Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat
keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif serta ditujukan kepada individu keluarga masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan serta pemeliharaan kesehatan khususnya pada klien dengan
penyakit Tromboflebitis (Perry, Potter. 2005).
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.
Dimana gumpalan darah telah terbentuk di vena yng letaknya dekat dengan
kulit, dengan kemungkinan terjadi infeksi pada pembuluh darah.
Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis
yang paling sering mempengaruhi vena superficial di kaki, tetapi dapat juga
mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi
pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak
mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan
trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi
kemungkinan trombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak
memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus.oleh
karena itu, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut
bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin
menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ
internal.
Tromboflebitis dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab
lainnya mungkin tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau

1
beristirahat di tempat tidur untuk waktu yang lama, pemakaian gips, merokok,
minum pil KB, obat-obatan mungkin melukai dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tromboflebitis. Penyebab lainnya termasuk varises, kehamilan,
atau iritasi dari infus di pembuluh darah menggunakan intravena (IV) line,
atau setelah trauma pada vena. Ini melibatkan respons peradangan
berhubungan dengan gumpalan di pembuluh darah.
Sakit dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas
vena menjadi merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang
beku, pembuluh darah terasa seperti tali yang keras di bawah kulit, tidak
lembut seperti normal atau varises vena. Sering kali, tromboflebitis berkurang
dengan sendirinya. Dengan analgesik, seperti aspirin atau yang lain non-
steroid anti-inflamasi (NSAID), biasanya membantu mengurangi rasa sakit.
Meskipun umumnya peradangan reda dalam hitungan hari, beberapa minggu
dapat dilalui sebelum gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya. Untuk
memberikan petolongan awal, dokter mungkin menyuntikkan bius lokal,
menghilangkan trombus, dan kemudian diperban kompresi, yang dipakai
selama beberapa hari.
Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik
untuk membahas kasus mengenai penyakit Tromboplebitis ini dan sebagai
pemenuhan tugas pada blok sistem Kardiovaskular.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah
bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
tromboflebitis.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan penyakit Tromboflebilitis.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dalam Asuhan Keperawatan
dengan penyakit tromboflebilitis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan tanda dan gejala
pada penyakit Tromboflebilitis.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam Asuhan
Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.
d. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam Asuhan Keperawatan
dengan penyakit Tromboflebilitis.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan
dengan penyakit tromboflebilitis.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi keprawaan yang
telah dilakukan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit
Tromboflebilitis.

D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai pedoman awal dalam melaksanakan melaksanakan asuhan
keperawatan dengan kasus tromboflebitis.
2. Bagi Akademik
a. Sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran
khususnya blok kardiovaskuler. Akademik mendapatkan tambahan
referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
b. Sebagai motivasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya
khususnya dalam sistem kardiovaskuler
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai referensi tambahan untuk kasus-kasus yang dijumpai di rumah
sakit yang bersangkutan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Kardiovaskular (Jantung)

Gambar 2.1. anatomi jantung manusia

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
seperti otot serat lintang, tetapi cara kerja nya seperti otot polos yaitu diluar
kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut
juga basis cordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis
(Psikodrug, 2010).

4
1. Letak Jantung
Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada
ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis (Psikodrug,
2010).

2. Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm,
lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya
jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah (Pearce, Evelyn C,
2008).

3. Lapisan-Lapisan Jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut:
a. Epicardium
Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, pada epicardium
terdapat pericardium. Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar
yang merupakan selaput yang membungkus jantung dimana teridiri antara
lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan
epicardium. Pericardium terdiri dari dua lapisan yaitu :
1) Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru.

5
2) Perikardium viseralis :lapisan permukaan jantung yang bertemu
dipangkal jantung membentuk kantung jantung (Pearce, Evelyn C, 2008).
b. Miocardium
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari
otot-otot jantung, otot-otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan
otot yaitu :
a) Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri atau kanan dan
basis cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis.
b) Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk bilik jantung yang
dimulai dari cincin atrio ventrikuler sampai di apek jantung.
c) Bundalan otot atrio ventrikuler, yang merupakan dinding pemisah
antara serambi dan bilik jantung.
c. Endocardium
Endocardium merupakan lapisan terakhir atau lapisan paling dalam
pada jantung. Endocardium terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lendir yang melapisi permukaan rongga jantung. (Karina, Tia, 2010)

4. Ruang-Ruang Pada Jantung


Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut
atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
a. Atrium
1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui
katub dan selanjutnya keparu.
2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui
4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri
melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta (Force,
Delta, 2009).
b. Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang
menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi
daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.

6
1) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel
(Force, Delta, 2009)

5. Katup – Katup Pada Jantung


a. Katup atrioventrikuler
Katup antrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel. Katup
yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3
buah daun katup ( trikuspidalis). Sedangkan katup yang terletak diantara
atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral atau
bikuspidalis). Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel dan
memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole
dan mencegah aliran balik pada fase sistolik (Force, Delta, 2009).
b. Katup Semilunar
a) Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b) Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun
katup yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah
aliran balik pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu
masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih
tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri. (Psikodrug, 2010,
Anatomi dan Fisiologi Jantung, www. shvoong.com)

6. Anatomi Pembuluh Darah Vena


Dibandingkan dengan arteri dinding vena lebih tipis dan mudah
terdistensi. Kira-kira 70% volume darah terkandung dalam sirkuit vena dengan

7
tekanan yang relative rendah. System vena terbagi menjadi tiga subsistem :
subsistem vena superficial, subsistem vena profonda subsistem penghubung.
Vena superficial terletak di jaringan subkutan anggota gerak dan menerima
aliran vena dari pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil di dalam kulit,
jaringan subkutan, dan kaki. System superficial terdiri dari vena safena magna
dan vena safena parva. Vena safena magna adalah vena terpanjang ditubuh:
berjalan dari maleolus di mata kaki, naik kebagian medial betis dan paha,
bermuara ke vena femoralis tepat dibawah selangkangan. Titik persambungan
antara kedua vena tersebut, persambungan safena merupakan patokan anatomi
yang penting (Novhita, 2009).
Vena safena magna mengalirkan darah dari bagian antero-medial betis dan
paha. Vena safena parfa berjalan disepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui
betis menuju lutuy, mendapatkan darah dari bagian posterolateral betis dan
mengalirkan darah ke vena poplitea. Titik pertemuan antara vena safena dan
poplitea disebut sebagai persambungan safenapoplitea. Diantara venasafena
magna dan parfa terdapat banyak anastomis ; anastomis ini merupakan rute
aliran kolateral yang memiliki potensi penting, bila terjadi obstruksi vena.
(Price dan Wilson, 2006)

B. Fisiologi Jantung (Sirkulasi Aliran Darah Jantung)


Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh
darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena
pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida.
Apabila kadar oksigen tinggi maka warna daranya menjadi merah muda,
tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi maka warna darahnya menjadi
merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat badannya (Regina,
Gio 2009).
1. Susunan darah
Darah manusia terdiri dari dua komponen utama, yaitu sel-sel darah
dan plasma darah (cairan darah). Tiap-tiap komponen darah terdiri atas
berbagai komponen, yaitu:

8
a. Sel-sel darah
Sel-sel darah merupakan bagian terbesar dari darah, yaitu sekitar 40 –
50 %. Sel sel darah terdiri atas tiga macam, yaitu:
1) Sel darah merah (eritrosit)
Ciri-cirinya:
a) berukuran 7,5-7,7 μm
b) bentuknya bikonkaf
c) tidak berinti
d) tidak dapat bergerak bebas
e) tidak dapat menembus dinding kapiler
f) berwarna merah kekuning-kuningan
Pembentukan sel darah merah terjadi pada endotelium sumsum
tulang. Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen dan bersifat
tetap di dalam pembuluh darah (Regina, Gio 2009).
2) Sel darah putih (leukosit)
Ciri-cirinya:
a) berukuran 10-12 μm
b) mempunyai bentuk sangat bervariasi
c) selnya mempunyai nukleus (inti sel)
d) bergerak bebas secara ameboid
e) menembus dinding kapiler yang disebut diapedesis
Sel darah putih dibuat di sumsum tulang merah, limpa,
kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-indotel. Leukosit mempunyai
fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk kedalam tubuh,
yaitu dengan cara memakannya yang disebut fagositosis. Jumlah
leukosit dapat naik turun tergantung dari ada tidaknya infeksi
kuman-kuman tertentu. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu granulosit bila plasmanya bergranuler dan
agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler (Regina, Gio 2009).
b. Sel darah pembeku (trombosit)
Ciri-cirinya:
1). berukuran lebih kecil (2-4μm) dari eritrosit dan leukosit

9
2). Sel darah pembeku tidak berinti
3). bentuknya tidak teratur
4). bila tersentuh benda yang permukaannya kasar mudah
pecah
Sel ini dibentuk di dalam megakariosit sumsum merah tulang.
Trombosit sangat penting bagi proses pembekuan darah.
Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada
jaringan tubuh, plasma darah, dan trombosit (Zaifbio, 2010).
c. Plasma darah
Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai
macam zat, baik zat organik maupun zat anorganik dan zat yang
berguna maupun zat sisa yang tidak berguna sehingga jumlahnya
lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut dalam plasma darah dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam (Regina, Gio 2009),
yaitu:
1) Zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam
lemak, kolesterol, serta garam-garam mineral.
2) Zat-zat yang diproduksi sel, seperti enzim, hormon, dan
antibodi.
Protein darah, yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu:
a) Albumin, yang sangat penting untuk menjaga tekanan
osmotic darah.
b) fibrinogen, sangat penting untuk proses pembekuan darah.
c) globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen
zat kebal yang sangat penting.
d) zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa
lainnya.
e) gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2,
CO2, dan N2.

2. Fungsi darah

10
Menurut Regina, Gio, 2009, Darah merupakan jaringan
penyokong istimewa yang mempunyai banyak fungsi, yaitu:
a. Mengangkut oksigen dan karbondioksida dari alat pernapasan ke
jaringan-jaringan ke seluruh tubuh
b. Mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh
c. Mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat ekskresi
d. Mengedarkan hormon dari kelenjar hormon ke tempat yang
membutuhkan.

3. Alat Peredaran Darah


Alat peredaran darah terdiri dari:
a. Pembuluh darah
Terdapat tiga macam pembuluh darah, yaitu:
1) Pembuluh nadi atau arteri, yaitu pembuluh yang mengangkut
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan
menjadi aorta, arteri, dan arteriole. Aorta adalah pembuluh darah
yang langsung berhubungan dengan jantung. Arteri adalah cabang
dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang
berhubungan dengan kapiler.
2) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah
dari seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan
menjadi venule, vena, dan vena cava. Venule adalah pembuluh
balik yang berhubungan dengan kapiler. Vena menerima darah dari
venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh balik besar yang
langsung berhubungan dengan jantung.
3) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang menghubungkan
arteriole dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang
dindingnya hanya setebal selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi
pertukaran oksigen dari darah dengan karbondioksida jaringan.
(Zaifbio, 2010).

11
4. Siklus Jantung
Dalam kerja memompa darah, jantung berdenyut secara terus-
menerus sejak embrio berumur 25 hari sampai seseorang meninggal dunia.
Sekali denyut, mulai dari pemompaan darah hingga memompa berikutnya
disebut siklus jantung. Secara sederhana siklus pemompaan darah oleh
jantung berlangsung sebagai berikut:
a. Otot jantung berelaksasi, semua klep jantung dalam keadaan menutup.
Darah masuk kedalam atrium dari pembuluh balik.
b. Klep berdaun tiga dan klep berdaun dua membuka. Darah mengalir dari
serambi ke bilik. Aliran darah ini diperkuat oleh mengecilnya ruang
serambi. Hal ini disebabkan oleh berkontraksinya dindin serambi.
c. Dinding bilik berkontraksi. Bersamaan dengan itu, klep berdaun dua
dan berdaun tiga menutup. Tetapi klep semilunaris membuka sehingga
tekanan darah dalam bilik meningkat.
d. Darah mengalir dengan kuat dari bilik menuju aorta. Bersamaan dengan
ini dinding serambi mengembang sehingga darah masuk keserambi dari
vena. Seluruh proses tersebut berlangsung kurang dari satu detik. Bila
kita mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, suara detaknya
terdengar ganda. Yang pertama adalah bersamaan dengan menutupnya
klep antara serambi dan bilik, sedangkan yang kedua adalah bersamaan
dengan menutupnya klep semilunaris (Pratama, Angga, 2009).

5. Macam-Macam Peredaran Darah


Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena
darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah
dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut
sebagai peredaran darah ganda (Pearce, Evelyn C, 2008) yang terdiri dari :

12
a. Peredaran darah besar atau sistem sirkulatoria magna, yaitu peredaran
darah dari jantung (bilik kiri) menuju keseluruh tubuh (kecuali paru-
paru) dan kembali ke jantung (serambi kanan)
b. Peredaran darah kecil atau sirkulatoria parva, yaitu peredaran darah dari
jantung (bilik kanan) menuju ke paru-paru kembali ke jantung (serambi
kiri). Selain itu, ada juga sistem vena porta, yaitu vena dari suatu alat
tubuh sebelum menuju ke jantung, mampir dulu ke suatu alat. Pada
manusia adalah sistem vena porta hepatis, yaitu darah dari usus,
sebelum ke jantung mampir dulu ke hati.

C. Tromboflebitis
1. Definisi
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena (flebitis) dan biasanya
disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali
terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa
disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer,
2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di
permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian
bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah
(Novhita 2010).
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan
pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan
maka proses ini dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis superfisialis menyerang oembuluh darah subkutan di
ekstremitas atas dan bawah. Penyebab tersering tromboflebitis pada

13
ekstremitas atas adalah infuse intravena (IVPD), terutama jika
memasukkan larutan ssasam atau hipertoniik. Tromboflebitis superfisialis
pada ekstremitas bawah biasanya disebabkan oleh varises vena atau
trauma. Jka tidak diketahui penyebab pasti, harus dipertimbangkan
kemungkinan proses penyakit lain yang mendasari seperti penyakit burger
(Novhita 2010).
Perjalanan tromboflebitis superfisialis biasanya jinak dan swasirna.
Emboli paru jarang terjadi, tetapi dapat terjadi perluasan thrombus ke
system vena profunda, terutama jika thrombus berada dekat saluran
penghubung utama atau pada pertemuan antara vena safena dan poplitea
atau vena femoralis (Novhita 2010).

2. Klasifikasi
Menurut www.bascommetro.com (2010), Tromboflebitis dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan
ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika
dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak
dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari
vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi
dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium
selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi
dan dapat menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits.
Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.

b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai,
misalnya vena femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi
sekitar hari ke-10 pasca partum. Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika

14
mereka terjadi mereka bisa serius. Komplikasi yang paling serius terjadi
ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati dan occluding
lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat
mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat, dapat berlanjut
menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi komplikasi
fatal.

3. Keadaan-Keadaan Khusus
Tromboflebitis
Keadaan-keadaan khusus tromboflebitis menurut Muin, Mochamad
Syamsul, 2009 adalah sebagai berikut:
a. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena
karena berbagai etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
1) Fase awal dari Beurger Disease
2) Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
3) Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
4) Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang
sendiri dengan
1) Meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
2) Beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada
ekstremitas yang sama lagi.
3) Dapat disertai febris atau menggigil
4) LED meningkat
b. Tromboflebitis Septik
Yaitu gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces
atau nanah pada tempat radang dan penyebaran secara hematogen.
Timbul gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan memerlukan
perawatan di Rumah Sakit.

15
Dalam menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus
dari berbagai segi : pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi,
kortikosteroid dan cara-cara pengobatan sepsis lainnya.
c. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena
iliaka eksterna dan vena iliaka communis.

4. Etiologi
Menurut Novhita. 2010 faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis
antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar
klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa
disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal,
daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya
dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses
keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan
dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting
dari terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas
ataupun infeksi sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk
pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada
posisi stir up untuk waktu yang lama.
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau

16
di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang
sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu
segmen vena. Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang
memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga
terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis
dalam keluarga. Kelainan jantung yang secara hemodinamik
menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.

5. Patofisiologi
Terjadinya thrombus menurut Gilang, Aryo, 2010 berawal dari:
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari stasis vena, gangguan
koagubilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis
vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang
istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada
orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk,
berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA
juga mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak
faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus
intravena, antara lain:
1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis
kimia)
a) pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko
flebitis tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan
vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin,
amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak
obat khemoterapi.

17
b) Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut
sempurna selama pencampuran.
c) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan
bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas
> 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika
mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d) Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat
iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan
lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk
flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau
polietilen.

2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama


kanulasi. (Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering
menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai
dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri
meliputi:
Teknik pencucian tangan yang buruk
Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak
Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
Teknik aseptik tidak baik
Teknik pemasangan kanula yang buruk
Kanula dipasang terlalu lama
Tempat suntik jarang diinspeksi visual
Gangguan aliran darah

18
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya menyertai antara lain:
a. Pelvio tromboflebitis
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa
panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran
karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40
menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti
pada endometritis)
c) Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
Abses pada pelvis
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke
sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b) Membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakterinya adalah anaerob.

b. Trombofemoralis femoralis
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

19
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan
pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih
sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
melus dari bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)
(Widia, 2010).

7. Komplikasi
a Pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan
proteinuria dan hematuria
b Pada paru-paru terjadi infark, abses, pneumonia
c Emboli paru
(Widia, 2010)

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pelvio tromboflebitis
1) Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis
dengan menggunakan teknik aseptik yang baik.
2) Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3) Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda
atau dugaan adanya emboli pulmonum .
4) Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika
jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru;
meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani
pembedahan . (Widia, 2010).

20
b. Tromboflebitis femoralis
1) Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.Anjurkan
ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan
darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit
dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
2) Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan
menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya
tekanan yaang kuat pada betis.
3) Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang
memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan
membantu mencegah kondisi stasis.
4) Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung
sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji
keadaan kulit dibawahnya.
5) Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6) Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti
koagulan diberikan.
7) Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan
resep.
8) Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah
sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut
tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9) Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang
terkena.
10) Diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian
bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian
untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.

21
11) Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut
perineal untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi
antikoagulan.
12) Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya:
pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah
yang keluar dari jahitan episiotomi.
13) Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat
dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan
berada didalam air susu.
14) Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15) Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus
dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa
untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga
kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan
(Widia, 2010)

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk


mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin,
ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan
anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan
kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari. Jika
terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk
melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk
rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum,
pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri
obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan
yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti
ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika
infeksi hadir). (Widia, 2010).

22
D. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian `dasar data Pasien
a. Identitas Pasien Nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Penyakit
Catat atau kaji pada masing2 riwayat kesehatan. Baik riwayat kesehatan
sekarang (RKS), riwayat kesehatan keluarga (RKK) dan riwayat
kesehatan dahulu (RKD). Riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit
neoplasma, penyakit kardiovaskuler, pembedahan mayor, resiko tinggi
cedera, obesitas. Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan
pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas. Imobilitas berkenaan
dengan tirah baring dan anestesia.
c. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan fisik head to toe pada klien.
1) Antropometri Lingkar lengan atas, Lipat kulit triceps, Tinggi badan,
Berat badan, IMT(in deks masa tubuh)
2) Kepala Bentuk kepala (kesimetrisan,ukuran kepala)
Warna rambut, Keadaan rambut Kulit kepala (kotor dan
bau,ketombe,lesi,bersih) Bengkak/benjolan, Nyeri/pusing.
3) Mata/Penglihatan
Ketajaman penglihatan, Alis, Bulu mata(warna, kondisi, posisi,
peradangan) Simetris, Sclera (putih dan jernih, kuning/ikterik,
kebiruan) Pupil (bentuk, kesamaan ukuran,warna,reaksi terhadap
cahaya, refleks pupil) Palpebra (edema, peradangan, ptosis,
lagopthalmus, baik/normal) Konjungtiva (Bola mata, Gerakan bola
mata, Lapang pandang, Kornea dan iris, Peradangan, TIO, Keluhan
penglihatan, Alat bantu penglihatan.
4) Hidung/penciuman
Struktur luar(ukuran,bentuk,kesimetrisan), Struktur dalam, Fungsi
penciuman, Perdarahan
5) Telinga pendengaran
Struktur luar, Fungsi pendengaran, Nyeri, Alat bantu, Keseimbangan

23
6) Mulut/pengecapan
Bibir, Warna, Kesimetrisan, Kelembapan, Kondisi, mukosa mulut,
gigi, kebersihan, Caries, Kelengkapan, gigi palsu, keadaan gusi
kedaan gusi, keadaan lidah, peradangan , fungsi pengunyah, fungsi
mengunyah, fungsi mengecap, fungsi bicara, bau mulut, reflek
menelan.
7) Leher
Kelenjar getah bening, kelenjar thyroid, kelenjar sub mandibularis,
JVP, Kaku kuduk, Sulit menelan
8) Dada/pernafasan
Bentuk, kwalitas nafas, suara nafas, perkusi dada, ekspansi paru,
batuk, sputum, nyeri dada, tactile fremitus, pergerakan ronggga dada,
penggunaaan otot nafas tambahan :
9) Kardiovaskuler
Ukuran jantung, Heart rate, Bunyi jantung I, Bunyi jantung II,
Bunyi jantung tambahan, Nyeri dada, Palpitasi, Edema, Cyanosis,
Jari-jari tabuh
10) Abdomen/pencernaan
keadaan kulit, bising usus, keadaan hepar, keadaan limfa, nyeri tekan
benjolan-benjolan, gembung, ascietas.
11) Muskuloskeletal
Kekuatan otot, tonus otot, kaku sendi, atropi, ROM,Trauma/lesi,
Nyeri Refleks, Kecacatan/deformitas, eksermitas atas, ekstermitas
bawah.
12) Genitaurinata
Laki-laki : penis/skrotum, testis,prostat, fungsi seksual, pertumbuhan
rambut pembengkakan, nyeri daerah perineal, kebersihan genitalia,
kebersihan anus.Perempuan : menstruasi, kehamilan, kontrasepsi
yang digunakan pemeri ksaan usap vagina, axila, mamae,
pertumbuhan rambut, nyeri daerah perineal, kebersihan genitalia,
kebersihan anus

24
13) Keadaan neurologi
Tingkat kesadaran, Koordinasi, Memory/daya ingat, Orientasi
(tempat, orang, waktu) Tremor, Gangguan motorik/ lumpuh, Kejang,
fungsi nervous 1 s.d 12 : N. I (Olfactorius), N.II (Optikus), N.III
(Oculomotorius) N.IV (Trochlearis), N.V (Trigeminus), N.VI
(Abducn), N.VII (Facialis), N. VIII (Cochlea vestibularis), N.IX
(Glosopharingeus),N.X (Vagus), N.XI (Accesoris), N.X
(Hypoglosus),Refleks tendon, Refleks permukaan, Refleks patologik
14) Sensasi terhadap ransangan
Rasa Nyeri, Rasa suhu,rasa rabaintegumen kulit. Warna( flushing
( kemerahan ) joundice, cyanosis, pallor ( pucat ), biru kemerahan,
tekstur ( halus / licin, fleksibel, lunak, keriput ), Turgor,
Kelembapan, Suhu kulit, lesi, Macula , lokasi , papula, lokasi,
nodula, lokasi, tumor, vesicula, postula,ulkus, kelainan warna, Pucat,
Batu kulit, Pigmentasi, Hipo pigmentasi, normal, hiper pigmentasi,
edema, keadaan kuku.

2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hematokrit : Hemokonsentrasi (peningkatan Ht)
potensial resiko pembentukan thrombus.
b. Pemeriksaan koagulasi : Dapat menyatakan
hiperkoagulasi.
c. Pemeriksaan vaskuler noninvasive : Perubahan aliran
darah dan identifikasi volume vena tersumbat, kerusakan vaskuler
dan kegagalan vaskuler.
d. Tes Trendelenburg : Dapat menunjukkan tidak
kompetennya pembuluh katub.
e. Venografi : Secara radiografi mematikan diagnosa
melalui perubahan aliran darah dan ukuran saluran.
f. MRI : Dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan
gerakan, kompetensi vena katub. (Dongoes E. Marylinn, 2000, hal
138-144).

25
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit Tromboflebitis ini
adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
b. Intoletansi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
atau imobilisasi.
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan aliran darah.

26

Anda mungkin juga menyukai