Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN LANSIA YANG MENGALAMI

PENURUNAN FUNGSI (LANSIA YANG TIDAK SADAR DAN LANSIA


DENGAN PENURUNAN DAYA INGAT)

OLEH
KELOMPOK IV:

FATRA TAIB 2118016


YANTI 2118018
SINTIA DAMA 2118017
ALAN YUSUF 2118020
ISSABELA 2118036
DESRIANA BILI 2118037

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas
rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun.Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. STRATEGI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
C. LANSIA TIDAK SADAR
D. LANSIA DENGAN PENURUNAN DAYA INGAT
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu cara untuk dapat berinteraksi dengan orang lain.
Dalam dunia kesehatan dikenal dengan komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik
dapat menjadi salah satu hal yang menjadi bagian penting untuk mendapatkan informasi
yang berguna dalam perawatan dan pengobatan. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan perlu mengetahui cara-cara untuk berkomunikasi yang baik sesuai dengan
tingkat usia klien. Hal ini dikarenakan perbedaan usia juga mempengaruhi cara kita
berkomunikasi. Salah satu tingkat usia yang harus diperhatikan pada saat berkomunikasi
adalah lansia.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun
2000 sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan
terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Pada tahun 2025 jumlah penduduk
lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa. Proyeksi penduduk oleh Biro
Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama
dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah
penduduk (BPS, 2010). Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus mengetahui cara-
cara berkomunikasi dengan lansia yang baik sehingga tidak menyinggung perasaan para
lansia tersebut.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menyampaikan tentang komunikasi
pada gerontik, baik hambatan-hambatan yang mempengaruhi komunikasi pada lansia,
strategi berkomunikasi dengan lansia, serta cara berkomunikasi pada lansia yangb
mengalami gangguan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah
1. Apa pengertian dari komunikasi pada gerontik ?
2. Bagaimana cara berkomunikasi pada lansia yang tidak sadar ?
3. Bagaimana cara berkomunikasi pada lansia dengan penurunan daya ingat ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi pada gerontik
2. Untuk mengetahui cara berkomunikasi pada lansia yang tidak sadar
3. Untuk mengetahui cara berkomunikasi pada lansia dengan penurunan daya ingat
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Komunikasi merupakan proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu
yang bertindak sebagai sumber (perawat atau pemberi asuhan) dan individu yang
bertindak sebagai penerima asuhan.
Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa yang mengatakan apa dengan
cara apa kepada siapa dengan efek apa.
Komunikasi gerontik adalah suatu proses penyampaian pesan/gagasan dari perawat
atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapan dari lansia, sehingga
diperoleh suatu kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi.
Maka dapat disimpulkan, komunikasi gerontik adalah proses tercapainya
penyampaian pesan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan mendapat
tanggapan dari lansia.

B. Startegi dalam Berkomunikasi dengan Lansia


Untuk berkomunikasi secara efektif dengan lansia diperlukan beberapa strategi,
sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Beberapa strateginya antara lain :
1. Kenali bahwa mungkin terdapat perbedaab antar generasi antara pasien dan
perawat, hargai sudut pandang pasien.
2. Dengarkan narasi riwayat pasien, sesuai ketersediaan waktu. Hal ini akan
menggambarkan pengalaman, kepribadian, kekuatan, dan tantangan pasien tersebut.
3. Hindari istilah teksins berlebihan dangan menilai pemahaman pasien dan
mengulang kembali penjelasan istilah medis dan intervensi sesuia tingkat
pemahaman pasien.
4. Hindari nama yang merendahkan seperti “Nenek” dan “Sayang”. Selalu memulai
secara formal dan kemudian tanya pasien dengan nama apa ia lebih suka dipanggil.
5. Sadari bahwa beberapa orang dewasa mungkin menggunakan nada merendahkan
terhadap perwat yang lebih muda. Hargailah tetapi tunjukkan pengetahuan anda
yang luas, menegaskan latihan dan keahlian anda.
6. Luangkan waktu lebih untuk mengajarkan mengenai pemeriksaan atau pembedahan
dan pengobatan. Lakukan dengan kecepatan yang lebih lambat dan nilai ulang
pemahamannya secara berkala.
7. Berikan pasien kesempatan untuk membuat keputusan secara mandiri, sesuai
kebutuhan.
C. Komunikasi dengan Lansia yang Tidak Sadar
Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik lansia mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan lansia tidak
dapat merespons kembali stimulus tersebut. Keadaan tidak sadar dapat terjadi akibat
gangguan organik pada otak, trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur,
kondisi anestesis, gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu (koma
diabetikum).
Seringkali timbul pertanyaan tentang perlu atau tidaknya perawat atau pemberi
asuhan berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan kesadaran ini.
Bagaimana pun, secara etis penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan mengharuskan penerapan komunikasi pada lansia yang tidak sadar.
Pada saat berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan kesadaran, hal-hal
yang perlu diperhatikan, antara lain :
a. Perawat atau pemberi asuhan harus berhati-hati ketika melakukan pembicaraan
verbal dekat dengan lansia karena ada keyakinan bahwa organ pendengaran
merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan kemampuan menerima
rangsangan pada individu yang tidak sadar. Individu yang tidak sadar seringkali
dapat mendengar suara dari lingkungannya walaupun ia tidak mampu meresponsnya
sama sekali.
b. Perawat atau pemberi asuhan harus mengambil asumsi bahwa lansia yang tidak sadar
dapat mendengar pembicaraan kita. Usahakan mengucapkan kata dengan
menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan
di dekat lansia.
c. Perawat atau pemberi asuhan harus memberi ungkapan verbal sebelum menyentuh
lansia. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat
efektif pada lansia dengan penurunan kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu lansia
berfokus pada komunikasi yang dilakukan.
1. Tekni berkomunikasi dengan pasien tidak sadar
Menurut Patakyu (2010), cara berkominikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga
menggunakan komunikasi terapeutik walaupun tidak menggunakan keseluruhan
teknik yaitu :
a. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat mejelaskan apa yang akan perawat
lakukan terhadap pasien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan
dilakukan kepada pasien. Dengan menjelaskan secara spesifik, kemungkinan
untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
b. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep
kunci dari pesan yang disampaikan. Perawat memfokuskan informasi yang
akan disampaikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam
komunikasi.
c. Memberikan informasi
Fungsi komunikasi dengan pasien salah satunya adalah memberikan
informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan pasien, perawat dapat
memberikan informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yang
akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercyaan
klien dan pendorongnya untuk lebih baik.
d. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketenangan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menunjukkannya dengan kesbaran dalam merawat pasien. Ketenangan yang
perawat berikan dapat membantu atau mendorong pasien menjadi lebih baik.
Ketenangan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan
komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang
hangat. Sentuhan adalah transisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu
cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkn pesan kepada orang lain.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar
adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah
seoarang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran
untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan
karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pasiennya tidak sadar.

Untuk komunikasi yang efektif pada kasus seperti ini, keefektifmunikasi


lebih diutamakan pada perawat sendiri, karena perawatlah yang melakukan
komunikasi satu arah tersebut.

D. Lansia dengan Penurunan Daya Ingat


Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau demensia atau kepikunan adalah
berkurangnya daya ingat tau memori. Mereka butuh waktu lama untuk mengingat atau
lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Seiring bertambhanya usia,
perubahan muncul di semua bagian tubuh, termasuk otak. Inilah sebabnya pikun adalah
kondisi yang biasanya terjadi dalam proses penuaan. Lansia yang mengalami penurunan
daya ingat atau demensia atau kepikunan mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang
dikatakan orang lain. Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan lansia maupun
pemberi asuhan.
1. Teknik berkomunikasi dengan lansia dengan masalah demensia atau penurunan daya
ingat
a. Persiapkan hati yang posirif pada saatn berinteraksi
Sikap dan bahasa tubuh perawat dalam mengkomunikasikan sesuat akan
lebih kuat daripada menggunakan kata-kata. Dengan suasana hati yang positif
ketika berbicara dengan pasien demensia, dapat berbicara dengan cara yang
menyenangkan dan penuh rasa hormat. Gunakan nada yang halus, ekspresi wajah
yang ramah hingga sentuhan fisik untuk membantu penyampaian pesan dan
tunjukan rasa penuh kasih sayang.
b. Dapat perhatiannya saat berkomunikasi
Upayakan focus perhatiannya dengan pasien tersebut, dan lakukan
komunikasi di ruangan yang terbatasi dari gangguan kebisingan, misalnya dengan
mematikan tv, menutup pintu, ataupun pindah ke area yang lebih tenang. Pastikan
perawat mendapat perhatiaan dari pasien sebelum berbicara. Identifikasi diri anda
dengan mengingatkan pada pasien. Gunakan isyarat non verbal hingga sentuhan
untuk membantu pasien agar tetap focus. Jika pasien dalam posisi duduk, turun
dan pertahankan kontak mata dengan nya.
c. Sampaikan pesan dengan jelas
Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan masalah
penurunan daya ingat, gunakan kata dan kalimat yang sederhana. Berbicara
dengan pelan, jelas dan dengan menggunakan intonasi yang meyakinkan. Tidak
prlu meninggikan suara ataupun membuatnya lebih keras, tetapkan rendahkan
intonasi suara kita. Gunakan kata-kata yang sama untuk mengulang pesanataupun
pertanyaan jika pasien tidak mengerti pertama kali. Selalu gunakan nama orang
dan tempat dengan tidak mengganti misalnya dia, itu, mereka ataupun singkatan.
d. Ajukan pertanyaan yang sederhana yang bisa dijwab
Ajukan pertanyaan pada satu waktu, mendapatkan jawaban ya atau tidak
dari mereka sudah cukup baik. Jangan terlalu mengajukan pertanyaan terbuka atau
dengan member banyak pilihan.
e. Dengarkan dengan telinga, mata, dan hati
Maksudnya adalah bersabar menunggu jawaban dari pasien. Jika pasien
berusaha mencari jawaban sendiri, tidak masalah untuk membantu mencari kata
yang tepat. Selalu perhatikan syarat non verbal dan bahasa tubuh serta tanggapi
dengan tepat.
f. Ketika keadaan menjadi lebih sulit, coba untuk mengalihkan perhatiannya
Penting diingat bahwa menjalin hubungan dengan pasien pikun perlu
dilakukan pada tingkat perasaan. Sebelum mengalihkan perhatian, mungkin
perawat bisa berkata “IBU kelihatannya sedang sedih, ayo kita cari hiburan yang
menyenangkan”.
g. Tanggapi dengan penuh kasih sayangdan kepastian
Pasien demensia sering merasa ceman, kebingungan, dan tidak yakin pada
diri sendiri. Mereka sering mendapatkan kenyataan yang membingungkan dan
mungkin mengingat hal-hal yang tidak pernah terjadi. Hindari encoba meyakinkan
bahwa mereka salah. Tetap focus pada perasaan yang mereka tunjukkan dan
ekpresikan dengan sikap yang positif. Pertahankan selera humor kapanpun
memungkinkan.

E. Lansia dengan Perilaku Sulit


Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau kehilangan memory
memperlihatkan tingkah laku yang sulit. Untuk menjamin keamananya dan memberinya
martabat, perawat atau pemberi asuhan harus bersikap:
1. Hindari sikap mengharapkan lansia ingat karna adanya penurunan daya ingat membuat
lansia tidak akan dapat mengingat banyak hal,
2. Bila pasien lansia menjadi gelisah mereka menunujukan perilaku yang sulit, alihkan
perhatianya dengan kegiatan yang lain, misalnya mengajak minum the bersama
3. Ciptakan kegiatan dan komunikasi yang sederhana. Kegiatan hendaknya dibuat menjadi
lebih sederhana dan bertahap. Pasien demensia mampu memutuskan pikiran dan
menyelesaikan kegiatanya secara bertahap
4. Ciptakan rutinitas dengan menetapkan aktivitas yang tepat dilakukan setiap hari
termasuk bangun pagi, makan dan berbagai kegiatan lain sehingga dapat membantu
mangurangi kegeilsahan dan mengembangkan perasaan gembira pendeita demensia
5. Beri penentraman hati dan pujian yang akan meningkatkan harga diri dan memperkuat
perilakunya
6. Hindari berdebat dengan pasien demensia
7. Libatkan dalam kegiatan social yang dapat menjamin pasien demensia kontak langsung
dengan orang lain
8. Ciptakan lingkungan tetap sederhana, aman dan tenang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi gerontik adalah proses tercapainya penyampaian pesan dari perawat atau
pemberi asuhan kepada lansia dan mendapat tanggapan dari lansia. Terdapat beberapa
hambatan yang mempengaruhi proses komunikasi kepada lansia, beberapa diantaranya
adalah kebisingan, keadaan psikologis komunikan, kekurangan komunikator atau
komunikan, kesalahan penilaian komunikator, kurangnya pengetahuan komunikator
atau komunikan, bahasa, isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, kepentingan atau
interest, prasangka, dan cara penyajian yang verbalitis.
Secara biologis semakin menua usia seseorang maka fungsi tubuh akan semakin
menurun, pada lansia fungsi dari pendengaran dan penglihatan akan menurun sehingga
mempengaruhi proses komunikasi pada lansia, pesan yang disampaikan akan sulit
diterima oleh lansia. Untuk berkomunikasi secara efektif dengan lansia diperlukan
beberapa strategi, sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Berkomunikasi
dengan lansia tidak hanya dengan menggunakan kata-kata atau secara verbal saja,
komunikasi non-verbal atau dengan tidak menggunakan kata-kata juga diperlukan untuk
menjalin pendekatan dengan lansia.

B. Saran
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat dan calon perawat dapat mengetahui
bagaimana cara berkomunikasi dengan lansia. Untuk masyarakat yang mempunyai
keluarga (lansia) juga dapat mengetahui cara untuk berkomunikasi dengan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Ns Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Geronti.


Jakarta:Trans Info Media

Lalongkoe, Maksimus Ramses. 2014. Komunikasi Terapeutik : Pendekatan Praktis


Praktisi Kesehatan. Yogyakarta:Graha Ilmu

Seldon, Lisa Kennedy. 2015. Komunikasi Untuk Keperawatan. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai