Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Deductible Expense
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan
biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
d. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
B. Non-Deductible Expense
PTKP yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter,
PTKP terakhir diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK 101-PMK.010-2016
Pengeluaran dan biaya yang tidak berkaitan baik langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan yang
merupakan objek Pajak Penghasilan maka tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
Selain itu pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya
melebihi kewajaran tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, yaitu
:
Setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak atas
penghasilan bruto yang diperolehnya.
Undang-Undang (UU) Pajak penghasilan yang berlaku di Tahun 2018 ini mengacu
pada UU Nomor 36 Tahun 2008.
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak
penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai
berikut:
< 50.000.000 5%
WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-
Catatan:
1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha tertentu.
2. Wajib Pajak orang pribadi menggunakan Norma Penghitungan
3. Wajib Pajak orang pribadi menyelenggarakan pembukuan
4. Wajib Pajak badan dalam negeri menyelenggarakan pembukuan
5. Wajib Pajak bentuk usaha tetap.
6. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha tertentu
Wajib pajak baik badan maupun orang pribadi yang memiliki penghasilan dari usaha
dengan peredaran brutto (omzet) dalam satu tahun pajak tidak melebihi Rp 4,8
miliyar sesuai PP no. 46 tahun 2013 jo. PMK 107/PMK.011/2013 dikenakan pajak
dengan tarif sebesar 1% bersifat final dari dasar pengenaan pajak (DPP). Dasar
pengenaan pajak tersebut adalah jumlah peredaran brutto setiap bulan untuk setiap
tempat kegiatan usaha (cabang).
1. Peredaran brutto tahun pajak sebelumnya, jika tahun pajak sebelumnya tidak 12
bulan maka peredaran brutto tahun pajak sebelumnya tersebut di setahunkan.
2. Peredaran usaha seluruhnya termasuk peredaran usaha cabang.
3. Jika wajib pajak baru maka jumlah tersebut berdasarkan omzet bulan pertama
yang disetahunkan (dikali 12).
Namun demikian jika peredaran brutto telah melebihi Rp 4,8 miliar maka tahun pajak
berikutnya wajib pajak dikenakan pajak penghasilan berdasarkan tarif umum pasal 17
UU no. 36 tahun 2008.
1. Setiap bulannya wajib pajak harus menyetor pajak yang terutang paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya ke bank persepsi menggunakan SSP dengan kode
akun pajak 411128 dan kode jenis setoran 420, sedangkan uraian pembayaran
dalam SSP di isi dengan "Penghasilan dari usaha WP yang memiliki peredaran
bruto tertentu".
PPh Final merupakan pajak penghasilan yang langsung dikenakan saat menerima
objek atau sumber penghasilan tertentu dan tidak akan diperhitungkan kembali di
dalam SPT Tahunan PPh, namun perlu dituliskan ke dalam formulir SPT Tahunan.
Di bawah ini akan kita berikan contoh perhitungannya. Bapak Rusdi memiliki bisnis
online di Bulan Januari 2018 dengan penghasilan bruto sebesar Rp100.000.000.
Sehingga PPh Final yang harus dibayarkan Bapak Rusdi setiap bulannya adalah:
Berikut ini adalah jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final berikut
dasar pengenaan tarif pajak yang berlaku:
2. Hadiah undian
a. 25% dari jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan atau nilai pasar
hadiah berupa natura atau kenikmatan.
4. Bunga obligasi
a. 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi
bunga bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
b. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.
5. Diskonto obligasi
a. 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan, bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap;
b. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.
6. Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh wajib pajak reksadana
yang terdaftar pada pasar modal
a. 0% untuk tahun 2009 sd tahun 2010
b. 5% untuk tahun 2011 sd tahun 2013
c. 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya
7. Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
a. 0,1% dari jumlah bruti nilai transaksi penjualan saham
b. 0,5% tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri, dari nilai saham pada
saat penawaran umum perdana.
9. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (baik wajib pajak orang pribadi
maupun badan)
a. 5% dari jumlah bruto nilai penjualan/ pengalihan tanah dan atau bangunan
lainnya.
b. 1% atas rumah susun dan rumah susun sederhana
13. Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus
a. 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta.
b. 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta.
14. Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran dalam negeri
a. 1,2% dari peredaran bruto (norma khusus)
15. Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran atau penerbangan
luar negeri
a. 2,64% dari peredaran bruto (norma khusus)
16. Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia
a. 0,44% dari nilai ekspor bruto (normal khusus)
17. Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban APBN/APBD yang
diterima pejabat negara, PNS, anggota TNI, Polri, dan pensiunan
a. 0% untuk PNS gol. I dan II, TNI/ Polri Tamtama dan Bintara, dan
pensiunannya.
b. 5% untuk PNS gol. III, TNI/ Polri Perwira Pertama, dan pensiunannya.
c. 15% untuk PNS gol. IV, TNI/ Polri Perwira Menengah dan Tinggi dan
pensiunannya.
18. Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah sehubungan dengan
berakhirnya masa perjanjian
a. 5% dari nilai penyerahan bangunan
22. Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan
di bursa
a. 2,5% dari margin awal
Problem
Soal 1
Analisislah aktivitas berikut ini yang termasuk Deductible Expense atau Non-Deductible
Expense!
DE = Deductible Expense
NDE = Non-Deductible Expense
9. PPh atas pelayaran atau penerbangan luar negri PPh final (2,64%)
10. Penghasilan atas bunga obligasi yang diterima oleh PPh final (15% dan 20%)
WP
11. Penjualan hasil produksi industry semen, kertas, PPh tidak final
industry baja, dan otomotif
12. Pembelian oleh bendahara pemerintah PPh tidak final
17. Penjualan SPBU kepada agen atau penyalur PPh final (0,3% dan 0,25%)
18. PPh tidak final
Pembelian barang eksport dan import
19. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
PPh final (0,1% dan 0,5%)
20. PPh final
PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh
0%>240.000
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
10%<240.000