Anda di halaman 1dari 4

Dalam keseharian kita pendidik PAUD, di kelas sering kita temui kasus atau masalah.

Salah
satu kasus yang sering kita temui yang berkaitan dengan metode pengembangan nilai-nilai
moral dan agama adalah perilaku bullying (suka meledek teman yang terlihat lemah,
mengajak teman yang lain untuk memusuhi/menjauhi salah satu anak, dll)
Sebagai pendidik tentu kita tidak ingin anak didik kita menjadi pelaku atau korban bullying.
Sebab hal itu dapat memberikan pengaruh buruk bagi perkembangan mental dan perilaku
anak. Maka dari itu, kita harus memberikan pemahaman yang baik agar anak bisa
menghindari perilaku bullying. Bisa jadi anak pelaku bullying disebabkan karena dirinya
merasa hebat dibandingkan dengan teman-temannya. Lantas, bagaimana kita pendidik PAUD
harus mengambil sikap dalam menghadapi permasalahan atau kasus tersebut?
Memahami perilaku bullying
Anak melakukan bullying karena banyak faktor. Mem-bully anak yang terlihat lebih lemah
memberi rasa menjadi lebih penting, terkenal, dan berkuasa. Di sisi lain, anak mem-
bully semata karena tidak tahu kalau tidak boleh meledek temannya yang berbeda penampilan
atau yang terlihat lemah dan pendiam.
Pada beberapa kasus, bullying termasuk bagian dari perilaku agresif. Anak yang menjadi
pem-bully kemungkinan membutuhkan bantuan dalam mengatur rasa marah, frustasi, atau
emosi yang kuat lainnya. Kemungkinan yang lain adalalah ketidakmampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain.
Anak yang sering menyaksikan interaksi agresif di keluarga biasanya memperlakukan orang
lain dengan cara serupa. Apabila hal demikian terjadi, maka konseling dapat membantu dan
memperbaiki kemampuan sosial anak.
Bullying bisa dalam bentuk fisik atau verbal, bila tidak dihentikan akan memicu perilaku
antisosial agresif, hal itu juga dapat mengganggu keberhasilan anak di sekolah dan
kemampuannya untuk berteman.
Membantu anak berhenti mem-bully
Sebagai pendidik, sebaiknya kita mengajarkan anak bahwa bullying bukanlah perilaku yang
baik dan ada konsekuensi serius ketika hal tersebut dilakukan, baik dalam rumah, sekolah,
maupun lingkungan luar lainnya.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar anak tidak mem-bully temannya :
 Memberikan pemahaman kepada anak melalui komunikasi dua arah mengenai
perilaku bullying, misalnya dengan menggunakan media video/film.
Ajak anak berdiskusi mengenai perasaan korban bully dari film yang ditonton, dan tanyakan
balik pada anak apabila ia berada di posisi korban. Melalui diskusi tersebut, kita dapat
mengungkapkan bagaimana perasaan kita sebagai pendidik bila mengetahui muridnya
menjadi korban bully. Kita bisa mengungkapkan bahwa bu guru pasti sedih ketika mengetahui
salah satu muridnya yang begitu dijaganya ternyata menjadi korban bully teman – temannya
di sekolah.
 Pelajari kehidupan sosial anak.
Mencoba mencari tahu faktor yang mempengaruhi perilaku anak di lingkungan sekolahnya
atau dimana peristiwa bullying itu terjadi. Pendidik sebaiknya lebih banyak mendengar dan
mengenali anak. Sesekali, kita ajak teman–temannya main ke rumah anak yang suka mem-
bully, sehingga kita mengetahui bagaimana perilaku atau kehidupan anak itu.
 Ajarkan anak untuk menghormati orang lain.
Beritahu anak untuk tidak mempermasalahkan perbedaan, misalnya ras, agama,
penampilan, gender, atau status ekonomi, dan coba tanamkan empati pada orang yang
memiliki perbedaan. Beritahu pada anak bahwa setiap orang memiliki keunikan masing–
masing, dan tekankan untuk memperlakukan semu orang dengan baik.
 Berikan contoh yang baik.
Sebagai pendidik hendaknya kita berhati-hati dalam berbicara dan menghadapi konflik di
sekitar anak. Berikan contoh sikap yang baik di depan anak, kemungkinan anak pun akan
meniru. Dan menunjukkan perilaku yang positif.
 Dukung perilaku positif.
Pendidk harus mengetahui momen ketika anak tersebut berperilaku baik, dan saat mengatasi
situasi dengan cara yang positif, lalu beri dia pujian. Hal itu akan memotivasi anak untuk
terus berbuat baik keesokan harinya.
 Mulai dari rumah
Ketika mendapati anak bersikap sebagai pem-bully jangan langsung menyalahkan anak
tersebut, pertama lihat apa yang terjadi di rumah. Anak yang terbiasa dengan teriakan atau
kemarahan fisik dari saudara atau orang tua akan bertindak serupa.
Perkelahian antara kakak beradik memang wajar terjadi, akan tetapi jika sudah terjadi name-
calling hingga kekerasan fisik, tentu orang tua perlu turun tangan. Jangan sampai hal tersebut
menjadi kebiasaan buruk ketika anak mengalami emosi.
Kita juga bisa berdiskusi dengan orang tuanya di rumah. Kita beritahu agar rang tua pun perlu
memperhatikan cara bersikap. Seperti ketika berbicara pada lawan bicara, terutama anak.
Apabila tidak suka dengan perilaku anak, maka tekankan untuk tidak hanya memarahi tanpa
memberi solusi. Hal tersebut akan membuat anak enggan untuk mencari solusi dalam setiap
masalah.
Untuk membantu anak berhenti mem-bully, kita juga bisa berdiskusi dengan kepala sekolah
atau rekan guru lainnya yang ada di sekolah yang bisa mengidentifikasi situasi yang
memicu bullying dan memberi bantuan. Bila anak mempunyai riwayat dalam mengontrol
marah, coba konsultasikan ke terapis atau orang yang ahli dalam kesehatan perilaku.
Berurusan dengan bullying bisa mengganggu rasa percaya diri anak. Untuk mengatasinya, kita
bisa minta anak untuk berteman dengan teman yang memiliki pengaruh positif. Ajak ia
berpartisipasi di kegiatan olahraga atau aktivitas menyenangkan lain untuk membangun
kekuatan dan pertemanan.
Dan berilah contoh apabila kekerasan fisik, name-calling, dan menyalahkan tidak akan pernah
menjadi solusi masalah. Sehingga perlahan anak bisa mengerti bila perilaku bullying bukanlah
perbuatan baik. Tindakan itu dapat menyakiti dan melukai perasaan orang lan.
Selain memberikan pemahaman, kita juga perlu memerhatikan kondisi lingkungan sosial di
sekitar anak tersebut. Alasannya karena anak bisa menjadi seorang pem-bully lantaran sudah
lebih dahulu menjadi korban. Dengan begitu kita sebagai pendidik juga bisa memberikan
pemahaman lain kepada anak tentang cara menghindari perilaku bullying yang diterimanya di
tempat lain.
Ringkasnya penanganan yang dapat saya lakukan dalam mengatasi bullying terhadap teman
sebaya di kelas adalah :
 Membangun pedoman yang tegas dan jelas terhadap bullying, serta buat kesepakatan
dengan anak didik tentang konsekuensi dari bullying secara partisipatif dengan mereka (tetapi
tidak dengan memberi hukuman).
 Ciptakan suasana yang hangat, hubungan yang saling mendukung, iklim positif, dan
melibatkan semua anak didik di ruang kelas.
 Perhatikan anak-anak yang lebih rentan terhadap bullying; termasuk anak-anak yang
baru atau pindahan, anak-anak yang secara fisik lebih lemah, anak-anak dengan disabilitas,
atau anak-anak yang sering mengeluh karena di-bully oleh orang lain.
 Berikan dorongan kepada anak-anak yang lebih rentan terhadap bullying untuk
berinteraksi secara lebih aktif dan ingatkan teman-temannya untuk membantu ia agar dapat
melakukannya dengan baik.
 Ajak anak didik untuk bermain peran (role play) mengenai situasi bullying dan cara
mengatasi masalah ini. Rencanakan bersama mereka cara melawan bullying dan penindasan.
 Yakinkan anak didik kita bahwa ibu guru bersedia membantu mereka jika dan ketika
mereka di-bully.
 Berikan bantuan dan perlindungan yang memadai kepada anak yang di-bully. Pastikan
bahwa pelaku bullying tidak mengancam lagi.
 Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak
yang di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik,
membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti
sesuatu yang mereka hancurkan, dll.
 Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk
mengakui kesalahan.

Demikian artikel saya tentang kasus bullying yang terjadi pada anak usia dini.

Anda mungkin juga menyukai