Anda di halaman 1dari 15

Module 2

Deductible and Non-Deductible Expense, Calculating Annual


Income Tax & Final Income Tax

A. Deductible Expense

Deductible Expenses adalah biaya-biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang


pajak (Koreksi Negatif di SPT Tahunan Badan)

Biaya yang diperkenankan sebagai pengurang (Deductible Expense) diatur dalam


Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan
biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi. 

Atau dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; termasuk


: biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah,
premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.

5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, yang memenuhi persyaratan


ketentuan perpajakan, yaitu

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau


Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan

c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, dan

d. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

9.Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya


ditur dengan Peraturan Pemerintah.

10.Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di


Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11.Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah.
12.Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

13.Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah. (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6)

B. Non-Deductible Expense

Non-Deductible Expense adalah biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan sebagai


pengurang pajak (Koreksi Positif di SPT Tahunan Badan)

PTKP yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter,
PTKP terakhir diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK 101-PMK.010-2016

Pengeluaran dan biaya yang tidak berkaitan baik langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan yang
merupakan objek Pajak Penghasilan maka tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.

Selain itu pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya
melebihi kewajaran tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, yaitu
:

 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun


 Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu dan anggota
 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
 Natura dan kenikmatan
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
 Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan
 Pajak penghasilan
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
 Sanksi administrasi perpajakan
 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:
 Bukan merupakan objek pajak
 Pengenaan pajaknya bersifat final; dan/atau
 Dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 UU PPh dan Norma Penghitungan Khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh

C. Annual Income Tax

Pajak Penghasilan Pribadi PPh Pasal 21

Setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak atas
penghasilan bruto yang diperolehnya.

Sebelum menghitung Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 sebaiknya Anda harus


memahami terlebih dahulu elemen apa saja yang menjadi Objek pajak Penghasilan,
objek pajak PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak penghasilan.

Undang-Undang Pajak Penghasilan

Undang-Undang (UU) Pajak penghasilan yang berlaku di Tahun 2018 ini mengacu
pada UU Nomor 36 Tahun 2008.

UU Pajak penghasilan pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1983 dan beberapa kali mengalami amandemen dan perubahan sebagai berikut:

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991


 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 21  

Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, tarif pajak
penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif sebagai
berikut:

Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak

< 50.000.000 5%

50.000.000 – 250.000.000 15%

250.000.000 – 500.000.000 25%

> 500.000.000 30%

Tarif PTKP Tahun 2016/2017/2018 Sesuai PMK 101-PMK.010-2016 :

1. Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)

Uraian Status PTKP

Wajib Pajak  TK0 54.000.000,-

Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-

Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-

Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

2. Wajib Pajak Kawin 

Uraian Status PTKP

WP Kawin K0 58.500.000,-

Tanggungan 1 K1 63.000.000,-

Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

3. Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung

Uraian Status PTKP

WP Kawin K/I/0 112.500.000,-

Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-

Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-

Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-

Catatan: 

 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang


 TK : Tidak Kawin
 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Penentuan penghasilan kena pajak dikelompokkan menjadi:

1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha tertentu.
2. Wajib Pajak orang pribadi menggunakan Norma Penghitungan
3. Wajib Pajak orang pribadi menyelenggarakan pembukuan
4. Wajib Pajak badan dalam negeri menyelenggarakan pembukuan
5. Wajib Pajak bentuk usaha tetap.
6. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha tertentu

Wajib pajak baik badan maupun orang pribadi yang memiliki penghasilan dari usaha
dengan peredaran brutto (omzet) dalam satu tahun pajak tidak melebihi Rp 4,8
miliyar sesuai PP no. 46 tahun 2013 jo. PMK 107/PMK.011/2013 dikenakan pajak
dengan tarif sebesar 1% bersifat final dari dasar pengenaan pajak (DPP). Dasar
pengenaan pajak tersebut adalah jumlah peredaran brutto setiap bulan untuk setiap
tempat kegiatan usaha (cabang).

Jumlah omzet kurang dari Rp 4,8 miliar tersebut ditentukan berdasarkan:

1. Peredaran brutto tahun pajak sebelumnya, jika tahun pajak sebelumnya tidak 12
bulan maka peredaran brutto tahun pajak sebelumnya tersebut di setahunkan.
2. Peredaran usaha seluruhnya termasuk peredaran usaha cabang.
3. Jika wajib pajak baru maka jumlah tersebut berdasarkan omzet bulan pertama
yang disetahunkan (dikali 12).

Namun demikian jika peredaran brutto telah melebihi Rp 4,8 miliar maka tahun pajak
berikutnya wajib pajak dikenakan pajak penghasilan berdasarkan tarif umum pasal 17
UU no. 36 tahun 2008.

Pengecualian lainnya yang tidak dikenakan pajak berdasarkan Peraturan Pemerintah


ini adalah;

1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha menggunakan sarana /


prasarana yang dapat dibongkar pasang 
2. Wajib pajak tersebut berbentuk BUT (Bentuk Usaha Tetap).
3. Penghasilan yang diperolah dari pekerjaan bebas yaitu meliputi;            
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model,peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Kewajiban Setor dan lapor:

1. Setiap bulannya wajib pajak harus menyetor pajak yang terutang paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya ke bank persepsi menggunakan SSP dengan kode
akun pajak 411128 dan kode jenis setoran 420, sedangkan uraian pembayaran
dalam SSP di isi dengan "Penghasilan dari usaha WP yang memiliki peredaran
bruto tertentu". 

D. Pajak Penghasilan Final

PPh Final merupakan pajak penghasilan yang langsung dikenakan saat menerima
objek atau sumber penghasilan tertentu dan tidak akan diperhitungkan kembali di
dalam SPT Tahunan PPh, namun perlu dituliskan ke dalam formulir SPT Tahunan.

Subjek Pajak Penghasilan Final:

- Orang Pribadi (Jangka Waktu 7 Tahun)


- Badan Usaha Berbentuk PT (Jangka Waktu 3 Tahun)
- Badan Usaha Berbentuk CV, Firma, Koperasi (Jangka Waktu 4 Tahun)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018, tarif


PPh Final ditetapkan sebesar 0,5% dan hanya hanya dikenakan pada wajib pajak
pribadi dan badan yang memiliki omzet atau penghasilan bruto kurang dari Rp4,8
miliar dalam setahun.

Di bawah ini akan kita berikan contoh perhitungannya. Bapak Rusdi memiliki bisnis
online di Bulan Januari 2018 dengan penghasilan bruto sebesar Rp100.000.000.
Sehingga PPh Final yang harus dibayarkan Bapak Rusdi setiap bulannya adalah:

0,5% x Rp100.000.000 = Rp500.000,-


Pajak penghasilan final ini harus disetorkan tiap bulannya dan paling lambat disetor
Tanggal 10 setiap bulannya. Sebagai wajib pajak, Anda juga harus melaporkan pajak
penghasilan tersebut setiap tahunnya dengan formulir SPT Tahunan PPh.

Berikut ini adalah jenis penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final berikut
dasar pengenaan tarif pajak yang berlaku:

1. Bunga deposito/ tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI):


a. 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak dalam negeri;
b. 20% dari jumlah bruto bagi wajib pajak luar negeri atau tarif berdasarkan
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang berlaku.

2. Hadiah undian 
a. 25% dari jumlah bruto nilai hadiah yang dibayarkan atau nilai pasar
hadiah berupa natura atau kenikmatan.

3. Bunga simpanan anggota koperasi


a. 0% untuk bunga simpanan s.d. Rp240.000 per bulan
b. 10% untuk bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan

4. Bunga obligasi 
a. 15% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi
bunga bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
b. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

5. Diskonto obligasi 
a. 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan, bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap;
b. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

6. Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh wajib pajak reksadana
yang terdaftar pada pasar modal 
a. 0% untuk tahun 2009 sd tahun 2010
b. 5% untuk tahun 2011 sd tahun 2013
c. 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya
7. Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek 
a. 0,1% dari jumlah bruti nilai transaksi penjualan saham
b. 0,5% tambahan PPh bagi pemilik saham pendiri, dari nilai saham pada
saat penawaran umum perdana.

8. Penyaur/dealer/agen produk pertamina dan premix 


a. 0,3% dari penjualan premium/ solar/ premix dari SPBU swasta
b. 0,25% penjualan premiun/ solar/ premix dari SPBU pertamina
c. 0,3% dari penjualan minyak tanah
d. 0,3% dari penjualan gas LPG/ pelumas

9. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (baik wajib pajak orang pribadi
maupun badan) 
a. 5% dari jumlah bruto nilai penjualan/ pengalihan tanah dan atau bangunan
lainnya.
b. 1% atas rumah susun dan rumah susun sederhana

10. Persewaan tanah dan atau bangunan 


a. 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan baik yang
diterima/ diperoleh wajib pajak orang pribadi maupun badan.

11. Usaha jasa konstruksi 


a. 2% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil.
b. 4% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha.
c. 3% atas pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain
kedua penyedia jasa di atas.
d. 4% atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang memiliki
kualifikasi usaha.
e. 6%  atas perencanaan atau pengawasan konstruksi yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.

12. Uang pesangon uang dibayarkan sekaligus. 


a. 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta
b. 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta s.d. Rp100 juta.
c. 15% untuk nilai bruto di atas 100 juta s.d. Rp500 juta.
d. 25% untuk nilai bruto di atas Rp500 juta.

13. Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus 
a. 0% untuk nilai s.d. Rp50 juta.
b. 5% untuk nilai bruto di atas Rp50 juta.

14. Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran dalam negeri 
a. 1,2% dari peredaran bruto (norma khusus)

15. Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran atau penerbangan
luar negeri 
a. 2,64% dari peredaran bruto (norma khusus)

16. Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia 
a. 0,44% dari nilai ekspor bruto (normal khusus)

17. Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban APBN/APBD yang
diterima pejabat negara, PNS, anggota TNI, Polri, dan pensiunan 
a. 0% untuk PNS gol. I dan II, TNI/ Polri Tamtama dan Bintara, dan
pensiunannya.
b. 5% untuk PNS gol. III, TNI/ Polri Perwira Pertama, dan pensiunannya.
c. 15% untuk PNS gol. IV, TNI/ Polri Perwira Menengah dan Tinggi dan
pensiunannya.

18. Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah sehubungan dengan
berakhirnya masa perjanjian 
a. 5% dari nilai penyerahan bangunan

19. Penjualan saham milik perusahaan modal ventura 


a. 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal

20. Selisih penilaian kembali aktiva 


a. 10% dari selisih penilaian kembali setelah dikurangi dengan kompensasi
kerugian fiskal.
21. Diskonto surat utang negara (SPBN dan ORI) 
a. 20% dari jumlah diskonto SPN

22. Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan
di bursa 
a. 2,5% dari margin awal

23. Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi 


a. 10% dari jumlah bruto dividen

24. Penghasilan istri semata-mata dari satu pemberi kerja 


a. Tarif pasal 17 dari penghasilan kena pajak

Problem
Soal 1
Analisislah aktivitas berikut ini yang termasuk Deductible Expense atau Non-Deductible
Expense!
DE = Deductible Expense
NDE = Non-Deductible Expense

No. Aktivitas Keuangan Ketrangan


1. Upah buruh Deductible Expense
2. Sewa gedung berkaitan dengan aktivitas usaha Deductible Expense
3. Amortisasi biaya perolehan bangunan gudang melalui Deductible Expense
BOT
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi Non-Deductible Expense
kejiwaan
5. Pajak Penghasilan Non-Deductible Expense
6. Biaya administrasi yang berkaitan dengan usaha Deductible Expense
7. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana Deductible Expense
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
8. Sanksi administrasi perpajakan Non-Deductible Expense
9. Honor lembur karyawan bagian gudang Deductible Expense
10. Perjalanan istri direktur ke luar negri Non-Deductible Expense
11. Piutang yang tidak dapat ditagih dan telah dilaporkan ke Deductible Expense
Dirjen Pajak
12. Biaya royalti penggunaan suatu merk Deductible Expense
13. Sanksi administrasi perpajakan Non-Deductible Expense
14. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing Deductible Expense
15. Biaya beasiswa, magang, pelatihan karyawan Deductible Expense
16. Biaya perbaikan rumah direktur dari keungan pribadi Non-Deductible Expense
17. Biaya promosi atas penjualan Deductible Expense
18. Pengeluaran berupa biaya representasi yang tidak Non-Deductible Expense
didukung bukti pengeluarannya
19. Pembelian bahan baku produksi Deductible Expense
20. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Deductible Expense
Soal 2
Analisislah penghasilan berikut ini yang termasuk PPh Final atau Tidak Final, serta berikan tarif
PPh Finalnya!

No. Penghasilan Keterangan


1. Penghasilan atas sewa dan bangunan PPh final (10%)

2. PPh tidak final


Penghasilan atas bunga pinjaman
3. PPh final (25%)
Penghasilan berupa hadiah kepada WP badan
4. Penghasilan berupa hadiah undian PPh final (25%)
5. PPh final
2,5% bangunan selain
rumah sederhana.
Pengalihan atas hak tanah dan bangunan
1% rumah sederhana.
0% pengalihan kepada
pemerintah
6. PPh tidak final
Penghasilan atas royalty
7. Penghasilan atas dividen yang diterima oleh WPOP PPh final (10%)
8. Penghasilan yang diterima oleh PT PPh tidak final

9. PPh atas pelayaran atau penerbangan luar negri PPh final (2,64%)
10. Penghasilan atas bunga obligasi yang diterima oleh PPh final (15% dan 20%)
WP
11. Penjualan hasil produksi industry semen, kertas, PPh tidak final
industry baja, dan otomotif
12. Pembelian oleh bendahara pemerintah PPh tidak final

13. Penghasilan dari jasa konstruksi PPh final (2%,3%,4%,6%)


14. Penghasilan atas sewa selain tanah dan bangunan PPh tidak final
15. Penghasilan dari jasa di bidang perdangangan sekruitas PPh tidak final
16. Penghasilan atas jasa pelayaran dalam negri PPh final (1,2%)

17. Penjualan SPBU kepada agen atau penyalur PPh final (0,3% dan 0,25%)
18. PPh tidak final
Pembelian barang eksport dan import
19. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
PPh final (0,1% dan 0,5%)
20. PPh final
PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh
0%>240.000
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
10%<240.000

Anda mungkin juga menyukai