Anda di halaman 1dari 20

ASKEP HIPERTNSI

KMB 1

DI SUSUN OLEH:
 Moh taufik dama 2118039

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai

dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan hipertensi terjadi terjadi apabila

peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah akut yang

mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat

menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.

Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau

mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi otak

menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera. Hal ini memerlukan

kesigapan perawat dalam menangani perawatannya.

Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka penyusun tertarik

untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.

2. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Hipertensi.

B. Tujuan Khusus

1) Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.


2) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

3) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

4) Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan

hipertensi.

5) Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan baik dan

benar.

3. METODE PENULISAN

Adapun teknik yang digunakan untuk menyusunnya adalah dengan observasi, wawancara, studi

kepustakaan dan mengumpulkan beberapa sumber yang dapat menunjang dalam penyelasaian

makalah ini.

4. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dalam beberapa BAB, yaitu :

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109


Stadium 3 (berat) 160-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120

A. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respons pembuluh

darah terhadap rangsang vasokonstroktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran

darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.


Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system

pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

B. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain tekanan darah

yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema

pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-

tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi

yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.

Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa

berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi

menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis

pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah

otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai

paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada
penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak

mencapai 80%.

C. EVALUASI DIAGOSTIK

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa

dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan

organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi

ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan

urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden

urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram retinal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk

mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus

dikaji dan dievaluasi.

D. PENATALAKSANAAN

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya

morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,

komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk

penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau; latihan dan relaksasi

merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila

penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pris, perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg,

maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih

kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan

penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam pilihan pertama;

diuretic dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol

selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien mematuhi regimen terapi yang

diresepkan, maka harus dicegah dengan pemberian jadual terapi obat-obatan yang rumit.
Algoritma Penanganan Hipertensi

Modifikasi gaya hidup


Penurunan berat badan
Pengurangan asupan
alkohol
Aktivitas fisik berkurang
Pengurangan masukan natrium
Penghentian rokok

Respon tidak adekuat

Lanjutkan modifikasi gaya hidup


Pemilihan farmakologi awal:
Diuretik atau penyekat β lebih disukai karena terbukti
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
ACE inhibitor, kalsium antagonis, reseptor penyekat α dan
penyekat α-β belum pernah diuji maupun dibuktikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Respon tidak adekuat

Tambahkan
Naikan dosis Ganti dengan bahan kedua
obat obat lain dari jenis
yang berbeda
dan/atau diuretika bila belum diresepkan

Respon tidak adekuat

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Nama : Ny. Y

Umur : 75 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status pernikahan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku/ Bangsa : GORNTALO Indonesia

Tanggal masuk :-

Tanggal Pengkajian : 24 APRIL 2021

Ruang :-

No. Medrek :-

Diagnosa Medis : Hipertensi dan vomitus


Alamat : jln desa bangga

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Jalan nafas ny, y tampak pontesi jaln nafas baik
tidak terdapat penumpukan sekarat dan benda asing yang menyumbat jaln nafas
Ny y mengalami sesak nafas bernafas seperti biasa dan spontan tdk mengunakan alat
bantu pernafasan RR = 18 x/menit dengan kekuatan normalnya 16-24 x/menit
(2) Keluhan utama saat pengkajian
Ny. Y mengeluh sakit kepala pada daerah kepala hingga leher dengan skala nyeri 8
P : pasien mengatakan nyeri saat berdiri
Q : nyeri yang dirasakan seperi di tusuk tusuk
R : pasien mengatakan nyeri terasa dari kepala bagian atas hingga leher
S : skala nyeri 8
T : nyeri tekan dan nyeri gerak dirasakan 2 jam secara terus-menerus aakan semakin
hebat jika bergerak

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ny y mengatakn sebelumnya tidak pernah DM dan jantung ny, y hanya menderita tekanan
darah tinggi sejak 2 tahun lalu, ny y jarang minum obat hanya mengkonsumsi minuman
seperti rebusan daun alpokat sehari 3x
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarganaya tidak terdapat penyakit yang cukup serius,
seperti hipertensi, jantung dan diabetes meletus
A. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN


O
1 DS: Nyeri (sakit Peningkatan Nyeri (sakit kepala)
a. Ny. Y kepala) tekanan vaskuler berhubungan dengan
mengatatakan serebral peningkatan tekanan vaskuler
kepala terasa serebral
nyeri
b. Nyeri pada skala
8 dari 1-10
c. Nyeri dan
pusing di
rasakan pada
saat baru
beranjak dari
tempat tidur
DS:
a. Ny. Y terlihat
kesakitan
b. Terlihat
memegang
kepalanya

2 DS: Pasien mengatakan Resiko tinggi Perubahan Resiko tinggi terhadap


merasa pusing. terhadap afterload penurunan curah jantung
DO: penurunan curah berhubungan dengan
a. Nadi= jantung perubahan afterload
105x/menit
b. TD=216/100
mmHg
c. Capillarry refill
<2 detik

3 DS: Resiko Sirkulasi darah Resiko ketidakefektifan perfusi


a. Ny. Y ketidakefektifan yang kurang ke jaringan otak berhubungan
megatakan perfusi jarigan otak dengan serkulasi darah yang
merasa pusing otak kurang ke otak
b. Ny. Y
mengatakan
mual
DO:
a. TD: 216/100
mmHg
b. RR: 18x/menit

B. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Kode Intervensi


keperawatan NIC
Nyeri (sakit Setelah di lakukan tindakan 6482 Enviromental management
kepala) keperawatan selama 3x24 jam comfort
berhubungan tekanan vaskuler selebral tidak a. Pertahankan tirah baring
dengan meningkat dengan kriteria hasil: b. Sediakan lingkungan yang
peningkatan a. Pasien mengungkapkan tenag
tekanan sakit kepala berkurang c. Sediakan sedikit
vaskuler dari sekala 8 menjadi 1 penerangan
serebral b. Pasien tampak nyaman d. Minimalkan ganguan
c. TTV pasien tampak lngkungan dan
normal 5900 rangsangan
e. Batasi aktifitas
Distraction
a. Berikan posisi nyaman
b. Berikan teknik relaksasi
nafas dalam
c. Ajarkan keluarga dank
lien melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
d. Lakukan pemeriksaan
TTV
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 5980 a. Pantau TTV 1 jam sekali
terhadap keperawatan selama 3x24 jam b. Catat edema umum
penurunan resiko tinggi terhadap resiko c. Pertahankan pembatasan
curah jantung penurunan curah jantung dapat aktifitas seprti istrahat di
berhubungan di atasi dengan kriteria hasil: tempat tidur/kursi
dengan a. Tekanan darah menurun d. Anjukan tehik relaksasi
perubahan atau normal (normal: e. Kolaborasi pemberian
afterload b. Tidak terjadi obat isorbide dinitrate 5
vasokonsriksi, mg (sesuai program)
c. Tidak terjadi iskemia
miokard
d. Memenuhi kebutuahan
perawatan diri
Resiko Setelah dilakukan tindakan 5820 a. Bedrest dengan posisi
ketidakefektif keperawatan selama 3 jam resiko kepala terlentang atau
an perfusi ketidakefektifan perfusi jaringan posisi elesasi 15-450
jaringan otak otak dengan kriteria hasil : sesuai indikasi
berhubungan a. Kesadaran baik b. Monitor TTV tiap 2 jam
dengan b. Tanda vital stabil c. Monitor adanya diplopia
sirkulasi c. Nyeri kepala pandandangan kabur
darah yang berkurang/hilang nyeri kepala
kurang ke d. Tidak ada tanda PTIK d. Monitor kebingunaga
otak dan orientasi
e. Minitor tonus oto
pergerakan
f. Monitor tekanan
intracranial dan respon
nerologis
g. Catat peruahan pasien
dalam merespon
stimulus
h. Monitor status cairan

C. IMPLEMENTASI

Waktu No Implementasi Evaluasi TTD


Dx
24-04- 1 Enviromental management
2021 comfort
a. Menyediakan S: Pasien sedikit nyaman
lingkungan yang dengan ruangan yang di
tenag sediakan
O: pasien tamoak nyaman

b. Mempertahankan S : Pasien mengatakan merasa


tirah baring tenag dan nyaman.
O : pasien tampak nyaman dan
tidak cemas

c. Memberikan sedikit S: pasien mengatakan sudah


penerangan cukup dengan penerangan di
ruangan
O: Pasien tampak merasa
nyaman dan tidak cemas

d. Memanimalkan S : pasien mengatakan sedikit


ganguan lingkungan ke gangu karena suara yang
dengan rangsanga. sedikit ramai
O: pasien tampak sedikit
merasa cemas
e. Membatasi aktivitas S: pasien merasa sedkit cemas
O: pasien tampak gelisah
Distraction
a. Memberikan posisi S: Pasien mengatakan sudah
nyaman nyaman dengan posisi tidurnya
O: Paseien tampak nyaman

b. Mengajarkan S: pasien mengatakan bersedia


tehknik relaksasi untuk di ajarkan nafas dalam
nafas dalam O: Pasien Nampak mengikuti
c. Mengobservasi TTV S: klien besedia di TTV
O: TD=166/75 mmHg, N= 82
x/menit, S= 370C,
RR=20x/menit
2 a. Mencatat edema S : klien bersedia di kaji
umum O : tidak ada edema

b. Mempertahankan S : klien bersedia membatasi


pembatasan aktifitas
aktivitas seperti O : klien mengikuti instruksi
istrahat ditempat
tidur/kursi

Kolaborasi
a. Memberikan obat S : klien bersedia menerima
isosorbide dinirate 5 obat
mg (sesuai proram) O : obat diberikan, klien
kooperatif

b. Memberikan obat S : klien bersedia diberikan


bisoprolo fumaret obat
0,5 mg (sesuai O : obat dibrikan klien
program ) kooperatif
3 a. Membantu klien S : klien besedia dibantu
bedrest dengan O : klien istrahat dengan posisi
posisi kepala kepala elevasi 15-450
terlentang atau
posisi elevasi 15-450
sesuai indikasi
S : klien mengatakan
b. Monitor adanya pandangan sedikit kabur dan
diplopia, pandangan merasa nyeri pada kepala skala
kabur, nyeri kepala 6
O : klien meringis menahan
nyeri

c. Monitor level S : klien mengatakan masih


kebingungan atau menigat hari, tanggal dan
orientasi tempat dirinya berada
sekarang
O : klien terlihat tidak bingung

d. Monitor tonus otot S : klien bersedia dimonitor


pergerakan O : klien dapat bergerak bebas
tanpa rasa sakit

e. Monitor tekanan S : klien bersedia dimonitor


intrkanial dan O : klien merespon rangsang
respon nerologis stimulus nyeri dengan baik

f. Mencatat S : klie bersedia dikaji


perubahan pasien O : tidak ada perubahan pada
dalam merespon klien dalam merespon stimulus
stimulus

g. Monitor status S : klien bersedia dimonitor


cairan O : klien diberikan infus RL 20
tetes permenit
Waktu No Implementasi evaluasi
Dx
1 Inforomental management
comfort
a. Memeperthankan S : Pasien mengatakan merasa
tirah baring tenag dan nyaman.
O : pasien tampak nyaman dan
tidak cemas

b. Menyediakan S: pasien mengatakan sedikit


lingkungan yang nyaman dengan ruangan yang
tenag disediakan
O: Pasien tampak nyaman

c. Memeberiakan S : pasien mengatakan sudah


sedikit penerangan cukup dengan penerangan
diruangan
O: pasien tampak merasa
nyaman dan tidak cemas

d. Minmalka ganguan S: pasien merasa sedkit ke


lingkungan dan ganggu karena suara suara
ransangan yang sedikit ramai
O: pasien tampak sedikit
merasa cemas

e. Batas aktivitas S: pasien merasa sedikit cemas


O: Paseien tampak gelisah
c Distraction
a. Berikan posisi S: pasien mengatakan sudah
nyaman nyaman dengan posisi tidurnya
O: Pasien tampak nyaman dan
enakan

b. Mengajarkan teknik S : pasien mengatakan besedia


relaksasi nafas diajari
dalam O : pasien tampak mengikuti

c. Berikan keluarga S : pasien mengatakan bersedia


dengan klien untuk diajarkan terafi nafas
melakukan tehknik dalam
nafas dalam O : pasien dan keluara sangat
antusias
2 a. Pantau TTV S : klien bersedia di TTV
O : TD= 167/75 mmHg, N = 82
x/menit, S= 370C, RR=
20x/menit

b. Catat edema umum S : klien besedia dicatat


O : idak ada edema

c. Mempertahankan S : klien bersedia membatasi


pembatasan aktivitas
aktivitas seperti O : klien mengikuti instruksi
istrahat ditempat
tidur/kursi

Kolaborasi
a. Memberikan obat S : klien bersedia diberikan
isosorbide dinirate 5 obat
mg (sesuai proram) O : obat diberikan kooperatif

b. Memberikan obat S : klien besedia diberikan obat


bisoprolo fumaret O : obat diberikan klien
0,5 mg (sesuai kooperatif
program )
3 a. Bedrest dengan S : klien besedia bedrest
posisi kepala O : klien istrahat dengan posisi
terlentang atau kepala terlentang, posisi elevasi
posisi elevasi 15-450 15-450
sesuai indikasi

b. Monitor adanya S : klien mengatakan


diplopia, pandangan pandangan sedikit kabur dan
kabur, nyeri kepala merasa nyeri pada kepala skala
6
O : klien meringis menahan
nyeri

c. Monitor level S : klien mengatakan masih


kebingungan atau menigat hari, tanggal dan
orientasi tempat dirinya berada
sekarang
O : klien terlihat tidak bingung

d. Monitor tonus otot S : klien bersedia dimonitor


pergeraan O : klien dapat bergerak bebas
tanpa rasa sakit

e. Monitor tekanan S : klien bersedia dimonitor


intrkanial dan O : klien merespon rangsang
respon nerologis stimulus nyeri dengan baik

f. Mencatat S : klie bersedia dikaji


perubahan pasien O : tidak ada perubahan pada
dalam merespon klien dalam merespon stimulus
stimulus

g. Monitor status S : klien bersedia dimonitor


cairan O : klien diberikan infus RL 20
tetes permenit

D. EVALUASI

Diagnosa evaluasi TTD


Nyeri sakit kepala berhubungan S:
dengan peniggkatan tekanan klien mengatakan nyeri berkurang
vaskuler serebral O:
klien terlihat lebih tenag
S:3
A:
masalah teratasi sebagian
P : lanjut intervensi, spemberian teknik
relaksasi nafas dalam

Resiko tinggi terhadap penurunan S:


curah jantung berhubungan Klien mengatakan perasaanya lebih baik
dengan perubahan alfterload O:
TD = 166/75 mmHg
N = 82 x/menit
S = 370C
RR= 20x/menit
Klien mengikuti semua instruksi klien
terlihat lebih tenag
A:
masalah belum teratasi
p : lanjutkan intervensi kolaborasi
pemberian obat isosorbide dinitrate 5 mg
(sesuai dengan program)

Resiko ketidakefektifan perfusi S:


jaringan otak berhubungan Klien mengatakan nyeri kepala berkurang
dengan serkulasi darah yang O:
kurang ke otak TD =166/75mmHg
N=82x/menit
S= 370C,
RR=20x/menit
Kesadaran composmentis
S=3
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjut intervensi minitor keadaan klien
KATA PENGANTAR

Brunner & suddent 1996, keperawatan medical bedah. EGC : Jakarta.

Jacson M. Dan Lee jacson 2009 seri panduan praktis keperaatan klinis Jakarta : erlanga

Anda mungkin juga menyukai