Anda di halaman 1dari 11

INISIASI 2

PANGKAT, AKAR, LOGARITMA,


BANJAR DAN DERET

A. PANGKAT

Perpangkatan merupakan suatu bentuk singkat dari bentuk perkalian sesuatu yang sama,
lebih dari satu kali

an dibaca “ a pangkat n”, a disebut basis dan n disebut pangkat. Jika n merupakan suatu
bilangan bulat positif, maka:
an = a x a x a x ... x a
di mana a merupakan perkalian sebanyak n kali.

Jika n = 0 dan a ≠ 0, maka a 0 = 1. Jadi, untuk a yang berupa bilangan riil dan tidak sama
dengan nol berlaku a0 = 1.

am m−m 0
m
=a =a =1
a

Jika n merupakan bilangan bulat negatif dan a ≠ 0, maka:

1
a−n=
an

Kaidah-kaidah perpangkatan:
1. am x an = am+n

Contoh:
64 x 67 = 611

am m−n
2. n =a
a

Contoh:
47 7−3 4
3
=4 =4
4

3. (am)n = am.n

Contoh:

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 1


(32)3 = 32x3 = 36

4. (am. bm)n = am.n. bm.n

Contoh: (3x4)2 = 32 x 42 = 9 x 16 = 144


m
a am
5. []
b
=
bm
untuk b ≠ 0

Contoh:
2
3 32
[]
5
=
52

1
m = a
-m
6.
a

Contoh:
1
= 3- 2
32

AKAR

Bentuk akar merupakan pengubahan bentuk perpangkatan dengan pangkat bilangan


pecahan. Demikian juga sebaliknya, bentuk perpangkatan dapat ditemukan dari bentuk
akar.
Pengembangan kaidah-kaidah perpangkatan untuk pangkat suatu bilangan pecahan
(bilangan rasional) menghendaki agar ap/q didefinisikan sesuai kaidah-kaidah
perpangkatan yang berlaku. Suatu ekspresi dalam bentuk a1/n dan berlaku kaidah (a
m )n maka dengan menganggap m = 1/n akan berlaku juga:

(a 1/n ) n = a n/n = a

Bentuk a1/n disebut akar pangkat n dari a dan ditulis menjadi √n a dan bentuk am/n
disebut akar pangkat n dari a pangkat m dan ditulis menjadi √n am

Contoh:

1. a1/2 menunjukkan akar kuadrat dari a atau hanya disebut akar dari a dan ditulis √2 a
atau hanya √ a
2. a1/3 menunjukkan akar pangkat tiga dari a dan ditulis √3 a
3. a3/4 menunjukkan akar pangkat empat dari a pangkat tiga dan ditulis √4 a3
Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 2
Contoh:
3 3
1. 82/3 = √ 82 = √ (2¿¿ 3)2 ¿ = 4
3
2. 4x2/3 = 4 √ x 2
3. √3 4 2 = 42/3
3
4. 4 = 3x- 2/4
√ x2

Kaidah –kaidah Akar:

m
1. √ an = an/m
2.

3.

4.

5.

Contoh:

1. √3 4 = √3 22 = 22/3
2.

3. atau

4.
36 √ 36 = √6 2 = 62 /2 = 2
5.
√ 9
=
√ 9 √3 2 32/ 2

LOGARITMA
Logaritma merupakan pangkat yang dimiliki oleh suatu basis sehinggga bentuk
perpangkatan itu nilainya sama dengan bilangan tertentu. Jika ada:

y = an untuk a > 0 dan a ≠ 1

maka n merupakan logaritma dari y dengan basis a atau ditulis: n = a log y

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 3


Kaidah-Kaidah Logaritma
Untuk setiap bilangan riil positif x dan y, setiap bilangan riil a dan bilangan riil positif b
= 1, berlaku:
1. alog x.y = alog x + alog y
2. alog x/y = alog x – alog y
a
3. log xr = r alog x
4. alog x = alog b. blog x
a
5. log b. blog a = 1 atau (a log b) = 1/ (b log a)

6. alog a =1
7. alog 1 = 0

Contoh:
2
1. log (8.16) = 2log 8 + 2log 16 = 2log 23 + 2log 24 = 3 2log 2 + 4 2log 2 = 3 + 4 = 7
5
2. log (625/125) = 5log 625 – 5log 125 = 5log 54 – 5log 53 = 4 5log 5 – 3 5log 5
= 4–3=1
10
3. log 1000 = 10log 103 = 3 10log 10 = 3
4. Mengubah basis 2 menjadi basis 4
2
log 16 = 2log 4. 4log 16 = 2 log 22 . 4 log 42 = 2 2log 2 . 2 4log 4 = 2 . 2 = 4
5
5. log 5 =1
7
6. log 1 = 0

B. BANJAR DAN DERET

Pengertian

 BANJAR adalah suatu fungsi yang wilayahnya merupakan himpunan bilangan alam.
Setiap bilangan merupakan anggota suatu banjar yang dinamakan suku. Bentuk umum
dari banjar adalah:
a1, a2, a3, …., an

di mana:
Suku ke-1 = S1 = a1
Suku ke-2 = S2 = a2
Suku ke-3 = S3 = a3

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 4


Suku ke-n = Sn = an

Banjar disimbolkan dengan [ an] dan secara lengkap ditulis menjadi:

[ an ] = a1, a2, a3 …,, an

Banjar yang banyaknya suku tidak terbatas dinamakan banjar tak terhingga,
sedangkan banjar yang banyaknya suku tertentu dinamakan banjar terhingga.

Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai selisih yang
besarnya sama. Suku kedua merupakan suku pertama ditambah pembeda, suku ketiga
merupakan suku kedua ditambah pembeda, dan seterusnya.

[an] = a1, a2, a3, …, an

Akan disebut dengan banjar hitung apabila:


a2 – a1 = b
a3 – a2 = b
a4 – a3 = b

an – an-1 = b

di mana b merupakan beda yang besarnya tetap dan dapat bernilai positif atau negatif.

Contoh: [n] = 1, 2, 3, 4, …., n


b = Sn – Sn-1 = 1  pembeda antar suku yang berurutan ( = beda)

Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai hasil bagi
yang sama besarnya. Atau suku suatu banjar ukur diperoleh dari hasil kali suku
sebelumnya dengan pengali yang besarnya konstan. Sehingga suku kedua merupakan
hasil kali suku pertama dengan bilangan tertentu (pengali atau pembanding atau rasio),
dan suku ketiganya merupakan hasil kali dari bilangan kedua dengan pengali, dan
seterusnya.

[an] = a1, a2, a3, …, an

Akan disebut sebagai banjar ukur kalau:


S2/S1 = p
S3/S2 = p

Sn/Sn-1 = p

di mana p merupakan nilai banding (= rasio) yang besarnya tetap dan dapat bertanda
positif atau negatif.

Bila suatu banjar ukur memiliki suku pertama a dan pengali sebesar p maka secara

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 5


matematis dapat ditulis:
Suku pertama = a
Suku kedua = ap
Suku ketiga = ap2

Suku ke n = apn-1 = Sn

Contoh: [5. 2n-1] = 5, 10, 20, 40, …, 5 (2n-1 )


p = Sn / Sn-1

Sedangkan banjar harmoni adalah banjar yang sukunya merupakan kebalikan dari
banjar hitung.

Contoh: 1/n = 1, 1/2, 1/3, 1/4, … , 1/n

 DERET adalah penjumlahan semua suku suatu banjar. Deret dapat dibedakan menjadi
deret hitung, deret ukur, dan deret harmoni.

Deret hitung merupakan jumlah suku-suku banjar hitung, deret ukur merupakan
jumlah suku-suku banjar ukur, dan deret harmoni merupakan jumlah suku-suku banjar
harmoni.

Contoh:
Deret hitung : 1 + 2 + 3 + …+ n
Deret ukur : 5 + 10 + 20 + … + 5 (2n-1)
Deret harmoni : 1 + 1/2 + 1/3 + … + 1/n

Sampai saat ini belum ditemukan rumus untuk menjumlahkan deret harmoni maka
deret harmoni tidak akan didiskusikan.

Deret ukur dan deret hitung sering digunakan dalam matematika ekonomi. Sebagai
contoh, Malthus, seorang ahli ekonomi teori, pernah menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk mempunyai kecenderungan seperti deret ukur, sedangkan pertumbuhan
bahan makanan seperti deret hitung. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan penduduk
sangan cepat dan lebih cepat dibanding pertumbuhan makanan.

Banjar Hitung dan Derat Hitung


Apabila a adalah suku pertama suatu banjar dan b adalah beda antara dua suku yang
berurutan maka sesuai dengan pengertian deret hitung:
Suku pertama = a
Suku kedua = a + b
Suku ketiga = a + 2b
Suku keempat = a + 3b
Suku ke n = a + (n – 1) b = Sn

Jadi suku ke n suatu banjar hitung, ditentukan oleh :


Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 6
Sn = a + (n-1) b

Deret hitung jumlahnya dapat dihitung dengan rumus:

1
Jn = n (a + Sn)
2
di mana:
n = banyaknya suku
a = suku pertama
b = beda
Sn = suku ke n
Jn = Jumlah suku ke n

Contoh:
Jika ingin mengetahui suku ketujuh dari suatu banjar hitung yang suku pertamanya
= 1 dan beda 2 adalah:
Sn = a + (n-1) b
S7 = 1 + (7-1) 2
S7 = 13

Deret hitung dengan jumlah tujuh suku tersebut adalah:

1
Jn = n (a + Sn)
2
1
J7 = 7 (1 + 13)
2
J7 = 49

Banjar Ukur dan Deret Ukur


Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku beruurtan mempunyai hasil bagi yang
besarnya sama. Suku kedua merupakan hasil kali suku pertama dengan bilangan tertentu
(pengali), dan suku ketiganya merupakan hasil kali dari bilangan kedua dengan pengali,
dan seterusnya.

Suku ke-n pada banjar ukur dapat dicari dengan rumus :

Sn = apn-1

Jumlah n suku suatu deret ukur dapat ditentukan dengan rumus:

n
a− p . Sn
Jn = a 1− p = 1− p
1− p

di mana: Sn : Suku ke - n

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 7


n : Banyaknya suku
a : Suku pertama
p : Sn/Sn-1, disebut pengali dua suku berurutan (Pengali)

Rumus di atas tidak berlaku untuk p = 1. Pada kasus p = 1, telah diketahui bahwa satu
dipangkatkan berapa saja hasilnya adalah satu, sehingga suku ke-n nilainya akan sama
dengan suku pertamanya sehingga jumlah n sukunya sama dengan hasil kali antara a
dengan n. Bila | p | < 1 dan jumlah sukunya tak terhingga maka jumlahnya dihitung dengan
menggunakan rumus:
a
J=
1− p

Contoh:
Bila ada suatu banjar ukur yang suku pertamanya a = 1 dan pengalinya p = 2, maka
besarya suku ke-5 adalah
Sn = apn-1
S5 = 1 (25-1)
S5 = 16
dan jumlah 5 sukunya adalah:

n
a− p . Sn
Jn = a 1− p = 1− p
1− p
5
1−2.16
J5 = 1 1−2 atau J5 = 1−2
1−2
1−32
J5 =
−1
J5 = 31

C. PENERAPAN DALAM EKONOMI

1. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman selama setahun atau kurang, sering dihitung dengan menggunakan
cara yang sederhana, yaitu bunga hanya dikenakan pada jumlah pinjaman. Besarnya
bunga pinjaman yang harus dibayar, yaitu I adalah hasil perkalian antara pokok
pinjaman dan bunga dan lama meminjam atau dihitung dengan rumus:

I = P.r.t

di mana:
P = besarnya pokok pinjaman
r = persentase besarnya bunga pinjaman setahun
t = lama meminjam

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 8


Contoh:
Berapakah jumlah yang harus dikembalikan oleh seseorang yang meminjam
uang sebanyak Rp. 2.500,- pada tanggal 5 Juni 2019 dan dikembalikan pada
tanggal 5 Februari 2020 dengan bunga sebesar 14 persen?

Mulai tanggal 5 Juni 2019 sampai 5 Februari 2020 ada 8 bulan, atau waktu
peminjamannya: 8/12 = 2/3 tahun. Sehingga bunga pinjaman:

I = P. r. t
I = 2500 (0,14) (2/3)
I = 233, 33

Jumlah yang harus dikembalikan = Pokok pinjaman + Bunga pinjaman


= Rp. 2.500,- + Rp. 233,33
= Rp. 2.733, 33

2. Nilai Sekarang (Present Value)

Nilai sekarang dari jumlah yang diperoleh di masa mendatang adalah nilai sejumlah
uang saat ini yang dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang lebih besar di
masa mendatang.

Misalkan:
P = nilai sekarang dari uang sebanyak A pada t tahun yang akan datang
A = nilai uang sebanyak P pada t tahun mendatang ( nilai masa depan)
t = lama tahun
r = tingkat bunga

Maka bunga yang dapat diperoleh dari P rupiah adalah: I = P. r. t

dan uang setelah t tahun menjadi:

P + P.r.t = P (1 + r.t )
maka besarnya A adalah:

P (1 + r.t) = A

atau
A
P=
1+ r . t

Contoh:
Setahun lagi, Asbun akan menerima uang sebanyak Rp. 10.000,-. Berapakah
nilai sekarang uang tersebut jika tingkat bunga adalah 13 persen setahun? Untuk

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 9


kondisi ini, A = 10.000, r = 0,13 dan t = 1, maka:

10.000
P=
1+ ( 0,13 ) (1)

P = 8849, 56

3. Bunga Majemuk

Dengan Bunga majemuk, bunga selain dikenakan pada pokok pinjaman, juga
dikenakan pada bunga yang dihasilkan.

Misalkan, seseorang membungakan uangnya sebanyak P dengan bunga sebesar i per


tahun. Setelah satu tahun, ia mendapatkan bunga sebesar:

Bunga tahun pertama = P. i

Bunga dan pokok pinjaman pada akhir tahun menjadi:

P + P.i = P ( 1 + i)

Jumlah sebanyak itu, menjadi pokok pinjaman yang baru sehingga pada akhir tahun
kedua bunga yang diterima sebesar:
P ( 1 + i) (i)

Jumlah uang keseluruhan sekarang menjadi:

P ( 1 + i) + P (1 + i ) (i) = P ( 1+ i) (1 + i)
= P ( 1 + i)2
Dengan cara yang sama maka di tahun ketiga seluruh uangnya menjadi:

= P ( 1 + i )3
Dan dalam n tahun seluruh uangnya menjadi:

= P ( 1 + i )n

Penghitungan bunga dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam setahun. Misalkan,
pembayaran bunga dilakukan sebanyak m kali setahun, pada tingkat bunga i per
tahun, sehingga tingkat bunga setiap periode pembayarannya adalah sebesar i/m
dan jumlah periode pembungaan (penghitungan bunga) sebanyak n x m.
Seandainya, bunga yang diperoleh dibungakan lagi selama n periode maka rumus
yang digunakan untuk menghitung seluruh uangnya adalah:

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 10


i n.m
A = P( 1 + )
m

Contoh:
Misalkan ada uang sebanyak Rp. 1.000,- dibungakan selama 6 tahun dengan
bunga majemuk sebesar 5 persen per tahun dan diambil setahun sekali, maka
berapakah jumlah uang tersebut setelah 6 tahun?

Dari soal diketahui: P = Rp 1.000,-, i = 5% = 0,05, m = 1, dan n = 6

Jadi, jumlah uangnya setelah 6 tahun menjadi:


i
A = P( 1 + )n.m
m
A = 1000 ( 1 + 0,05 )6.1
1
A = 1000 ( 1,05)6
A = 1000 (1,34010)
A = 1340,10

Selamat belajar … selalu sehat dan semangat …

Inisiasi 2 - Matematika Ekonomi – ESPA4122 11

Anda mungkin juga menyukai