia yang ada di muka bumi.

Sehingga proposal yang berjudul “Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ Pada Anak-Anak Pemulung di

Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Puuwatu” dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah

SAW, sebagai tokoh revolusioner yang telah merubah tatanan kehidupan dari

kejahilian menjadi hikmah dan tentram.

Rasa syukur tiada terkira bagi penulis yang telah menyelesaikan penelitian

dan penulisan proposal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal

ini tidak telepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta

bantuan khususnya kedua orang tua saya yang sabar dan selalu memberikan

dedikasi, motivasi serta doa paling tulus sehingga bisa menyelesaikan penyusunan

proposal ini dan memberikan dukungan baik moril, materil yang telah banyak

dikorbankan untuk saya.

Dengan segala ketlusan hati penulis mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada.

1. Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd selaku rektor IAIN Kendari yang telah

memberikan dukungan sarana dan fasilitas serta kebijakan yang

mendukung penyelesaikan studi penulis.

2. Dr. Masdin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Kendari yang telah memberikan dukungan.

iii
3. Dra. Hj. Siti Fatimah K, M.A. Selaku ketua prodi Pendidikan Agama

Islam yang telah membantu dalam merumuskan judul penelitian ini.

4. Dr. Samrin, M.Pd.I. Selaku pembimbing saya yang gigih mengarahkan

dan memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan studi.

5. Dr. Abbas, S.Ag, M.A. Selaku penguji yang selalu memberikan motivasi,

saran dan masukan untuk kelancaran penelitian penulis.

6. Tilman, S.Sos., M.M. Sebagai kepala perpustakaan IAIN Kendari dan

seluruh staf yang telah memfasilitasi penulis dalam mengakses sumber

pustaka dalam penyelesaian proposal ini.

7. Sarman Latama, S.Si. Sebagai Kepala Kelurahan Puuwatu yang telah

memberi izin untuk melakukan penelitian sehingga penelitian ini bisa

berjalan.

8. Kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan IAIN Kendari yang ramah dan cekatan dalam melayani

setiap keluhan penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam angkatan 2017, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Sahabat-sahabat saya, terimakasih atas dukungan moril dan materilnya

serta dukungan dan motivasinya. Semoga kebersamaan kita membawa

kenangan indah.

iv
Penulis berharap semoga bantuan dan berbagai upaya yang telah

disumbangkan kepada penulis mendapat pahala yang setimpal di sisi Allah SWT

dan tetap mendapat lindungan-Nya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Akhir

kata penulis memohon ampun kepada Allah SWT atas segala khilaf baik yang

sengaja maupun yang tidak disengaja.

Kendari, 31 Maret 2020

Penulis,

Andilham Jaka Suwira


NIM: 17010101077

v
ABSTRAK

Nama Mahasiswa. NIM. 17010101077. Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an


(TPA) An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ Pada Anak Anak Pemulung Di
Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Puuwatu. Dibimbing
oleh: Dr. Samrin, M.Pd.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis tentang


Peran Taman Pendidikan dalam pembinaan baca tulis Al-Qur’an pada anak-anak
di komunitas pemulung tempat pembuangan akhir sampah Puuwatu .Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
melalui proses reduksi, penyajian data serta penarikan kesimpulan serta teknik
pengecekan keabsahan data melalui trianggulasi teknik, sumber dan waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Taman Pendidikan Al-Qur’an
dalam pembinaan BTQ pada anak-anak yaitu dengan: 1) Santri dapat membaca
Al-Qur’an dengan benar dan lancar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, 2) santri
dapat menulis arab dengan baik, 3) santri sudah dapat menghafal surah-surah
pendek. Faktor penghambat dalam pembinaan di TPA An-Nadhim yaitu: 1)
kurang tenaga pengajar, 2) kenakalan santri, 3) kurangnya kerjasama dan
perhatian orang tua santri. Dengan demikian, penelitian ini memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan dalam hal pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an
sehingga penelitian ini dapat menjadi rujukan pada Taman Pendidikan Al-Qur’an
dalam meningkatkan peran di masyarakat.
Kata kunci: Peran, Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim, Pembinaan,
BTQ.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.6 Definisi Operasional..................................................................................... 5

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 6


2.1 Taman Pendidikan Al-Qur’an ...................................................................... 6
2.1.1 PengertianTaman Pendidikan Al-Qur’an ........................................... 7
2.1.2 Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an .................................................. 9
2.1.3 Tujuan dan Targer Taman Pendidikan Al-Qur’an ........................... 11
2.1.4 Fungsi Pendidikan Al-Qur’an .......................................................... 15
2.1.5 Tenaga Pendidik ............................................................................... 17
2.1.6 Kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur’an ...................................... 18
2.2 Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) .................................................. 19
2.2.1 Kriterian Kemampuan Membaca Al-Qur’an .................................. 21
2.3 Anak Dalam Pendidikan Islam .................................................................. 24
2.4 Masyarakat Pemulung ................................................................................ 27
2.5 Penelitian Relevan ...................................................................................... 29

BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................. 32


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 32
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 32
3.3 Informan Penelitian .................................................................................... 32
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.5.1 Observasi ......................................................................................... 34
3.5.2 Wawancara ...................................................................................... 34
3.5.3 Dokumentasi ................................................................................... 35
3.6 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ...................................................... 36
3.7 Pengujian Keabsahan Data Penelitian ........................................................ 37

vii
BAB VI: HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38
4.1 Gambaran Umum TPA An-Nadhim .......................................................... 38
4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya TPA An-Nadhim ................................. 38
4.1.2 Letak Geografis TPA An-Nadhim ................................................. 39
4.1.3 Struktur Organisasi TPA An-Nadhim ............................................. 39
4.1.4 Keadaan Pengajar ............................................................................ 40
4.1.5 Keadaan Peserta didik ..................................................................... 41
4.1.6 Keadaan Sarana dan Prasarana TPA An-Nadhim ........................... 43
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 44
4.2.1 Peran TPA An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ ........................... 44
4.2.1.1 Pembinaan Membaca Al-Qur’an ...................................... 45
4.2.1.2 Pembinaan Menulis Huruf Arab ....................................... 47
4.2.1.3 Pembinaan Menghafal Surah-Surah Pendek ..................... 50
4.2.2 Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembinaan BTQ
di TPA An-Nadhim ......................................................................... 54
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 54
4.3.1 Pembinaan Membaca Al-Qur’an..................................................... 54
4.3.2 Pembinaan Menulis Huruf Arab ..................................................... 56
4.3.3 Pembinaan Menghafal Surah-Surah Pendek ................................... 57
4.3.4 Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembinan BTQ
di TPA An-Nadhim ......................................................................... 58

BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 61


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 61
5.2 Limitasi Penelitian ..................................................................................... 62
5.3 Rekomendasi .............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63

LAMPIRAN ..........................................................................................................

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 .................................................................................................. 41


Tabel 4.2 ................................................................................................. 42
Tabel 4.3 ................................................................................................. 42
Tabel 4.4 ................................................................................................. 44
Tabel 4.5 ................................................................................................. 47
Tabel 4.6 ................................................................................................. 49
Tabel 4.7 ................................................................................................. 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 .................................................................................................


Gambar 1.2 .................................................................................................
Gambar 1.3 .................................................................................................
Gambar 1.4 .................................................................................................
Gambar 1.5 .................................................................................................
Gambar 1.6 .................................................................................................
Gambar 1.7 .................................................................................................
Gambar 1.8 .................................................................................................
Gambar 1.9 .................................................................................................
Gambar 1.10 ...............................................................................................
Gambar 1.11 ................................................................................................
Gambar 1.12 ................................................................................................
Gambar 1.13 ................................................................................................
Gambar 1.14 ...............................................................................................
Gambar 1.15 ...............................................................................................

x
DAFTAR SINGKATAN

IAIN : Institut Agama Islam Negeri Kendari


FATIK : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
PAI : Pendidikan Agama Islam
TPA : Taman Pendidikan Al-Qur’an
TPAS : Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Kemenag : Kementerian Agama
BTQ : Baca Tulis Al-Qur’an

xi
TRANSLITERASI

Arab Latin Arab Latin


t
‫ﺍ‬ Tidak dilambangkan ‫ﻁ‬ .
Z
‫ﺏ‬ B ‫ﻅ‬ .

‫ﺕ‬ T ‫ﻉ‬ ‘

‫ﺙ‬ S ‫ﻍ‬ G

‫ﺝ‬ J ‫ﻑ‬ F

H
‫ﺡ‬ ‫ﻕ‬ Q
.

‫ﺥ‬ Kh ‫ﻙ‬ K

‫ﺩ‬ D ‫ﻝ‬ L

‫ﺫ‬ Ż ‫ﻡ‬ M

‫ﺭ‬ R ‫ﻥ‬ N

‫ﺯ‬ Z ‫ﻭ‬ W

‫ﺱ‬ S ‫ﻩ‬ H

‫ﺵ‬ Sy ‫ء‬ ’

S
‫ﺹ‬ . ‫ﻱ‬ Y

D
‫ﺽ‬ .

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah salah satu usaha orang dewasa muslim yang

bertaqwa secara sadar mengerahkan dan membimbing pertumbuhan serta

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam

kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya (Arifin, 2003: 22).

Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar untuk mendidik,

membentuk dan menata pribadi anak-anak mereka dengan pendidikan Islam

melalui penanaman nilai-nilai ajaran Islam dan akhlak. Dalam Islam

kewajiban orang tua yang utama adalah mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-

anaknya. Mengajarkan Al-Qur’an adalah unsur dasar pendidikan Islam,

berdosalah bagi orang tua yang mempunyai anak tapi anak-anaknya tidak

pandai membaca Al-Qur’an dan menjaga akhlaknya. Al-Qur’an adalah kalam

Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk diajarkan

kepada umat manusia di seluruh dunia. Di dalamnya terdapat petunjuk dan

pedoman itu, manusia akan bahagia hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat

203 yang berbunyi:

َ َٰ ّ َ َ ُ َ ُ َ َ ُْ ََََْ ْ ََْ ُ َ َ َْ َ َ
‫ا‬-. ِ ‫ر‬ ِ ِ‫ٰ إ‬ ِ ِ‫إ‬ ۚ !‫ ا‬# $ ‫ ا‬$ &ٍ 'ِ( )ِ ِ * )ْ $ ‫ذا‬,
َ ْ َّ ٌَْ َ َ ً ُ َ ْ ُ ّ
(A) ‫ ن‬:ُِ ;ُ <ٍ ْ =ِ > &@‫ى ور‬23‫) و‬4ِ5‫ِ ر‬ 6ُ ِ 7 8َ َ(
Terjemahnya: Dan apabila kamu tidak tidak membawa suatu ayat Al-Qur’an
kepada mereka, mereka katakan: Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu ?
“Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan dari
Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini adalah bukti-bukti yang n yata dari

1
tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Qur’an 7:
203).
Selain pendidikan yang diberikan orang tua dalam lingkungan

keluarga, anak juga membutuhkan pendidikan dari luar seperti lembaga

pendidikan Islam nonformal yang terletak dalam lingkungan masyarakat.

Pendidikan ini mencakup penyelamatan fitrah Islamiyah anak, perkembangan

potensi fikir anak, potensi kerja, dan sebagainya karena tidak semua orang tua

mampu menangani pendidikan anaknya secara keseluruhan, mengingat

berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua. Misalnya keterbatasan waktu,

keterbatasan ilmu agama dan keterbatasan lainnya. Oleh karena itu orang tua

dapat mengarahkan pendidikan anaknya pada Taman Pendidikan Al-Qur’an

(TPA). Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah suatu lembaga atau

sekolah yang berupaya mendidik anak-anak dari usia 7-12 tahun atau usia

masuk sekolah dasar, sehingga mampu membaca, memahami dan

mengamalkan Al-Qur’an (Syarmuddin, 2006: 8).

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim berdiri pada tahun

2013 di RT 25 RT RW 09 Kelurahan Puuwatu tepatnya di kawasan Tempat

Pembuangan Akhir Sampah, TPA ini berdiri di tanah milik Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman Pemerintah Kota Kendari. Tujuan utama

pendirian TPA ini adalah agar anak-anak di kawasan ini memiliki wadah

untuk belajar membaca Al-Qur’an, selain menjadi TPA tempat ini juga di

gunakan sebagai mushalla oleh warga.

Berdasarkan hasil pengamatan awal di TPA An-Nadhim anak-anak

yang belajar di tempat ini kurang lebih 30 anak. Jumlah kepala keluarga yang

2
tinggal di sekitar TPA An-Nahdim terdiri dari 148 Kepala Keluarga, rata-rata

pekerjaan mereka sebagai pemulung dan petugas pengangkut sampah.


Taman
Sehingga dengan berdirinya Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim

menjadi solusi untuk para orang tua untuk mengarahkan anak-anak mereka

untuk belajar membaca Al-Qur’an dan ilmu agama lainnya akan tetapi jika

memang orang tua tidak bisa karena keterbatasannya maka TPA adalah solusi

bagi anak-anak untuk bisa belajar membaca Al-Qur’an.

Dari pengamatan peneliti melihat anak-anak yang ikut belajar di TPA

ini walaupun kondisi lingkungan belajar mereka kekurangan fasilitas terlihat

dari kondisi sarana dan prasarana TPA yang jauh dari kata layak akan tetapi

mereka masih semangat datang ke TPA untuk belajar membaca Al-Qur’an.

Mengingat tujuan pendirian TPA ini sangat penting untuk anak-anak

dan sesuai dengan tujuan pendirian TPA adalah megembangkan kemampuan

peserta didik dalam membaca, menulis, menghafalkan, memahami, dam

menafsirkan Al-Qur’an serta mengamalkan kandungan Al-Qur’an.

(Kementerian Agama RI, 2020: 8).

Berdasarkan masalah dan pendapat di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Taman pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim terletak di

RT 25 RW 09 Kelurahan Puuwatu dengan judul “Peran Taman Pendidikan

Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ Pada Anak-Anak

Pemulung Di Kawasan Tempat Akhir Sampah Kelurahan Puuwatu”.

3
1.2 Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan

mempertajam permasalahan yang akan di bahas, maka penulis memfokuskan

penelitian tersebut pada “Peran TPA An-Nadhim pada anak-anak Pemulung ”

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1.3.1 Bagaimana peran TPA An-Nadhim dalam pembinaan baca tulis Al-

Qur’an pada anak-anak di komunitas pemulung Tempat Pembuangan

Akhir Sampah ?

1.3.2 Apa faktor-faktor penghambat dalam proses pembinaan BTQ di TPA

An-Nadhim ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diantaranya:

1.4.1 Untuk mengetahui peran TPA An-Nadhim dalam pembinaan baca tulis

Al-Qur’an pada anak-anak di komunitas pemulung Tempat

Pembuangan Akhir Sampah.

1.4.2 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam proses pembinaan

BTQ di TPA An-Nadhim.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Secara Teoritis penelitian ini di harapkan berguna sebagai bahan

informasi bagi peneliti selanjutnya dan merupakan salah satu rujukan

dalam mengembangkan ilmu pendidikan, sekaligus merubah dan

memperkaya khazanah pemikiran di bidang pendidikan Islam.

1.5.2 Secara praktis, penelitian ini di harapkan berguna bagi para orang tua

maupun Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai bahan refrensi.

4
1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dalam penelitian ini

berikut beberapa definisi operasional yang digunakan:

1.6.1 Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah upaya lembaga non formal yang memberi dampak pada

anak-anak dalam membina membaca Al-Qur’an di masyarakat

pemulung.

1.6.2 Masyarakat Pemulung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan tempat pembuangan

akhir sampah kota kendari dan bekerja sebagai pemungut barang-

barang bekas seperti plastik, botol bekas, kaleng bekas, dll kemudian

dikumpulkan untuk dapat mereka jual dan hasilnya dipakai untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taman Pendidikan Al-Qur’an

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan wadah atau saran

pembelajaran bagi generasi balita Islam, pada usia tersebut anak-anak

diajarkan berbagai macam doa-doa, belajar mengaji Al-Qur’an pemahaman

terhadap rukun iman dan rukun Islam. Diharapkan hal ini mampu menjadi

benteng bagi generasi Islam.

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah suatu lembaga atau sekolah

yang berupaya mendidik anak usia 7-12 tahun sehingga mampu membaca,

menulis, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an (Syarmuddin, 2006).

TK/TP Al-Qur’an adalah lembaga pendidikan luar sekolah jenis keagamaan

oleh karena itu memuat pengajaran lebih menekankan aspek keagamaan

Islam dengan mengacu pada sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan As-

Sunnah. Hal itupun dibatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak

sesuai dengan umurnya. Dengan demikian porsi mengajarnya terbatas pada

pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap, keterampilan keagamaan.

Terutama untuk pengajaran tertentu yang kurang memungkinkan dapat

tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah (pendidikan formal),

misalnya baca tulis Al-Qur’an serta doa harian, penanaman aqidah dan akhlak

dan lainnya (Mamsudi, 2010).

Taman Pendidikan Al-Qur’an memiliki landasan badan hukum yang

kuat. Dalam peraturan pemerintah No. 55 Tahun 2007 pasal 24 ayat 2 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyatakan bahwa

6
pendidikann Al-Qur’an terdiri dari Taman kanak-kanak Al-Qur’an

(TKA/TKQ), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ), Ta’limul Qur’an lil

Aulad (TQA) dan bentuk lainnya yang sejenis. Dasar hukum peraturam

pemerintah ini dijadikan sebagai landasan dasar dalam terbentuknya

pendidikan keagamaan (Mustahib, 2011).

2.1.1 Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an

Taman Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari tiga kata. Untuk lebih

jelasnya akan penulis uraikan satu persatu terlebih dahulu. Kata taman

berarti tempat yang menyenangkan (Departemen Pendidikan Nasional,

2008: 1385). Dalam kamus bahasa Indonesia kata pendidikan diartikan

sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008: 326).

Menurut Hatta Abdul Malik (2013) Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang

bertujuan untuk memberikan pengajaran Al-Qur’an, serta memahami

dasar-dasar agama Islam pada anak usia sekolah dasar atau madrasah

ibtidaiyah (SD/MI). Batasan usia anak yang mengikuti pendidikan Al-

Qur’an pada Taman Pendidikan adalah anak-anak berusia 7-12 tahun.

Senada dengan itu Aliwar (2016) berpendapat bahwa Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) adalah lembaga atau kelompok

masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis

7
keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran

membaca Al-Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar

agama Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau

madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.

Selain itu Mansur (2011) dalam buku pendidikan anak usia dini

dalam Islam mengemukakan bahwa Taman Pendidikan Al-Qur’an

adalah pendidikan untuk baca dan menulis Al-Qur’an di kalangan anak-

anak. Tujuan pembelajaran adalah salah satu aspek atau komponen

dalam pendidikan yang harus diperhatikan, karena pendidikan akan

dikatakan berhasil apabila tujuan tersebut dapat tercapai atau paling

tidak mendekati target yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut Priyadi, dkk (2013) Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) adalah unit pendidikan nonformal jenis keagamaan

berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai materi

utamanya, dan menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan

filosofis dari kata taman yang dipergunakan.

Taman pendidikan Al-Qur’an adalah lembaga pendidikan dan

pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai

pendidikan nonformal untuk anak-anak yang mendidik santri agar

mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu

tajwid sebagai target pokoknya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah suatu lembaga atau wadah

pendidikan yang bersifat menyenangkan bagi anak dengan tujuan untuk

8
membimbing dan membina anak didik agar dapat membaca, menulis,

menghafal, memahami, mengamalkan Al-Qur’an dan berupaya

mengubah sikap anak berdasarkan norma agama melalui pengajaran

dan pelatihan.

2.1.2 Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an

Peran lembaga sosial adalah aktivitas yang dilakukan

berdasarkan status masing-masing yang dimiliki seorang individu atau

kelompok, dalam suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir atau

teratur yang memperlihatkan adanya nilai-nilai, norma, peraturan,

peran-peran dan cara-cara berhubungan satu sama lain, yang diatur

bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat

tertentu, yang tujuanya untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap

anggota.

Sedangkan peran taman pendidikan Al-Qur’an adalah:

a. Memberantas buta Al-Qur’an

b. Membentuk peserta TPQ menjadi generasi Islami.

c. Memberikan pemahaman dasar agama kepada peserta TPQ

(Abu Zakariyah Sutrisno, 2018)

Selain itu eksistensi dari taman pendidikan Al-Qur’an tentunya

memiliki peranan sebagaiman yang ditetapkan Departemena Agama:

a. Memfasilitasi dalam pembelajaran Al-Qur’an

b. Mengontrol dan memonitoring secara periodik

perkembangan pendidikan Al-Qur’an

9
c. Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan

berkelanjutan kepada unir-unir tertentu.

d. Melakukan koordinasi secara intensif dengan isntansi-

instansi terkait (Depag RI, 2009).

Sejalan dengan itu sebagaimana yang dirumuskan Kemenag

dalam pedoman Kurikulum TKQ (Taman Kanak-kanak Al-Qur’an)

Kemenag menyebutkan peran dari Taman Pendidikan Al-Qur’an

bertujuan sebagai berikut:

a. Dasar pembelajaran Al-Qur’an

b. Hafal bacaan sholat lima waktu dan mampu

memperaktekkan tata cara pelaksanaanya dengan baik.

c. Menguasai sejumlah hafalan doa harian

d. Menguasai sejumlah hafalan surah pendek.

Peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang

diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan

dengan peranan yang dipegang. Peranan didefinisikan sebagai

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu (Soekanto, 2009).

Lembaga Pembinaa TPQ memiliki peranan sebagai berikut:

2.1.2.1 Memfasilitasi dalam pembelajaran Al-Qur’an.

2.1.2.2 Mengontrol dan memonitoring secara periodik

perkembangan pendidikan Al-Qur’an.

2.1.2.3 Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan

berkelanjutan kepada unit-unit tertentu.

10
2.1.2.4 Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi-

instansi terkait baik instansi horizontal maupun vertikal

(Tim Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren,

2009).

Berdasarkan uraian dan teori-teori yang telah dijelaskan dapat

disimpulkan bahwa peranan TPA sangat menentukan berhasil atau

tidaknya dalam membina anak-anak untuk mengenal serta bisa

membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang baik dan benar. Peranan ini

dapat dijalankan oleh guru TPA dengan cara membiasakan membaca

Al-Qur’an dengan baik serta mengontrol perkembangan pendidikan Al-

Qur’an anak-anak.

2.1.3 Tujuan dan Target Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Taman Pendidikan Al-Qur’an berfungsi sebagai lembaga non

formal agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi Qur’ani.

Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an merupakan indikator

kualitas kehidupan beragama umat muslim. Oleh karena itu, gerakan

baca dan tulis Al-Qur’an merupakan langkah strategis dalam rangka

meningkatkan kualitas umat khususnya umat Islam dan keberhasilan

pembangunan dibidang agama. Karena Al-Qur’an merupakan wahyu

yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan

kepada ummatnya sebagai petunjuk manusia untuk kehidupan dunia

dan akhirat. Al-Qur’an mengarahkan manusia pada jalan yang benar

dan lurus, sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang

merealisasikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Priyadi, 2013)

11
Keberadaan pendidikan Al-Qur’an Membawa misi yang sangat

mendasar terkait dengan memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai

Al-Qur’an sejak usia dini. Taman kanak-kanak Al-Qur’an dan Taman

Pendidikan Al-Qur’an bertujuan menyiapkan anak didiknya agar

menjadi generasi muslim Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai Al-

Qur’an sebagai bacaaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari.

Adapun tujuan TPA adalah memberikan bekal dasar bagi anak didik

agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah

ilmu tajwid dan juga menanamkan nilai keislaman bagi peserta didik

(santri) sekaligus membekali peserta didik dengan ilmu keagamaan.

TPA merupakan lembaga yang lebih menekankan aspek keagamaan dan

menekankan santri-santrinya agar dapat membaca Al-Qur’an serta

menyiapkan generasi yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai Al-

Qur’an, komitmen dengan Al-Qur’an sebagai bacaan dan pandangan

hidup sehari-hari (Aliwar, 2016).

Untuk mencapai tujuan tersebut, taman pendidikan Al-Qur’an

perlu merumuskan target yang dijadikan sebagai tujuan dalam waktu

lebih kurang selama satu tahun. Hal ini di sesuaikan buku pedoman

taman pendidikan Al-Qur’an Nasional, yaitu dapat membaca Al-Qur’an

dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid, dapat melakukan sholat sholat

dengan baik baik dan terbiasa hidup dalam suasana islami, dapat

menulis huruf-huruf Al-Qur’an, hafal surah-surah pendek, ayat-ayat

pilihan dan doa sehari-hari (Mansur, 2011).

12
Secara umum tujuan dan target dari Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) adalah untuk menyiapkan anak didiknya menjadi

generasi Qur’ani yang seluruh aktifitas hidupnya didasari oleh Al-

Qur’anul Karim, yaitu generasi yang mencintai Al-Qur’an komitmen

dengan Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan dan

sebagai pandangan hidup sehari-hari. Taman Pendidikan Al-Qur’an

adalah suatu lembaga yang berupaya mendidik anak-anak usia 7-12

tahun atau usia masuk sekolah dasar sehingga mampu membaca,

memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.

2.1.3.1 Tujuan pendidikan dan pengajaran di TPA adalah:

2.1.3.1.1 Membantu mengembangkan potensi anak kearah

pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan

keagamaan melalui pendekatan yang di sesuaikan

dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak,

berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah

SAW.

2.1.3.1.2 Mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan keagamaan yang

telah dimiliki melalui progam lanjutannya.

2.1.3.1.3 Anak dapat memahami Al-Qur’an sebagai bacaan

dan pedoman.

2.1.3.1.4 Anak dapat membaca Al-Qur’an dengan benar dan

lancar.

13
2.1.3.1.5 Anak dapat menguasai hafalan sejumlah surah

pendek dan doa sehari-hari (Syarmuddin, 2006).

Tujuan operasional yang kemudian menjadi tolak ukur penilaian

terhadap lulus tidaknya para anak didik tersebut. Anak didik akan

memiliki kemampuan setelah mengikuti program di TPA sebagai

berikut:

a. Dapat terbiasa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih

serta memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan

kaidah ilmu tajwid.

b. Dapat melaksanakan sholat 5 waktu dengan tata cara yang

benar dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari

a. Dapat menguasai hafalan sejumlah surah pendek, ayat-ayat

pilihan dan doa sehari-hari.

b. Dapat megembangkan prilaku sosial yang baik sesuai

tuntunan Islam dan pengamalan pendidikannya (Razak,

2011).

Dari tujuan di atas dapat diuraikan bahwa tujuan Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA) tiada lain untuk mencetak generasi Islam

yang Qur’ani yang mempuyai akhlak yang mulia, selain itu juga selalu

menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan

Allah SWT. Maksudnya adalah anak di tuntut untuk bisa membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang

berlaku dalam Al-Qur’an dan shalat 5 waktu degan tata cara yang benar

dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari.

14
Di samping itu juga untuk menciptakan generasi yang akan

datang yang berakhlak mulia, dikarenakan di zaman modern seperti

sekarang ini merupakan zaman yang sangat penuh keterbukaan

informasi dan apabila tanpa dibarengi suatu akhlak yang mulia

seseorang mudah terjerumus dan terpengaruh perbuatan-perbuatan yang

tercela yang bisa menjerumuskan dirinya sendiri.

2.1.4 Fungsi Pendidikan Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber pendidikan dalam

kehidupan manusia, Al-Qur’an juga memiliki fungsi khususnya untuk

anak-anak, antara lain adalah:

2.1.4.1 Untuk mengarahkan mereka (manusia) berkeyakinan

bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Tuhan dan ini

(Al-Qur’an) Kalam-Nya.

2.1.4.2 Agar ruh Al-Qur’an senantiasa tertanam dalam jiwa,

cahaya Al-Qur’an memancar pada pemikiran,

pandangan dan muka mereka

2.1.4.3 Agar mereka menerima akidah-akidah Al-Qur’an sejak

dini, tumbuh dan beranjak dewasa senantiasa mencintai

Al-Qur’an, kontak dengan-Nya, menjalankan

perintahnya, menjauhi larangan-Nya, berakhlak seperti

akhlak Al-Qur’an serta belajar prinsip-prinsip.

2.1.4.4 Agar memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan

baik

15
2.1.4.5 Agar memiliki akhlak yang baik sesuai yang diajarkan di

dalam Al-Qur’an

2.1.4.6 Agar dapat mengamalkan apa yang dipelajari Al-Qur’an

dalam kehidupannya (M.Alwi Al Maliki, 2002).

Fungsi lain dari pendidikan Al-Qur’an yaitu mengacu pada

dasar turunanya Al-Qur’an ke muka bumi ini yaitu:

a. Petunjuk bagi manusia

b. Pembeda yang hak dan yang batil bagi manusia

c. Penjelas bagi manusia (Muchtar Yahya, 2006).

Mengenai fungsi pendidikan Al-Qur’an sebagaimana fungsi

diturunkannya, firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah atay 185.

َ ُْ ٰ َ ُْ َ ّ ّ ُ ُ ُْ َ ُ َ َ ََ ُْ َ
(S)... ‫ ِن‬6ْ B>‫ى َوا‬ 2 $‫ ٍت ِ ا‬:َ ِ Dّ َ5‫ ِس َو‬:Fِ > ‫ى‬2ً 3 ‫آن‬6ْ =>‫ِ ا‬H ِI ‫ل‬KL
ِ ‫ِي أ‬O‫ ن ا‬PQ‫ ر‬6 R
Terjemahnya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil)”.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi Al-Qur’an

sangat jelas yaitu sebagai proses pendidikan dalam membaca, menulis

dan memahami arti dan maknanya serta mengamalkannya. Pendidikan

Al-Qur’an juga memiliki fungsi yang lebih besar yaitu sebagai

petunjuk, pembeda dan penjelas bagi manusia dalam kehidupan dunia

dan akhirat.

2.1.5 Tenaga Pendidik

Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya

mengembangkan seluruh potensi peserta didik baik afektif, kognitif dan

16
psikomotorik. Pendidik berarti juga orang dewasa yang

bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam

perkembangan jasmani dan ruhaniyah, agar mencapai tingkat

kedewasaan.

Dalam paradigma, pendidik diidentikkan dengan guru yang

berarti digugu dan ditiru, dikatakan digugu yaitu dipercaya karena guru

memiliki seperangkat ilmu yang memadai, karena ia memiliki wawasan

dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru

yaitu diikuti karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang

karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri

teladan oleh peserta didik. Pendidikan diasumsikan bahwa tugas guru

tidak sekedar transfer ilmu akan tetapi bagaimana ia mampu

mengiternalisasikan ilmunya kepada peserta didik. Pada tataran ini

terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru didengar oleh

peserta didik dan dilakukannya dilihat oleh peserta didik (Bukhori

Umar, 2017).

Tugas pendidik yaitu:

a. Menguasai materi pelajaran

b. Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik

mudah menerima dan memahami pelajaran.

c. Melakukan evaluasi

d. Menindaklanjuti hasil evaluasi (Moh Roqib, 2009).

17
Keberhasilan TPA sangat ditentukan kualitas pengajarnya maka

pengurus inti harus mengakader anak untuk manjadi ustadz dan

ustadzah dengan cara antara lain:

a. Mencari asisten yang bisa diajak kerjasama, kemudian

bersama-sama mengelolanya. Lebih baik lagi kalau ada yang

bertanggungjawab di tempat ta’lim tersebut

b. Mengadakan majelis-majelis ta’lim atau kajian intensif

sebagai sarana pengakaderan pengajar

Jika ustadz dan ustadzahnya sudah siap maka perlu diadakan

penataran dan pelatihan secara berkala seperti materi metodologi

pengajran iqro, pengelolaan TPA, sikologi anak dan lain-lain. Bisa juga

melakukan studi banding ke TPA yang sudah maju sehingga ada

gambaran tentang TPA yang ideal (Tim Pena Cendikia, 2019).

2.1.6 Kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur’an

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu

curir yang artinya pelari atau curere yang berarti tempat berpacu. Jadi,

istilah kurikulum berasal dari istilah dunia olahraga pada zaman romawi

kuno di Yunani yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus

ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari garis start sampai garis

finish. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteks pendidikan

kurikulum mempunyai pengertian sebagai circle instrumentation yaitu

suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

18
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (Novan Andy Wiyani, 2012).

Kurikulum yang dimaksud adalah semua hal yang secara nyata

terjadi dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan Al-Qur’an

sejenis TKQ, TPQ, dan TQA. Di dalam pendidikan kegiatan yang

dilakukan oleh santri dapat memberikan pengalaman belajar, seperti

pergaulan dengan sesama santri, sholat berjamaah, dan belajar. Semua

ini merupakan pengalaman belajar. Pengalaman belajar mempengaruhi

pendewasaan, baik dalam perubahan kemampuan pengetahuan, sikap,

dan emosi, maupun segi keterampilan yang dimiliki anak. Dengan

demikian isi atau muatan kurikulum amatlah luas, kurikulum dapat

dikatakan sebagai suatu perencanaan pengalaman belajar secara tertulis.

Isi kurikulum pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam empat

bagian yaitu tujuan, isi, metode pembelajaran, serta evaluasi.

2.2 Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

Pembinaan berasal dari kata bina ( bangunan atau membangun),

dengan tambahan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti cara

untuk melakukan pembangunan (Suharso, 2009).

Pembinaan diartikan pula usaha yang dilakukan secara efisien dan

efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan yang

dimaksudkan disini adalah cara ataupun usaha yang dilakukan untuk

membimbing dan membina serta memperbaiki bacaaan Al-Qur’an anak

dengan baik dan benar sesuia dengan kaidah ilmu tajwid.

19
Sedangkan baca tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah pelajaran muatan lokal

yang mempelajari tentang bagaimana cara membaca dan menulis Qur’an

sesuai kaidah yang baik dan benar yang diterapkan pada siswa kelas redah

pada sekolah dasar.

Dalam pelaksanan pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun

pendidikan agama, dalam lembaga pendidikan formal dan non formal pastilah

ada dasar dan tujuannya. Dalam hal ini khususnya pendidikan dalam

keluargapun mempunyai dasar yang sama dengan pendidikan yang lain.

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia yaitu menusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan

terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan Nasional juga harus

mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanaah air, mempertebal

semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.

Demikian pula pada agama Islam sebagai agama yang sempurna dan

diridhoi Allah SWT tidak lepas dari dasar dan tujuan. Dasar pendidikan

agama Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Karena perintah untuk

melaksanakan pendidikan adalah bersumber dari Allah SWT dan utusan-Nya.

Dasar ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut adalah:

َ ُ َۡ ُ ُ َْ ُ ْ َ َ
\‫ ٗر‬L )ۡ 4 ِ F3‫ ۡ) َوأ‬4_َ BL‫ ا ٓا أ‬:ُ َ ‫ َ َءا‬O‫ٱ‬
ِ َ XW Y[
Z
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.”( Qur’an 66: 6)

ْ ْ
Selain dari ayat tersebut diatas, disebutkan juga:
َ َ َ
(d) aَ Fb ‫ِي‬O‫ ا‬cِ 5ّ ‫أ ( ِ ْ` ِ) َر‬6َ ‫ا‬

20
Terjemahnya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
(Qur’an 96: 1)”.

Ayat diatas memberi penjelasan bahwa guru harus memberikan

pendidikan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Adapun rumusan tujuan

baca tulis Al-Qur’an adalah membekali anak untuk mengenal lebih dalam isi

yang terkandung dalam Al-Qur’an dan mengamalkan isi tersebut sebagai

pedoman dalam kehidupan (Istiqomah, 2011).

2.2.1 Kriteria Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Dalam proses pendidikan, kemampuan santri dalam menguasai

materi pelajaran merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai.

Kemampuan adalah suatu kesanggupan yang dimiliki dan dikuasai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya.

Membaca menurut kamus besar bahasa indonesia adalah melihat

serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan menulisakan atau

hanya dalam hati (Ahmad S, 2011). Proses visual membaca merupakan

proses menerjemahkan simbol tulis huruf ke diucapkan dengan lisan

(Farida Rahim, 2008). Jadi dapat diartikan bahwa membaca merupakan

kegiatan untuk menelaah atau mengkaji isi dari tulisan maupun ayat Al-

Qur’an, baik secara lisan maupun dalam hati untuk memperoleh

informasi atau pemahaman tentang sesuatu yang terkandung dalam

tulisan tersebut.

2.2.1.1 Makhraj Huruf

Makhraj huruf artinya tempat-tempat keluar huruf.

Secara bahasa, makhraj artinya tempat keluar. Sedangkan

menurut istilah makhraj huruf adalah suatu nama tempat, yang

21
padanya huruf dibentuk (diucapkan). Dengan demikian makhraj

huruf adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut

dibunyikan. Ketika membaca Al-Qur’an setiap huruf harus

dibunyikan sesuai makhraj hurufnya. Kesalahan dalam

pengucapan huruf atau makhraj huruf, dapat menimbulkan

perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah

dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat

menyebabkan kekafiran manakala seseorang melakukannya

dengan sengaja dan sadar (Acep Lim Abdurohim, 2003).

2.2.1.2 Ilmu Tajwid

Tajwid menurut istilah adalah ilmu yang memberikan

segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf maupun

hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf dipenuhi,

yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd dan lain

sebagainya (Acep Lim Abdurohim, 2003). Sedangkan menurut

para ulama yang dimaksud dengan ilmu tajwid adalah

pengetahuan mengenai kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar ( Abdul Chaer, 2013). Ilmu tajwid berarti

ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara

melafalkan bacaan Al-Qur’an yang benar dan dibenarkan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf-huruf,

makharijul huruf, sifat-sifat serta hukum bacaanya dalam

melfalkan bacaan Al-Qur’an.

22
2.2.1.3 Kaidah (Hukum) Bacaan

Cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah yang berdiri sendiri

sudah tentu. Namun, apabila huruf-huruf itu diberi berbagai

harakat (tanda vokal), atau berada dalam hubungannya dengan

huruf-huruf lain, maka bunyinya akan berubah, tergantng dari

huruf yang ada dimuka atau di belakangnya. Dengan kata lain,

cara membacanya akan berbeda menurut kaidah-kaidah tertentu,

yang disebutkan kaidah atau hukum bacaan. Sebagai besar

masalah dalam ilmu tajwid adalah mengenai hukum bacaan itu,

yang dalam ilmu tajwid antara lain disebut:

a. Idgam, yakni peleburan atau pencamuran bunyi dua huruf

yang diucapkan menjadi satu. Jadi, huruf (bunyi) yang

satu dimasukkan atau dileburkan ke dalam bunyi yang

lain.

b. Ikhfa, yakni pengucapan sebuah huruf (yang disebut

dengan ikhfa) dengan agak samar-samar apabila huruf

bertemu dengan nun mati atau tanwin.

c. Izhar, yakni pengucapan bunyi pengucapan sebuah huruf

(yang disebut huruf izhar) secara jelas dan terang apabila

huruf itu bertemu dengan nun mati atau tanwin

d. Iqlab, yakni berubahnya bunyi nun mati atau tanwin

apabila bertemu dengan ba.

e. Tafkhim, yakni mengucapkan bunyi dengan tebal atau

berat

23
f. Tarqiq, yakni mengucapkan bunyi tipis atau ringan

g. Ghunnah, yakni mengucapkan bunyi dengan berdengung

atau sengau, dalam hal ini berbunyi keluar melalui hidung.

h. Qalqalah, yakni mengucapkan bunyi yang sudah mati

sebagai hidup kembali (Abdul Chaer, 2013).

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam membaca Al-Qur’an santri

harus mengetahui setiap tanda yang ada agar santri dapat membedakan

dari masing-masing kaidah atau hukum bacaan dalam membaca Al-

Qur’an.

Santri akan lebih mudah memahami bagaimana membaca Al-

Qur’an yang baik dan benar sesuai ilmu tajwid, dapat membunyikan

huruf-huruf hijaiyyah berdasarkan makhrajnya dan mengetahui setiap

tanda baca huruf hijaiyyah. Sehingga dapat penulis menyimpulkan

bahwa apabila santri telah mampu membaca Al-Qur’an sesuai tajwid

dan membunyikan huruf-huruf hijaiyah dengan benar, maka akan

mudah untuk belajar membaca Al-Qur’an.

2.3 Anak Dalam Pendidikan Islam

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa

orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan normal.

Augutinus yang di pandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak,

mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak

mempunyai kecendrungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban

24
yang disebabkan oleh keterbatsan pengetahuan dan pengertian terhadap

realita, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang

diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa (Suryabata, 2000:15).

Haditono berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang

membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangan.

Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga dan keluarga memberi

kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk

perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama (Yusuf, 2004: 33-

38).

Pengertian anak juga mencakup masa anak itu exict (ada). Hal ini

untuk menghindari kerancuan mengenai pengertian anak dalam hubungannya

dengan orang tua dan pengertian anak itu sendiri setelah menjadi orang tua.

Anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang

mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang semuanya itu

merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada

tiap-tiap fase perkembangannya (Sunarto & Hartono, 2002: 51).

Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pakar ilmu jiwa ialah

masa perubahan tubuh, intelegensi, emosional, dan kemampuan interaksi

yang memberi pengaruh pada utuhnya individu dan matangya kepribadian.

Hendaknya para orang tua memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin sesuai

pengarahan Umar bin Khattab “Ajarilah anakmu beberapa nilai kebaikan,”

dan diantara kebaikan adalah mengarahkan anak agar menghafal Al-Qur’an,

As-sunnah, dan masalah fikih serta beberapa pendapat para ulama. Meskipun

tanggungjawab pendidikan cukup besar, namun banyak orang yang teledor

25
dan mengacuhkan, sehingga putra-putri mereka rusak dan hidup terlantar

akibat menelentarkan pendidikan mereka. Tidak pernah menanyakan tentang

kondisi dan keadaan mereka, dan tidak memberi pengarahan yang baik. Tapi

setelah tampak kenakalan dan penyelewengan moral pada mereka, orang tua

baru bereaksi dan mengeluh tentang hal itu. Ketika orang tua baru sadar

bahwa sumber kenakalan dan kerusakan moral berasal dari orang tua itu

sendiri.

Maka setiap pendidik atau orang tua yang ingin sukses dalam

mendidik anak hendaknya mencari solusi dari berbagai masalah dan problem

pendidikan anak sesuai dengan manhaj Islam, sejak masa kanak-kanak hingga

dewasa agar anak tumbuh besar diatas ajaran yang benar dan etika serta

akhlak islam, cinta kepada Allah, ikhlas beribadah, cinta kepada Rasulullah

dan menjadikan beliau sebagai panutan dan teladan yang baik, dengan

mengambil sunnah-sunnahnya serta mengikuti jalan hidup generasi salafus

shalih (Al-Magribi bin Said , 2019).

Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan sangat menentukan

nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, anak adalah seseorang atau manusia yang belum dewasa

yang diamanahkan oleh Allah kepada orang tua untuk dijaga dan didik,

karena orang tua memiliki tanggungjawab kepada anak dalam bergbagai hal

baik pemeliharaan, pendidikan, dan pembinaan terutama mengenai Al-

Qur’an.

Bisa disimpulkan bahwa anak merupakan makhluk sosial, lihat

perkembangan sosial anak, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang

26
dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran,

kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-

sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada

anak-anak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase

selanjutnya.

2.4 Masyarakat Pemulung

Pemulung didefinisikan sebagai orang yang mempunyai pekerjaan

sebagai pemungut sampah untuk mendukung kehidupan sehari-hari mereka.

Kenyataanya kehidupan mereka dipandang sebagai kehidupan yang

berlawanan dengan terminologi penerimaan sosial yang menganggap bahwa

“orang normal” adalah orang tinggal di tempat yang menetap. Mempunyai

rumah, mempunyai keluarga, mempunyai kewajiban formal, dan terdaftar

diunit administrasi pemerintahan tertentu.

Keadaan ini membawa implikasi bahwa pemulung hidup dibawah

dominasi budaya kota yang dianjurkan oleh pemerintah. Pada gilirannya,

kelompok pemulung sebagai salah satu kelompok tidak dominan menghindari

tekanan-tekanan dari instrument dominasi pemerintah dengan

penginterpretasian kembali ideologi, protes melawan kekuasaan dan

menghiasi pengucilan mereka (Twikromo, 1999: 37).

Pemulung merupakan warga masyarakat kota juga, tetapi keberadaan

mereka hamper tidak pernah mendapatkan perlindungan yang pantas dari

tekanan internal dan eksternal. Mereka cenderung mengkonstruksikan

bentuk-bentuk adaptasi dan reaksi dalam posisi marginal mereka.

Berdasarkan pada peraturan pemerintah dan common sense masayarakat kota,

27
mereka dipisakan dengan adanya jarak sosial dan budaya dari masyarakat

kota. Pemulung dilihat sebagai orang yang tidak memiliki dokumen penting,

tidak terdaftar dalam unit administrasi pemerintah tertentu dan selalu

berpindah-pindah (mobile). Dokumen merupakan hal yang tidak penting bagi

mereka karena tidak dapat digunakan bagi peningkatan hidup mereka, atau

mereka sama sekali tidak pernah menggunakannya. Pada dasarnya mereka

ada, tetapi mereka selalu di tekan oleh kepentingan yang dikonstruksikan

sebagai kepentingan mayoritas agar keberadaannya dapat disingkirkan dari

lingkungan sosial dan budaya kota (Twikromo, 1999: 151).

Mereka merupakan kaum marginal yang berjuang secara terus

menerus tidak hanya dalam menghadapi tekanan-tekanan ekonomi, tetapi

juga tekanan-tekanan sosial dan budaya. Mereka harus berjuang melawan

rasa lapar, dinginnya malam, sampah yang kotor dan berbau tidak sedap, sakit

tanpa pengobatan yang wajar, tidur di rumah sementara, dan hidup tanpa

perlindungan hukum yang sepantasnya. Selain itu, mereka juga berjuang

melawan rasa malu, rasa takut, rasa khawatir terhadap ancaman, rasa tidak

ada harapan, dan rasa kurang dihargai martabatnya karena mereka tidak

menjadi bagian dari masyarakat kota atau mereka benar-benar dikucilkan dari

sistem masyarakat kota. Untungnya walaupun mereka berada dalam kondisi

semacam ini, mereka masih dapat menemukan ruang untuk tertawa, bercanda,

dan bergembira bersama kelompok mereka (Twikromo, 1999: 160)

Pemulung sebagai manusia individu dan sosial yang mengiginkan

kehidupan yang sejahtera, karena dengan kehidupan sejahtera dapat

menghindari manusia dari penyakit sosial, seperti kemiskinan, tuna wisma

28
serta menghindar manusia dari keinginan untuk berbuat kejahatan, seperti

pencurian, perampokan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dari tumpukan sampah lebih

sering disebut dengan istilah pemulung. Keberadaan pemulung tentunya

menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri, masyarakat

cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak diantara warga

masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang

kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya.

Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung

sangat kumuh, dan sebagainya (Kadir, 2016: 4).

Pekerjaan memulung itu, bukan suatu cita-cita yang sesungguhnya

namun dibalik kenyataan tidak bisa dipungkiri karena tidak ada pilihan lain,

kecuali harus menerimanya dengan menelan pahitnya suatu kenyataan dalam

kehidupan yang begitu sangat susah, karena diakibatkan keterbatasan

pendidikan, keterampilan, dan modal sehingga membuat mereka tidak

memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan karir di bidang profesi

lain yang lebih baik. Belum lagi sebagian masyarakat beranggapan negatif

atas kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat (Kadir, 2016: 37-39).

2.5 Penelitian Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis sebagai berikut:

2.5.1 Intan Purnama (2013) Kontribusi TPA Dalam Upaya Meningkatkan

Kualitas Baca Tulis Al-Qur’an di TPA Terpadu Babussalam Desa

Tirta Mulya Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin. Tujuan

29
penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi TPA Terpadu

Babussalam. Metode Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Seumber data dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Adapun hasil penelitian menunjukkan

bahwa keberadaaan TPA Babussalam merupakan aset yang baik bagi

masyakarakat sekitar dalam rangka mengentaskan buta huruf Al-

Qur’an. Hal ini dapat diketahui dari system pendidikan bahwa target

dan tujuan anak dalam waktu relatif singkat sudah bisa membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid , hafalan surah

pendek, hafalan surah pilihan, hafalan doa sehari-hari.

2.5.2 Karlina (2017) kinerja guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dalam

meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an Khairul Anam Jalan

Teratai Indah Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu. Tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kinerja guru TPQ untuk

meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an di TPQ Khairul Anam,

dan untuk mengetahui kualitas membaca Al-Qur’an di TPQ Khairul

Anam dan untuk mengetahui kualitas anak dalam membaca Al-Qur’an

di TPQ Khairul Anam. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa

kinerja guru TPQ dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an

santri di TPQ Khairul Anam belum begitu baik. Dan kualitas

membaca Al-Qur’an santri di TPQ Khairul Anam terliha dari

kemampuan membaca lancar dan tartil mengenai hukum bacaan Al-

Qur’an sebagian sudah bisa memahami tapi ada juga sebagian yang

30
belum memahami hukum bacaan Al-Qur’an dan makhrajnya dengan

baik.

2.5.3 Ida Rohmatunisa (2016) Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Tarbiyatus Sirojul Athfal Dalam Pembinaan Akhlak Anak di Desa

Kalibalangan Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui

Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an dalam pembinaan akhlak anak,

untuk mengetahuhi metode-metde yang digunakan dalam pembinaan

akhlak di TPA Tarbiyatus Sirojul Athfal, untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak anak di TPA Tarbiyatus

Sirojul Athfal. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa TPA Sirojul

Athfal memiliki peranan dalam membina akhlak anak.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi, Sukmadinata

(2005) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian yang

diajukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu

maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan

prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada kesimpulan.

Berdasarkan Penjelasan di atas maka penelitian ini di maksudkan

untuk mengumpulkan data-data atau informasi objektif di lapangan (field

Research) yang menyangkut Peran TPA An-Nadhim di masyarakat pemulung

Tempat Pembuangan Akhir Sampah Keluruhan Puuwatu RW 09 RT 25.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah RT 25

RW 09 Kelurahan Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan 3 bulan setelah proposal diseminarkan dan di

setujui dewan penguji dalam ujian proposal.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian yang dianggap mengetahui permasalahan dengan

jelas, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber informasi yang baik serta

mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar. Menurut Sugiyono

32
(2016: 298) dalam penelitian kualitatif tidak mengemukakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial

tertentu. Informan penelitian terbagi 2 yaitu:

3.3.1 Informan kunci dalam penelitian ini adalah Pengelola di TPA An-

Nadhim dan Santri

3.3.2 Informan Pendukung dalam penelitian ini adalah Ketua RT dan

masyarakat (Orang Tua) Santri TPA An-Nadhim.

Adapun kriteria pemilihan responden dalam penelitian ini dengan

pertimbangan bahwa:

3.3.3 Informan penelitian memiliki peran tentang permasalahan yang diteliti

oleh peneliti.

3.3.4 Informan penelitian dianggap mengetahui situasi dan kondisi terkait

penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2016: 308) Sumber data terbagi dua yaitu data

primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai

berikut:

3.4.1 Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan

dan hasil wawancara dengan para informan pada seluruh objek

penelitian yang diperoleh yakni santri dan Guru TPA An-Nadhim.

3.4.2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen Pemerintah

Kelurahan, refrensi perpustakaan yang relevan dengan judul penelitian.

33
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu melalui proses pengumpulan data.

Dalam proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang digunakan

dan disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Adapun pengumpulan data pada

penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

3.5.1 Observasi

Kegiatan observasi adalah proses pencatatan secara sistematik

terhadap kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan

hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang

dilakukan (Sarwono, 2006: 77).

Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan data

yang berhubungan dengan data-data yang dibutuhkan terkait dengan

Taman Pendidikan Al-Qur’an yang dibutuhkan peneliti.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua

orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas

mungkin kepada subjek penelitian (Gunawan, 2014: 143). Peneliti

akan memperoleh data dengan cara mengadakan tatap muka secara

langsung antara yang bertugas mengumpulkan data dengan orang

yang menjadi sumber data.

34
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawan, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan

demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya

dalam kehidupan informan. Wawancara dipergunakan untuk

memperoleh informasi atau data berupa ucapan, pikiran, gagasan,

perasaan, dan kesadaran sosial. Dengan wawancara diharapkan

informasi tentang peranan TPA sehingga dapat terungkap dan terekam

oleh peneliti secara cermat.

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang berupa

pedoman wawancara yaitu instrument yang berbentuk pertanyaan

yang diajukan secara langsung kepada informan di tempat penelitian.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan transkrip, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Metode

dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian. Pada intinya yaitu metode

yang digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2015: 124).

35
3.6 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Analisis data dalam suatu penelitian merupakan bagian penting, sebab

dengan analisis ini, data yang akan di sajikan nampak manfaatnya terutama

dalam memecahkan masalah peneliti untuk mencapai tujuan akhir penelitian.

Adapun proses analisa data yang dilakukan mengadopsi dan mengembangkan

pola interaktif yang dikemukakan Miles dan Huberman meliputi:

3.6.1 Mereduksi data adalah menyeleksi, merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

3.6.2 Penyajian data merupakan kegiatan menyajikan hasil reduksi secara

naratif sehingga memungkikan adanya penarikan kesimpulan dan

keputusan pengambilan tindakan.

3.6.3 Penarikan kesimpulan atau verifikasi berdasarkan data yang telah

disajikan dan merupakan kegiatan pengungkapan akhir hasil

penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek. Yang didukung dengan bukti-

bukti yang valid dan konsisten (Bungin, 2015: 10).

Analisa data ini dilakukan pada saat peneliti melaksanakan

peneliti di lapangan baik dari hasil wawancara dengan informan,,

36
observasi di TPA dan dokumentasi sebagai pendukung dalam kegiatan

penelitian.

3.7 Pengujian Keabsahan Data Penelitian

Trianggulasi yaitu penyajian keabsahan dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data yang telah ada untuk kepentingan pengecekan,

sehingga data yang telah ada difilter diuji kembali dan diuji kelayakannya

untuk mendapatkan hasil data yang valid, aktual dan terpercaya. Dalam

pengecekan keabsahan data maka digunakan trianggulasi sebagai berikut:

3.7.1 Trianggulasi teknik, yaitu menggunakan teknik, pengumpulan data

yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama dengan

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

3.7.2 Trianggulasi sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama.

3.7.3 Trianggulasi waktu, yaitu untuk mendapatkan data yang dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan cara

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda.

37
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya TPA An-NAdhim

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim yang terletak

di RT 25 RW 09 berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah (TPAS) Kota Kendari. Taman Pendidikan Al-Qur’an ini berdiri

pada tahun 2013. Pada awal berdirinya TPA ini di kelola oleh Ibu

Kustina Kasim, melihat banyak anak yang tidak memiliki tempat untuk

belajar Al-Qur’an maka ibu Kustina berinisiatif untuk mengajar

beberapa anak mengaji, awalnya Cuma 4 orang setelah berjalan

beberapa pekan anak-anak semakin banyak akhirnya karena rumahnya

sudah tidak muat untuk anak-anak mengaji, TPA di pindahkan di

bangunan yang kosong yang cukup luas untuk di pakai anak-anak

belajar sampai saat ini yang sekarang menjadi TPA An-Nadhim.

Dalam pembelajarannya mereka menggunakan fasilitas

seadanya seperti Iqro dan Al-Qur’an akan tetapi mereka tidak hanya

sebatas mengaji Al-Qur’an saja mereka juga belajar menulis serta

menghafal Al-Qur’an sehingga menambah daya tarik anak-anak yang

lain untuk datang belajar.

Dari awal berdiri sampai saat ini TPA ini masih kekurangan

fasilitas seperti Iqro dan Al-Qur’an di banding dengan jumlah

Santrinya. Santrinya cukup banyak mencapai 26 saat ini, jumlah ini

berkurang karena pandemi COVID-19 di tahun 2020. Bangunanya

38
terbuat dari Kayu memiliki 1 ruangan belajar sekaligus dipakai sebagai

mushalla oleh warga sekitar untuk sholat lima waktu. Dengan tenaga

pengajar yang awalnya 3 orang sekarang hanya 1 orang.

Materi yang di ajarkan santri terdiri dari belajar Iqro, Al-Qur’an

dan ilmu tajwid, menulis Arab, dan hafalan surat pendek. Kegiatan

belajar mengajar dilakukan setiap hari, dengan waktu belajar dari pukul

17.00 s/d 19.00 WITA.

Selain belajar, TPA ini juga memberikan kegiatan semacam

lomba disetiap bulan ramadhan dalam rangka memotivasi santri agar

meningkatkan prestasi belajarnya, sepeti lomba adzan dan hafalan surah

pendek. Keigiatan seperti ini bertujuan untuk menambah semangat

santri agar belajar lebih giat sehingga bisa menjadi pribadi yang aktif,

kreatif, dan religius di bidang agama.

4.1.2 Letak Geografis TPA An-Nadhim

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim terletak di Jl. TPA

Puuwatu RT 25 RW 09 Kelurahan Puuwatu Kecamatan Puuwatu.

Sebelah Utara : Perumahan Warga

Sebelah Selatan : Perumahan Warga

Sebelah Timur : Perumahan Warga

Sebelah Barat : Jl. TPA Puuwatu

4.1.3 Struktur Organisasi TPA An-Nadhim

Struktur kepengurusan TPA An-Nadhim yang terdiri dari ketua,

sekretaris, bendahara, dan Pengajar. Adapun Struktur organisasi Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim dapat di lihat sebagai berikut:

39
STRUKTUR ORGANISASI

TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN AN-NADHIM PUUWATU

Ketua TPA
Anas

Sekretaris Bendahara
Muhammad Iksan Ningsih

Pengajar

Peserta TPA

Sumber: Dok. TPA An-Nadhim

4.1.4 Keadaan Pengajar

Keberadaan Pengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nadhim memiliki peran yang sangat penting karena tanpa adanya

Pengajar, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlaksana. Selain

itu pengajar juga berperan sebagai orang tua kedua di lingkungan TPA

bagi santri dan santriwati. Karena secara tidak langsung mereka telah

merelakan dirinya untuk menerima dan memikul tanggungjawab

pendidikan dan sebagai orang tua.

40
Keadaan pengajar di TPA An-Nadhim berdasarkan data dan

fakta di lapangan hanya 1 orang pengajar yaitu ibu Kusniati, dulu

memang sempat ada 3 orang pengajar karena yang 2 orang lainnya

sudah tidak mengajar lagi di TPA An-Nadhim karena ada kesibukan

lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Keadaan Pengajar TPA An-Nadhim Kelurahan Puuwatu

No Nama Pendidikan Keterangan

1 Kustina Kasim SMA Aktif

2 Fatimah SMA Tidak Aktif

3 Indah SMA Tidak Aktif

Sumber data: Dok TPA An-NAdhim

4.1.5 Keadaan Peserta didik

Peserta didik merupakan komponen penting dalam proses

belajar mengajar karena tanpa adanya anak didik maka tidak terlaksana

proses belajar mengajar. Peserta didik juga merupakan tanggung jawab

TPA untuk mendidik dan membina mereka agar menjadi anak yang

mempunyai pengetahuan yang tinggi terutama dalam bidang agama.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan di TPA diharapkan bisa

berkembang menjadi seorang yang mempunyai budi pekerti yang baik,

serta beriman dan berakhlak mulia. Sehingga berguna bagi bangsa dan

agama. Adapun keadaan peserta didik TPA An-Nadhim adalah sebagai

berikut:

41
Tabel 4.2

Keadaan Santri dan Santriwati TPA An-Nadhim Puuwatu

Jumlah
Jumlah
Putra Putri

11 15 26

Sumber Data:Dok.TPA An-Nadhim

Tabel 4.3

Daftar Nama Peserta Didik Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim

No Nama Tahun Masuk Asal RT

1 Irawati 2017 RT 25

2 Retno Wulandari 2017 RT 25

3 Ines Sintiya 2017 RT 25

4 Citra Fajrin Nihaya 2017 RT 25

5 Nur Adeva Kairana 2017 RT 25

6 Muhammad Robi 2017 RT 25

7 Agung Setiawan 2018 RT 25

8 Agustina 2018 RT 25

9 Iin Rahmadani 2018 RT 25

10 Ardan 2018 RT 25

11 Airin Kalista 2018 RT 25

12 Milda 2018 RT 25

13 Muhammad Revan 2019 RT 25

14 Naumi Amira 2019 RT 25

42
15 Arsyla Nailah 2019 RT 25

16 Rahma 2019 RT 25

17 Muhammad Rizal 2019 RT 25

18 Puput Melati 2019 RT 25

19 Muharram 2019 RT 25

20 Rivaldo 2019 RT 25

21 Nur Halisa 2020 RT 25

22 La Ode Diska 2020 RT 25

23 Rido Ardiansyah 2020 RT 25

24 Ahmad 2020 RT 25

25 Ramlin 2020 RT 25

26 Elsa Zahra Azizah 2021 RT 25

Sumber Data:TPA An-Nadhim

4.1.6 Keadaan Sarana dan Prasarana TPA An-Nadhim

Sarana dan prasarana yang baik, memadai, teratur akan memberikan

nuansa yang menyenangkan bagi segenap warga sekitar TPA An-Nadhim.

Sarana adalah alat-alat belajar yang digunakan secara langsung dalam proses

belajar mengajar, sedangkan prasarana TPA adalah ruangan tempat belajar

atau tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Untuk mendukung

proses belajar mengajar yang baik sudah seharusnya disediakan sarana dan

prasarana yang baik dan memadai kelengkapan fasilitasnya karena dengan

begitu proses belajar mengajar bisa tercapai dengan baik. Adapaun sarana dan

prasarana yang ada di TPA An-Nadhim.

43
Tabel 4.4

Data Sarana dan Prasarana di TPA An-Nadhim

No Jenis Barang Jumlah Kondisi Barang

1. Lemari Buku 1 Baik

2. Kipas Angin 3 Baik

3. Iqro 13 Kurang Baik

4. Al-Qur’an 5 Kurang Baik

5. Kerang Wudhu 1 Baik

6. Kamar Mandi 1 Kurang Baik

Sumber Data: Dokumentasi TPA An-Nadhim

4.1 Hasil Penelitian

4.2.1 Peran TPA An-Nadhim Dalam Pembinaan BTQ

Untuk mengetahui bagaimana Peran Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) dalam penyelenggaraan pembinaan di TPA An-Nadhim

penulis melakukan penelitian dan pengumpulan data dari kondisi yang

ada pada Taman Pendidikan Al-Qur’an. Pelaksanaan penelitian dimulai

tanggal 15 Desember 2020 -15 Maret 2021

Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim yaitu

dilihat dari sisi kebermanfaatan penyelenggaraan Taman Pendidikan

Al-Qur’an dalam pembinaan Al-Qur’an untuk membuktikan hal

tersebut penulis telah melakukan wawancara kepada orang tua anak dan

Pengelola TPA dan melakukan Tes membaca Al-Qur’an tingkat dasar,

tes menulis huruf arab tingkat dasar, dan hafalan surah pendek tingkat

44
kepada anak-anak yang menjadi tolak ukur ketercapaian tujuan Taman

Pendidikan Al-Qur’an itu sendiri.

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan melalui

observasi, wawancara, dokumentasi dan soal tes di Taman Pendidikan

Al-Qur’an. Teknik wawancara penulis tunjuk kepada 7 orang tua dan

tes di tunjukan kepada 7 anak diidk yang diambil dari perwakilan

pertahun. Dengan mengajukan 3 pertanyaan mengenai ketercapaian

tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an. Serta 3 macam tes kemampuan

tingkat dasar membaca Al-Qur’an, menulis huruf Arab, dan hafalan

surat pendek.

4.2.1.1 Pembinaan Membaca Al-Qur’an

Hasil wawancara tersebut, penulis menyajikan dalam bentuk

uraian dan gambaran kata-kata secara tertulis. Adapun hasil penelitian

penulis mengenai Pembinaan membaca Al-Qur’an sebagai berikut:

Dari hasil wawancara penulis dengan informan yaitu ibu Siti

Habibah mengatakan bahwa:

“Ya ada perbedaannya, dia dulu belum bisa baca Al-


Qur’an sekarang sudah bisa alhamdulillah.” (Wawancara
dengan orang tua anak Agustina, Siti Habibah, 27 Januari
2021).

Kemudian ibu Nawiyah mengatakan juga bahwa:

“Ada perbedaannya dulu ini anak saya kan mengaji di


kampung jadi mengaji belum terlalu bagus, setelah saya
pindah disini saya kasih mengaji di TPA An-Nadhim,
kalau di sini lebih di perhatikan penyebutan hurufnya dan
tidak di kasih pindah bacaanya kalau belum benar,
Alhamdulillah sekarang lebih lancar mengajinya saya
dengar dan lihat kalau dia mengaji di rumah” (Wawancara
dengan orang tua Agung Setiawan, Nawiyah, 27 Januari
2021).

45
Begitu juga dengan Pak Hasan mengatakan bahwa:

“Ada perubahan, karena dulu wulan itu belum tau


mengaji setelah saya kasih masuk di TPA alhamdulillah
sudah bisa bahkan sudah sampai Al-Qur’an.” (Wawancara
dengan orang tua Retno Wulandari, Hasan, 27 Januari
2021).

Kemudian Peneliti melakukan wawancara dengan Guru mengaji

di tempat ini yaitu Ibu Kustina Kasim mengatakan bahwa:

“Iya ada, awalnya anak-anak (santri) belajar Al-Qur’an di


tempat ini sangat beragam ada yang tidak tau sama sekali
huruf, ada yang sudah kenal huruf tapi penyebutannya
kurang benar, ada juga yang sudah sampai tahap Al-
Qur’an tapi tidak sesuai dengan penyebutan huruf dan
kaidah ilmu tajwid, sehingga saya pelan-pelan ajar
mereka, alhamdulillah sudah ada perubahan dari yang
tidak tau sekarang sudah tau membaca Iqro sampai ke Al-
Qur’an sesuai dengan penyebutan huruf dan kaidah ilmu
tajwid, bahkan sudah banyak santri yang khatam Al-
Qur’an di tempat ini” (Wawancara dengan Pengajar,
Kustina Kasim, 28 Januari 2021).

Pada tes kemampuan membaca Al-Qur’an tingkat dasar peneliti

menggunakan surah Al-Baqarah ayat 145 kepada para peserta didik dan

dengan memanggil sat persatu kedepan untuk membaca ayat yang

sudah di sediakan dan dipilih oleh peneliti. Peneliti menilai bahwa

santri dan santriwati TPA An-Nadhim rata-rata dari mereka sudah bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan standar dasar yakni bisa membaca

dengan lancar, baik dan benar panjang pendeknya, tanda baca dan jelas

penyebutan hurufnya.

Dalam hal ini peneliti membedakan anak yang sudah lama

mengaji dan anak yang baru masuk sangat terasa perbedaannya anak

yang sudah mengaji dari tahun 2017 sudah lancar dan tepat dalam

46
pelafalan dan panjang pendeknya huruf, anak yang masuk 2020 juga

sudah bagus dalam membacanya akan tetapi masih ada bacaan yang

masih belum tepat sehingga di golongkan cukup lancar.

Dari hasil tes tersebut penulis mendapatkan hasil, untuk lebih

jelasnya perhatikan tabel berikut :

Tabel 4.5

No Nama Tahun Masuk Kelancaran

1 Irawati 2017 Baik

2 Retno Wulandri 2017 Baik

3 Agung Setiawan 2018 Baik

4 Agustina 2018 Baik

5 Muhammad Revan 2019 Cukup Baik

6 Muhammad Rizal 2019 Baik

7 Ahmad 2020 Cukup Baik

Berdasarkan hasil wawancara dan tes kemampuan dapat

dipahami bahwa peserta didik di Taman pendidikan Al-Qur’an (TPA)

An-Nadhim dapat dikatakan bahwa mereka dapat membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar karena adanya peran dari TPA An-Nadhim. Hal

ini dibuktikan dengan terminimalisirnya anak yang membaca Al-Qur’an

dengan tersendak-sendak.

4.2.1.2 Pembinaan Menulis Huruf Arab

Adapun hasil penelitian penulis mengenai Pembinaan Menulis

huruf Arab sebagai berikut:

Dari hasil wawancara dengan pak Hasan mengatakan bahwa:

47
“Walaupun jarang saya mengecek karena saya dari pagi
sudah pergi di di TPAS untuk memulung jadi sedikit
waktu untuk selalu mengecek. Kalau tulisan Arabnya
sesekali saya lihat lumayan bisa dari sebelumnya kan
belum tau menulis huruf arab.” (Wawancara dengan orang
tua Retno Wulandari, Hasan, 27 Januari 2021).

Sedangkan ibu Siti Habibah mengatakan bahwa:

“Iya kadang-kadang saya cek, kalau sempat saya lihat


tulisannya kalau dia pulang dari mengaji kan ada bukunya
jadi saya lihat, alhamdulillah sudah bisa menulis huruf
hijaiyyah, kedepannya semoga lebih bagus lagi”
(Wawancara dengan orang tua Agustina, Siti Habibah, 27
Januari 2021).

Ibu Samsia juga mengatakan bahwa:

“Hanya sesekali saja karena kita sibuk kerja, kalau dari


yang saya lihat beberapa kali belum bagus tulisannya, itu
sebabnya saya kasih masuk di TPA supaya bagus
pengetahuan agamanya anak saya termasuk menulis huruf
Arabnya.” (Wawancara dengan orang tua Muhammad
Rizal, Samsia, 29 Januari 2021).

Dalam tes kemampuan menulis Arab tingkat dasar santri di beri

soal untuk menuliskan huruf-huruf hijaiyyah yang membentuk beberapa

kosa kata dalam bahasa Arab, 7 orang santri yang diberi soal untuk

menuliskan kosa kata bahasa Arab, hanya 4 orang anak saja yang dapat

menuliskan kosa kata tersebut dengan benar kemudian sisanya yang 3

anak menuliskanya belum benar akan tetapi hal ini memperlihatkan

lebih banyak anak yang bisa menulis huruf Arab di banding yang belum

bisa. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada tabel berikut:

48
Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Arab Tingkat Dasar

No Nama Tahun Masuk Keterangan

1 Irawati 2017 Baik

2 Retno Wulandri 2017 Baik

3 Agustina 2018 Cukup Baik

4 Agung Setiawan 2018 Cukup Baik

5 Muhammad Revan 2019 Kurang Baik

6 Muhammad Rizal 2019 Kurang Baik

7 Ahmad 2020 Kurang Baik

Peneliti juga melakukan wawancara dengan yaitu ibu Kusniati

yang mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) An-Nadhim

mengatakan bahwa:

“Saya hanya mengenalkan santri huruf-huruf hijaiyyah


dan melatih mereka menulis beberapa kosa kata dalam
bahasa arab. Dengan memberikan contoh di papan tulis
kemudian santri menuliskanya.” (Wawancara dengan
pengajar, Kustina Kasim, 28 Januari 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat dipahami

bahwa sudah ada anak yang dapat menulis Arab dengan baik, meskipun

terdapat anak yang belum benar akan tetapi kemampuan menulis

mereka sudah dapat dikatakan cukup baik karena sering berlatih

menulis arab secara rutin sehingga kedepannya kemampuan menulis

mereka jadi lebih baik lagi. Sehingga dapat dikatakan dengan adanya

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim berperan dalam membantu

anak menulis huruf Arab.

49
4.2.1.3 Pembinaan Menghafal Surah-Surah Pendek

Adapun hasil penelitian penulis mengenai Pembinaan menghafal

surah-surah pendek sebagai berikut:

Dari hasil wawancara dengan pak Hasan mengatakan bahwa:

“Iya ada, biasa kalau ada tugas hafalannya saya lihat dia
ulang-ulang di rumah. Dulu hanya beberapa surah yang
dia hafal sekarang sudah lebih banyak dari sebelumnya.”
(Wawancara dengan orang tua Retno Wulandari, Hasan,
27 Januari 2021).

Begitu juga menurut ibu Nawiyah mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah ada tambahan karena dulu di kampung


mengaji tidak di ajar menghafal sekarang itu mereka suka
di suruh ulang-ulang beberapa surah pendek, sudah ada
yang dia hafal” (Wawancara dengan orang tua Agung
Setiawan, Nawiyah, 27 Januari 2021).

Sedangkan menurut ibu Samsia mengatakan bahwa:

“Kalau untuk tambahan hafalan ada tapi tidak begitu


banyak ya surah-surah pendek kadang dia ulang-ulang
kalau ada tugas hafalannya.” (Wawancara dengan orang
tua Muhammad Rizal, Samsia, 29 Januari 2021).

Sedangkan menurut ibu Kustina Kasim selaku pengajar


mengatakan bahwa:

“Iya sudah ada penambahan hafalan beberapa santri


utamanya yang sudah lama mengaji disini, alhamdulillah
kami bersyukur semoga kedepannya lebih surah yang-
surah pendek yang mereka hafal. Walaupun ada juga
santri yang masih belum banyak penambahan surahnya
tapi kami selalu memberikan perhatian kepada mereka ”
(Wawancara dengan orang pengajar, Kustina Kasim, 28
Januari 2021).

Dalam tes kemampuan hafalan surah pendek tingkat dasar di

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim ini tujuannya agar penulis

50
dapat melihat sejauh mana anak didik yang mengaji di TPA An-Nadhim

ini mengasai hafalan surah pendek. Dalam hal ini penulis tidak

menetapkan jumlah surah dan ayat yang mereka harus hafalkan

melainkan melakukan tes berapa banyak hafalan surahnya dan diminta

untuk membacakan surahnya. Dari hasil tes tersebut penulis

mendapatkan hasil, untuk lebih jelasnya perhatikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Hasil tes hafalan surah pendek tingkat dasar TPA An-Nadhim

No Nama Tahun Masuk Jumlah Hafalan

1 Irawati 2017 15 surah

2 Retno Wulandri 2017 13 surah

3 Agung Setiawan 2018 11 surah

4 Agustina 2018 10 surah

5 Muhammad Revan 2019 6 surah

6 Muhammad Rizal 2019 7 surah

7 Ahmad 2020 5 surah

Jumlah Hafalan Keterangan

10-15 Surah Tinggi (T)

5-10 Surah Sedang (S)

0-5 Surah Rendah (R)

Jika dilihat dari tabel diatas maka dapat dikategorikan santri

yang belajar di TPA An-Nadhim termasuk kategori tinggi karena

hampir rata-rata dari mereka hafal lebih dari 10 surah untuk tingkat

51
dasar sudah sangat baik. Sesuai dengan pengamatan peneliti didalam

menghafalkan surah pendek anak mengulang bacaan surah pendeknya

sebelum dan sesudah belajar membaca Al-Qur’an, kemudian ada waktu

khusus dalam sepekan mereka menghafalkan surah pendek secara

bersama-sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peran TPA An-

Nadhim dalam membantu anak menghafalkan surah-surah pendek.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dipahami bahwa anak dapat

menguasai hafalan surah pendek. Hal ini di buktikan dengan sudah

terdapat banyak surah-surah pendek yang telah dihafal anak bahkan

sampai 15 surah. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada peran Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim dalam membantu anak menghafal

surah-surah pendek.

4.2.2 Faktor-faktor Penghambat Proses Pembinaan BTQ di TPA An-Nadhim.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar ibu Kustina

Kasim mengatakan bahwa:

“Kendala yang kami alami di TPA ini seperti kurangnya Al-


Qur’an dan Iqro, serta meja belajar untuk santri masih kurang dari
jumlah santri serta saya mengajar sendiri karena guru yang lain
sudah tidak aktif lagi.” (Wawancara dengan pengajar, Kustina
Kasim, 28 Januari 2021).

“Tidak semua orang tua mendukung karena ada beberapa santri


yang tidak memiliki Iqro dan Al-Qur’an karena kurang dukungan
perhatian dari orang tuanya, mereka hanya mengharap dari TPA
sedangkan kami juga di TPA kekurangan Al-Qur’an dan Iqro”
(Wawancara dengan pengajar, Kustina Kasim, 28 Januari 2021).

52
Selanjutnya hasil wawancara dengan ibu Nawiyah orang tua

santri mengatakan bahwa:

“Kurang pengajarnya, anak-anak di lingkungan ini kan banyak jadi


seharusnya ada lagi di tambah pengajarnya.” (Wawancara dengan
orang tua Agung Setiawan, Nawiyah, 27 Januari 2021).

Ibu Sri Jumiana Juga mengatakan Bahwa:

“Sebaiknya di tambah gurunya, kemudian Al-Qur’an dan iqronya


di tambah karena anak saya biasa bilang kalau ada temannya tidak
bawa Al-Qur’an ini yang biasa ganggu kalau mereka meminjam
Al-Qur’an temannya yang lain” (Wawancara dengan orang tua
Muhammad Revan, Sri Jumiana, 29 Januari 2021).

Hal diatas sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan saat

datang ke TPA An-Nadhim yaitu pengajar memang hanya Ibu Kustina

Kasim sendiri, hal ini memang menjadi penghambar proses pembinaan

di TPA An-Nadhim karena jumlah anak-anak disini sebanyak 26 di

bandingkan dengan jumalah gurunya yng hanya 1 tentu menjadi

masalah, kemudian banyak anak-anak yang suka menganggu temannya

ketika pembelajaran dimulai serta ada sebagian anak yang terihat

meminjam Al-Qur’an dan Iqro temanya. Hal ini yang menjadi kendala

bagi para pengajar dan anak didik di TPA An-Nadhim. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara diatas, dapat dipahami bahwa faktor

penghambat dalam proses pembinaan di TPA An-Nadhim yaitu

kekurangan pengajar dan ada beberapa anak yang suka mengganggu

temannya dalam proses pembelajaran berlangsung.

53
4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembinaan Membaca Al-Qur’an

Berdasarkan Hasil wawancara, observasi, dokumentasi serta tes

kemampuan pada santri di TPA An-Nadhim dapat diuraikan bahwa

TPA An-Nadhim sudah berperan aktif dalam pembinaan membaca Al-

Qur’an karena anak-anak sebelum mengaji di TPA An-Nadhim mereka

belum tau membaca Al-Qur’an bahkan ada yang tidak tau huruf , ada

juga yang sudah bisa membaca Al-Qur’an tapi bacaannya belum sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid masih keliru panjang pendeknya, belum

mengetahui hukum-hukum bacaan yang mana dengung dan mana yang

harus dibaca jelas serta penyebutan huruf belum benar contohnya

penyebutan huruf ‫ ﻉ‬dan ‫ﺍ‬, ‫ ﺱ‬dan ‫ ﺵ‬masih sama penyebutannya dengan

diajarkan makharikul huruf maka santri sudah bisa membedakan tempat

keluar huruf-huruf. Maka dari itu pengajar di TPA An-Nadhim

mengajarkan santri membaca Al-Qur’an dengan ilmu tajwid serta

makharijul huruf agar bacaan mereka baik dan benar.

Sesuai dengan pendapat bahwa Taman Pendidikan Al-Qur’an

(TPA/TPQ) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang

bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al-Qur’an sejak usia

dini (Aliwar, 2016). Ketika membaca Al-Qur’an setiap huruf harus

dibunyikan sesuai makhraj hurufnya. Kesalahan dalam pengucapan

huruf atau makhraj huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau

kesalahan arti pada bacaan yang tengah dibaca. Tajwid menurut istilah

54
adalah ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik

hak-hak huruf maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak

huruf dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd

dan lain sebagainya (Acep Lim Abdurohim, 2003).

Sedangkan menurut para ulama yang dimaksud dengan ilmu

tajwid adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar. Ilmu tajwid berarti ilmu yang berguna

untuk mengetahui bagaimana cara melafalkan bacaan Al-Qur’an yang

benar dan dibenarkan ( Abdul Chaer, 2013).

Tujuan operasional yang kemudian menjadi tolak ukur

penilaian terhadap lulus tidaknya para anak didik tersebut. Anak didik

akan memiliki kemampuan setelah mengikuti program di TPA yaitu

dapat terbiasa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta

memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid

(Razak, 2011: 3-4) .

Santri TPA An-Nadhim rata-rata dari mereka sudah bisa

membaca Al-Qur’an sesuai dengan standar dasar yakni bisa membaca

dengan lancar, baik dan benar panjang pendeknya, tanda baca dan jelas

penyebutan hurufnya. Walaupun masih ada sebagian santri TPA An-

Nadhim yang membaca Al-Qur’an kurang baik baik tapi jumlah lebih

sedikit di bandingkan jumlah santri yang mengaji dengan baik dan

benar.

Jadi berdasarkan pemaparan teori diatas dan didukung oleh hasil

yang didapatkan di lapangan dengan cara observasi dan wawancara

55
oleh peneliti maka dapat di simpulkan bahwa adanya peran TPA An-

Nadhim dalam membina santri dan santriwati membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar sesuai dengan tajwid dan makharijul huruf.

4.3.2 Pembinaan Menulis Huruf Arab

Anak-anak di TPA An-Nadhim yang dapat menulis arab dengan

cukup baik, hal ini terlihat dari hasil tes kemampuan yang dilakukan

oleh peneliti dengan memberikan soal tes berupa kosa kata dalam

bahasa arab kemudian mereka menuliskannya dari 7 santri yang diberi

soal 4 santri dapat menulisnya dengan cukup baik sedangkan 3 santri

lainnya belum bisa menulisakannya denganbaik sehingga jumlah santri

yang dapat menulis huruf lebih banyak daripada yang belum bisa

menulis huruf Arab di TPA An-Nadhim hal ini karena ada peran dari

TPA karena hasil dengan pengajar mengatakan bahwa memang santri di

TPA An-Nadhim di kenalkan huruf hijaiiyah dna di latih untuk

menuliskannya dengan cara diberi contoh di papan tulis kemudian para

santri menuliskannya materi ini rutin di lakukan setiap pekan sehingga

ada kemajuan dalam kemampuan menulis santri sesuai dengan hasil

wawancara dengan pak Hasan dan ibu Siti Habiba mengatakan bahwa

anak mereka sudah bisa menulis huruf Arab setelah belajar di TPA An-

Nadhim karena memang mereka sibuk bekerja sebagai seorang

pemlung waktu mereka untuk mengajar anak-anak mereka terbatas,

sehingga peran ini digantikan oleh TPA hal ini Sesuai buku pedoman

taman pendidikan Al-Qur’an Nasional yaitu santri dapat menulis huruf-

huruf Arab (Al-Qur’an (Mansur, 2011).

56
Dalam buku pendidikan anak usia dini dalam Islam

mengemukakan bahwa Taman Pendidikan Al-Qur’an adalah pendidikan

untuk baca dan menulis Al-Qur’an di kalangan anak-anak. Tujuan

pembelajaran adalah salah satu aspek atau komponen dalam pendidikan

yang harus diperhatikan, karena pendidikan akan dikatakan berhasil

apabila tujuan tersebut dapat tercapai atau paling tidak mendekati target

yang telah ditentukan (Mansur, 2011).

Dari teori dan hasil penelitian sudah sejalan dengan tujuan TPA

yaitu anak didik selain bisa membaca Al-Qur’an juga dapat menulis

arab dapat disimpulkan bahwa TPA An-Nadhim berperan dalam

membina santri dapat menulis huruf arab.

4.3.3 Pembinaan Menghafal Surah-Surah Pendek

Pembinaan hafalan surah-surah pendek di TPA An-Nadhim bisa

di katakan berjalan dengan baik ini terlihat dari hasil tes yang dilakukan

peneliti kepada 7 orang santri rata-rata mereka memiliki hafalan

lumayan banyak untuk tingkat TPA ada santri yang menghafal 15

surah. Hal ini tidak akan bisa kalau tidak ada peran dari TPA An-

Nadhim, hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan ibu Kustina

Kasim mengatakan sudah ada penambahan hafalan beberapa santri

walaupun memang ada beberapa santri yang belum memiliki banyak

hafalan surah pendek tapi jumlahnya lebih sedikit daripada yang

memiliki banyak hafalan. Memang di TPA An-Nadhim ini ibu Kustina

Kasim mengajar santrinya menghafalkan surah-sruah pendek secara

rutin setiap pekan. Menurut ibu Nawiyah selaku orang tua mengatakan

57
sejak anaknya mengaji di TPA An-Nadhim hafalan surah pendeknya

bertambah sehingga beliau bersyukur begitujuga dengan pak Hasan

mengatakan sebelum mengaji di TPA An-Nadhim anaknya hanya

memiliki beberapa hafaln surah pendek tapi setelah mengaj hafalan

surah pendek anaknya bertambah hal ini sejalan dengan buku pedoman

taman pendidikan Al-Qur’an Nasional yaitu santri hafal surah-surah

pendek dan ayat-ayat pilihan (Mansur, 2011).

Di perkuat dengan apa yang tertuang dalam dalam pedoman

Kurikulum TKQ (Taman Kanak-kanak Al-Qur’an) kementerian Agama

menyebutkan peran dari Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan untuk

menguasai sejumlah hafalan surah pendek (Syarmuddin, 2006: 10).

Hal diatas membuktikan bahwa Peran TPA An-Nadhim dalam

pembinaan menghafal surah-surah pendek memang ada dalam hal ini

sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti memperlihatkan bahwa santri bisa menghafal surah-surah

pendek karena ada peran dari TPA An-Nadhim menggantikan peran

orang tua di rumah.

4.3.4 Faktor-Faktor Penghambat Proses Pembinaan BTQ di TPA An-

Nadhim.

Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur’an sesungguhnya

sebagai lembaga non formal yang membawa misi yang sangat

mendasar terkait dengan pentingnya Pembinaan Al-Qur’an sejak dini,

kita berharap anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi

generasi Qur’ani yang intelektual.

58
Faktor pengajar yang kurang jumlahnya di banding dengan

jumlah santri sehingga proses pembinaan di TPA An-Nadhim

mengalami hambatan sehingga kurang efektif dalam mengajar

keberhasilan TPA sangat diidentikkan dengan kualitas pengajarnya

maka pengurus inti harus mengkader anak menjadi ustadz dan ustadzah

denga cara diadakan penataran dan pelatihan secara berkala seperti

metodologi pengajaran Al-Qur;an dan Iqro, pengelolaan TPA, sikologi

anak dan bisa juga melakukan studi banding ke TPA yang sudah masju

sehingga ada gambaran tentang TPA yang ideal ( Tim Pena Cendekia,

2019). Masalah selanjutnya anak-anak yang masih suka mengganggu

teman karena tidak memiliki Al-Qur’an dan Iqro sehingga mereka

meminjam akhirnya kelas menjadi ribut hal ini seharusnya

diminimalisir oleh pengajar dengan cara mencari solusi untuk anak-

anak yang suka menganggu pada saat pengajaran berlangsung bisa

dengan cara memisahkan anak-anak yang suka ribut dengan temanya

bisa juga melakukan teguran kepada santri yang ribut karena pada

hakikatnya tugas guru tidak sekedar transfer ilmu akan tetapi

bagaimana ia mampu mengiternalisasikan ilmunya kepada peserta

didik. Pada tataran ini terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan

oleh guru didengar oleh peserta didik dan dilakukannya dilihat oleh

peserta didik (Bukhori Umar, 2017).

Memang peran orang tua diperlukan dalam mengambangkan

potensi anak tidak hanya bergantung pada pihak pengelola pendidikan

seperti Taman Pendidikan AL-Qur’an sehingga proses pengajaran

59
berjalan dengan baik seperti yang terjadi di TPA An-Nadhim ibu

Kustina Kasim sebagai pengajar yang bersentuhan langsung dengan

santri mengalami beberpa kendala seperti kurangnya perhatian dari

orang tua sehingga ada indikasi pembiaran terhadap anak karena

oarang tua seperti melepas tanggungjawab pendidikan ini menyalahi

firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 66.

ٗ َ ۡ ُ ۡ ََ ۡ ُ َ ُ َ ْٓ ُ ْ ُ َ َ َ َ
...\‫ ر‬L )4 ِ F3‫) وأ‬4_BL‫ ا ا أ‬: ‫ ءا‬O‫ٱ‬ ِ 3ُّe
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.”( Qur’an 66: 6)

Ayat diatas memerintahkan setiap orang beriman dalam hal ini orang

tua khusunya kepala keluarga untuk menjaga diri dan keluarga dari api

neraka maksudnya bahwa setiap orang tua bertanggung jawab atas

pendidikan anaknya tidak boleh melepas tanggungjawab pendidikan

kepada lembaga pendidikan karena yang memiliki tanggungjawab

pendidikan adalah orang tua di rumah bukan hanya guru atau pengajar

di lembaga pendidikan.

Namun demikian penghambat atau kendala ini justri dapat

mejadi motivasi bagi pengajar di TPA An-Nadhim guna

meningkatkan kualitas pembinaan. Keberadaaan TPA mempunyai

potensi dan pengaruh sangat besar dalam pertumbuhan pendidikan

keagamaan, untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan beberapa

manajemen dalam aplikasinya dapat disesuaikan dengan situasi dan

kondisi Taman Pendidikan Al-Qur’an yang ada (Direktorat

Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam, 2013).

60
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian terkait Peran Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) An-Nadhim dalam pembinaan BTQ adalah sebagai berikut:

5.1.1 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi santri dapat membaca Al-

Qur’an dengan benar dan lancar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal ini dibuktikan dengan terminimalisirnya santri yang membaca Al-

Qur’an Al-Qur’an dengan tersendak-sendak. Santri juga dapat menulis

arab dengan baik, meskipun terdapat santri yang belum benar akan

tetapi kemampuan menulis mereka sudah baik karena lebih banyak

anak yang bisa menuliskan arab di banding yang belum bisa menulis

hal ini karena mereka sering berlatih menulis arab secara. Dari aspek

hafalan sudah terdapat banyak surah-surah pedek yang telah dihafal

oleh anak-anak bahkan sampai 15 surah. Sehingga dapat dikatakan

bahwa ada peran Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim dalam

pembinaan BTQ pada anak-anak pemulung di kawasan TPAS

kelurahan Puuwatu.

5.1.2 Faktor penghambat yang dihadapi dalam pembinaan di TPA An-

Nadhim di faktori berbagai hal baik internal maupun eksternal seperti

kurangnya tenaga pengajar, kenakalan santri, dan kurangnya

kerjasama dan perhatian orang tua.

61
5.2 Limitasi Penelitian

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Peran Taman Pendidikan Al-

Qur’an An-Nadhim dalam pembinaan pada anak-anak tidak mudah, ada

banyak kendal yang dihadapi baik itu segi anggaran, kelengkapan fasilitas

yang masih perlu untuk di tambah. Namun dibalik kendala yang di hadapi

pengelola TPA banyak peranan yang telah di buat, mereka tetap berusaha

menjadikan TPA lebih baik lagi dan tetap bisa berperan untuk masyarakat.

5.2 Rekomendasi

Atas dasar beberapa hal yang telah penulis kemukakan di atas seperti

temuan penelitian, kesimpulan dan implikasi maka dapat diajukan rekomendasi

kepada beberapa pihak sebgai berikut:

5.1.1 Kepada Pengelola Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nadhim

Penulis mengharapkan agar pembina dan pengajar TPA An-Nadhim

agar lebih meningkatkan pengawasan dalam kegiatan pembelajaran serta

mengadakan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran baik dalam

pengembangan metode dan media dalam kegiatan pembinaan Al-Qur’an

5.1.2 Kepada Orang Tua

Hendaknya orang tua lebih memperhatikan dan memotivasi anak

dalam belajar Al-Qur’an guna mendorong anak menjadi generasi Qur’ani.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zakariya, S. (2018). Panduan Lengkap Mangajar Taman Pendidikan Al-


Qur’an (TPA). Jawa Tengah: Yayasan Hubbul Khoir.
Abdul, Chaer. (2013). Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid. Jakarta: Rineka Cipta.
Acep Lim, A. (2003). Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit
Dipenogoro.
Ahmad, S. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Aliwar. 2016). Penguatan Model Pembelajaran Baca Tulis Qur’an Dan
Manajemen Pengelolaan Organisasi (TPA), At-ta’dib, 9(1), 24.
Al- Magribi, B.S. (2019). Kaifa Turabbi Waladan Shaliha. Jakarta: Darul Haq.
Arifin, H.M. (2003). Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis Dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner).Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto. & Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bukhori, U. (2017). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Burhan, B. (2015). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Departemen Agama RI. (2009). Regulasi Pendidikan Pedoman Pembinaan Dan
Peranan TKQ/TPQ. Jakarta: Tim Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktoral Jenderal
Pendidikan Islam Kemenag RI. (2013). Pedoman Penyelenggaraan
TKA/TKQ Dan TPA/TPQ. Jakarta.
Farida, R. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gunawan, I. (2014). Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Aksara.
Istiqomah. (2011). Pola Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Sebagai
Upaya Meningkatkan. Membaca Harakat Kasrah Pada Siswa Kelas I SD
Bintaro 4 Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Skripsi tidak
dipublikasikan. Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang

63
Jalaluddin. (1989). Metode Tunjuk Silang Belajar Al-Qur’an. Jakarta: Kalam
Mulia.
Junadi. (2011). Desain Pengembangan Mutu Madrasah. Yogyakarta: Teras.
Kadir, Dideng. (2016). Formasi Sosial Pemulung Potret Keterbelakangan Dalam
Pembangunan. Surakarta: Oase Pustaka.
Kementerian Agama RI. (2020). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam.
Jakarta: Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pendidikan Al-Qur’an.
M. Alwi Al Maliki. (2002). Prinsip-Prinsip Pendidikan Rasulullah. Jakarta:
Gema Insani
Malik, H.A. (2013). Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al
Husna Pasadena Semarang, Dimas, 13(2), 390.
Mansur, (2011). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mamsudi, (2010). Panduan Kurikulum dan Pengajaran TK/TP Al-Qur’an.
Jakarta: LPPTKA
Mustahib, (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Muchtar, Y. (2006). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Mahkota.
Novan, A.W. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Poerwadaminta, WJS. (1982). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Priyadi, dkk. (2013). Peningkatan Mutu Pembelajaran Taman Pendidikan Al-
Qur’an dengan Pembuatan Kurikulum TPA dalam Jurnal Inovasi dan
kewirausahaan, 2 (3), 206.
Ramayulis, & Mulyadi. (2014). Manajemen lembaga dan kepemimpinan
pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Razak, Samhuri. (2011). Panduan Kurikulum Dan Pengajaran Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Lampung Utara: LPPTKA BKPRMI Pusat.
Roqib, Moh. (2009) Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS Printing
Cemerlang.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suharso. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV Widya Karya.

64
Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Satuan Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Jakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, & Nana Syoadih. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta:
ANDI.
Syafaruddin. (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press.
Syarmudin, A. (2006). Panduan Kurikulum Dan Pengajaran TK/TPA.
Palembang: LPPTKABKPRMI.
Tim Pena Cendikia. (2019). Panduan Mengajar TPQ/TPA. Solo: Gazzamedia.
Tim Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. (2009) , Regulasi
Pendidikan Pedoman Pembinaan dan Peranan TKQ/TPQ. Jakarta: Depag RI
Twikromo, A. (1999). Pemulung Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Yusuf, S. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: Rineka Cipta

65
Lampiran 1.1 Transkip Wawancara

Lembar transkrip wawancara pengajar TPA An-Nadhim

Informan: Kustina Kasim

No Pertanyaan Jawaban

Kapan Berdirinya TPA An- Pada tahun 2013 TPA ini berdiri
1.
Nadhim?

Berapa jumlah guru yang Awalnya saya sendiri, berjalan


2.
mengajar di TPA An- waktu ada tambahan 2 teman
Nadhim membantu mengajar anak-anak di
sini, sekarang saya sendiri karena
teman-teman ada keisbukan lain
sehingga mereka tidak mengajar
lagi.

materi yang ajarkan kepada santri


3. Materi apa saja yang
yaitu mengajarkan membaca Al-
diberikan kepada santri di Qur’an, menulis arab, serta

TPA An-Nadhim mengajarkan kepada santri untuk


menghafalkan surah-surah pendek
mulai dari surah An-Nas sampai
Surah Al-Adiyat.

Iya kami mengajarkan Ilmu Tajwid


4. Apakah ibu mengajarkan
agar anak-anak mengetahui hukum
ilmu tajwid dan makharijul bacaan ketika mereka membaca
Al-Qur’an, iya penyebutan
huruf pada santri hurufnya juga kita betulkan.

Iya ada, awalnya anak-anak


5. Adakah perubahan pada
(santri) belajar Al-Qur’an di
bacaan Al-Qur’an santri tempat ini sangat beragam ada

setelah belajar di TPA yang tidak tau sama sekali huruf,


ada yang sudah kenal huruf tapi
penyebutannya kurang benar, ada
juga yang sudah sampai tahap Al-
Qur’an tapi tidak sesuai dengan
penyebutan huruf dan kaidah ilmu
tajwid, sehingga saya pelan-pelan
ajar mereka, alhamdulillah sudah
ada perubahan dari yang tidak tau
sekarang sudah tau membaca Iqro
sampai ke Al-Qur’an sesuai
dengan penyebutan huruf dan
kaidah ilmu tajwid, bahkan sudah
banyak santri yang khatam Al-
Qur’an di tempat ini

iya mengajarkan santri menulis


6. Selain belajar membaca Al-
huruf hijaiyah.
Qur’an, apakah santri belajar

menulis huruf Arab

Cara apa yang ibu pakai dalam saya hanya mengenalkan nama-
7.
nama huruf dan bentuk
mengajar menulis Arab
tulisannya. Dengan memberikan
contoh di papan tulis dan santri
menirukannya.

Apa yang ibu lakukan jika ada Kami pisahkan dengan yang
8.
sudah bisa agar bisa di berikan
santri yang kesulitan belajar
materi yang berbeda dengan
menulis Arab
santri yang sudah bisa.

Kegiatan apa saja yang Selain kegiatan BTQ TPA ini


9.
juga memberi kegiatan
dilakukan di TPA An-Nadhim
menghafalkan beberapa surah
selain kegiatan BTQ
pendek kepada santri.

Metode apa yang dipakai Metode yang kami pakai yaitu


10.
saya membacakan ayat per ayat
santri TPA untuk
dan santri mengikuti.
menghafalkan surah-surah

pendek

Bagaimana langkah-langkah kalau ada santri yang memiliki


11.
ingatan yang kurang biasa kami
yang ibu lakukan pada santri
suruh ia mengulang-ulang
yang memiliki kemampuan
hafalnnya.
kurang dalam menghafal

Apakah sudah ada Iya sudah ada penambahan


12.
hafalan beberapa santri utamanya
penambahan hafalan para
yang sudah lama mengaji disini,
santri setelah ibu mengajarkan
alhamdulillah kami bersyukur
menghafal surah-surah pendek semoga kedepannya lebih surah
yang-surah pendek yang mereka
kepada mereka
hafal. Walaupun ada juga santri
yang masih belum banyak
penambahan surahnya tapi kami
selalu memberikan perhatian
kepada mereka.

Apakah ibu mengadakan Iya saya biasa evaluasi setiap


13.
evaluasi kepada para santri sebulan para santri agar saya
mengetahui smapai mana
kemampuan mereka

Apakah santri selalu Iya kalau untuk di TPA santri


14.
selalu mengikuti, seperti ada
mengikuti kegiatan yang
kegiatan lomba-lomba yang di
dilaksanakan di TPA An-
lakukan di TPA An-Nadhim yang
Nadhim diadakan oleh organisasi
mahasiswa, organisasi islam, dan
isntansi pemerintah, santri kami
ikutkan dalam kegiatan tersebut.

Faktor apa saja yang menjadi Kendala yang kami alami di TPA
15.
ini seperti kurangnya Al-Qur’an
penghambat dalamp proses
dan Iqro, serta meja belajar untuk
pembelajaran di TPA An-
santri masih kurang dari jumlah
Nadhim santri serta saya mengajar sendiri
karena guru yang lain sudah tidak
aktif lagi.
Apakah orang tua santri tidak semua orang tua
16.
mendukung karena ada beberapa
mendukung kegiatan di TPA
santri yang tidak memiliki Iqro
An-Nadhim
dan Al-Qur’an karena kurang
dukungan perhatian dari orang
tuanya, mereka hanya mengharap
dari TPA sedangkan kami juga di
TPA kekurangan Al-Qur’an dan
Iqro.

Apa bentuk pastisipasi orang Tidak ada, kami hanya


17.
mengharap kerjasama orang tua
tua terhadap TPA An-Nadhim
untuk lebih memperhatikan
anaknya dengan membelikan Al-
Qur’an atau Iqro untuk anak
mereka sendiri, karena belajar
mengaji di TPA An-Nadhim tidak
di pungut biaya apapun.

Apa penyebab orang tua Kalau saya lihat orang tua mereka
18.
kurang peduli pada anaknya? sibuk memulung di TPAS
sehingga kadang anaknya tidak
diperhatikan untuk kebutuhan
belajar di TPA, contohnya
mereka tidak punya Iqro atau Al-
Qur’an tapi orang tua mereka
tidak juga membelikan anaknya.
Jadi Iqro yang mereka pakai itu
dari bantuan orang-orang untuk
TPA tapi jumlah juga terbatas
sehingga memang kami di sini
kekurangan Al-Qur’an dan Iqro.

Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara

Lembar Transkrip wawancara dengan orang tua santri

Informan: Ibu Siti Habibah

Nama anak: Agustina

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak ibu mengulangi pelajaran Iya anak saya suka mengaji
di rumah di rumah. Setelah pulang
dari TPA.
2 Adakah perbedaan dalam membaca Ya ada perbedaannya, dia
Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di dulu belum bisa baca Al-
TPA
Qur’an sekarang sudah bisa
alhamdulillah.

3 Adakah penambahan hafalan yang Ada, walaupun beberapa


dikuasai anak ibu setelah belajar di surah pendek biasa saya
TPA
dengar anak saya ulang-
ulang di rumah.

4 Apakah ibu selalu memperhatikan dan Iya kadang-kadang saya cek,


mengecek anaknya ketika mereka kalau sempat saya lihat
mengulangi pelajaran menulis Arab di
tulisannya kalau dia pulang
rumah. Apakah mereka sudah bisa
menulis atau belum dari mengaji kan ada
bukunya jadi saya lihat,
alhamdulillah sudah bisa
menulis huruf hijiyah,
kedepannya semoga lebih
bagus lagi.

5 Apa kendala yang ibu lihat di TPA Kendalanya di TPA itu


An-Nadhim Cuma satu gurunya, karena
gurunya yang lain itu tidak
pernah datang karena ada
kesibukan yang lain.

Informan: Ibu Nawiyah

Nama Santri: Agung Setiawan

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak ibu mengulangi Kadang-kadang, kecuali


pelajaran di rumah disuruh baru ulangi
mengajinya.

2 Adakah perbedaan dalam membaca Ada perbedaanya dulu ini anak


Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di saya kan mengaji di kampung
TPA jadi mengaji belum terlalu
bagus, setelah saya pindah
disini saya kasih mengaji di
TPA An-Nadhim, kalau di sini
lebih di perhatikan penyebutan
hurufnya dan tidak di kasih
pindah bacaanya kalau belum
benar, Alhamdulillah sekarang
lebih lancar mengajinya saya
dengar dan lihat kalau dia
mengaji di rumah.

3 Adakah penambahan hafalan yang Alhamdulillah ada tambahan


dikuasai anak ibu setelah belajar di karena dulu di kampung kan
TPA
tidak di ajar menghafal
sekarang itu mereka suka di
suruh ulang-ulang beberapa
surah pendek, sudah ada yang
dia hafal.

4 Apakah ibu selalu memperhatikan Jarang karena kita kan sibuk


dan mengecek anaknya ketika mereka kerja, sekali kali saja saya lihat.
mengulangi pelajaran menulis Arab Yang saya lihat belum terlalu
di rumah. Apakah mereka sudah bisa bisa menulis huruf hijaiyyah
menulis atau belum
5 Apa kendala yang ibu lihat di TPA Kurang pengajarnya, anak-anak
An-Nadhim di lingkungan ini kan banyak
jadi seharusnya ada lagi di
tambah pengajarnya.

Informan: Pak Hasan

Nama Santri: Retno Wulandari

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak bapak mengulangi Anak saya wulan kalau pulang


pelajaran di rumah dari tempat mengajinya sering
mengulang bacaanya saya
perhatikan begitu.
2 Adakah perbedaan dalam membaca Ada perubahan, karena dulu
Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di wulan itu belum tau mengaji
TPA setelah saya kasih masuk di
TPA alhamdulillah sudah bisa
bahkan sudah sampai Al-
Qur’an.

3 Adakah penambahan hafalan yang Iya ada, biasa kalau ada tugas
dikuasai anak ibu setelah belajar di hafalannya saya lihat dia ulang-
TPA
ulang di rumah. Dulu hanya
beberapa surah yang dia hafal
sekarang sudah lebih banyak
dari sebelumnya.

4 Apakah bapak selalu memperhatikan Walaupun jarang saya


dan mengecek anaknya ketika mereka mengecek karena saya dari pagi
mengulangi pelajaran menulis Arab
sudah pergi di di TPAS untuk
di rumah. Apakah mereka sudah bisa
menulis atau belum memulung jadi sedikit waktu
untuk selalu mengecek, tapi
tetap saya kasih tau belajar
baik-baik kalau ada tugas
sekolah dan dari tempat
mengajinya dikerjakan. Kalau
tulisan Arabnya sesekali saya
lihat lumayan bisa dari
sebelumnya kan belum tau
menulis arab.

5 Apa kendala yang bapak lihat di TPA Kalauu kendalanya itu kalau
An-Nadhim hujan disini agak bau karena
dekat sama tempat
pembuangan akhir sampah.
Informan: Pak Surialam

Nama Santri: Irawati

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak bapak mengulangi Kalau anak saya mengulang


pelajaran di rumah mengajinya walaupun saya
tidak suruh. Tergantung saja
kemauanya anak-anak karena
tidak bisa juga kita terlalu
paksa sesuaikan saja
kemampuannya.

2 Adakah perbedaan dalam membaca Jelas perbedaanya ada, dulu


Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji ira tidak tau mengaji setelah
di TPA saya kasih mengaji di TPA
sudah bisa bahkan sudah
sampai Al-Qur’an.
3 Adakah penambahan hafalan yang Ada, saya dengar biasa dia
dikuasai anak ibu setelah belajar di baca surah-surah pendek.
TPA Karena dulu kan tidak pernah
memang menghafal surah-
surah pendek setelah mengaji
di TPA dan hasilnhya sudah
ada hafalanya sekarang
4 Apakah bapak selalu Iya sesekali saya biasa
memperhatikan dan mengecek mengecek anak saya
anaknya ketika mereka mengulangi mengenai tulisan Arabnya,
pelajaran menulis Arab di rumah. anak saya alhamdulillah
Apakah mereka sudah bisa menulis sudah bisa menullis huruf-
atau belum huruf hijayyah. saya berharap
kedepannya lebih bagus lagi
dari sekarang.
5 Apa kendala yang bapak lihat di Cuma masalah bau tidak
TPA An-Nadhim sedap karena memang dekat
sama TPAS ini Taman
Pendidikan Al-Qur’an.
Informan: Ibu Samsia

Nama Santri: Muhammad Rizal

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak ibu mengulangi Saya perhatikan kalau pulang


pelajaran di rumah dari tempat mengajinya jarang
dia ulangi mengajinya.

2 Adakah perbedaan dalam membaca Alhamdulillah bisa mengaji


Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di kalau dulu memang belum tau,
TPA
setelah saya kasih mengaji di
TPA sudah bisa mengaji.

3 Adakah penambahan hafalan yang Kalau untuk tambahan hafalan


dikuasai anak ibu setelah belajar di ada tapi tidak begitu banyak ya
TPA surah-surah pendek kadang dia
ulang-ulang kalau ada tugas
hafalannya.
4 Apakah ibu selalu memperhatikan Jarang juga hanya sesekali saja
dan mengecek anaknya ketika mereka karena kita sibuk kerja, kalau
mengulangi pelajaran menulis Arab
dari yang saya lihat beberapa
di rumah. Apakah mereka sudah bisa
menulis atau belum kali belum bagus tulisannya, itu
sebabnya saya kasih masuk di
TPA supaya bagus
pengetahuan agamanya anakku
termasuk menulis huruf
Arabnya.
5 Apa kendala yang ibu lihat di TPA Kendalanya karena kan cuma
An-Nadhim satu gurunya jadi kalau bisa di
tambah gurunya.

Informan: Ibu Halini

Nama Santri: Ahmad

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak ibu mengulangi Kadang-kadang mengulang


pelajaran di rumah kalau saya perhatikan begitu.
2 Adakah perbedaan dalam membaca Sudah bisa mengaji, dari
Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di sebelumnya kan tidak tau
TPA mengaji nanti belajar di TPA
baru bisa mengaji

3 Adakah penambahan hafalan yang Ada Cuma beberapa surah


dikuasai anak ibu setelah belajar di kalau saya dengar-dengar dia
TPA
baca di rumah kalau ada tugas
hafalan dari guru mengajinya.

4 Apakah ibu selalu memperhatikan Sesekali saya cek juga, kalau


dan mengecek anaknya ketika mereka saya lihat tulisannya belum bisa
mengulangi pelajaran menulis Arab
karena baru belajar. Semoga
di rumah. Apakah mereka sudah bisa
menulis atau belum nanti sudah bisa.

5 Apa kendala yang ibu lihat di TPA Tidak ada yang terlalu
An-Nadhim menghambat Cuma di tambah
gurunya karena kan di sini
banyak anak-anak mengaji tapi
gurunya satu.
Informan: Ibu Sri Jumiana

Nama Santri: Muhammad Revan

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anak ibu mengulangi Iya saya suruh ulang supaya


pelajaran di rumah lebih lancar mengajinya.
2 Adakah perbedaan dalam membaca Alhamdulillah sudah bis-bisa
Al-Qur’an setelah anak ibu mengaji di baca Al-Qur’an dari
TPA sebelumnya anakku belum tau
apa-apa, belajar dari Iqro satu
alhamdulillah sekarang sudah
Al-Qur’an
3 Adakah penambahan hafalan yang Surah surah pendek yah sudah
dikuasai anak ibu setelah belajar di ada walaupun sedikit, saya
TPA
sering tanya kalau pulang dari
mengajinya.

4 Apakah ibu selalu memperhatikan Iya saya cek tidak tiap hari ,
dan mengecek anaknya ketika mereka belum bisa menulis arab.
mengulangi pelajaran menulis Arab
di rumah. Apakah mereka sudah bisa
menulis atau belum
5 Apa kendala yang ibu lihat di TPA Sebaiknya di tambah gurunya,
An-Nadhim kemudian Al-Qur’an dan
iqronya di tambah karena anak
saya biasa bilang kalau ada
temannya tidak bawa Al-
Qur’an ini yang biasa ganggu
kalau mereka meminjam Al-
Qur’an temannya yang lain.
Lampiran 1.2 Transkrip Observasi

Transkrip Observasi

No Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

1 Peran TPA An-Nadhim Santri dan santriwati TPA An-

dalam pembinaan BTQ Nadhim rata-rata dari mereka sudah

bisa membaca Al-Qur’an sesuai

dengan standar dasar yakni bisa

membaca dengan lancar, baik dan

benar panjang pendeknya, tanda baca

dan jelas penyebutan hurufnya. anak

yang sudah lama mengaji dan anak

yang baru masuk sangat terasa

perbedaannya anak yang sudah

mengaji dari tahun 2017 sudah lancar

dan tepat dalam pelafalan dan

panjang pendeknya huruf, anak yang

masuk 2020 juga sudah bagus dalam

membacanya akan tetapi masih ada

bacaan yang masih belum tepat

sehingga di golongkan cukup lancar.

Selain itu sudah ada anak yang dapat

menulis arab dengan cukup baik,

meskipun terdapat anak yang belum


benar akan tetapi kemampuan

menulis mereka sudah dapat

dikatakan cukup baik karena sering

berlatih menulis arab secara rutin

sehingga kedepannya kemampuan

menulis mereka jadi lebih baik lagi.

Sehingga dapat dikatakan dengan

adanya Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nadhim berperan dalam

membantu anak menulis huruf arab

dari sebelumnya mereka belum

mengetahuinya. Pengamatan peneliti

didalam menghafalkan surah pendek

anak mengulang bacaan surah

pendeknya sebelum dan sesudah

belajar membaca Al-Qur’an,

kemudian ada waktu khusus dalam

sepekan mereka menghafalkan surah

pendek secara bersama-sama.

2 Penghambat dalam proses Hanya ibu Kustina Kasim sendiri, hal

pembinaan BTQ di TPA ini memang menjadi penghambar

An-Nadhim proses pembinaan di TPA An-

Nadhim karena jumlah anak-anak


disini sebanyak 26 di bandingkan

dengan jumalah gurunya yng hanya 1

tentu menjadi masalah, kemudian

banyak anak-anak yang suka

menganggu temannya ketika

pembelajaran dimulai serta ada

sebagian anak yang terihat

meminjam Al-Qur’an dan Iqro

temanya. Hal ini yang menjadi

kendala bagi para pengajar dan anak

didik di TPA An-Nadhim

Lampiran 1.8 Transkrip Dokumentasi

Lembar Dokumentasi

No. Objek Dokumentasi Keterangan

1 Mencatat hasil wawancara dan observasi Di Lapangan


penelitian

2 Mencatat atau menyalin data-data di TPA Di Taman Pendidikan


baik dalam bentuk foto atau dalam bentuk Al-Qur’an
dokumen lainnya yang di jadikan bahan
acuan melakukan penelitian
3 Mengambil gambar saat melakukan Di TPA dan rumah
observasi maupun saat melakukan santri
wawancara
1.9 Lampiran Dokumentasi

Gambar 1.1 Wawancara dengan Pak Anas

Gambar 1.2 Tes Kemampuan bacaan Al-Qur’an pada santri

Gambar 1.3 Tes Kemampuan menulis Arab pada santri


Gambar 1.4 Tes Kemampuan menghafal pada santri

Gambar 1.5 Wawancara dengan Surialam orang tua dari Irawati

Gambar 1.6 Wawancara dengan Siti Habibah orang tua dari Agustina
Gambar 1.7 Wawancara dengan Hasan orang tua dari Retno Wulandari

Gambar 1.8 Wawancara dengan Nawiyah Orang tua dari Agung setiawan

Gambar 1.9 Wawancara dengan Samsia orang tua dari Muhammad Rizal
Gambar 1.10 Wawancara dengan Halini orang tua dari Ahmad

Wawancara dengan orang tua

Dokumentasi Kegiatan orang tua anak-anak di TPA An-Nadhim

Gambar 1.11 Wawancara dengan Sri Jumiana orang tua dari Muhammad
Revan
Gambar 1.12 Wawancara dengan Kustina Kasim Pengajar di TPA An-
Nadhim

Gambar 1.13 Kegiatan memulung orang tua santri TPA An-Nadhim di


TPAS Kota kendari
Gambar 1.14 Salah satu santri membantu orang tua memulung di lokasi
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Kendari

Gambar 1.15 Kegiatan orang tua santri TPA An- Nadhim di TPAS Kota
Kendari
Biodata Pribadi

Nama : Andilham Jaka Suwira


NIM : 17010101077
Pekerjaan : Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam
Semester VIII Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Kendari, 02 Maret 1998
Alamat : Jl. H. Supu Yusuf Belakang Eks MTQ Kendari
No Telephone/HP : 085222324526
Email : andilhamjakasuwira@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai