Anda di halaman 1dari 120

MODUL BEST PRACTICE

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Teknis Substantif
Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

AKHMAD HARRY LESMANA


MAROLOAN J. BARINGBING

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2020
PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf
f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL BEST PRACTICE

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Teknis Substantif
Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

AKHMAD HARRY LESMANA


MAROLOAN J. BARINGBING

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2020
MODUL BEST PRACTICE
PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI
Teknis Substantif
Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

AKHMAD HARRY LESMANA


MAROLOAN J. BARINGBING

BPSDM KUMHAM Press


Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120
Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan ke-1 : November 2020


Perancang Sampul : Panjibudi
Penata Letak : Panjibudi

xii + 106 hlm.; 18 × 25 cm


ISBN: 978-623-6869-74-1

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.


Dilarang mengutip dan mempublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari Penerbit

Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA

isi di luar tanggung jawab percetakan


KATA SAMBUTAN

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya Modul Best Practice berjudul ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi” telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali
para pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Modul Best Practice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan
tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian
dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber-
sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindah tempatkan
atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan
Modul Best Practice dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan
materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks
pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan
pengembangan karir.
Modul Best Practice pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna
memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 jam
pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian
modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi v


publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya
dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Selamat Membaca… Salam Pembelajar…

Jakarta, Agustus 2020


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia

vi Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul ”Pemeriksaan Keimigrasian di
Tempat Pemeriksaan Imigrasi”.
Modul Best Practice ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi” sebagai sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja
organisasi Kemenkumham. Selain itu upaya untuk memperkuat dan mengoptimalkan
kegiatan pengabadian aset intelektual dari pengetahuan tacit individu menjadi
pengetahuan organisasi. Pengetahuan tacit yang berhasil didokumentasikan,
akan sangat membantu sebuah organisasi dalam merumuskan rencana strategis
pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan maupun belajar mandiri, serta
implementasi Kemenkumham Corporate University (CorpU).
Demikian Modul Best Practice ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi” disusun, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat
dalam meningkatkan kompetensi bagi pembaca khususnya pegawai di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Depok, 26 Oktober 2020


Kepala Pusat Pengembangan
Diklat Teknis dan Kepemimpinan,

Hantor Situmorang
NIP 196703171992031001

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi vii


viii Mengenal Balitbang Hukum Dan Ham:
Pendekatan Metode Dan Pemanfaatan Hasil Litbang
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN .................................................................................................. v


KATA PENGANTAR............................................................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat............................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran......................................................................... 2
D. Materi Pokok...................................................................................... 2
E. Petunjuk Belajar................................................................................. 2

BAB II TUGAS DAN FUNGSI IMIGRASI


DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI.................................................... 3
A. Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI....................................................... 3
B. Definisi di Bidang TPI......................................................................... 4
C. Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)................................................... 7
D. Area Imigrasi.................................................................................... 19
E. Kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut..................................... 21

BAB III PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN............................... 27


A. Prinsip Dasar Pemeriksaan Keimigrasian........................................ 27
B. Prosedur Pemeriksaan Keimigrasian............................................... 29
C. Teknik Wawancara........................................................................... 43
D. Cap Keimigrasian............................................................................. 46
E. Perangkat BCM Mobile Unit dan Aplikasi Perlintasan
Keimigrasian dalam Border Control Management (BCM)................ 58

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi ix


BAB IV PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN KHUSUS............................................ 79
A. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat yang Bukan TPI................... 79
B. Pemeriksaan Keimigrasian di Atas Alat Angkut Dalam
Perjalanan Menuju Wilayah Indonesia............................................. 81
C. Pemeriksaan Keimigrasian Terhadap Awak Kapal Militer
atau Kapal Perang dan Kapal Pemerintah Asing............................. 86
D. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap awak kapal Wisata (Yacht)
Asing................................................................................................ 89
E. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Lain Yang Difungsikan
sebagai Tempat Pemeriksaan Keimigrasian.................................... 94
F. Pemeriksaan Keimigrasian bagi Orang Asing yang Masuk
dengan Visa Tinggal Terbatas Dalam Rangka Bekerja
(Tenaga Kerja Asing)........................................................................ 98

BAB V PENUTUP............................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 105

x Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. 90 Pelabuhan Laut.......................................................................... 8


Tabel 2.2. 37 Bandar Udara........................................................................... 12
Tabel 2.3. 11 Pos Lintas Batas Internasional................................................. 13
Tabel 2.4. 44 Pos Lintas Batas Tradisional.................................................... 14
Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas........ 70
Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas........ 72

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi xi


xii Mengenal Balitbang Hukum Dan Ham:
Pendekatan Metode Dan Pemanfaatan Hasil Litbang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyusunan modul Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi dilatarbelakangi oleh adanya pemenuhan learning paper di bidang
teknis keimigrasian melalui “Kumham Corporate University”, sebuah
manajemen strategis pengembangan SDM yang fokus pada program
strategis kementerian, dengan mengelola individu pegawai dalam ekosistem
organisasi pembelajar, serta pengelolaan pengetahuan untuk mencapai
karakter unggul di bidang keimigrasian. Pemeriksaan keimigrasian
merupakan salah satu tugas dan fungsi Imigrasi khususnya dalam mengatur
lalu lintas orang yang masuk atau keluar WIlayah Indonesia di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Untuk itu, seorang Pejabat Imigrasi atau
Petugas Pemeriksa Pendaratan harus memahami ketentuan yang berlaku
di bidang pemeriksaan keimigrasian itu sendiri serta mengetahui hal-hal lain
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas di lapangan.

B. Deskripsi Singkat
Modul Pemeriksaan Keimigrasian di TPI ini memuat substansi dasar
pemeriksaan keimigrasian terhadap orang yang masuk dan keluar wilayah
Indonesia meliputi pengenalan tugas dan fungsi Imigrasi di TPI, definisi di
bidang TPI, penjabaran tentang TPI, kewajiban Penanggung Jawab Alat
Angkut, serta prinsip dan prosedur pemeriksaan keimigrasian baik yang
bersifat umum dan bersifat khusus.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 1


C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul ini, para pembelajar diharapkan dapat
menjelaskan mengenai pemeriksaan keimigrasian di TPI.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini, para pembelajar diharapkan dapat:
a. Menyebutkan tugas dan fungsi Imigrasi di TPI;
b. Menyebutkan tata cara pemeriksaan keimigrasian;
c. Menyebutkan pemeriksaan keimigrasian khusus.

D. Materi Pokok
Materi Pokok yang dibahas dalam modul ini adalah:
1. Tugas dan fungsi Imigrasi di TPI;
2. Tata cara pemeriksaan keimigrasian;
3. Pemeriksaan keimigrasian khusus.

E. Petunjuk Belajar
Agar proses pembelajaran maupun internalisasi pemahaman terkait
pemeriksaan keimigrasian di TPI dapat berjalan lebih lancar, dan indikator
hasil belajar tercapai secara baik, Kami sarankan untuk mempelajari secara
urut, menambah referensi lain yang terkait, serta berdiskusi dengan beberapa
pihak untuk mendapatkan gambaran pemahaman lain sekaligus penguatan
tentang pemeriksaan keimigrasian di TPI.

2 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


BAB II
TUGAS DAN FUNGSI IMIGRASI
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

A. Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI


Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian, Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari
urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian,
penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan
kesejahteraan masyarakat.
Adapun definisi Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang selanjutnya
disingkat sebagai TPI, berpedoman pada:
1. Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian; dan
2. Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian,
Yaitu tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas,
atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar Wilayah Indonesia.
Selanjutnya dalam Pasal 3 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 disebutkan Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI di sepanjang garis
perbatasan Wilayah Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang
meliputi Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan pos lintas batas, dalam hal ini
sesuai dengan tugasnya sebagai Penjaga Pintu Gerbang Negara, bukan
sebagai penjaga garis batas negara.
Kebijakan keimigrasian Indonesia dalam hal lalu lintas orang yang
masuk dan keluar Wilayah Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 sebagaimana dimaksud dalam:

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 3


1) Pasal 9 Angka 1, Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah
Indonesia wajib melalui tempat pemeriksaan yang dilakukan oleh
Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
2) Pasal 17 Angka 1, Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya wajib melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.

Dari beberapa ketentuan diatas, semakin dapat dipahami bahwa


makna Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan negara.
Kedaulatan Negara yang berarti kekuasaan tertinggi yang menjadi
sifat atau ciri hakiki suatu negara, mempunyai batas-batas yang dibatasi
oleh batas-batas Wilayah Negara, yang artinya bahwa suatu negara hanya
memiliki kekuasaan tertingi di dalam batas-batas wilayahnya baik wilayah
darat, udara dan laut. Kedaulatan mempunyai arti bahwa negara mempunyai
hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas-
batas wilayah Negara yang bersangkutan. Prinsip kedaulatan di dalam
piagam PBB merupakan salah satu prinsip dasar yang paling penting dan
dihormati terutama di dalam kesamaan posisi hak antar Negara di dunia.
Sejalan dengan prinsip kedaulatan, kebijakan keimigrasian Indonesia adalah
salah satu manifestasi dari hak ekslusif sebuah negara yang berdaulat dan
memiliki kekuasaan, yaitu:
1. Kekuasaan mengendalikan persoalan domestik;
2. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing;
3. Hak istimewa untuk membuka perwakilan diplomatiknya di negara lain;
4. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan di wilayahnya.

B. Definisi di Bidang TPI


Untuk memudahkan dalam mempelajar modul ini, terdapat beberapa
definisi berkaitan dengan pemeriksaan keimigrasian yang perlu dicermati
dan dipahami sebagai berikut:

4 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


1. Wilayah Negara Republik Indonesia yang disebut sebagai Wilayah
Indonesia, adalah seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang
ditetapkan berdasarkan undang-undang;
2. Pejabat Imigrasi adalah pegawai yang telah melalui pendidikan
khusus Keimigrasian dan memiliki keahlian teknis Keimigrasian
serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian;
3. Petugas Pemeriksa Pendaratan adalah pegawai imigrasi yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Imigrasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap
orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia;
4. Area Imigrasi adalah area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh
penumpang atau awak Alat Angkut yang akan keluar atau masuk
Wilayah Indonesia atau pejabat dan petugas yang berwenang;
5. Konter Imigrasi adalah tempat dilakukan tahapan pemeriksaan
keimigrasian di area imigrasi;
6. Kartu Elektronik Sistem Perlintasan Keimigrasian adalah kartu yang
memuat data elektronik yang berisikan jati diri dan data biometrik
pemegangnya yang dapat digunakan sebagai verifikasi dalam proses
pemeriksaan keimigrasian;
7. Autogate adalah pintu perlintasan elektronik bagi warga negara
Indonesia atau Orang Asing tertentu dalam pemeriksaan keluar atau
masuk wilayah Indonesia;
8. Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi
lain yang lazim digunakan, baik untuk mengangkut orang maupun
barang. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah pemilik, pengurus,
agen, nakhoda, kapten kapal, kapten pilot, atau pengemudi alat angkut
yang bersangkutan;
9. Penumpang adalah setiap orang yang berada di atas alat angkut,
kecuali awak alat angkut;
10. Visa Republik Indonesia, yang disebut sebagai Visa adalah keterangan
tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan
Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 5


Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk
melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk
pemberian izin tinggal;
11. Paspor Kebangsaan adalah dokumen yang dikeluarkan oleh negara
asing kepada warga negaranya untuk melakukan perjalanan antar
negara yang berlaku selama jangka waktu tertentu;
12. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-
Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan
perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya;
13. Pas Lintas Batas adalah berupa kartu atau buku yang berfungsi sebagai
bukti identitas diri penduduk daerah perbatasan sebagai Dokumen
Perjalanan pengganti Paspor dan Visa untuk melakukan lintas batas
tradisional pada daerah perbatasan antara Negara Republik Indonesia
dengan negara tetangga;
14. Penduduk Daerah Perbatasan adalah warga negara Indonesia yang
karena kelahiran, perkawinan, atau pindah dari daerah lain yang
bertempat tinggal secara sah di daerah perbatasan;
15. Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah sistem teknologi
informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengolah dan menyajikan informasi guna mendukung operasional,
manajemen, dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan Fungsi
Keimigrasian;
16. Orang Asing adalah orang yang bukan warga negara Indonesia;
17. Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pejabat
Imigrasi kepada Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas dan Izin
Tinggal Tetap untuk masuk kembali ke Wilayah Indonesia;
18. Supernunery adalah suami, isteri, atau anak yang merupakan keluarga
dari nakhoda atau perwira Alat Angkut laut yang ikut bersama dalam
alat angkutnya yang diperlakukan sebagai penumpang;

6 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


19. Supercargo adalah pemilik muatan atau kargo dalam Alat Angkut yang
bukan merupakan nakhoda atau awak Alat angkut yang diperlakukan
sebagai penumpang;
20. Superintendent adalah Pengawas Alat Angkut laut yang bukan
merupakan nakhoda atau awak alat angkut yang diperlakukan sebagai
penumpang;
21. Tanda Menolak Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang
dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan atau Paspor Kebangsaan yang
diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda penolakan masuk ke
Wilayah Indonesia;
22. Surat Keterangan Penolakan Masuk adalah surat yang dikeluarkan
oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang memuat
tentang alasan penolakan masuk ke Wilayah Indonesia;
23. Data Biometrik adalah data yang memuat identitas wajah dan sidik jari
pemegang Dokumen Perjalanan;
24. Surat Tanda Penerimaan adalah surat yang dikeluarkan Pejabat
imigrasi kepada Orang Asing atau warga negara Indonesia sebagai
bukti penarikan Dokumen Keimigrasian atau Dokumen Perjalanan;
25. Pencegahan adalah larangan sementara terhadap orang untuk keluar
dari Wilayah Indonesia berdasarkan alasan Keimigrasian atau alasan
lain yang ditentukan oleh Undang-Undang;
26. Penangkalan adalah larangan terhadap Orang Asing untuk masuk
Wilayah Indonesia berdasarkan alasan Keimigrasian.

C. Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)


TPI adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos
lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar Wilayah
Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-
02.GR.02.02 Tahun 2020 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi telah
menetapkan daftar TPI yang terdiri dari:

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 7


1. 90 TPI Pelabuhan Laut;
2. 37 TPI Bandar Udara;
3. 11 TPI Pos Lintas Batas Internasional; dan
4. 44 TPI Pos Lintas Batas Tradisional

Sehingga jumlah keseluruhan TPI saat ini berjumlah 182 (seratus


delapan puluh dua) TPI.

Tabel 2.1.
90 Pelabuhan Laut

TEMPAT
KODE
PEMERIKSAAN KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH
NO TPI
IMIGRASI
1. Malahayati Banda Aceh Aceh MHI
2. Sabang Sabang Aceh SBA
3. Kuala Langsa Langsa Aceh KUA
4. Lhokseumawe Lhokseumawe Aceh LSW
5. Belawan Belawan Sumatera Utara BLW
6. Sibolga Sibolga Sumatera Utara SLG
7. Gunung Sitoli Sibolga Sumatera Utara GNS

8. Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara NBG

9. Kuala Tanjung Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara KTJ

10. Teluk Bayur Padang Sumatera Barat TBR


11. Dumai Dumai Riau DUM
12. Bagan Siapi-Api Bagan Siapi-Api Riau BII
Bandar Sri Setia
13. Bengkalis Riau BFA
Raja
14. Tanjung Harapan Selat Panjang Riau TJH
15. Tembilahan Tembilahan Riau TLN
16. Sungai Guntung Tembilahan Riau SUQ
17. Kuala Enok Tembilahan Riau ENO
18. Siak Sri Indrapura Siak Riau SSI

8 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


TEMPAT
KODE
PEMERIKSAAN KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH
NO TPI
IMIGRASI
Nongsa Terminal
19. Batam Kepulauan Riau NNA
Bahari
20. Kabil Batam Kepulauan Riau KAB
Marina Teluk
21. Batam Kepulauan Riau SNB
Senimba
22. Batam Centre Batam Kepulauan Riau BTC
23. Citra Tri Tunas Batam Kepulauan Riau CTT
24. Batu Ampar Batam Kepulauan Riau BUR
25. Sekupang Batam Kepulauan Riau SKP
26. Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kepulauan Riau SBP
27. Sri Bayintan Tanjung Pinang Kepulauan Riau KIJ
28. Tanjung Uban Tanjung Uban Kepulauan Riau TAN
Bandar Bentan
29. Tanjung Uban Kepulauan Riau LAI
Telani Lagoi
Bandar Seri Udana
30. Tanjung Uban Kepulauan Riau LBM
Lobam
Tanjung Balai Tanjung Balai
31. Kepulauan Riau TJB
Karimun Karimun
32. Belakang Padang Belakang Padang Kepulauan Riau BPD
33. Selat Lampa Ranai Kepulauan Riau STA
34. Tarempa Tarempa Kepulauan Riau TER
35. Pangkal Balam Pangkal Pinang Bangka Belitung PGX
36. Tanjung Kalian Pangkal Pinang Bangka Belitung TGN
37. Tanjung Gudang Pangkal Pinang Bangka Belitung BLN
38. Tanjung Pandan Tanjung Pandan Bangka Belitung TJA
39. Jambi Jambi Jambi DJB
40. Kuala Tungkal Kuala Tungkal Jambi KTK
41. Muara Sabak Kuala Tungkal Jambi MSB
42. Pulau Baai Bengkulu Bengkulu BAI
43. Boom Baru Palembang Sumatera Selatan PLO

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 9


TEMPAT
KODE
PEMERIKSAAN KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH
NO TPI
IMIGRASI
44. Panjang Bandar Lampung Lampung PNJ
45. Ciwandan Cilegon Banten CIW
46. Tanjung Priok Tanjung Priok DKI Jakarta TPP
47. Sunda Kelapa Jakarta Utara DKI Jakarta SKE
48. Marina Ancol Jakarta Utara DKI Jakarta ACL
49. Cirebon Cirebon Jawa Barat CRB
50. Tanjung Emas Semarang Jawa Tengah TES
51. Tanjung Intan Cilacap Jawa Tengah TNN
52. Tanjung Perak Tanjung Perak Jawa Timur TJP
53. Pasuruan Malang Jawa Timur PAZ
54. Probolinggo Malang Jawa Timur PRO
55. Panarukan Jember Jawa Timur PRN
56. Tanjung Wangi Jember Jawa Timur TWA
57. Dwi Kora Pontianak Kalimantan Barat PTK
58. Sintete Sambas Kalimantan Barat SNE
59. Sampit Sampit Kalimantan Tengah SMQ
60. Kumai Sampit Kalimantan Tengah KUM
61. Tri Sakti Banjarmasin Kalimantan Selatan TRI
62. Kota Baru Batulicin Kalimantan Selatan KBU
63. Semayang Balikpapan Kalimantan Timur BPP
64. Samarinda Samarinda Kalimantan Timur SRI
65. Malundung Tarakan Kalimantan Timur MLD
66. Soekarno-Hatta Makassar Sulawesi Selatan SOT
Nusantara Pare-
67. Pare-Pare Sulawesi Selatan PAP
Pare
68. Kendari Kendari Sulawesi Tenggara KDI
69. Pantoloan Palu Sulawesi Tengah PTL
70. Manado Manado Sulawesi Utara MDO

10 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


TEMPAT
KODE
PEMERIKSAAN KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH
NO TPI
IMIGRASI
71. Nusantara Tahuna Sulawesi Utara THN
72. Samudera Bitung Sulawesi Utara BTG
73. Anggrek Gorontalo Gorontalo AGK
74. Benoa Denpasar Bali BOA
75. Celukan Bawang Singaraja Bali CEB
76. Padang Bai Singaraja Bali PBI
77. Lembar Mataram Nusa Tenggara Barat LMR
78. Benete Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat BEN
79. Tenau Kupang Nusa Tenggara Timur TEN
80. Lauren Say Maumere Nusa Tenggara Timur LSM
81. Labuan Bajo Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur LBJ
82. Achmad Yani Ternate Maluku Utara TNT
83. Yos Sudarso Ambon Maluku AMB
84. Tual Tual Maluku TUA
85. Saumlaki Tual Maluku SXK
86. Jayapura Jayapura Papua DJY
87. Biak Biak Papua BIA
88. Merauke Merauke Papua MKE
89. Amamapare Tembagapura Papua AMA
90. Sorong Sorong Papua SOQ

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 11


Tabel 2.2.
37 Bandar Udara

TEMPAT
KANTOR KODE
NO PEMERIKSAAN KANTOR WILAYAH
IMIGRASI TPI
IMIGRASI
1. Sultan Iskandar Muda Banda Aceh D.I Aceh BTJ
2. Maimun Saleh Sabang D.I Aceh SBG
3. Kualanamu Medan Sumatera Utara KNO
4. Soewondo Polonia Sumatera Utara MES
5. Binaka Sibolga Sumatera Utara FLZ
Silangit / Sisingamaraja Pematang
6. Sumatera Utara DTB
XII Siantar
7. Minangkabau Padang Sumatera Barat PDG
8. Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau PKU
9. Hang Nadim Batam Kepulauan Riau BTH
10. Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang Kepulauan Riau TNJ
Sultan Mahmud
11. Palembang Sumatera Selatan PLM
Badaruddin II
12. H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan Bangka Belitung TJQ
Bandar
13. Radin Inten II Lampung TKG
Lampung
14. Soekarno-Hatta Soekarno Hatta DKI Jakarta CGK
15. Halim Perdanakusuma Jakarta Timur DKI Jakarta HLP
16. Husein Sastranegara Bandung Jawa Barat BDO
17. Kertajati Cirebon Jawa Barat KJT
18. Ahmad Yani Semarang Jawa Tengah SRG
19. Adi Soemarmo Surakarta Jawa Tengah SOC
20. Adi Sucipto Yogyakarta Yogyakarta JOG
21. Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta YIA
22. Juanda Surabaya Jawa Timur SUB
23. Banyuwangi Jember Jawa Timur BWX
24. Supadio Pontianak Kalimantan Barat PNK

12 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


TEMPAT
KANTOR KODE
NO PEMERIKSAAN KANTOR WILAYAH
IMIGRASI TPI
IMIGRASI
25. S.A.M.S Sepinggan Balikpapan Kalimantan Timur BPN
26. Juwata Tarakan Kalimantan Timur TRQ
27. Syamsudin Noor Banjarmasin Kalimantan Selatan BDJ
28. Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara MDC
29. Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan UPG
30. I Gusti Ngurah Rai Ngurah Rai Bali DPS
31. Zainuddin Abdul Majid Mataram Nusa Tenggara Barat LOP
32. El Tari Kupang Nusa Tenggara Timur KOE
33. Pattimura Ambon Maluku AMQ
34. Sentani Jayapura Papua DJJ
35. Frans Kaisiepo Biak Papua BIK
36 Mopah Merauke Papua MKQ
37 Mozes Kilangin Tembaga Pura Papua TIM

Tabel 2.3.
11 Pos Lintas Batas Internasional

POS LINTAS KANTOR KODE KETE-


NO KANTOR WILAYAH
BATAS IMIGRASI TPI RANGAN
1. Aruk Sambas Kalimantan Barat ARUK Darat
2. Entikong Entikong Kalimantan Barat ETKG Darat
3. Nanga Badau Putussibau Kalimantan Barat NGBD Darat
4. Tunon Taka Nunukan Kalimantan Timur DBJ Perairan
5. Mota’ain Atambua Nusa Tenggara Timur MTIN Darat
6. Motamasin Atambua Nusa Tenggara Timur MTSN Darat
7. Napan Atambua Nusa Tenggara Timur NPAN Darat
8. Wini Atambua Nusa Tenggara Timur WINI Darat
9. Miangas Tahuna Sulawesi Utara MGS Perairan
10. Marore Tahuna Sulawesi Utara MRE Perairan

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 13


POS LINTAS KANTOR KODE KETE-
NO KANTOR WILAYAH
BATAS IMIGRASI TPI RANGAN
11. Skouw Jayapura Papua SKOW Darat

Tabel 2.4.
44 Pos Lintas Batas Tradisional

POS LINTAS KANTOR KANTOR KODE KETE-


NO
BATAS IMIGRASI WILAYAH TPI RANGAN
1. Serasan Ranai Kepulauan Riau SRSN Perairan
2. Merakai Panjang Putussibau Kalimantan Barat MRPJ Darat
3. Langau Putussibau Kalimantan Barat LNGU Darat
4. Sei Kelik Sanggau Kalimantan Barat SKLK Darat
5. Semareh Sanggau Kalimantan Barat SMRH Darat
6. Nanga Bayan Sanggau Kalimantan Barat NGBY Darat
7. Siding Singkawang Kalimantan Barat SDNG Darat
8. Saparan Singkawang Kalimantan Barat SPRN Darat
9. Jagoi Babang Singkawang Kalimantan Barat JGBB Darat
10. Bantan Entikong Kalimantan Barat BNTN Darat
11. Segumon Entikong Kalimantan Barat SGMN Darat
12. Paloh/Liku Sambas Kalimantan Barat PALH Darat
13. Temajuk Sambas Kalimantan Barat TMJK Darat
14. Long Nawang Tarakan Kalimantan Timur LGNW Darat
15. Long Midang Nunukan Kalimantan Timur LGMD Darat
16. Lumbis Nunukan Kalimantan Timur LMBS Darat
17. Sei Manggaris Nunukan Kalimantan Timur MGRS Darat
18. Sei Nyamuk Nunukan Kalimantan Timur NYMK Perairan
19. Liem Hie Djung Nunukan Kalimantan Timur LHDJ Perairan
20. Labang Nunukan Kalimantan Timur LBNG Perairan
21. Yurrup Jayapura Papua YRRP Darat
22. Batom Jayapura Papua BATM Darat

14 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


POS LINTAS KANTOR KANTOR KODE KETE-
NO
BATAS IMIGRASI WILAYAH TPI RANGAN
23. Okyop Jayapura Papua OKYP Darat
24. Iwur Jayapura Papua IWUR Darat
25. Ubrup Jayapura Papua UBRP Darat
26. Wembi Jayapura Papua WMBI Darat
27. Senggi Jayapura Papua SNGI Darat
28. Kwirok Jayapura Papua KWRK Darat
29. Waris Jayapura Papua WRIS Darat
30. Yetti Jayapura Papua YTTI Darat
31. Hamadi Jayapura Papua HMDI Perairan
32. Sota Merauke Papua SOTA Darat
33. Erambu Merauke Papua ERMB Darat
34. Bupul Merauke Papua BPUL Darat
35. Mindiptana Merauke Papua MPTN Darat
36. Waropko Merauke Papua WRPK Darat
37. Kondo Merauke Papua KNDO Darat
38. Yetetkun Merauke Papua YTKN Darat
39. Oepoli Kupang Nusa Tenggara OPLI Darat
Timur
40. Haumeniana Atambua Nusa Tenggara HMNA Darat
Timur
41. Builalo Atambua Nusa Tenggara BLLO Darat
Timur
42. Laktutus Atambua Nusa Tenggara LKTS Darat
Timur
43. Lakmares Atambua Nusa Tenggara LKRS Darat
Timur
44. Turiskain / Atambua Nusa Tenggara TRHK Darat
Haekesak Timur

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02


Tahun 2020 yang diterbitkan pada tangal 03 Februari 2020 merupakan hasil

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 15


evaluasi Direktorat Jenderal Imigrasi dengan mempertimbangkan beberapa
aspek dan dinamika yang berkembang. Hal yang mendasar pada penetapan
TPI melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02
Tahun 2020 adalah pencantuman daftar tabel Pos Lintas Batas Internasional
(PLBI) dan Pos Lintas Batas Tradisional (PLBT), dengan tujuan untuk
memperjelas kedudukan PLBI yang merupakan tempat pemeriksaan bagi
pemegang Pas Lintas Batas dan Paspor, sementara PLBT hanya dapat
dilalui oleh pemegang Pas Lintas Batas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun
2015 diatur mengenai prosedur dan mekanisme pembentukan TPI
berdasarkan usulan Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah
yang selanjutnya sampai kepada Menteri Hukum dan HAM untuk ditetapkan,
tentunya dengan melampirkan hasil kajian oleh Direktur Jenderal Imigrasi
terkait pertimbangan legalitas, potensi dan kerawanan keimigrasian dan
pertimbangan politik, ekonomi, sosial budaya, demografi dan letak geografis
suatu pelabuhan atau bandara yang akan ditetapkan sebagai TPI.
Khusus untuk Pos Lintas Batas, penetapan suatu tempat sebagai
Pos Lintas Batas oleh Menteri dilakukan setelah tempat tersebut ditetapkan
dalam perjanjian lintas batas antara Pemerintah Republik Indonesia dan
pemerintah negara tetangga atau lebih dikenal dengan Border Crossing
Agreement.
Menteri Hukum dan HAM juga dapat mencabut penetapan TPI dalam
hal:
a. tempat tersebut dicabut statusnya sebagai perlintasan keluar masuk
Wilayah Indonesia oleh instansi terkait;
b. tidak memenuhi persyaratan sebagai TPI; dan
c. tidak terdapat perlintasan orang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
terakhir.

Selain adanya usulan dari Kepala Kantor Imigrasi atau Pemerintah


Daerah untuk menetapkan suatu tempat sebagai TPI, Menteri Hukum
dan HAM juga dapat menetapkan status TPI berdasarkan peraturan yang
dibuat oleh Kementerian/Lembaga lainnya misalnya, penetapan beberapa

16 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


pelabuhan sebagai tempat masuk kapal wisata (Yacht) berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata
(Yacht) Asing Ke Indonesia. Beberapa pelabuhan yang sebelumnya belum
berstatus TPI kemudian ditetapkan sebagai TPI untuk mendukung Peraturan
Presiden dimaksud.
Selain penetapan TPI oleh Menteri Hukum dan HAM, berdasarkan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015 Direktur Jenderal
Imigrasi dapat menetapkan suatu “Tempat Lain” yang difungsikan sebagai
tempat pemeriksaan keimigrasian (TPK) yang juga merupakan TPI yang
bersifat khusus dan sementara.
Pada prinsipnya TPI yang telah ditetapkan oleh Menteri Hukum dan
HAM sebagai TPI merupakan pintu masuk yang bersifat umum atau melayani
kepentingan umum dan bersifat permanen, sebelum dicabut statusnya
berdasarkan hasil evaluasi oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Sementara
untuk TPK yang ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Imigrasi
adalah pintu masuk yang bersifat khusus (hanya melayani kepentingan
tertentu) untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan atau rencana
kegiatan ekspor-impor pengelola pelabuhan atau menyesuaikan dengan izin
operasional terminal khusus dari Kementerian Perhubungan.
Dalam perkembangannya, TPI Pelabuhan Laut dapat dibagi atas 2
kategori yaitu:
1. TPI Pelabuhan laut penumpang; dan
2. TPI Pelabuhan barang (cargo).

Dengan adanya 2 kategori TPI pada pelabuhan laut, kita dapat


membedakan mana TPI laut yang memiliki konter dan yang tidak memiliki
konter. Idealnya sebuah TPI wajib memiliki area imigrasi baik di Area
Kedatangan maupun di Area Keberangkatan, namun mengingat kondisi
pelabuhan di Indonesia saat ini tentunya masih memerlukan penyesuaian
dalam proses pemeriksaan keimigrasian oleh petugas. Dalam prakteknya,
TPI pelabuhan laut penumpang juga melayani awak kapal barang yang
masuk melalui pelabuhan tersebut. Demikian juga sebaliknya, dalam
keadaan tertentu TPI pelabuhan barang dapat melayani penumpang namun

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 17


tentunya dengan memperhatikan kondisi dan ketersediaan sarana dan
prasarana yang ada.
Berikut daftar TPI pelabuhan laut penumpang yang ada saat ini:
1. Batam Centre di Batam;
2. Citra Tri Tunas (Harbourbay) di Batam;
3. Sekupang di Batam;
4. Marina Teluk Senimba di Batam;
5. Nongsa Terminal Bahari di Batam;
6. Bandar Bentan Telani di Tanjung Uban;
7. Bandar Seri Udana Lobam di Tanjung Uban;
8. Sri Bintan Pura di Tanjungpinang;
9. Tanjung Balai Karimun di Tanjung Balai Karimun;
10. Dumai di Dumai;
11. Bandar Sri Setia Raja di Bengkalis;
12. Teluk Nibung di Tanjung Balai Asahan;
13. Tanjung Harapan di Selat Panjang;
14. Tunon Taka di Nunukan;
15. Malundung di Tarakan.

Khusus untuk pelabuhan Tunon Taka di Nunukan, pada Keputusan


Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020 masuk
ke dalam tabel Pos Lintas Batas Internasional karena termasuk dalam Exit-
Entry Points Border Crossing Agreement antara pemerintah Indonesia dan
Malaysia.
Berbeda dengan TPI pelabuhan laut, sebanyak 37 bandar udara
(bandara) yang telah ditetapkan sebagai TPI Bandar Udara secara mendasar
telah memiliki status bandara internasional dari kementerian Perhubungan,
namun terdapat status bandara internasional yang bersifat sementara atau
memiliki jangka waktu tertentu. Dikarenakan seringnya dijadikan pintu
masuk oleh charter flight maka diputuskan untuk ditetapkan sebagai TPI.
Pertimbangan utamanya adalah untuk mendukung sektor pariwisata di
beberapa daerah.

18 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


D. Area Imigrasi
Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 diatur
mengenai Area Imigrasi, suatu area tertentu untuk melakukan pemeriksaan
keimigrasian yang merupakan area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh
penumpang atau awak alat angkut yang akan keluar atau masuk Wilayah
Indonesia, atau pejabat dan petugas yang berwenang.
Area imigrasi merupakan cerminan dari standar kualitas pelayanan
keimigrasian di suatu negara. Bagi orang asing yang datang ke suatu negara,
maka area yang pertama kali ditemui adalah area imigrasi. Sehingga tidak
berlebihan apabila area imigrasi merupakan wujud kewibawaan dari suatu
negara.
Sebagai area internasional yang ditandai oleh garis kuning (yellow line),
area imigrasi memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan kedaulatan
suatu negara. Walaupun hanya sebatas garis imajiner, area imigrasi memiliki
representasi kewibawaan dari negara tersebut dan karenanya harus diatur
serta ditetapkan bersama dengan penyelenggara Bandar udara, pelabuhan
laut, dan pos lintas batas. Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 menyatakan bahwa: “Kepala Kantor Imigrasi bersama-sama
dengan penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas
menetapkan area imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”
Area Imigrasi meliputi Area Keberangkatan dan Area Kedatangan yang
terdapat pada terminal penumpang pada suatu TPI yang dilengkapi dengan
perangkat teknologi informasi pendukung Sistem Informasi Keimigrasian
(SIMKIM). Selain itu pada Area Imigrasi juga dilengkapi dengan konter
dan beberapa ruang diantaranya ruang Antrian, ruang Utama dan ruang
pendukung yang telah memiliki standardisasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015.
Dalam hal tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung
sebagai TPI, Kepala Kantor Imigrasi mengusulkan kepada pengelola bandar
udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat untuk menyediakan sarana
dan prasarana pendukung sesuai dengan standard TPI. Apabila dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sejak usul sebagaimana dimaksud standar Area

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 19


Imigrasi tidak dapat dipenuhi, Kepala Kantor Imigrasi menyampaikan usulan
Pencabutan Status TPI.
Pemenuhan fasilitas pada Area Imigrasi merupakan tanggung jawab
dan wajib disediakan oleh oleh pengelola Bandar udara, pelabuhan laut atau
Pos Lintas Batas sebagaimana diatur dalam Pasal 135 Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015.
Dalam peraturan di bidang kepelabuhanan, pemenuhan fasiltas
bagi unsur Custom, Immigration And Quarantine (CIQ) diatur dalam
Pasal 110 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 146 Tahun 2016 yang
mengatur bahwa dalam proses penetapan pelabuhan yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri, Penyelenggara pelabuhan laut disyaratkan untuk
melampirkan rekomendasi dari unsur CIQ dan wajib menyediakan fasilitas
kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan
dan keamanan pelayaran, instansi bea cukai, imigrasi dan karantina. Selain
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51
Tahun 2015, pemenuhan fasilitas bagi instansi CIQ wajib disediakan oleh
pengelola terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri dalam
hal ditetapkan oleh kementerian perhubungan sebagai terminal khusus
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.
Pemenuhan fasilitas keimigrasian di TPI. Pada Bandar udara juga
telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 61 Tahun
2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 106 Tahun 2018. Peraturan
tersebut merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan yang mengatur mengenai kegiatan pemerintahan di
Bandar udara internasional yang meliputi pembinaan kegiatan penerbangan,
kepabeanan, keimigrasian dan kekarantinaan.
FAL Udara merupakan rangkaian kegiatan di bidang penerbangan
sipil internasional untuk mendukung kelancaran pergerakan pesawat udara,

20 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


awak pesawat, penumpang dan barang, kargo, pos dan barang perbekalan
pesawat serta dokumen di Bandar udara internasional, berdasarkan
Standard dan Rekomendasi dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
(International Civil Aviation Organization/ICAO).
Dalam Bab XIII lampiran I Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
61 Tahun 2015 mengatur bahwa Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan
Usaha Bandar Udara, Penyelenggara Angkutan Udara, dan Badan Usaha
lain terkait penyelenggaraan Fasiltasi (FAL) bertanggungjawab terhadap
pembiayaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan prosedur, sumber daya
manusia, dan fasiltas yang memadai serta kebutuhan lain di bidang Fasilitasi
(FAL).

E. Kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut


Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian di TPI sangat erat
kaitannya dengan Penangung jawab alat angkut, sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 angka 38 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 disebutkan bahwa
Penangung jawab alat angkut adalah pemilik, pengurus, agen, nakhoda,
kapten kapal, kapten pilot, atau pengemudi alat angkut yang bersangkutan.
Untuk itu setiap Penangung jawab alat angkut yang akan masuk dan
keluar wilayah Indonesia wajib memahami dan mamatuhi kewajibannya
berdasarkan ketentuan keimigrasian yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengatur ketentuan mengenai
kewajiban Penangung jawab alat angkut dalam Bab Masuk dan Keluar
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beberapa Pasal yaitu:

• Pasal 17 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011


(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya wajib melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
(2) Penanggung Jawab Alat Angkut yang membawa penumpang
yang akan masuk atau keluar Wilayah Indonesia hanya dapat
menurunkan atau menaikkan penumpang di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 21


(3) Nakhoda kapal laut wajib melarang Orang Asing yang tidak
memenuhi persyaratan untuk meninggalkan alat angkutnya
selama alat angkut tersebut berada di Wilayah Indonesia.

Pelanggaran atas ketentuan Pasal 17 tersebut dapat dikategori­


kan sebagai tindak pidana keimigrasian sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 sebagai berikut:
(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah
Indonesia dengan alat angkutnya yang tidak melalui Tempat
Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
(3) Penanggung Jawab Alat Angkut yang sengaja menurunkan
atau menaikkan penumpang yang tidak melalui pemeriksaan
Pejabat Imigrasi atau petugas pemeriksa pendaratan di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).

• Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011


(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang datang dari luar Wilayah
Indonesia atau akan berangkat keluar Wilayah Indonesia
diwajibkan untuk:
a. sebelum kedatangan atau keberangkatan memberitahukan
rencana kedatangan atau rencana keberangkatan secara
tertulis atau elektronik kepada Pejabat Imigrasi;
b. menyampaikan daftar penumpang dan daftar awak alat
angkut yang ditandatanganinya kepada Pejabat Imigrasi;

22 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


c. memberikan tanda atau mengibarkan bendera isyarat bagi
kapal laut yang datang dari luar Wilayah Indonesia dengan
membawa penumpang;
d. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut
tanpa izin Pejabat Imigrasi sebelum dan selama dilakukan
pemeriksaan Keimigrasian;
e. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut
yang telah mendapat penyelesaian Keimigrasian selama
menunggu keberangkatan;
f. membawa kembali keluar Wilayah Indonesia pada
kesempatan pertama setiap Orang Asing yang tidak
memenuhi persyaratan yang datang dengan alat
angkutnya;
g. menjamin bahwa Orang Asing yang diduga atau dicurigai
akan masuk ke Wilayah Indonesia secara tidak sah untuk
tidak turun dari alat angkutnya; dan
h. menanggung segala biaya yang timbul sebagai akibat
pemulangan setiap penumpang dan/atau awak alat
angkutnya.
(2) Penanggung Jawab Alat Angkut reguler wajib menggunakan
sistem informasi pemrosesan pendahuluan data penumpang
dan melakukan kerja sama dalam rangka pemberitahuan data
penumpang melalui Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2013, menjelaskan mengenai ketentuan Pasal 18 ayat
(1) huruf a yakni kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut
untuk menyampaikan pemberitahuan rencana kedatangan atau
rencana keberangkatan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang
membawahi TPI dengan ketentuan:
a. paling lambat 6 (enam) jam sebelum Alat Angkut reguler
tiba; dan
b. paling lambat 48 (empat puluh delapan) jam sebelum Alat
Angkut nonreguler tiba.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 23


• Pasal 19 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
(1) Penanggung Jawab Alat Angkut wajib memeriksa Dokumen
Perjalanan dan/atau Visa setiap penumpang yang akan
melakukan perjalanan masuk Wilayah Indonesia.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebelum penumpang naik ke alat angkutnya yang akan menuju
Wilayah Indonesia.
(3) Penanggung Jawab Alat Angkut sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) wajib menolak untuk mengangkut setiap penumpang
yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan, Visa, dan/atau
Dokumen
Keimigrasian yang sah dan masih berlaku.
(4) Jika dalam pemeriksaan Keimigrasian oleh Pejabat
Imigrasi ditemukan ada penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Penanggung Jawab Alat Angkut
dikenai sanksi berupa biaya beban dan wajib membawa
kembali penumpang tersebut keluar Wilayah Indonesia.

Pelanggaran atas Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 berakibat pengenaan biaya beban kepada
penanggung jawab alat angkut. Biaya beban dimaksud merupakan salah
satu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum
dan HAM (PNBP Kemenkumham) diatur besaran biaya beban dikenakan
sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Untuk memberikan pedoman kepada Pejabat Imigrasi/Petugas Imigrasi
dalam pengenaan sanksi berupa biaya beban terhadap penanggung jawab
alat angkut atas pelanggaran Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (4), Direktur
Jenderal Imigrasi telah menerbitkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
berdasarkan SOP Nomor IMI-UM.01.01-3143 tanggal 23 Agustus 2018
tentang Pengenaan Biaya Beban Terhadap Penanggung Jawab Alat Angkut

24 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


yang Membawa Penumpang yang Tidak Memiliki Dokumen Perjalanan, Visa
dan/atau Dokumen Keimigrasian yang Sah dan Berlaku.
Perlu menjadi catatan bahwa terdapat dua cara dalam penyelesaian
pengenaan biaya beban terhadap Penanggung Jawab Alat Angkut yang
tidak membayar biaya beban dalam waktu 90 hari setelah dikeluarkannya
Keputusan Pengenaan Biaya Beban, yaitu Kepala Kantor Imigrasi
melimpahkan tagihan piutang PNBP ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) setempat, atau memproses sesuai dengan ketentuan
pidana keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 Undang Nomor
6 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa ” Setiap Penanggung Jawab Alat
Angkut yang tidak membayar biaya beban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (4) dan Pasal 79 dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)”.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 25


26 Mengenal Balitbang Hukum Dan Ham:
Pendekatan Metode Dan Pemanfaatan Hasil Litbang
BAB III
PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

A. Prinsip Dasar Pemeriksaan Keimigrasian


Prinsip dasar setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia
berdasarkan pada:
1. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011;
2. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013,
“Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib
melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di
Tempat Pemeriksaan Imigrasi.”

Memperhatikan kewajiban berlalu lintas di wilayah Indonesia harus


melalui TPI, menjadikan pertimbangan pembentukan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 yang mengatur pelanggaran ketentuan ini kemudian
sebagai pelanggaran pidana dalam Pasal 113 Undan-Undang yang berbunyi:
“Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah
Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”
Sebuah tantangan yang tidak mudah tentunya bagi aparatur
Keimigrasian mengingat kondisi geografis Indonesia dan banyaknya pintu
masuk dan keluar negara, selain aspek sumber daya manusia (SDM) dimana
belum terdapat Pejabat Imigrasi pada semua TPI, meski secara pelaksanaan
tugas pemeriksaan ini tetap dapat dilakukan oleh Petugas Pemeriksa
Pendaratan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Imigrasi. Petugas Pemeriksa
Pendaratan menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kewenangan yang

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 27


dimiliki oleh Pejabat Imigrasi sepanjang menyangkut pemeriksaan orang
yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia.
Pemeriksaan Keimigrasian adalah serangkaian proses pemeriksaan
yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan
terhadap setiap orang yang masuk atau keluar melalui TPI untuk memeriksa
dan mendapatkan keterangan mengenai orang yang akan melintas baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sebelum dilakukan pemeriksaan secara langsung dengan memeriksa
dokumen perjalanan atau visa. Petugas dapat menggali informasi
berdasarkan kesisteman yang dimiliki. Melakukan pengecekan latar belakang
(background checking), profilling, pengecekan data Cekal dan pengecekan
informasi lainnya yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi awal
mengenai orang yang akan masuk melalui TPI. Tentunya hal ini sangat
bergantung pada SIMKIM yang dimiliki serta kemampuan masing-masing
petugas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara tidak langsung tersebut,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara langsung atau pemeriksaan fisik.
Setiap petugas memiliki cara pendekatan yang berbeda dalam melakukan
pemeriksaan, namun pemeriksaan dilakukan secara berurutan
dan sistematis mulai dari memeriksa paspor, memeriksa visa, memeriksa
keabsahan, mencocokkan data, wawancara singkat terkait maksud dan
tujuan kedatangan, memindai, mengambil data biometrik, memeriksa cekal
dan selanjutnya memberikan Tanda Masuk atau Tanda Keluar.
Pemeriksaan spesifik lainnya juga bisa dilakukan bila ada kecurigaan
terkait hal tertentu, misalnya seorang pemegang paspor RI yang tidak
bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan baik. Hal ini diperlukan adanya
pemeriksaan lanjutan dalam ruang tersendiri dan apabila diperlukan
Pejabat Imigrasi dapat melakukan penggeledahan dalam hal terdapat
keraguan atas keabsahan dokumen perjalanan atau identitas diri
seseorang. Penggeledahan dapat dilakukan terhadap badan dan barang
bawaan, dimana hasil penggeledahan dapat dilanjutkan dengan proses
penyelidikan dan patut diawasi mengingat penggeledahan dilaksanakan
dengan beberapa kondisi tertentu seperti wajib disaksikan oleh dua orang

28 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


petugas, dilakukan oleh petugas dengan jenis kelamin yang sama dengan
orang yang akan digeledah, dilakukan di ruang pemeriksaan lanjutan di Area
Imigrasi, memiliki penerangan yang cukup, terdapat CCTV, perekam suara,
dan dimuat dalam Berita Acara Penggeledahan yang selanjutnya dilaporkan
untuk mendapatkan keputusan terhadap hasil penggeledahan.

B. Prosedur Pemeriksaan Keimigrasian


Terdapat 2 (dua) komponen pokok dari kegiatan pemeriksaan dan
pemberian Tanda Masuk dan Tanda Keluar, yaitu kegiatan pemeriksaan
keimigrasian di satu sisi, dan sisi lainnya adalah tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan keimigrasian yang outputnya adalah pemberian Tanda Masuk
dan Tanda Keluar.
Pengertian Tanda Masuk sesuai Pasal 1 angka 19 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Pasal 1 angka 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian:
“Tanda Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan
pada Dokumen Perjalanan warga negara Indonesia dan Orang Asing, baik
manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai
tanda bahwa yang bersangkutan masuk Wilayah Indonesia.”
Tanda Keluar dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian dan Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, adalah
“Tanda Keluar adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan
pada Dokumen Perjalanan warga negara Indonesia dan Orang
Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh
Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan keluar
Wilayah Indonesia.”

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 29


Pemeriksaan Keimigrasian di TPI dilakukan terhadap:
1) Penumpang; dan
2) Awak alat angkut.
Baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing

1. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Penumpang.

a. Penumpang warga negara asing yang masuk ke wilayah


Indonesia:

Prinsip dasar Pemeriksaan Keimigrasian terhadap


warga negara asing, yaitu “bahwa setiap Orang Asing yang
masuk Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:
(1) Memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali yang
dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku
paling singkat 6 (enam) bulan; dan
(3) Tidak termasuk dalam daftar Penangkalan.

Selain harus memenuhi persyaratan dimaksud, secara


khusus bagi Orang Asing yang dibebaskan dari kewajiban
memiliki Visa juga harus memiliki tiket kembali (return ticket)
atau tiket terusan (onward ticket) ke negara lain.
Orang Asing yang dibebaskan dari kewajiban memiliki
Visa untuk masuk ke wilayah Indonesia sesuai Pasal 43 ayat (2)
huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, harus ditetapkan
berdasarkan Peraturan Presiden.

1) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Orang Asing yang


masuk wilayah Indonesia dilakukan dengan tahapan:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan;


(2) Melakukan wawancara;
(3) Memeriksa Visa;

30 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


(4) Memindai Dokumen Perjalanan;
(5) Mengambil Data Biometrik; dan
(6) Memeriksa dalam daftar Penangkalan.

2) Khusus bagi Orang Asing pemegang BVK tahapan


pemeriksaan keimigrasian:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan;


(2) Melakukan wawancara;
(3) Memindai Dokumen Perjalanan;
(4) Mengambil Data Biometrik; dan
(5) Memeriksa dalam daftar Penangkalan

3) Khusus bagi Orang Asing pemegang Izin Tinggal


Terbatas atau Izin Tinggal Tetap tahapan pemeriksaan
keimigrasian:

(1) Melakukan wawancara;


(2) Memindai Dokumen Perjalanan;
(3) Memeriksa dalam daftar Penangkalan
(4) Memeriksa Izin Tinggal Terbatas atau Izin Tinggal
Tetap yang dimiliki; dan
(5) Pemeriksaan Izin Masuk Kembali

Sangat penting untuk memahami lingkup dan tujuan


Pemeriksaan:

(1) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan, yang meliputi


pemeriksaan:
a) Fitur pengaman;
b) Keabsahan dan masa berlaku Dokumen Perjalanan;
c) Foto serta identitas yang tertera pada Dokumen
Perjalanan sesuai dengan pemegangnya
d) Wawancara sebagaimana dilakukan dengan tujuan
untuk memastikan kesesuaian identitas pemegang
dengan data yang tertera pada Dokumen Perjalanan.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 31


(2) Pemeriksaan Visa:
a) Visa yang diterbitkan di luar negeri, meliputi
pemeriksaan:
(1) Klasifikasi indeks Visa;
(2) Fitur pengaman Visa;
(3) Identitas pemegang Visa dengan data
pemegang yang tercantum dalam Dokumen
Perjalanan; dan
(4) Masa berlaku Visa.
b) Visa yang diterbitkan di TPI pada saat kedatangan,
meliputi pemeriksaan:
(1) Bukti pembayaran Visa;
(2) Bukti pembayaran, indeks Visa dan Dokumen
Perjalanan dalam Simkim; dan
(3) Rekomendasi dari Direktur Jenderal, dalam hal
pemberian Visa saat kedatangan diterbitkan
berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal.

(3) Pemindaian Dokumen Perjalanan dilakukan untuk:


a) Membaca dan merekam data identitas pemegang;
b) Merekam data perlintasan;
c) Memverifikasi data pemegang dalam basis data
Keimigrasian; dan
d) Memverifikasi data pemegang dalam daftar
Penangkalan.

(4) Pengambilan Data Biometrik dilakukan dengan


mengambil dan merekam foto wajah serta sidik jari,
sepanjang Data Biometrik yang bersangkutan (ket :
penumpang WNA) belum terekam.

(5) Pemeriksaan dalam daftar Penangkalan, dilakukan


untuk memastikan Orang Asing tidak tercantum dalam
daftar Penangkalan.

32 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


b. Penumpang warga negara asing yang keluar dari ke wilayah
Indonesia

1) Persyaratan Orang Asing yang keluar Wilayah


Indonesia
(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih
berlaku;
(2) Memiliki Izin Masuk Kembali ke Wilayah Indonesia
bagi Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas
atau Izin Tinggal Tetap;
(3) Memiliki izin keluar bagi Orang Asing yang dikenai
tindakan administratif Keimigrasian;
(4) Memiliki izin kunjungan yang masih berlaku;
(5) Memiliki tanda bukti pengembalian dokumen;
(6) Tidak termasuk dalam daftar Penangkalan

2) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Orang Asing yang


keluar wilayah Indonesia dilakukan dengan tahapan:
(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan;
(2) Melakukan wawancara;
(3) Memeriksa izin keluar atau Izin Masuk Kembali;
(4) Memindai Dokumen Perjalanan;
(5) Mengambil Data Biometrik;
(6) Memeriksa dalam daftar Penangkalan.

c. Pemeriksaan Keimigrasian WNI yang masuk atau keluar


wilayah Indonesia

1) Warga Negara Indonesia yang masuk atau keluar


Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:
(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih
berlaku;
(2) Tidak termasuk dalam daftar Pencegahan;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 33


(3) Tercantum dalam daftar penumpang atau awak Alat
Angkut Secara khusus persyaratan WNI yang masuk
atau keluar wilayah Indonesia untuk tercantum
dalam daftar penumpang atau awak Alat Angkut
dikecualikan bagi kendaraan pribadi dan kendaraan
muatan barang di kawasan perbatasan melalui Pos
Lintas Batas.

2) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Warga Negara


Indonesia dilakukan dengan tahapan:
(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia;
(2) Melakukan wawancara;
(3) Memindai Dokumen Perjalanan Republik Indonesia;
dan
(4) Memeriksa dalam daftar Pencegahan.

3) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia


dilakukan dengan:
(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku DPRI;
dan
(2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera ada
DPRI dengan pemegangnya.
(3) Wawancara dilakukan apabila diperlukan untuk
memperoleh keyakinan terhadap pemegang DPRI.

4) Pemindaian dilakukan untuk:


(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang
DPRI;
(2) Merekam data perlintasan pemegang DPRI; dan
(3) Memverifikasi data pemegang DPRI dalam
daftar Pencegahan.

34 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Petugas Pemeriksa memberikan persetujuan masuk atau
keluar dengan menerakan Tanda Masuk atau Tanda Keluar
pada DPRI, apabila tidak menemukan permasalahan dalam
pemeriksaan Keimigrasian. Persetujuan untuk pemberian
Tanda Masuk atau Keluar dilakukan juga secara kesisteman
dalam sistem perlintasan dengan Sistem Informasi Manajemen
Keimigrasian (Simkim), kecuali melalui TPI yang belum dilengkapi
dengan Simkim.

d. Pemeriksaan Keimigrasian Bagi Pemegang Surat Perjalanan


Lintas Batas atau Pas Lintas Batas

Pemeriksaan keimigrasian di Pos Lintas Batas dilakukan


terhadap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dan
merupakan pendudukan setempat di daerah yang berbatasan
dengan negara tetangga. Dokumen Perjalanan Republik
Indonesia yang dipergunakan dapat berupa Buku atau Kartu Pas
Lintas Batas yang disesuaikan dengan Perjanjian (agreement)
yang berlaku antara Indonesia dan negara tetangga.

1) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap setiap orang


yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia melalui pos
lintas batas dilakukan dengan mekanisme:
(1) Memeriksa surat perjalanan lintas batas atau Pas
Lintas Batas;
(2) Memindai surat perjalanan lintas batas atau Pas
Lintas Batas;
(3) Memeriksa dalam daftar Pencegahan atau
Penangkalan.

Dalam hal pemeriksaan daftar Pencegahan atau


Penangkalan sebagaimana dimaksud tidak dapat
dilaksanakan dengan menggunakan Simkim, pemeriksaan
Pencegahan atau Penangkalan dilakukan secara manual.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 35


2) Pemeriksaan surat perjalanan lintas batas atau Pas
Lintas Batas dilakukan untuk:
(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku surat
perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas; dan
(2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera pada
surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas
dengan pemegangnya.

3) Pemindaian dilakukan untuk:


(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang;
(2) Merekam data perlintasan; dan
(3) Memverifikasi data pemegang dalam daftar
Pencegahan atau Penangkalan.

Pemeriksaan dalam daftar Pencegahan atau


Penangkalan dilakukan untuk memastikan tidak tercantum
dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan.
Dalam hal tidak terdapat permasalahan dalam
pemeriksaan Keimigrasian, Petugas Pemeriksa mem­be­
rikan persetujuan masuk atau keluar dengan menerakan
Tanda Masuk atau Tanda Keluar pada surat perjalanan
lintas batas atau Pas Lintas Batas.

e. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Anak Berkewarga­


negaraan Ganda

1) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk atau


keluar Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:
(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih
berlaku;
(2) Tidak termasuk dalam daftar Pencegahan atau daftar
Penangkalan; dan

36 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


(3) Memiliki fasilitas Keimigrasian jika menggunakan
Paspor Kebangsaan.

2) Kebijakan prinsipiil dalam lalu lintas keimigrasian


Anak Berkewarganegaraan Ganda:
(1) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk
atau keluar Wilayah Indonesia harus menggunakan
Paspor yang sama;
(2) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia dengan menggunakan
Paspor Kebangsaan lain non Indonesia diperlakukan
sebagai warga negara Indonesia sepanjang memiliki
fasilitas Keimigrasian bagi Anak Berkewarganegaraan
Ganda;
(3) Dengan memiliki fasilitas Keimigrasian bagi Anak
Berkewarganegaraan Ganda, Anak berkewarga­
negaraan ganda yang masuk Wilayah Indonesia
dengan menggunakan Paspor Kebangsaan dibe­
baskan dari kewajiban memiliki Visa, Izin Tinggal,
dan Izin Masuk Kembali.

3) Pemeriksaan Keimigrasian bagi anak berkewarga­


negaraan ganda yang masuk ke Wilayah Indonesia
dilakukan dengan ketentuan:

(1) Bagi anak berkewarganegaraan ganda yang memiliki


Paspor Kebangsaan serta fasilitas Keimigrasian,
dilakukan dengan tahapan dan tata cara yang
sama dengan pemeriksaan terhadap warga negara
Indonesia:
a) Memeriksa Paspor Kebangsaan yang dimiliki,
apakah Paspor RI ataukah Paspor asing;
b) Melakukan wawancara;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 37


c) Apabila dalam proses pada huruf a) dan
huruf b) yang bersangkutan memiliki dan
menggunakan Paspor RI maka dilakukan
pemeriksaan keimigrasian sebagai warga
negara Indonesia, dan apabila di sisi lain
apabila diketahui yang bersangkutan memiliki
dan menggunakan paspor kebangsaan asing
namun memiliki Fasilitas Keimigrasian bagi
Anak Berkewarganegaraan Ganda maka
dilakukan pula pemeriksaan keimigrasian
sebagai warga negara Indonesia.
Sebagai catatan normatif bahwa sesuai Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 22 Tahun
2012 tentang Tata Cara Pendaftaran
Anak Berkewarganegaraan Ganda dan
Permohonan Fasilitas Keimigrasian, Anak
Berkewarganegaraan Ganda yang memiliki
Fasilitas Keimigrasian dalam tahapan/
prosedurnya telah memenuhi ketentuan
pendaftaran terlebih dahulu sebagai Anak
Berkewarganegaraan Ganda.
d) Memindai Paspor Republik Indonesia atau
Paspor kebangsaan asing yang dimiliki dengan
klausul khusus bagi Anak Berkewarganegaraan
Ganda yang menggunakan Paspor
kebangsaan asing tersebut diharuskan
menunjukkan Fasilitas Keimigrasian Anak
Berkewarganegaraan Ganda-nya;dan
e) Memeriksa dalam daftar Pencegahan.

(2) Bagi anak berkewarganegaraan ganda yang memiliki


Paspor Kebangsaan dan tidak memiliki fasilitas
Keimigrasian, dilakukan dengan tahapan dan tata

38 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


cara yang sama dengan pemeriksaan terhadap
Orang Asing.
(3) Anak Berkewarganegaraan Ganda yang hanya
memiliki Paspor kebangsaan asing dan tidak memiliki
Fasilitas Keimigrasian artinya tidak pernah melakukan
pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 22 Tahun 2012 dan
untuknya belum dapat diakui berkewarganegeraan
gandanya sebagai warga negara Indonesia selain
kewarganegaraan asing yang dimilikinya.

2. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Awak Alat Angkut


Secara normatif dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011,
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 dan hingga Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 44 Tahun 2015 tidak
didefinisikan secara eksplisit apa yang dimaksud dengan Awak Alat
Angkut. Definisi yang mendekati dapat dirujuk dari Pasal 1 angka 4
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 44 Tahun
2015 yang menjabarkan Alat Angkut sebagai kapal laut, pesawat udara,
atau sarana transportasi yang lazim digunakan baik untuk mengangkut
orang maupun barang.
Atas hal ini dapat dimaknai bahwa Awak Alat Angkut adalah
awak dari kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi yang
lazim digunakan baik untuk mengangkut orang maupun barang.
Hal mendasar tentang Pemeriksaan Keimigrasian terhadap
awak Alat Angkut:
(1) Dilakukan terhadap awak alat angkut yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia dilakukan di Area Imigrasi;
(2) Khusus terhadap penumpang dan awak Alat Angkut yang transit
atau singgah, tidak dilakukan pemeriksaan Keimigrasian;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 39


(3) Pada saat transit, penumpang dan awak Alat Angkut dapat turun
dan berada di ruang transit atau tetap berada di dalam Alat
Angkut.

1) Awak Alat Angkut laut yang masuk ke Wilayah Indonesia


dengan Alat Angkutnya harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut yang


sah dan masih berlaku;
(2) Terdaftar dalam daftar awak kapal; dan
(3) Tidak masuk dalam daftar Pencegahan atau d a f t a r
Penangkalan.

2) Awak Alat Angkut transportasi lainnya yang masuk atau


keluar Wilayah Indonesia dengan Alat Angkutnya harus
memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku;


(2) Terdaftar dalam daftar awak Alat Angkut, kecuali bagi
kendaraan pribadi dan kendaraan muatan barang; dan
(3) Tidak masuk dalam daftar Pencegahan atau daftar
Penangkalan.

3) Awak Alat Angkut laut dapat menggunakan buku pelaut


sebagai pengganti Dokumen Perjalanan. Buku pelaut
dimaksud dapat dianggap sebagai Dokumen Perjalanan
jika:

(1) Negara yang mengeluarkan mengakui sebagai Dokumen


Perjalanan; atau
(2) Negara yang mengeluarkan telah mengadakan perjanjian
bilateral dengan Pemerintah Indonesia

40 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


4) Pemeriksaan Keimigrasian bagi awak Alat Angkut dilakukan
dengan mekanisme:

(1) Memeriksa
a) Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut untuk
awak Alat Angkut laut;
b) Dokumen Perjalanan dan/atau crew member
certificate untuk awak Alat Angkut udara; atau
c) Dokumen Perjalanan untuk awak Alat Angkut lainnya.
(2) Memeriksa daftar awak Alat Angkut kecuali Alat Angkut
darat;
(3) Memindai Dokumen Perjalanan;
(4) Mengambil Data Biometrik; dan
(5) Memeriksa dalam daftar Penangkalan

5) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan awak Alat Angkut,


dilakukan dengan tujuan:

(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku Dokumen


Perjalanan dan/atau buku pelaut untuk awak Alat Angkut
laut yang masa berlakunya paling singkat 6 (enam) bulan;
dan
(2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera pada
Dokumen Perjalanan dengan pemegangnya.
Dalam hal terdapat keraguan dalam pemeriksaan dimaksud
Pejabat Imigrasi dapat meminta crew member certificate.

6) Pemeriksaan daftar awak Alat Angkut dilakukan dengan


tujuan:

(1) Mencocokkan data yang terdapat dalam daftar awak Alat


Angkut dengan Dokumen Perjalanan awak Alat Angkut.
(2) Apakah Daftar awak Alat Angkut telah ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Alat Angkut.
Pengambilan Data Biometrik terhadap awak alat angkut dilakukan
dengan untuk mengambil dan merekam foto wajah serta sidik

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 41


jari yang dimaksudkan untuk perekaman Data Biometrik yang
bersangkutan dalam Simkim.

7) Pemindaian Dokumen Perjalanan awak alat angkut dilakukan


untuk:

(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang;


(2) Merekam data perlintasan;
(3) Memverifikasi data pemegang dalam basis data; dan
(4) Memverifikasi data pemegang dalam daftar Penangkalan

Pemeriksaan dalam daftar Penangkalan dilakukan untuk


memastikan awak Alat Angkut tidak tercantum dalam daftar
Penangkalan.
Dalam hal tidak terdapat permasalahan dalam pemeriksaan
terhadap awak Alat Angkut, Pejabat Pemeriksa menerakan Tanda
Masuk atau Tanda Keluar secara manual dan/atau elektronik pada
Dokumen Perjalanan.
Khusus Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas
kapal laut atau alat apung, yang datang langsung dengan Alat
Angkutnya untuk beroperasi di perairan Nusantara, laut teritorial,
landas kontinen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia harus
memenuhi persyaratan:
(1) Memiliki Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut
yang sah dan masih berlaku;
(2) Terdaftar dalam daftar awak kapal; dan
(3) Tidak masuk dalam daftar Penangkalan.

Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas


kapal laut atau alat apung, yang datang langsung dengan Alat
Angkutnya dan telah memenuhi persyaratan dimaksud dapat
masuk Wilayah Indonesia setelah mendapatkan Tanda Masuk
dari Petugas Pemeriksa di TPI.

42 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


C. Teknik Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan antara dua atau lebih orang
yang dilakukan oleh pewawancara dan yang diwawancarai. Ada juga yang
mengatakan bahwa definisi wawancara adalah suatu bentuk komunikasi lisan
yang dilakukan secara terstruktur untuk membahas dan menggali informasi
tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula. Dalam wawancara (interview)
memiliki tujuan yang jelas dan memiliki makna yang melebihi maksud dari
percakapan biasa. Proses wawancara ini terjadi dengan adanya komunikasi
bolak-balik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, untuk
menggali topik tertentu yang dibahas.
Beberapa pendapat ahli mengenai wawancara:
1. Lexy J. Moleong (1991)
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-tujuan tertentu.
Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face
to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
2. Charles Stewart dan W.B. Cash (2012)
Wawancara adalah proses interaksi dengan sebuah tujuan serius yang
memiliki maksud dan tujuan untuk bertukar perilaku dan melibatkan
aktivitas tanya jawab.
3. Denzin (2009)
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dipandu dan rekaman
pembicaraan atau tatap muka suatu percakapan, di mana seseorang
mendapat informasi dari orang lain.
4. Robert Kahn dan Channel (1957)
Wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah interaksi yang
dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan difokuskan pada
daerah konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-
bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
5. Koentjaraningrat
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tugas tertentu,
mencoba untuk mendapatkan sebuah informasi dan secara lisan
pembentukan responden, untuk berkomunikasi secara tatap muka.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 43


6. Sugiyono
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui
tatap muka maupun dengan menggunakan jaringan telepon.
7. Arikunto
Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk
mendapatkan informasi dari terwawancara.

Wawancara dalam rangka pemeriksaan keimigrasian tentunya


akan berkaitan dengan hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan negara. Keterkaitan dengan pendekatan pengawasan
keimigrasian dalam proses wawancara pada pemeriksaan keimigrasian di
TPI adalah pengawasan yang dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a
yang secara keseluruhannya diatur bahwa:
“Pengawasan Keimigrasian meliputi pengawasan terhadap warga
negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk
Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar wilayah Indonesia”.
Fungsi pengawasan “keluar atau masuk Wilayah Indonesia” inilah
yang dilaksanakan oleh aparatur keimigrasian di TPI.
Terdapat setidaknya 2 (dua) pendekatan tujuan yang diterapkan dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan keimigrasian di TPI. Yang pertama adalah
pelayanan keimigrasian, dan kedua adalah pengawasan itu sendiri.
Jika terjadi satu temuan permasalahan maka dilakukan pendekatan fungsi
berikutnya yaitu penegakan hukum dan keamanan.
Atas hal tersebut setidaknya dapat diformulasikan substansi dasar
wawancara dalam pemeriksaan keimigrasian yang akan terkait dengan
pertanyaan:
1) Nama;
2) Nationality/kebangsaan;
3) Kedatangan/Keberangkatan dengan maskapai/kapal apa;
4) Ada tidaknya Visa yang dimiliki;
5) Pekerjaan;

44 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


6) Kedatangan/Keberangkatan dengan siapa;
7) Tujuan tinggal di Indonesia, dan berapa lama;
8) Nama hotel atau tempat tinggal;
9) Berapa lama tinggal di Indonesia;
10) Apa yang menjadi tujuan kegiatan di Indonesia;
11) Pernah tidaknya berkunjung ke Indonesia;

Pertanyaan angka 1) s.d. angka 11) tentunya tidak harus ditanyakan


secara menyeluruh dan/atau beruntun. Mungkin dapat dilakukan secara
random atau purpossive sampling bergantung pada kebutuhan dan melihat
WNI/WNA yang akan dimintakan keterangan atau wawancara dalam
pemeriksaan keimigrasian di TPI.
Selain itu terdapat pula pertanyaan lain yang dapat dikembangkan
dari hasil pertanyaan awal seperti kesehatan, pernah tidaknya bermasalah
sebelumnya di Indonesia, dan lainnya.
Menjadi tantangan bagi petugas tentunya dalam wawancara
pemeriksaan keimigrasian di TPI yang antara lain berkaitan dengan:
1) Waktu wawancara dan pemeriksaan yang sangat singkat yaitu 2 s.d. 3
menit per penumpang dan tuntutan untuk terselesaikannya keseluruhan
rangkaian pemeriksaan baik meliputi input data penumpang secara
kesisteman dalam Sistem Border Control Management (BCM) maupun
keputusan dapat atau tidaknya diberikan izin memasuki wilayah
Indonesia;
2) Panjangnya antrian, dan pada waktu tertentu dimungkinkan frekuensi
kedatangan/keberangkatan yang tinggi dan/atau secara bersamaan
(ket: lazimnya untuk pemeriksaan keimigrasian khusus di bandar
udara);
3) Tercapainya tujuan pemeriksaan keimigrasian masuk atau keluar
penumpang di TPI yang mengimplementasikan tugas pelayanan di
satu sisi dan sisi lainnya tugas pengawasan keimigrasian.

Secara bertahap dan kesinambungan, tingkat jam terbang atau


intensitas tugas dalam pelaksanaan pemeriksaan keimigrasian akan

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 45


memberikan peningkatan pemahaman petugas Imigrasi dalam substansi
wawancara yang diperlukan dan juga kecepatan dalam pemeriksaan
keimigrasian yang dilakukan.

D. Cap Keimigrasian

1. Perubahan Cap Keimigrasian

a. Fakta di Lapangan

b. Permasalahan

1) Sering terjadi kesalahan penerapan cap keimigrasian di


dokjal penumpang.
2) In-efisiensi waktu pemeriksaan.
3) Kemungkinan penambahan terbaru cap baru lainnya,
sebagai bentuk implementasi kebijakan baru.

“Jenis cap tanda masuk dan tanda keluar untuk pemeriksaan


keimigrasian bagi orang yang masuk dan keluar wilayah

46 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Indonesia dirasakan masih terlalu banyak, sehingga dalam
rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi tugas perlu
menyederhanakan jenis dan redaksi cap”

Hal inilah yang mendasari dilakukannya perubahan


Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 42 Tahun 2015
tentang Cap Keimigrasian menjadi Peraturan Menteri Hukum
dan HAM Nomor 28 Tahun 2018 tentang Cap Keimigrasian.
Cap Keimigraisan adalah tanda tertentu berupa cap
yang dibubuhkan pada dokumen perjalanan atau dokumen
keimigrasian lainnya sebagai bentuk pengesahan dalam
rangka pelaksanaan fungsi pelayanan, pengawasan, dan/atau
penindakan keimigrasian.

2. Jenis Cap Keimigrasian


a. Cap Tanda Masuk;
b. Cap Tanda Keluar;
c. Cap Penolakan Izin Masuk;
d. Cap yang digunakan untuk Pelayanan Izin Tinggal; dan
e. Cap yang digunakan untuk Penindakan Keimigrasian.

a. Cap Tanda Masuk

Terdiri atas:
1) Manual
2) Elektronik

No Cap Tanda Masuk Manual Cap Tanda Masuk Elektronik

1 Warga negara Indonesia Bebas Visa Kunjungan (BVK)

2 Anak berkewarganegaraan ganda Visa Kunjungan

Visa Kunjungan Saat Kedatangan


3 Awak alat angkut
(VKSK)

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 47


Orang asing pemegang izin tinggal Kartu Perjalanan Pebisnis Asia
4
dinas atau diplomatik Pacific

5 Pemegang izin masuk kembali Visa tinggal terbatas

Orang asing pemegang pas lintas Visa tinggal terbatas saat


6
batas kedatangan

Visa tinggal terbatas saat


Orang asing yang masuk wilayah
7 kedatangan yang juga berlaku
Indonesia dalam keadaan darurat
sebagai izin masuk kembali

Visa tinggal tebatas saat


8
kedatangan bagi tenaga kerja asing

Visa tinggal terbatas kemudahan


9 bekerja saat berlibur

Bebas visa kunjungan pemegang


10 paspor diplomatik atau dinas

11 Visa dinas atau diplomatik

1) Cap Tanda Masuk Manual


Tanda Masuk untuk warga negara Indonesia, nak
berkewarganegaraan ganda, awak alat angkut, pemegang
izin masuk kembali, orang asing pemegang pas lintas
batas, orang asing pemegang visa dinas/diplomatik, dan
orang asing yang masuk wilayah indonesia dalam keadaan
darurat.

48 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


2) Cap Tanda Masuk Elektronik
a) Tanda Masuk dan Izin Tinggal subjek bebas visa
kunjungan

b) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang visa


kunjungan

c) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang visa


kunjungan saat kedatangan

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 49


d) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang kartu
perjalanan pebisnis Asia Pacific Economic
Cooperation (APEC)

e) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang visa tinggal


terbatas

f) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang visa


terbatas saat kedatangan

50 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


g) Tanda Masuk visa tinggal terbatas saat kedatangan
yang juga berlaku sebagai izin masuk kembali

h) Tanda Masuk visa tinggal terbatas dengan izin masuk


kembali bagi tenaga kerja asing

i) Tanda Masuk dan Izin Tinggal pemegang visa


terbatas kemudahan bekerja saat berlibur

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 51


j) Tanda Masuk dan Izin Tinggal subjek bebas visa
kunjungan diplomatik atau dinas

b. Cap Tanda Keluar

Cap Tanda Keluar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


huruf b diperuntukan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan
Orang Asing yang memenuhi persyaratan untuk meninggalkan
wilayah Indonesia.

c. Cap Penolakan Izin Masuk

(1) Cap penolakan izin masuk sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 huruf c dibubuhkan sebagai tanda penolakan
masuk kepada Orang Asing yang:
a) Namanya tercantum dalam daftar penangkalan;
b) Tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah dan
masih berlaku;

52 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


c) Memiliki dokumen keimigrasian yang palsu;
d) Tidak memiliki Visa, kecuali yang dibebaskan dari
kewajiban memiliki Visa;
e) Telah memberi keterangan yang tidak benar dalam
memperoleh Visa;
f) Menderita penyakit menular yang membahayakan
kesehatan umum;
g) Terlibat kejahatan Internasional dan tindak pidana
transnasional yang terorganisasi;
h) Termasuk dalam daftar pencarian orang untuk
ditangkap dari suatu negara asing;
i) Terlibat dalam kegiatan makar terhadap Pemerintah
Republik Indonesia; dan/atau
j) Termasuk dalam jaringan praktik atau kegiatan
prostitusi, perdagangan orang, dan penyelundupan
manusia.

Cap penolakan izin masuk sebagai tanda penolakan


masuk kepada orang asing

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 53


d. Cap yang digunakan untuk pelayanan Izin Tinggal

1) Cap perpanjangan Izin Tinggal Kunjungan;

2) Cap perpanjangan Izin Tinggal terbatas sekaligus Izin


Masuk Kembali;

3) Cap pemberian dan perpanjangan Izin Tinggal Terbatas


Perairan sekaligus Izin Masuk Kembali;

54 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


4) Cap pemberian Izin Tinggal tetap;

5) Cap izin Tinggal tetap dengan jangka waktu tidak terbatas;

6) Cap pemberian Izin Masuk Kembali bagi pemegang Izin


Tinggal tetap;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 55


7) Cap pemberian dan perpanjangan Izin Tinggal keadaan
terpaksa;

8) Cap Izin meninggalkan wilayah Indonesia bagi pemegang


Izin Tinggal terbatas dan Izin Tinggal tetap yang tidak lagi
tinggal di wilayah Indonesia;

9) Cap pencabutan dokumen keimigrasian bagi Orang Asing


yang memperoleh kewarganegaraan Indonesia atau
meninggal dunia;

56 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


10) Cap pemberian fasilitas keimigrasian bagi
anak berkewarganegaraan ganda;

11) Cap daftar awak Alat Angkut dan penumpang; dan

12) Cap pemulangan.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 57


e. Cap yang digunakan untuk Penindakan Keimigrasian

Cap Deportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


dibubuhkan sebagi pemberian tindakan administrasi keimigrasian
berupa pengusiran/deportasi Orang Asing dari wilayah Indonesia
yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi.

E. Perangkat BCM Mobile Unit dan Aplikasi Perlintasan


Keimigrasian dalam Border Control Management (BCM)

1. Perangkat Border Control Management (BCM)


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi serta dalam rangka peningkatan kualitas pengamanan
data keimigrasian mengenai lalu intas orang yang masuk dan keluar
dari dan ke wlayah Indonesia pada Tempat Pemeriksan Imigrasi, telah
mendorong perlunya dibangun dan dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Imigrasi Sistem Border Control Management sebagai
bagian dari Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian Substantif
guna mendukung peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi, dan
akuntabilitas penyelenggaraan tugas pemeriksaan keimigrasian pada
Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Untuk memberikan keseragaman alur kerja yang memberi
kepastian dan kemudahan bagi setiap pejabat atau petugas imigrasi
pelaksana dalam perekaman data dan pemeriksaan keimigrasian di
Tempat Pemeriksan Imigrasi melalu Sistem Border Control Management
dimaksud, diperlukan pedoman tata laksana yang terstandarisasi
bagi setiap setiap pejabat atau petugas imigrasi pelaksana, yang

58 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


berdasarkan hal tersebut maka Direktur Jenderal Imigrasi menetapkan
Standar Operasioal Prosedur Border Control Management.
Dalam rangka terlaksananya Standar Operasional Prosedur
Border Control Management secara tepat dan terarah, setiap setiap
pejabat atau petugas imigrasi yang bertugas di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi wajib memahami buku panduan (manual book/user manual)
Sistem Border Control Management.

2. Aplikasi Perlintasan Keimigrasian

a. Membuka Aplikasi

Untuk membuka Aplikasi Perlintasan Keimigrasian,


petugas harus terdaftar terlebih dahulu.

Layar login masuk, akan ditampilkan setelah icon pada


desktop di klik ganda oleh petugas.

1) Login Masuk
Untuk login masuk, lakukan langkah sebagai berikut:

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 59


2) Halaman Utama
Setelah login masuk, halaman utama Aplikasi Perlintasan
Keimigrasian akan tampil

60 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Contoh Keterangan Indikator
Warna Keterangan
Kamera tersedia dan
terkoneksi dengan Aplikasi
Perlintasan Keimigrasian
Kamera tidak tersedia atau
tidak terkoneksi dengan
Aplikasi Perlintasan
Keimigrasian

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 61


b. Petugas Kedatangan

- Petugas harus Login dengan memilih bagian kedatangan


- Petugas memastikan indikator koneksi dan indikator
perangkat yang akan digunakan terkoneksi (berwarna
hijau)
- Lakukan pemindaian paspor menggunakan perangkat
pemindaian (atau masukan data pelintas secara manual)

62 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses
petugas

Tombol Izinkan
Warna Keterangan dan Rujukan

Menandakan pelintas tidak


bermasalah
Menandakan perlu pengecekkan
terhadap pelintas
Menandakan pelintas bermasalah

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 63


1) Biometrik

Pengambilan biometrik harus dilakukan bila pelintas


berusia di atas 17 tahun dan atau jenis visa masuk yang
dipilih bukan tipe “KRU”

a) Mengambil Foto
- Klik tombol Foto maka jendela pengambilan
foto akan terbuka
- Pastikan pelintas berdiri menghadap pada
kamera, dan kamera akan otomatis mengambil
foto lalu meng-crop
- Bila hasil foto belum sesuai tekan tombol Ulang
- Tekan tombol simpan untuk menyimpan foto

b) Mengambil Sidik Jari


- Klik tombol Pindai sidik jari maka jendela
pengambilan sidik jari akan tampil
- Petugas perlu mengarahkan pelintas untuk
pengambilan sidik jari
- Sidik jari akan otomatis diambil dan tersimpan
otomatis

64 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


c) Tanpa Biometrik
- Jika petugas tidak ingin mengambil biometrik
dengan mencontreng kotak Tanpa Biometrik,
jendela alasan tanpa biometrik akan
ditampilkan.
- Petugas diminta memilih alasan sesuai dengan
yang ada pada daftar alasan, lalu memberikan
catatan yang menjelaskan mengapa tindakan
tanpa biometrik di ambil.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 65


2) Jenis Visa, Detail Perlintasan, dan Alasan Masuk

- Jenis visa pelintas akan tampil otomatis sesuai


dengan data yang ada di server. Tipe visa akan
mengarah pada BVK sebagai default, bila data visa
tidak ditemukan. Selanjutnya dapat disesuaikan
dengan keadaan ditempat pemeriksaan imigrasi.
- Data visa akan tampil sesuai dengan pilihan jenis
visa yang dipilih
- Alat angkut dipilih sesuai dengan alat angkut yang
digunakan

66 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


3) Mengijinkan Masuk Pelintas

- Jika hasil pemeriksaan pelintas berwarna hijau, dan


tidak ada permasalahan lainnya maka petugas dapat
memilih izinkan (alt+A)
- Jika hasil pemeriksaan pelintas berwarna oranye,
dan tidak ada permasalahan lainnya maka petugas
dapat memilih izinkan (alt+A). Dimana selanjutnya
jendela Alasan mengijinkan akan tampil dan petugas
diminta untuk mengisi alasan dan catatan yang
sesuai kemudian klik simpan sehingga halaman
utama menjadi kosong dan siap untuk memproses
pelintas selanjutnya.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 67


4) Merujuk Pelintas Masuk

- Petugas dapat merujuk pelintas kepada Supervisor,


tanpa melengkapi detail perlintasan
- Jendela rujuk akan tampil dimana petugas diminta
memasukkan alasan rujukan beserta catatan
- Tekan tombol simpan maka akan menyelesaikan
proses rujuk dan selanjutnya kembali ke tampilan
halaman utama

68 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


c. Proses Keberangkatan

- Petugas harus Login dengan memilih bagian keberangkatan


- Petugas memastikan indikator koneksi dan indikator
perangkat yang akan digunakan terkoneksi (berwarna
hijau)
- Lakukan pemindaian paspor menggunakan perangkat
pemindaian (atau masukan data pelintas secara manual)

- Bila hasil pemindaian normal maka pada bagian kanan


akan tampil hasil pemeriksaan, kalkulator overstay, detail
perlintasan dan alasan masuk untuk pelintas WNA
- Hasil pemeriksaan pelintas akan menampilkan salah satu
warna (Hijau, Oranye, Merah)

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 69


Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas

Tombol izinkan
Warna Keterangan
dan Rujukan

menandakan pelintas tidak


bermasalah

menandakan perlu
pengecekkan terhadap pelintas

menandakan pelintas bermasalah

1) Kalkulator Overstay, Detail Perlintasan, dan Alasan


Masuk

- Kalkulator overstay akan menampilkan secara


otomatis data perlintasan saat kedatangan pada
pelintas WNA.
- Alat angkut dipilih sesuai dengan alat angkut yang
digunakan pelintas
- Alasan masuk akan menampilkan data yang telah
diinput saat kedatangan.

70 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


- Bila hasil pemindaian
normal maka pada bagian kanan akan tampil hasil
pemeriksaan, kalkulator overstay, detail perlintasan
dan alasan masuk untuk pelintas WNA.
- Hasil pemeriksaan
pelintas akan menghasilkan salah satu warna (Hijau,
Oranye, Merah)

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 71


Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas

Tombol izinkan
Warna Keterangan
& Rujukan

menandakan pelintas tidak


bermasalah
menandakan perlu pengecekkan
terhadap pelintas

menandakan pelintas bermasalah

2) Mengijinkan Pelintas Keluar

- Jika hasil pemeriksaan pelintas berwarna hijau, dan


tidak ada permasalahan lainnya maka petugas dapat
memilih izinkan (alt+A)
- Jika hasil pemeriksaan pelintas berwarna oranye,
dan tidak ada permasalahan lainnya maka petugas
dapat memilih izinkan (alt+A). Dimana selanjutnya
jendela Alasan izinkan akan tampil dan petugas
diminta untuk mengisi alasan dan catatan yang
sesuai kemudian klik simpan sehingga halaman
utama menjadi kosong dan siap untuk memproses
pelintas selanjutnya.

72 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


3) Merujuk Pelintas Rujuk

- Petugas dapat merujuk pelintas kepada Supervisor,


tanpa melengkapi detail perlintasan
- Jendela rujuk akan tampil dimana petugas diminta
memasukkan alasan rujukan dan catatan
- Tekan tombol simpan maka akan menyelesaikan
proses rujuk dan selanjutnya kembali ke tampilan
halaman utama

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 73


74 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
d. Rujukan

- Petugas harus Login dengan hak akses supervisor


- Petugas memastikan login pada bagian yang benar

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 75


Tampilan Rujukan

- Data rujukan dapat dicari dengan cara mengetikkan Nomor


Paspor pada kolom nomor dokumen pada jendela Referal

- Detail rujukan berikut akan ditampilkan bila nomor paspor


pada data rujukan diklik dua kali.
- Petugas supervisor dapat memeriksa kembali detail data
pelintas, hasil pemeriksaan sistim, jenis visa, alat angkut,
biometrik,alasan rujukan dan
- Tombol yang tersedia pada rujukan yaitu Izinkan (alt+A)
dan Tolak (alt+D)

76 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


- Untuk menyelesaikan proses rujukan, petugas supervisor
perlu memperbaiki dan atau melengkapi data yang diminta.
- Bila data sudah di proses, maka jendela referral tidak lagi
menampilkan data yang telah diproses tersebut.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 77


78 Mengenal Balitbang Hukum Dan Ham:
Pendekatan Metode Dan Pemanfaatan Hasil Litbang
BAB IV
PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN KHUSUS

A. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat yang Bukan TPI


Dalam rangka mendukung perekonomian di suatu daerah, dengan
adanya kegiatan ekspor-impor suatu barang atau komoditas yang dibutuhkan
oleh pemerintah daerah dan/atau swasta yang sedang membangun sebuah
proyek, serta apabila adanya kunjungan dari tamu negara yang akan
akan berkunjung ke suatu wilayah di Indonesia melalui Bandar udara atau
pelabuhan yang bukan TPI, pemeriksaan keimigrasian dapat dilaksanakan
berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi.
Berdasarkan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2016,
“Dalam keadaan tertentu pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan di tempat yang bukan Tempat
Pemeriksaan Imigrasi yang difungsikan sebagai tempat
pemeriksaan Keimigrasian berdasarkan persetujuan Direktur
Jenderal.”

Berdasarkan Pasal 74 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor


44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar Wilayah
Indonesia di TPI,
“Dalam keadaan tertentu, pemeriksaan Keimigrasian dapat
dilakukan di tempat lain yang bukan TPI yang difungsikan sebagai
tempat pemeriksaan Keimigrasian berdasarkan persetujuan
Direktur Jenderal.”

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 79


Dalam hal adanya permohonan pemeriksaan keimigrasian dari
Penanggung Jawab Alat Angkut untuk masuk ke wilayah Indonesia melalui
tempat lain (pelabuhan/bandar udara/terminal khusus) di luar TPI yang telah
ditentukan, sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Hukum
dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020 tentang TPI atau tempat
lain yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Imigrasi, maka pemeriksaan keimigrasian tidak dapat dilaksanakan sebelum
memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi.
Persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi sebagaimana dimaksud melalui
mekanisme yang telah diatur dalam Pasal 75 Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Nomor 44 Tahun 2015, yakni permohonan diajukan oleh Penanggung
Jawab Alat Angkut kepada Kepala Kantor Imigrasi yang wilayah kerjanya
meliputi tempat berlabuh atau masuk Wilayah Indonesia dengan memuat
alasan dan pertimbangan, selanjutnya Kepala Kantor Imigrasi wajib
meneruskan permohonan tersebut kepada Kepala Divisi Keimigrasian
untuk mendapatkan kajian dan/atau pertimbangan, kemudian Kepala Divisi
Keimigrasian menyampaikan permohonan dimaksud kepada Direktur
Jenderal Imigrasi untuk mendapatkan persetujuan untuk jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan atau berdasarkan 1 (satu) kali permohonan
menyesuaikan dengan waktu kedatangan dan keberangkatan alat angkut.
Untuk menjamin bahwa persetujuan yang diberikan telah melalui
kajian dan pertimbangan, permohonan pemeriksaan keimigrasian oleh
Penanggung Jawab Alat Angkut harus diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari
kerja sebelum kedatangan alat angkut. Hal ini tertuang dalam surat Direktur
Lalu Lintas Keimigrasian Nomor IMI.1-UM.01.01-5.2769 tanggal 17 Juli 2020
perihal Pemeriksaan Keimigrasian di Luar TPI/Tempat Lain yang Bukan TPI.
Dalam hal Penangung jawab alat angkut yang telah mendapatkan
persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi masuk melalui Bandar udara atau
pelabuhan yang merupakan wilayah kerja kantor imigrasi Non TPI, maka
pelaksanaan pemeriksaan keimigrasian dilaksanakan melalui kerjasama
dengan kantor imigrasi yang membawahi TPI terdekat yang masih dalam
satu wilayah atau provinsi.

80 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


B. Pemeriksaan Keimigrasian di Atas Alat Angkut Dalam Perjalanan
Menuju Wilayah Indonesia
Berdasarkan Pasal 80 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Masuk dan Keluar
Wilayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, bahwa pemeriksan
keimigrasian dapat juga dilakukan di atas alat angkut yang sedang dalam
perjalanan dari luar negeri menuju ke wilayah Indonesia. Pemeriksaan
keimigrasian tersebut meliputi pemeriksaan di atas alat angkut udara dan alat
angkut laut terhadap Warga Negara Indonesia, Orang Asing dan Awak Alat
Angkut. Pejabat Imigrasi yang akan melakukan pemeriksaan Keimigrasian
di atas Alat Angkut, bergabung dengan Alat Angkut tersebut dari pelabuhan
atau bandara di luar negeri. Kegiatan ini dilaksanakan oleh minimal 2 orang
Pejabat Imigrasi atau disesuaikan dengan jumlah penumpang yang ada di
atas alat angkut.
Kegiatan pemeriksaan diatas alat angkut dalam perjalanan menuju
wilayah Indonesia telah berlangsung sejak sekitar tahun 1980 untuk kegiatan
di atas kapal pesiar yang disebut dengan istilah Immigration On Shipping
(IOS). Sementara untuk kegiatan serupa di atas pesawat dikenal dengan
istilah Immigration On Board (IOB).
Pada Tahun 2010 Direktorat Jenderal Imigrasi mengadakan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dengan PT Garuda Indonesia yang berisikan tentang
perjanjian para Pihak terkait kegiatan Pemeriksaan Keimigrasian Dalam
Penerbangan dalam rangka mendukung program Pemerintah di sektor
pariwisata, khususnya dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Indonesia. PKS tersebut berjalan selama 3 Tahun
terhitung sejak tanggal 21 Januari 2010 sampai dengan 20 Januari 2013,
yang selanjutnya diperbahuri dengan PKS berikutnya yang berlaku sampai
dengan 20 Januari 2015. Hingga saat ini kegiatan IOB belum berjalan
kembali.
Dalam pelaksanaannya kegiatan IOB menemui beberapa kendala
baik teknis dan non teknis yang menjadikan evaluasi sehingga kegiatan
IOB dihentikan salah satunya adalah permasalahan pada perangkat Border
Control Management (BCM) mobile yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 81


sering terkendala dalam proses sinkronisasi dengan data Cekal, sehingga
terdapat kemungkinan lolosnya subyek Cekal pada saat pemeriksaan.
Permasalah juga muncul saat akan melakukan docking data perlintasan ke
dalam sistem BCM. Selain itu terdapat penumpang khususnya yang ada di
business class yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran IOB. Adanya
beberapa permasalahan tersebut akhirnya kegiatan IOB dihentikan.
Pada prinsipnya Direktorat Jenderal Imigrasi sangat mendukung
apabila dikemudian hari kegiatan IOB akan dihidupkan kembali, tentunya
dengan tata kelola yang lebih baik sehingga memberikan rasa aman dan
nyaman bagi semua pihak, baik petugas Imigrasi, maskapai penerbangan
dan penumpang. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
dengan berbagai keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya merupakan
potensi besar dalam pengembangan industri pariwisata bahari khususnya
industri pariwisata kapal pesiar, dimana perairan Indonesia dapat menjadi
gelanggang bahari dan destinasi wisata bagi kapal pesiar yang berpotensi
meningkatkan pemasukan negara secara lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
Dalam rangka mendukung sektor pariwisata khususnya kunjungan
wisatawan mancanegara yang menggunakan kapal pesiar, serta mengingat
belum memadainya sarana dan prasarana pelabuhan di beberapa wilayah
Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi memberikan fasilitas kemudahan
yaitu pelaksanaan pemeriksaan keimigrasian di atas Alat Angkut yang
sedang dalam perjalanan dari luar negeri menuju ke Wilayah Indonesia
Immigration On Shipping (IOS).
IOS merupakan upaya dalam memberikan kenyamanan bagi para
penumpang kapal pesiar dimana pemeriksaan keimigrasian dilaksanakan
saat kapal dalam perjalanan sehingga penumpang dapat langsung turun
dari kapal setibanya di pelabuhan tujuan. Kegiatan IOS dilaksanakan oleh
Pejabat Imigrasi yang berasal dari unit Direktorat Jenderal Imigrasi dan
satuan kerja Kanim yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)
atau pelabuhan tujuan.

82 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Dalam kegiatan IOS Direktorat Jenderal Imigrasi juga memberikan
dukungan dalam hal memberikan persetujuan dilaksanakannya pemeriksaan
terhadap penumpang dan crew kapal pesiar yang masuk melalui pelabuhan-
pelabuhan diluar dari TPI yang telah ditentukan, misalnya ke Pulau Komodo.
Kegiatan IOS dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu:
a. belum memadainya sarana dan prasarana pelabuhan/TPI di Indonesia
untuk melaksanakan pemeriksaan keimigrasian bagi penumpang dab
crew kapal pesiar;
b. waktu sandar kapal pesiar yang singkat, sementara jumlah penumpang
banyak;
c. sebagian penumpang kapal berusia lanjut; dan
d. adanya kapal pesiar yang masuk wilayah Indonesia tidak melalui
TPI. Berdasarkan data statistik pelaksanaan kegiatan IOS pada
Subdirektorat

TPI Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian, pelaksanaan kegiatan IOS


terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2017 tercatat
sebanyak 59 kapal pesiar telah diberikan fasilitas IOS, selanjutnya pada
Tahun 2018 terdapat 90 kapal dan pada Tahun 2019 meningkat sebanyak
148 kapal. Meningkatnya jumlah kunjungan kapal pesiar ke Indonesia tidak
terlepas dari meningkatnya industri kapal pesiar di Singapura dan Australia,
dimana Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak tempat wisata
yang menawarkan keindahan alam, budaya serta sejarah yang sangat
menarik bagi wisatawan asing.
Berikut sepuluh besar tujuan kapal pesiar yang datang ke Indonesia
pada Tahun 2019 melalui kegiatan IOS:
1. Lagoi, Kepulauan Riau 54 kapal;
2. Pulau Komodo, NTT 21 kapal;
3. Benoa, Bali 17 kapal;
4. Sabang, Aceh 10 kapal;
5. Saumlaki dan Metimarang, Maluku 10 kapal;
6. Semarang, Jawa Tengah 7 kapal;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 83


7. Tanjung Perak, Surabaya 4 kapal;
8. Lombok, NTB 3 kapal;
9. Tanjung Priok, Jakarta 3 kapal;
10. Agats, Papua 2 kapal.

Berikut sepuluh besar asal kota kapal pesiar yang datang ke Indonesia
pada Tahun 2019 melalui kegiatan IOS:
1. Singapura 74 kapal;
2. Darwin, Asutralia 28 kapal;
3. Fremantle, Australia 6 kapal;
4. Dili, Timor Leste 5 kapal;
5. Wyndham, Australia 4 kapal;
6. Port Klang, Malaysia 4 kapal;
7. Phuket, Thailand 3 kapal;
8. Cairns, Australia 2 kapal;
9. Langkawi, Malaysia 2 kapal;
10. Kuching, Malaysia 2 kapal.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kunjungan kapal pesiar,


pemerintah melalui PT Pelindo III tengah mengembangkan Benoa Cruise
Terminal. Sarana dan prasarana pemeriksaan keimigrasian telah disiapkan
oleh PT Pelindo III bersama-sama dengan Kantor Imigrasi Denpasar untuk
menyambut penumpang yang akan datang atau keluar Indonesia melalui TPI
Benoa. Benoa Cruise Terminal diharapkan akan menjadi home port, dimana
penumpang kapal pesiar akan berangkat dari Bali, kemudian berkeliling
Indonesia dan pada akhir perjalanan akan berakhir di Bali. Saat kapal
bersandar, tentunya akan menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat di
sekitarnya dan berdampak positif bagi perekonomian Bali.
IOS paling sedikit dilaksanakan oleh 2 orang Pejabat Imigrasi, untuk
efektifitas pemeriksaan keimigrasian jumlah petugas IOS disesuaikan
dengan jumlah penumpang dan awak kapal, serta lamanya waktu perjalanan
kapal dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan di Indonesia. Pejabat imigrasi
yang ditugaskan terdiri dari perwakilan Direktorat Jenderal Imigrasi dan

84 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


kantor imigrasi yang membawahi TPI tujuan kapal pesiar. Adapun biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan IOS seperti tiket penerbangan, transportasi,
penginapan dan uang saku dibebankan kepada penanggung jawab alat
angkut dalam hal ini General Agent yang mengurusi perizinan kapal selama
berada di wilayah Indonesia.
Terkait pembiayaan IOS, hal ini pernah menjadi temuan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Tahun 2015 yaitu adanya penerimaan
biaya perjalanan dinas oleh Pejabat Imigrasi yang tidak sesuai ketentuan.
Saat itu BPK merekomendasikan untuk mengalokasikan anggaran perjalanan
dinas yang dibutuhkan untuk kegiatan pelayanan IOS. Berdasarkan hasil
temuan tersebut dibuatlah sebuah kajian dimana Direktorat Jenderal Imigrasi
harus menyiapkan anggaran sekitar 44 Milyar untuk 100 kegiatan IOS per
tahun, yang ternyata melebihi dari penerimaan negara yang diperoleh
melalui pembayaran Visa On Arrival saat itu, terlebih setelah diterbitkannya
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 yang memberikan fasilitas bebas
visa kunjungan kepada 169 negara.
Setelah dilakukannya pembahasan antara Direktorat Jenderal Imigrasi,
BPK dan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM, serta mengacu
pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kemnterian Hukum dan HAM,
diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan IOS tetap dapat dilaksanakan melalui
pembiayaan oleh penanggung jawab alat angkut, untuk mendukung program
pemerintah di bidang pariwisata dalam rangka mencapai target kunjungan
wisatawan. Terkait pembiayaan oleh pihak ke tiga berupa konpensasi
yang diterima terkait kegiatan kedinasan seperti honorarium, transportasi,
akomodasi dan pebiayaan lainnya dapat diterima sepanjang tidak terdapat
pembiayaan ganda, tidak terdapat konflik kepentingan dan tidak melanggar
ketentuan yang berlaku pada Kementerian Hukum dan HAM. Agar tidak
menjadi temuan dikemudian hari, Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian
telah mengusulkan pengaturan mengenai kewajiban penanggung jawab
alat angkut untuk membiayai kegiatan IOS dalam rancangan perubahan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 44 Tahun 2015.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 85


Pemeriksaan keimigrasian dalam kegiatan IOS dilaksanakan dengan
tahapan:
a. Pemeriksaan dokumen perjalanan dan visa;
b. Mencocokkan dokumen perjalanan dengan pemegangnya;
c. Pemindaian dokumen perjalanan;
d. Pemeriksaan dalam daftar Cekal;
e. Peneraan Tanda Masuk atau Tanda Keluar.

Pelaksanaan pemeriksaan keimigrasian dalam kegiatan IOS


dilaksanakan di sebuah ruangan tersendiri yang telah disiapkan oleh pihak
kapal. Untuk kegiatan pencocokan data dokumen perjalanan dengan
pemegangnya, disesuaikan dengan kondisi penumpang dan dilaksanakan
bersama-sama dengan pihak kapal. Dalam prakteknya kegiatan ini
dilaksanakan di sebuah ruang khusus di atas kapal dengan tidak menimbulkan
antrian dalam proses pemeriksaan, mengingat bahwa mayoritas penumpang
kapal pesiar adalah lanjut usia yang memerlukan pelayanan khusus.

C. Pemeriksaan Keimigrasian Terhadap Awak Kapal Militer atau


Kapal Perang dan Kapal Pemerintah Asing
Berdasarkan Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia
wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa yang menjadi
subyek hukum adalah orang, dimana Orang sebagai subyek hukum sebagai
pendukung hak dapat dikenakan kewajiban jika melakukan pelanggaran/
kejahatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menjadi sebuah pertanyaan selama ini, apakah personil kapal militer
atau kapal perang yang datang dengan alat angkutnya dapat dilakukan
pemeriksaan keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
Adanya peran Angkatan Laut yang telah menjadi asas yang diterima
secara internasional dan berlaku universal, bahwa sebuah angkatan laut
selain mengemban fungsi militer juga mengemban fungsi diplomasi dan

86 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


fungsi polisionil atau constabular, yang dikenal sebagai “Trinitas Angkatan
Laut”. Ketiga peran ini (Military Role, Diplomacy Role, Constabulary Role)
saling berhubungan dalam arti bahwa dalam menjalankan salah satu
perannya, sesungguhnya Angkatan Laut juga melaksanakan peran lainnya.
Bahwa kunjungan kapal militer/kapal perang asing ke negara lain
pada umumnya merupakan kunjungan yang bersifat diplomasi dengan
berbagai tujuan kedatangan antara lain port visit, latihan bersama, undangan
menghadiri kegiatan ataupun dengan tujuan pengambilan logistik atas seizin
pemerintah negara yang akan dikunjungi.
Bahwa di dalam konvensi UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention On The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Tentang Hukum laut) mengatur mengenai kapal perang sebagai berikut:
a. Pasal 29 tentang Batasan Kapal Perang “Untuk maksud Konvensi ini
kapal perang berarti suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata
suatu Negara yang memakai tanda luar yang menunjukkan ciri khusus
kebangsaan kapal tersebut, di bawah komando seorang perwira yang
diangkat untuk itu oleh Pemerintah Negaranya dan yang namanya
terdapat di dalam daftar dinas militer yang tepat atau daftar serupa,
dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan
bersenjata reguler.”
b. Pasal 32 tentang Kekebalan kapal perang dan kapal pemerintah lainnya
yang dioperasikan untuk tujuan non-komersial “Dengan pengecualian
sebagaimana tercantum dalam sub-bagian A dan dalam pasal 30 dan
31, tidak satupun ketentuan dalam Konvensi ini mengurangi kekebalan
kapal perang dan kapal pemerintah lainnya yang dioperasikan untuk
tujuan non-komersial”

Selain ketentuan dalam UNCLOS, kekebalan diplomatik kapal perang


juga diatur dalam penjelasan Pasal 9 huruf c Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2014 tentang Tentara Nasional Indonesia yang berbunyi “Yang
dimaksud dengan diplomasi Angkatan Laut (naval diplomacy) adalah fungsi
diplomasi sesuai dengan kebijakan politik luar negeri yang melekat pada

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 87


peran Angkatan Laut secara universal sesuai dengan kebiasaan internasional,
serta sudah menjadi sifat dasar dari setiap kapal perang suatu negara yang
berada di negara lain memiliki kekebalan diplomatik dan kedaulatan penuh”.
Selain asas kekebalan tersebut, dalam tatanan kebiasaan militer
internasional juga berlaku asas resiprokal penerimaan di negara sahabat
terhadap kapal perang dan kapal pemerintah asing yang akan memasuki
suatu negara dengan menggunakan hak lintas damai maupun lintas transit,
serta telah menjadi kebiasaan internasional bahwa dalam rangka kunjungan
kapal militer/kapal perang ke suatu negara, tidak dilakukan pemeriksaan
terhadap dokumen perjalanan/paspor terhadap awak/personil kapal perang
seperti pada umumnya.
Sebagai ilustrasi, saat personil militer Kapal Perang Republik
Indonesia (KRI) Dewa Ruci yang melakukan perjalanan keliling dunia tiba
di negara tujuan, seluruh personil KRI tidak pernah menjalani pemeriksaan
keimigrasian dengan menunjukkan paspor, pada umumnya pemeriksaan
hanya dilakukan saat akan keluar dari area pelabuhan/pangkalan dengan
menunjukkan Kartu Identitas/Kartu Tanda Anggota TNI kepada petugas
keamanan pelabuhan.
Dalam prakteknya, permohonan izin bagi kapal militer/kapal perang/
kapal pemerintah asing yang akan datang ke Indonesia harus melalui proses
perizinan Clearence Approval Indonesia Teritory (CAIT) yang membutuhkan
persetujuan dari:
a. Kementerian Luar Negeri untuk Diplomatic Clearance (DC);
b. Mabes TNI untuk Security Clearance (SC); dan
c. Kementerian Perhubungan untuk Transportation Clearance (TC).

Bahwa dalam ketentuan TNI, pengajuan CAIT diatur dalam Keputusan


Panglima TNI Nomor Kep/704/X/2012 tanggal 11 Oktober 2012 tentang Buku
Petunjuk Teknis Penerbitan Security Clearance Kapal Asing Tidak Berjadwal.
Terkat penyampaian daftar personil (crew list) dalam pengurusan CAIT,
hal ini bersifat resiprokal terhadap seluruh negara kecuali terhadap
kapal perang Amerika Serikat, yang memiliki kebijakan tidak memberikan
data identitas personil termasuk crew list kepada pemerintah negara tujuan.

88 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Berdasarkan Pasal 4 Ayat 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 44 Tahun 2015 mengatur bahwa pemberitahuan
kedatangan alat angkut militer negara asing disampaikan oleh Markas Besar
Tentara Nasional Indonesia kepada Kepala Kantor Imigrasi atau Pejabat
Imigrasi yang ditunjuk di TPI. Hal ini telah berjalan dengan baik dilapangan,
namun dalam prakteknya proses pemeriksaan keimigrasian tetap menemui
hambatan.
Setelah melalui beberapa kali pembahasan, pada tanggal 11 November
2019 Direktorat Jenderal Imigrasi telah mengeluarkan surat Nomor IMI.2-
UM.01.01-5.4191 perihal Pemeriksaan Keimigrasian Terhadap Awak Kapal
Militer/Kapal Perang dan Kapal Pemerintah Asing, sebagai pedoman bagi
petugas bahwa pemeriksaan keimigrasian terhadap awak kapal militer/
personil kapal perang dilaksanakan cukup dengan menerakan cap Daftar
Awak Alat Angkut dan Penumpang sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 28 Tahun 2018 tentang Cap
Keimigrasian pada daftar personil/awak kapal yang dilampirkan oleh pihak
TNI dalam CAIT yang diperlakukan sebagai crew list.
Sebagai upaya untuk melengkapi peraturan keimigrasian, Direktorat
Lalu Lintas Keimigrasian telah mengusulkan pengaturan mengenai tata cara
pemeriksaan terhadap awak kapal militer/kapal perang dan kapal pemerintah
asing ke dalam rancangan perubahan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI Nomor 44 Tahun 2015.

D. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap awak kapal Wisata (Yacht)


Asing
Kapal yacht adalah alat angkut perairan yang berbendera asing
dan digunakan sendiri oleh wisatawan untuk berwisata atau melakukan
perlombaan-perlombaan di perairan baik yang digerakkan dengan tenaga
angin dan/atau tenaga mekanik dan digunakan hanya untuk kegiatan non
niaga. Orang asing yang datang dengan yacht (yachter) bertujuan melakukan
perjalanan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan wisata atau mengikuti

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 89


perlombaan-perlombaan di perairan untuk jangka waktu tertentu.
Mereka bukanlah seorang Pelaut yang memiliki keahlian khusus di bidang
Kepelautan, walaupun memiliki kemampuan dalam mengendarai kapalnya.
Sering kali dijumpai yachter terdiri dari sebuah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya.
Untuk meningkatkan kunjungan kapal yacht, pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan
Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indoenesia. Peraturan tersebut merupakan
pengganti Peraturan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 tentang
Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing ke Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 180 Tahun 2014 tentang perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 tentang Kunjungan Kapal
Wisata (Yacht) Asing ke Indonesia.
Dalam Perpres 105 Tahun 2015 diatur beberapa kemudahan di
bidang kepabeanan, keimigrasian, karantina dan kepelabuhanan. Di bidang
keimigrasian, kemudahaan terhadap awak kapal yacht diatur dalam Pasal 4
Perpres 105 Tahun 2015 yang berbunyi:

Pasal 4

1) Awak kapal dan/atau penumpang kapal wisata (yacht) asing yang akan
melakukan kunjungan ke Indonesia wajib memiliki izin tinggal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Izin tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. visa kunjungan yang diterbitkan perwakilan Republik Indonesia;
b. visa kunjungan saat kedatangan saat tiba di wilayah Republik
Indonesia; dan/atau
c. subjek negara bebas visa kunjungan.
3) Izin tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf
b dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Perpanjangan izin tinggal kunjungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat dilakukan di Kantor Imigrasi terdekat tempat kapal
wisata (yacht) asing berada.

90 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Ketentuan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Awak kapal dan/atau
penumpang kapal wisata (yacht) asing” dapat diartikan bahwa orang
asing yang masuk dengan kapal yacht dapat diperlakukan sebagai awak
kapal ataupun sebagai penumpang, namun dalam ketentuan Pasal 4 ayat
2 mengenai pengaturan izin tinggal bagi yachter secara tidak langsung
menyatakan bahwa yachter dikategorikan sebagai Penumpang dan bukan
sebagai Awak Kapal. Untuk itu diperlukan penyamaan persepsi dan kejelasan
dalam proses penyelesaian pemeriksaan keimigrasian terhadap yachter
terkait pengkategoriannya sebagai penumpang atau awak alat angkut.
Beberapa definisi yang berkaitan dengan penumpang dan awak kapal
berdasarkan ketentuan antara lain:
a. Pasal 1 angka 38 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, “Penumpang
adalah setiap orang yang berada di atas alat angkut, kecuali awak alat
angkut.”
b. Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008,
“Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas
kapal olehpemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas
kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.”
c. Pasal 1 angka 3 Perpres 105 Tahun 2015,
“Kapal wisata (yacht) asing adalah alat angkut perairan yang berbendera
asing dan digunakan sendiri oleh wisatawan untuk berwisata atau
melakukan perlombaan-perlombaan di perairan baik yang digerakkan
dengan tenaga angin dan/atau tenaga mekanik dan digunakan hanya
untuk kegiatan non niaga.”

Dalam Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengatur


bahwa setiap orang setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia
wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain
berdasarkan Undang-Undang dan perjanjian internasional. Sementara itu
pengecualian dari kewajiban memiliki visa diatur dalam Pasal 43 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 yang mengatur bahwa dalam hal tertentu
Orang Asing dapat dibebaskan dari kewajiban memiliki visa, diantaranya:

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 91


a. warga negara dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Presiden dengan memperhatikan asas timbal balik dan
asas manfaat;
b. warga negara asing pemegang Izin Tinggal yang memiliki Izin Masuk
Kembali yang masih berlaku;
c. nakhoda, kapten pilot, atau awak yang sedang bertugas di alat angkut;
d. nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut atau alat
apung yang datang langsung dengan alat angkutnya untuk beroperasi
di perairan Nusantara, laut teritorial, landas kontinen, dan/atau Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Berdasarkan beberapa ketentuan tersebut diatas, dapat dipahami


bahwa kedudukan yachter tidak dapat dikategorikan sebagai Awak Kapal
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pelayaran, karena yachter
tidak bekerja atau dipekerjakan, dimana yachter adalah pemilik sekaligus
pengendara alat angkutnya walaupun dalam prakteknya kerap menggunakan
crew list dalam pelaporannya saat masuk ke suatu negara.
Dalam Undang-Undang Keimigrasian telah jelas mengatur mengenai
definisi Penumpang yang selanjutnya tunduk pada kebijakan Visa, Tanda
Masuk dan pemberian Izin Tinggal sehingga penyelesaian pemeriksaan
keimigrasian terhadap yachter diperlakukan sebagaimana layaknya
penumpang, yaitu dengan memberikan Tanda Masuk yang berasal dari Bebas
Visa Kunjungan (BVK), Visa Kunjungan Saat Kedatangan (Visa On Arrival/
VOA) dan Visa yang dikeluarkan oleh Perwakilan RI dalam rangka wisata.
Pemberian Tanda Masuk yang berasal dari Bebas Visa bagi awak kapal (crew
visit) tidak tepat apabila diterapkan pada yachter yang notabene merupakan
wisatawan atau perserta dalam rangka mengikuti perlombaan- perlombaan di
perairan Indonesia. Namun dalam keadaan tertentu, pemberian Tanda Masuk
crew visit kepada yachter tetap dapat diberikan atas pertimbangan tertentu
misalnya, kepada perserta lomba atau Rally Yacht yang diselenggarakan
oleh pemerintah Indonesia. Direktorat Jenderal Imigrasi telah menerbitkan
surat penegasan mengenai penyelesaian pemeriksaan keimigrasian bagi
orang asing yang masuk dengan menggunakan kapal yacht yang tertuang

92 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


dalam surat Plh. Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-GR.01.01-4142
tanggal 27 Agustus 2020 perihal Pemeriksaan Keimigrasian bagi Orang
Asing yang Masuk Wilayah Indonesia dengan Menggunakan Kapal Wisata
(Yacht).
Selain mengatur beberapa kemudahan bagi kapal yacht, Peraturan
Presiden Nomor 105 Tahun 2015 juga telah menentukan pintu masuk
dan pintu keluar bagi kapal yacht apabila ingin mendapatkan kemudahan-
kemudahan. Namun dengan ditetapkannya pintu masuk bagi kapal yacht
tidak menutup kemungkinan adanya perlintasan yacht melalui TPI yang telah
ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang TPI.
Berikut daftar pelabuhan sebagai pintu masuk/keluar bagi yacht
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang
Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indoenesia dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 123 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 171 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pelayaran Kapal Wisata (Yacht) Asing di Perairan Indonesia:
1) Pelabuhan Sabang, Sabang, Aceh;
2) Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara;
3) Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat;
4) Nongsa Point Marina, Batam, Kepulauan Riau;
5) Bandar Bintan Telani, Bintan, Kepulauan Riau;
6) Pelabuhan Tarempa, Anambas, Kepulauan Riau;
7) Pelabuhan Tanjung Pandan, Belitung, Bangka Belitung;
8) Pelabuhan Sunda Kelapa dan Marina Ancol, DKI Jakarta;
9) Pelabuhan Marina Ancol, DKI Jakarta;
10) Pelabuhan Benoa, Badung, Bali;
11) Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur;
12) Pelabuhan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah;
13) Pelabuhan Tarakan, Tarakan, Kalimantan Utara;
14) Pelabuhan Nunukan, Bulungan, Kalimantan Timur;
15) Pelabuhan Bitung, Bitung, Sulawesi Utara;
16) Pelabuhan Ambon, Ambon, Maluku;
17) Pelabuhan Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Maluku;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 93


18) Pelabuhan Tual, Maluku Tenggara, Maluku;
19) Pelabuhan Sorong, Sorong, Papua Barat; dan
20) Pelabuhan Biak, Biak, Papua.

Ada kemudahan namun ada pula larangan bagi yacht asing selama
berada di perairan Indonesia, dalam Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor
105 Tahun 2015 diatur bahwa Kapal wisata (yacht) asing yang melakukan
kunjungan wisata di wilayah Indonesia dilarang untuk dikomersialkan dan/
atau disewakan kepada pihak lain. Lebih lanjut di dalam Pasal 3 ayat 3
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 171 Tahun 2015 menegaskan
bahwa kapal wisata (yacht) asing tidak boleh melakukan pergantian
penumpang atau menaikkan dan menurunkan penumpang selama berada
di wilayah perairan Indonesia.

E. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Lain Yang Difungsikan


sebagai Tempat Pemeriksaan Keimigrasian
Bahwa saat ini di beberapa daerah telah berkembang lalu lintas
keimigrasian masuk dan keluarnya alat angkut yang beroperasi secara
khusus untuk kepentingan pariwisata atau pengangkutan barang ekspor
impor yang dibutuhkan dan/atau yang dihasilkan oleh perusahaan tertentu,
yang secara operasionalisasi melalui pelabuhan yang belum ditetapkan
sebagai Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI);
Selain penetapan TPI oleh Menteri Hukum dan HAM, berdasarkan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015 Direktur Jenderal
Imigrasi dapat menetapkan suatu “Tempat Lain” yang difungsikan sebagai
tempat pemeriksaan keimigrasian (TPK) yang juga merupakan TPI yang
bersifat khusus dan sementara. Apabila suatu pelabuhan atau terminal
khusus digunakan sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia
oleh alat angkut laut untuk kegiatan atau kepentingan tertentu, secara
terus menerus dalam kurun waktu tertentu, maka persetujuan pemeriksaan
keimigrasian diberikan dalam bentuk penetapan melalui keputusan Direktur
Jenderal Imigrasi.

94 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


Berdasarkan Pasal 20 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian dan Pasal 125 Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Nomor 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar
Wilayah Indonesia di TPI, diatur bahwa dalam keadaan tertentu tempat lain
(ket: pelabuhan laut, terminal khusus) yang bukan TPI dapat difungsikan
sebagai Tempat Pemeriksaan Keimigrasian yang bersifat sementara dengan
penetapan Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi.
Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi tersebut melalui mekanisme
dan persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 126 s.d. 128 Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015 adalah:
a. melalui pengusulan oleh Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan tembusan Direktur
Jenderal Imigrasi cq. Direktur Lalu Lintas Keimigrasian, dengan
melampirkan:
1) permohonan dari pemerintah daerah atau perusahaan, dalam
hal ini adalah pengelola pelabuhan atau terminal khusus;
2) Keputusan Menteri Perhubungan mengenai status pelabuhan
atau izin operasional terminal khusus;
3) Rekomendasi dari Pemerintah Daerah setempat; dan
4) Rekomendasi dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Badan Intelijen Strategis atau Kementerian
Luar Negeri terkait dengan pertimbangan keamanan.
Terkait dengan rekomendasi pada angka 4 diatas bersifat alternatif, yaitu
cukup salah satu instansi yang mengeluarkan rekomendasi sebagai
persyaratan penetapan, hal ini untuk memudahkan pihak pengelola
pelabuhan atau terminal khusus dengan mempertimbangkan lokasi
terminal khusus dan keberadaan masing- masing instansi di daerah.
b. Selanjutnya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
cq. Kepala Divisi Keimigrasian meneruskan usulan Kepala Kantor
Imigrasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi beserta kelengkapan
dokumen pendukung serta rekomendasi atas hasil kajian, termasuk

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 95


usulan jangka waktu penetapan tempat lain yang akan difungsikan
sebagai TPK.
c. Direktur Jenderal Imigrasi menunjuk Pejabat Imigrasi untuk melakukan
survei atau peninjauan lapangan, kegiatan ini dilaksanakan untuk
mengetahui ketersediaan area imigrasi, fasilitas dan sarana penunjang
kegiatan pemeriksaan keimigrasian, serta penelaahan yang memuat
adanya pertimbangan legalitas, potensi dan kerawanan keimigrasian
serta pertimbangan politik, ekonomi, sosial budaya.
d. Direktur Jenderal Imigrasi menetapkan keputusan sesuai dengan
rekomendasi Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dan mencantumkan
jangka waktu difungsikannya tempat lain sebagai TPK.
e. Jangka waktu difungsikannya tempat lain sebagai TPK dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan atau dihentikan berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal Imigrasi.

Hingga Agustus tahun 2020, Direktorat Jenderal Imigrasi telah


menginventarisir sebanyak 36 TPK, 23 diantaranya telah mengantongi
Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi yang terdiri dari 27 terminal khusus
dan 9 pelabuhan laut. Terminal khusus yang telah ditetapkan mayoritas
bergerak di bidang pertambangan, namun ada juga terminal khusus yang
bergerak di bidang pariwisata, minyak sawit, BBM, semen, kayu, kertas,
perikanan, dan untuk pelabuhan laut beberapa diantaranya untuk mendukung
keperluan ekspor-impor suatu komoditas perusahaan atau pemerintah
daerah setempat. Dengan jumlah TPK yang sebagian bertambah dan
sebagian besar merupakan terminal khusus, maka diperlukan pemahaman
mengenai terminal khusus itu sendiri. Kementerian Perhubungan dalam
hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, tidak lagi menetapkan status
pelabuhan sebagai pelabuhan Internasional, melainkan pelabuhan yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri. Penyebutan pelabuhan khusus juga
tidak lagi digunakan melainkan Terminal Khusus (Tersus) atau Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS). Pemberian izin operasional terminal khusus
kepada perusahaan atau pengelola pelabuhan adalah untuk mendorong
iklim investasi dan memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha

96 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


bagi pelaku usaha yang mengelola terminal khusus dan terminal untuk
kepentingan sendiri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun
2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
telah menjelaskan mengenai definisi Tersus dan TUKS sebagai berikut:
a. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan
yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
b. Terminal untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di
dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.

Pembangunan Tersus adalah untuk menunjang kegiatan usaha pokok


yang tidak terlayani oleh pelabuhan terdekat dengan kegiatan usahanya,
juga karena sifat barang atau kegiatannya yang memerlukan pelayanan
khusus atau karena lokasinya yang jauh dari pelabuhan. Kegitaan pada
Tersus terbatas pada kegiatan lalu lintas kapal atau turun naik penumpang
atau bongkar maut barang berupa bahan baku atau hasil produksi sesuai
dengan jenis usaha pokok.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 juga
mengatur mengenai penetapan Tersus yang terbuka bagi perdagangan luar
negeri untuk menunjang kegiatan usaha yang hasil produksinya diekspor.
Salah satu persyaratan untuk ditetapkan sebagai Tersus yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri adalah tersedianya fasilitas kantor dan peralatan
penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan dan keamanan
pelayaran, instansi bea cukai, imigrasi dan karantina.
Secara administrasi, pengelola Tersus harus memiliki rekomendasi
dari Imigrasi pada saat memohon penetapan Tersus yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi lokasi Tersus dimaksud,
dapat meminta komitmen pemenuhan fasilitas perkantoran dan peralatan

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 97


penunjang kepada pengelola Tersus sebelum menerbitkan rekomendasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 34 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 20 Tahun 2017.
Sebagaimana telah disampaikan, bahwa penetapan Tempat Lain
sebagai TPK berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi seba­
gaimana diatur dalam Pasal 126 s.d. 128 Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Nomor 44 Tahun 2015, dalam implementasinya diperlukan adanya
sosialisasi dengan memberikan pemahaman kepada pengelola pelabuhan
atau terminal khusus serta agen kapal, sehingga memahami pentingnya
persetujuan atau penetapan Direktur Jenderal Imigrasi tersebut sebagai
pemenuhan aspek legalitas dilaksanakannya pemeriksaan keimigrasian.

F. Pemeriksaan Keimigrasian bagi Orang Asing yang Masuk


dengan Visa Tinggal Terbatas Dalam Rangka Bekerja (Tenaga
Kerja Asing)
Dalam rangka mendukung perekonomian nasional dan perluasan
kesempatan kerja melalui peningkatan investasi, pemerintah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing yang selanjutnya disebut Perpres TKA. Perpres TKA ini berlaku
setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan pada tanggal 26
Maret 2018.
Dalam Pasal 21 Perpres TKA mengatur mengenai pemberian Izin
Tinggal Terbatas (Itas) bagi TKA dilaksanakan di TPI yang disertai dengan
pemberian Izin Masuk Kembali untuk beberapa kali perjalanan, yang masa
berlakunya sesuai dengan masa berlaku Itas. Hal ini merupakan perubahan
yang cukup mendasar khususnya dalam pemberian Tanda Masuk bagi
orang asing di TPI, dimana kita ketahui bersama bahwa proses pemeriksaan
keimigrasian dalam hal peneraan cap pemeriksaan keimigrasian yang diatur
dalam Pasal 100 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pemeriksaan Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia di TPI
disebutkan bahwa “Orang Asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan
menggunakan Visa Tinggal Terbatas diberikan Tanda Masuk yang berlaku

98 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


sebagai Izin Tinggal yang bersifat sementara untuk jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari”. Selain itu, dalam Pasal 24 ayat 2 Peraturan Menteri Hukum
dan HAM Nomor 27 Tahun 2014 tentang Prosedur Teknis Pemberian,
Perpanjangan, Penolakan, Pembatalan dan Berakhirnya Izin Tinggal
Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, dan Izin Tinggal Tetap serta Pengecualian
Dari Kewajiban Memiliki Visa, juga mengatur mengenai pemberian Tanda
Masuk di TPI bagi orang asing pemegang visa tinggal terbatas yang berlaku
sebagai Izin Tinggal yang bersifat sementara untuk jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari.
Untuk melaksanakan pemberian Itas di TPI bagi para TKA yang diatur
dalam Perpres TKA, Kementerian Hukum dan Ham menerbitkan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian
Visa dan Izin Tinggal Bagi Tenaga Kerja Asing, yang di dalamnya mengatur
tentang tata cara pemberian Itas bagi TKA dengan adanya penambahan
tahapan pemeriksaan bagi TKA itu sendiri. Adapun poin-poin yang diatur
dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2018 yaitu:
1. Pemberian Itas bagi TKA dilaksanakan pada TPI tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri Hukum dan HAM.
Hal ini telah ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Keputusan Menteri
Hukum dan HAM Nomor M.HH-01.GR.03.01 Tahun 2018 tentang
Tempat Pemeriksaan Imigrasi Tertentu Untuk Pemberian Izin Tinggal
Terbatas Bagi Tenaga Kerja Asing, yang telah menetapkan 5 (lima )
TPI yaitu: Soekarno Hatta, Kualanamu, Juanda, I Gusti Ngurah Rai
dan Batam Center.
2. Disediakannya konter pemeriksaan khusus. Selain melaksanakan
prosedur pemeriksaan keimigrasian secara umum, Pejabat Imigrasi
yang bertugas di TPI tertentu juga melakukan penyelesaian pemberian
Itas bagi TKA melalui mekanisme:
a. memberikan Tanda Masuk berbentuk stiker yang memuat data
TKA sekaligus Itas dan Izin Masuk Kembali; dan
b. memberikan Itas elektronik melalui mekanisme pengambilan
data biometrik.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 99


Data Itas elektronik tersebut dikirimkan secara elektronik melalui
SIMKIM kepada Pemberi Kerja TKA, calon TKA, Divisi Keimigrasian,
dan kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal TKA.
3. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-
UM.01.01-5713 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian dan
Perpanjangan Izin Tinggal Terbatas Bagi Tenaga Kerja Asing yang
Diajukan Melalui Aplikasi TKA Online, memerintahkan agar dalam
proses pemeriksaan keimigrasian di konter pemeriksaan khusus pada
TPI tertentu agar melakukan:
a. melakukan wawancara singkat dan pemeriksaan terhadap
dokumen perjalanan, visa tinggal terbatas atau persetujuan
visa tinggal terbatas saat kedatangan, boarding pass dan daftar
penangkalan;
b. melakukan perekaman data biometric foto dan sidik jari (sepuluh
jari) terhadap TKA;
c. memberikan Tanda Masuk berbentuk stiker yang memuat data
TKA sekaligus ITAS dan Izin Masuk Kembali; dan
d. menyampaikan informasi kepada TKA bahwa ITAS elektronik
dikirimkan melalui SIMKIM ke surat elektronik yang terdaftar dan
dapat dicetak secara mandiri oleh Pemberi Kerja TKA dan/atau
TKA.

Pelaksanaan pemberian Visa Tinggal Terbatas khusus TKA melalui


mekanisme TKA Online dan Aplikasi Visa Online dilaksanakan sejak tanggal
1 November 2018. Sejak itu pula pelaksanaan pemeriksaan keimigrasian di
konter khusus berupa pemberian Tanda Masuk sekaligus Itas baru kepada
TKA diberlakukan. Setelah satu tahun berjalan, Sekretaris Kabinet melalui
suratnya Nomor B.449/Seskab/Ekon/11/2019 tanggal 28 November 2019
perihal Implementasi Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing, menyampaikan hasil evaluasi dan
rekomendasi yang ditujukan kepada Menteri Hukum dan HAM dimana salah

100 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


satunya adalah perlunya dipertimbangkan untuk menambah jumlah TPI
yang melayani pemberian Itas di TPI yang menjadi lalu lintas TKA.
Dengan adanya rekomendasi dari Sekretariat Kabinet yang tentunya
telah melalui hasil evaluasi dan dapat menjadi salah satu faktor pendorong
masuknya investasi yang berdampak positif pada perekonomian nasional,
upaya perluasan TPI tertentu untuk pemberian Itas bagi TKA telah
ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan HAM
Nomor M.HH-01.GR.02.02 Tahun 2020 tentang Tempat Pemeriksaan
Imigrasi Tertentu Untuk Pemberian Izin Tinggal Terbatas Bagi Tenaga Kerja
Asing.
Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-01.GR.02.02 Tahun
2020 menggantikan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-
01.GR.03.01 Tahun 2018 yang semula hanya menetapkan 5 (lima) TPI kini
diperluas menjadi 20 (dua puluh) TPI yang memiliki fasilitas fasilitas konter
khusus pemberian Itas bagi TKA, diantaranya 13 TPI Bandar Udara, 6 TPI
Pelabuhan Laut dan 1 (Pos Lintas Batas Internasional) yaitu:
1. Bandar Udara Soekarno Hatta
2. Bandar Udara Kualanamu;
3. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II;
4. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II;
5. Bandar Udara Husein Sastranegara;
6. Bandar Udara Juanda;
7. Bandar Udara Yogyakarta:
8. Bandar Udara Supadio:
9. Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan;
10. Bandar Udara Sam Ratulangi;
11. Bandar Udara Hasanuddin;
12. Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai;
13. Bandar Udara Zainuddin Abdul Majid/Lombok;
14. Pelabuhan Batam Center;
15. Pelabuhan Nongsa Terminal Bahari;
16. Pelabuhan Citra Tri Tunas/Harbourbay;

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 101


17. Pelabuhan Sekupang;
18. Pelabuhan Bandar Bentan Telani Lagoi;
19. Pelabuhan Sri Bintan Pura; dan
20. Pos Lintas Batas Internasional Entikong.

102 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


BAB V
PENUTUP

Pemeriksaan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi harus


dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta dengan mengedepankan prinsip pemeriksaan yang telah dijabarkan pada
bab-bab sebelumnya. Diharapkan para Pembelajar dapat mengambil manfaat dari
Modul ini sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian
khususnya sebagai penjaga pintu gerbang Negara yang berwibawa, tegas dan
ramah.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 103


104 Mengenal Balitbang Hukum Dan Ham:
Pendekatan Metode Dan Pemanfaatan Hasil Litbang
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Charles J. Steward, William B. Cash; penerjemah, Wulung Wira Mahendra, (2012),
Interviu prinsip dan praktik = interviewing : principle and practice. Jakarta:
Salemba Humanika.
Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln, 2009, Handbook of Qualitative
Research. Terjemahan Dariyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J, 2018, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Kuntjaraningrat, 1991, Metode Penelitaian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Robert L. Kahn & Charles F. Cannell (1957). Book Reviews : The Dynamics of
Interviewing, New York: John Wiley & Sons.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.

Paraturan Perundang-undangan
Undang Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Perautan Pemerintah Nomor 31 tahun 2013 tentang Pelaksanan Undang Undang
Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan HAM.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 22 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda dan Permohonan Fasilitas
Keimigrasian.

Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi 105


Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 44 tahun 2015 tentang
Tata Cara Pemeriksaan Masuk Dan Keluar Wilayah Indonesia di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 146 Tahun 2016.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 28 Tahun 2018 tentang Cap
Keimigrasian.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 61 Tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL)
Udara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 106 Tahun 2018.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal
Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.

Keputusan: Menteri dan Direktur Jenderal Imigrasi


Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020
tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan SOP Nomor IMI- UM.01.01-
3143 tanggal 23 Agustus 2018 tentang Pengenaan Biaya Beban Terhadap
Penanggung Jawab Alat Angkut yang Membawa Penumpang yang Tidak
Memiliki Dokumen Perjalanan, Visa dan/atau Dokumen Keimigrasian yang
Sah dan Berlaku.

Website
https://fungsi.co.id/wawancara-menurut-para-ahli/ , diunduh tanggal 28 Oktober
2020, jam 13.57.

106 Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi


PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN
DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI
Teknis Substantif
Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

Pemeriksaan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi harus


dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta dengan mengedepankan prinsip pemeriksaan yang telah
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya. Diharapkan para Pembelajar
dapat mengambil manfaat dari Modul ini sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian khususnya sebagai penjaga
pintu gerbang Negara yang berwibawa, tegas dan ramah.

ISBN: 978-623-6869-74-1

BPSDM Hukum dan HAM


Jl. Raya Gandul No. 4, Gandul, Cinere
www.bpsdm.kemenkumham.go.id

Anda mungkin juga menyukai