Anda di halaman 1dari 4

ANTENA MIKROSTRIP BERPOLARISASI SIRKULAR DENGAN TEKNIK DUAL-

FEED DAN PENAMBAHAN SLOT

Syadza Haifa Ami Dwinanda1, Heroe Wijanto1, Agus D. Prasetyo2

1, 2,3
Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1
syadzah@student.telkomuniversity.ac.id, 2heroe@telkomuniversity.ac.id,
3
adprasetyo@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Tel-USAT 2 adalah pengembangan sistem satelit mikro di lingkungan Telkom University. Tel-USAT 2
memiliki misi Remote Sensing Payload (RSPL) yang menggunakan sistem SAR. Salah satu komponen SAR
adalah S-Band Transmitter yang berfungsi mengirimkan data hasil imaging ke ground station. Gelombang
elektromagnetik dari satelit akan melewati lapisan ionosfer yang terdapat Efek Faraday. Untuk mengatasi
Efek Faraday digunakan antena dengan polarisasi sirkular yang akan dirancang pada penelitian ini. Pada
penelitian ini, antena bekerja pada frekuensi tengah 2,35 GHz dengan bandwidth VSWR < 1,5 sebesar 54,2
MHz. Antena berpolarisasi sirkular dengan nilai axial ratio 0,95 dB pada frekuensi 2,35 GHz dan bandwidth
axial ratio < 3 dB sebesar 54,3 MHz. Pola radiasi didapatkan berupa unidirectional serta gain didapatkan
sebesar 7,15 dBi.

Kata Kunci: antena mikrostrip, polarisasi sirkular, synthetic aperture radar


Abstract
Tel-USAT 2 is the development of a micro satellite system in Telkom University. Tel-USAT 2 has a Remote
Sensing Payload (RSPL) mission that uses a SAR system. One of the SAR components is S-Band
Transmitter that has a function of transmitting imaging data from satellite to the ground station. The
electromagnetic waves from the satellites will pass through the ionosphere layer which has the Faraday
Effect. To overcome the Faraday Effect a circular polarization antenna is used which has been designed
and fabricated in this study. In this study, the antenna works at a 2.35 GHz center frequency with a
bandwidth of VSWR < 1.5 of 54.2 MHz. Circularly polarized antenna with an axial ratio of 0.95 dB at 2.35
GHz frequency and axial ratio bandwidth < 3 dB of 54.3 MHz. The radiation pattern obtained is
unidirectional and gain is 7.15 dBi.

Keywords: microstip antenna, circular polarization, synthetic aperture radar

1. Pendahuluan berpolarisasi sirkular. Pada penelitian ini dilakukan


perancangan dan realisasi antena mikrostrip
Penelitian tentang satelit dilingkungan Telkom berpolarisasi sirkular. Penelitian hanya fokus pada
University dimulai dengan keikutsertaan Telkom perancangan dan realisasi antena dan tidak membahas
University pada INSPIRE (Indonesian Nano-Satellite secara menyeluruh sistem satelit mikro lebih dalam.
Platform Initiative for Research and Education) [1].
Dari pengalaman tersebut Telkom University mulai 2. Landasan Teori
mengembangkan sistem satelit nano dengan misi
remote sensing bernama Tel-USAT 1 dengan 2.1. Synthetic Aperture Radar
teknologi kamera yang bergantung pada cahaya SAR merupakan radar digunakan untuk remote
sehingga tidak dapat digunakan kapan saja. Untuk sensing yang dapat menembus awan, kabut dan
mengatasi masalah ini maka digunakan teknologi asap[2]. SAR merupakan sensor aktif yang tidak
Synthetic Aperture Radar(SAR) pada satelit mikro. memerlukan cahaya sehingga dapat digunakan pada
Salah satu komponen pada SAR adalah S-Band siang dan malam[2]. Platform SAR akan bergerak
Transmitter yang akan mengirimkan data hasil pada kecepatan konstan dimana SAR akan
imaging SAR ke ground station. Gelombang menembakkan pulsa ke permukaan bumi pada tiap
elektromagnetik yang dipancarkan S-Band posisi dan menerima echo backscatter yang disimpan
Transmitter akan melalui lapisan ionosfer sebelum dalam bentuk amplitudo dan fasa[3]. Setelah gambar
sampai ke ground station. hasil imaging didapatkan, data akan dikirimkan ke
Pada lapisan ionosfer terdapat efek Faraday ground station menggunakan S-Band Transmitter.
yang akan mengubah polarisasi sehingga Gelombang elektromagnetik dari S-Band Transmitter
mengakibatkan Polarization Loss Factor (PLF). akan melewati lapisan ionosfer dimana terdapat efek
Untuk mengatasi ini maka dibutuhkan antena Faraday yang akan mengubah polarisasi antena
sehingga terjadi polarization loss factor. Untuk W
( reff + 0.33)( + 0.264)
mengatasi hal ini dibutuh antena dengan polarisasi L h (2)
= 0.412
sirkular yang telah didesain dan fabrikasi pada h W
( reff − 0.258)( + 0.8)
penelitian ini. h

2.2. Polarisasi Sirkular Nilai h adalah tinggi substrat, W adalah lebar pacth,
dan 𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 merupakan konstanta dielektrik relatif yang
Polarisasi sebuah antena ditentukan oleh nilai dirumuskan
perbandingan sumbu mayor dan sumbu minor medan
1
listrik antena. Polarisasi antena dinyatakan sirkular −
r +1  r −1 
h  2
ketika nilai axial ratio < 3 dB dengan nilai ideal 0 dB  reff = +  1 + 12 
(3)
dimana magnitude sumbu mayor dan sumbu minor 2 2  W
bernilai sama. Dengan panjang L dirumuskan
Antena mikrostrip adalah salah satu jenis antena
yang popular untuk mendapatkan polarisasi L = Leff − 2L (4)
sirkular[6]. Polarisasi sirkular bisa didapatkan dengan Dimana nilai panjang efektif dirumuskan
melakukan Teknik perturbasi pada patch dengan
c
single feed[6]. Cara lain adalah dengan mencatu dua Leff = (5)
mode ortogonal dengan perbedaan fasa 90o yang 2 f o  reff
didapatkan dengan mengubah dimensi fisik patchnya
baik menggunakan satu, dua atau lebih catuan[4]. Untuk mendesain pembagi daya T-junction
Pada penelitian ini digunakan patch berbentuk digunakan persamaan sebagai berikut,
persegi dengan menggunakan teknik dual-feed Lebar microstrip line (W) tergantung dari
dengan pembagi daya T-junction serta penambahan impendansi karakteristik (Z0) yang diinginkan.
slot untuk mendapatkan polarisasi sirkular. Adapun rumus yang diberikan adalah,

2h   r −1  0.61 
 B − 1 − ln ( 2 B − 1) + ln ( B − 1) + 0.39 −
3. Perancangan dan Realisasi Antena W= (6)

  2 r   r  
3.1. Penentuan Bahan dan Spesifikasi Antena Dengan 𝜀𝑟 adalah konstanta dielektrik relatif dan
B:
Pada penelitian ini digunakan bahan substrat 60 2
Roger RT/duroid 5880 yang memiliki konstanta B= (7)
z0  r
dielektrik sebesar 2,2. Penggunakan bahan ini
bertujuan untuk mendapatkan performansi antena • Untuk W/h < 1
yang lebih baik
Selanjutnya, dalam mendesain antena, harus Konstanta dielektrik efektif (𝜀𝑒𝑓𝑓 )
ditentukan terlebih dahulu spesifikasi antena yang
dibutuhkan. Pada penelitian ini, spesifikasi merujuk  
ke LAPAN TUB-SAT seperti pada penelitian  r + 1  r −1  1 W 
2

  (8)
sebelumnya[5]. Pada tabel 1 adalah spesifikasi antena  eff = + + 0.04 1 −  
2 2  12h  h 
pada penelitian ini.  1 + W 

3.2. Perancangan Antena Mikrostrip Karakteristik impedansi


• Untuk W/h > 1
Untuk mendesain patch antena digunakan
Konstanta dielektrik efektif (𝜀𝑒𝑓𝑓 )
persamaan sebagai berikut.
 
 + 1  −1  1 
c 2  eff = r + r   (9)
W= (1)
2 2  12h 
r +1
 1 + W 
2 fr
Dimana W adalah lebar antena (mm), c adalah
kecepatan cahaya di ruang bebas yaitu 3×108 (m), Karakteristik impedansi
60
merupakan frekuensi kerja antena (Hz), dan 𝜀𝑟 adalah
 eff
konstanta dielektrik substrat yaitu 2,2. Sedangkan Z0 =
untuk menetukan panjang patch diperlukan   (10)
W 2 
parameter ∆𝐿 yang merupakan pertambahan panjang  + 1.393 + 
akibat fringing effect. Pertambahan panjang tersebut h W 
 3ln  + 1.44 
dirumuskan  h 
Untuk menghitung panjang catuan digunakan Tabel 1. Spesifikasi Antena
teknik transformator λ/4. Penggunaan teknik ini
bertujuan untuk mendapatkan kondisi saluran Frekuensi Kerja 2,35 GHz (S-Band)
transmisi yang matching, yang dilakukan dengan Bandwidth 2,325 sd 2,375 GHz dengan lebar pita 50 MHz
penambahan saluran transmisi yang mempunyai VSWR ≤ 1,5
Pola Radiasi Unidirectional dengan lebar berkas 70o
impedansi Zt antara dua buah saluran yang tidak
Polarisasi Left Hand Circular Polarization
match. Panjang transformator λ/4 dirumuskan
Gain ≥ 7 dBic
dengan,
Dimensi satelit Cubesat ukuran 45×45×27 cm dengan massa 57
g (11) kg
lf =
4
Dengan λg merupakan panjang gelombang
dielektrik, dirumuskan
0
g = (12)
 reff

4. Perancangan Antena Menggunakan Simulasi


Perangkat Lunak

Dari hasil perhitungan yang dilakukan


sebelumnya, didapatkan antena dengan desain seperti
Gambar 1. Desain Antena dari Hasil Perhitungan
terlihat pada gambar 1. dan hasil simulasi parameter
S1.1 seperti pada gambar 2. Terlihat dari hasil
simulasi antena tidak bekerja pada frekuensi 2,35
GHz sehingga harus dilakukan optimalisasi.
Setelah melakukan optimalisasi dengan
mengubah dimensi patch, antena telah bekerja pada
frekuensi yang diinginkan. Axial ratio yang
didapatkan mengecil namun belum memenuhi
spesifikasi yaitu masih pada polarisasi ellips.
Gambar 2. Hasil Simulasi Antena dari Hasil
Penambahan slot dilakukan dengan metode trial and
Perhitungan
error untuk mendapatkan nilai axial ratio yang lebih
kecil sehingga polarisasi sirkular dapat tercapai. Nilai
axial ratio berubah-ubah tergantung pada perubahan
dimensi slot antena. Setelah dilakukan optimalisasi
didapatkan hasil desain akhir antena pada gambar 3.
Setelah mendapatkan hasil simulasi yang optimal
dilakukan realisasi antena yang dilakukan pada
tempat percetakan PCB. Antena yang telah
direalisasikan dapat dilihat pada gambar 4.

5. Simulasi dan Pengukuran Antena


Gambar 3. Desain Akhir Antena
Setelah dilakukan perancangan dan realisasi
yang telah dijelaskan sebelumnya maka dilakukan
pengukuran. Perbedaan hasil simulasi dan
pengukuran terlihat pada Gambar 5-8 serta Tabel 1-2.
Terdapat sedikit perbedaan yang terjadi dari hasil
simulasi dan pengukuran dikarenakan tempat
pengukuran yang tidak ideal, keterbatasan alat serta
ketidaksempurnaan saat fabrikasi. Namun perbedaan
hasil simulasi dan pengukuran tidak begitu signifikan
sehingga antena tetap dapat diaplikasikan sebagai S-
Band Transmitter pada sistem SAR. Gambar 4. Realisasi Antena
VSWR Axial Ratio
2 5

1.5 0
2.32 2.34 2.36 2.38
1
2.32 2.34 2.36 2.38
Axial Ratio Simulasi
Simulasi Pengukuran Axial Ratio Pengukuran

Gambar 5. Perbandingan Nilai VSWR Simulasi Gambar 8. Perbandingan Nilai Axial Ratio
dan Pengukuran Simulasi dan Pengukura

Tabel 2. Perbandingan HPBW Simulasi dan


Pengukuran
HPBW
Arah HPBW Pengukuran
Simulasi
(ϕ,θ)= (0o,0o-180o),
75.8o ±75o
(180o, 0o-180o)

(ϕ,θ)= (90o,0o-180o),
74.0o ±100o
(270o,0o-180o)

Gambar 6. Perbandingan Pola Radiasi Simulasi


dan Pengukuran pada arah (ϕ,θ)= (0o,0o-180o),
(180o, 0o-180o) Tabel 3. Perbandingan Nilai Gain Simulasi dan
Pengukuran
Frekuensi Kebutuhan Gain Gain Simulasi Gain Pengukuran
(GHz) (dBic) (dBic) (dBic)

2,35 ≥7 10,15 6,50

Daftar Pustaka

[1] Rahmi, M. H., Wijanto, H., Prasetyo, A. D.,


Gambar 7. Perbandingan Pola Radiasi Simulasi "Perancangan Penguat Daya Derau Rendah
dan Pengukuran pada arah ϕ,θ)= (90o,0o-180o), untuk Stasiun Bumi Satelit Nano pada Frekuensi
(270o,0o-180o) 2400–2450 MHz Berbasis Mikrostrip", Seminar
Nasional dan Expo Teknik Elektro, 2015.
6. Kesimpulan [2] Chan, Y. K., Koo, V.C., "AN INTRODUCTION
TO SYNTHETIC APERTURE RADAR
Antena berpolarisasi sirkular dengan teknik (SAR)", Progress In Electromagnetics Research
pencatuan dual-feed dan penambahan slot telah B, Vol. 2, 27–60, 2008.
berhasil dirancang dan fabrikasi. Teknik dual-feed [3] Wolf, Christian. Syntetic Apperture Radar.
dan penambahan slot terbukti dapat memperkecil http://www.radartutorial.eu/20. Airborne
nilai axial ratio untuk mendapatkan polarisasi /ab07.en.html (diakses pada Juli 2017)
sirkular. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai [4] Constantine A, Balanis. 2005. Antenna Theory
VSWR sebesar 1,235 dengan bandwidth > 50 MHz. Analysis and Design 3rd edition. Hoboken: John
Pola radiasi berupa unidirectional dengan HPBW > Wiliey and Sons.
70o dengan nilai gain 6,50 dBic. Polarisasi berjenis [5] Novella, A. D., Wijanto, H. dan Prasetyo, A. D.,
sirkular dengan bandwidth axial ratio didapatkan > "Dual-feed circularly polarized microstrip
50 MHz. Semua parameter antena telah memenuhi antenna for S-Band transmitter of Synthetic
spesifikasi namun terdapat beberapa perbedaan Aperture Radar (SAR) system," Quality in
antara hasil simulasi dan pengukuran yang Research (QiR), 2015 International Conference
disebabkan tempat pengukuran yang kurang ideal, on, Lombok, 2015, pp. 4-7.
keterbatasan alat serta tidak sempurnaan saat [6] Shakeeb, Marwa, “Circularly Polarized
fabrikasi. Microstrip Antenna Marwa”, 2010.

Anda mungkin juga menyukai