Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi
bisa mencapai 4,5 persen-5,3 persen pada 2021. Proyeksi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan target pemerintah sebelumnya yang di kisaran 4,5 persen-5,5 persen. Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah hal, yaitu: 1. Penularan covid-19 yang masih berlanjut di 2021. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan bergantung dari penanganan pandemi, salah satunya melalui program vaksinasi covid-19. Program vaksinasi diharapkan menekan penularan covid-19 dan mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk melakukan kegiatan perekonomian. Selain itu, ia menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun ini masih ditopang oleh APBN yang difokuskan untuk melanjutkan penanganan covid-19 dan memperkuat pemulihan ekonomi. Untuk kebutuhan tersebut, pemerintah mempersiapkan dana sebesar Rp688,33 triliun, atau naik signifikan dari rencana awal yakni Rp372,3 triliun. 2. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh implementasi reformasi struktural melalui UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang bernama Indonesia Investment Authority (INA). Upaya tersebut diharapkan bisa mendorong penciptaan lapangan kerja dan mendatangkan investasi. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 4,8 persen. Lalu, Bank Dunia sebesar memprediksi 4,4 persen dan ADB 4,5 persen. Selanjutnya, Indonesia juga masih bisa menjaga rasio utang terhadap PDB relatif lebih hati-hati dan prudent dibandingkan negara lain yakni 38,5 persen. Sebagai perbandingan, rasio utang China mencapai 66 persen terhadap PDB, India mendekati 90 persen, Malaysia 66 persen, Singapura 131 persen, Filipina 48 persen, dan Thailand 55 persen.