Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TAFSIR AL-QUR’AN DAN HADITS

OBJEK PENDIDIKAN
A. AN-NISA’/4:170
B. AT-TAHRIM/66:6
C. HADITS RIWAYAT ABU DAWUD NO. 4481
Dosen Pengampu: Drs. Abdul Haris, M.Ag

DISUSUN OLEH:
Aisyah Bella – 11200140000075
Siti Maharani – 11200140000080
Ayi Danilah – 11200140000081
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan beribu-ribu nikmat, di antaranya nikmat iman, islam, serta nikmah
sehat walafiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
nabi besar kita Muhammad SAW., yang telah mengantarkan kita menuju zaman
Islamiyah dan menuntun kita ke jalan yang lurus dengan berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Atas izin Allah, alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Tafsir Al-Qur’an dan Hadits tentang Objek Pendidikan berdasarkan
Q.S. An-Nisa’/4:170, Q.S. At-Tahrim/66:6, dan Hadits Riwayat Abu Dawud No.
4481”. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Hadits
Pendidikan yang dibimbing oleh Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat berbagai kekurangan, baik dari segi bahasa, maupun
aspek lainnya. Untuk itu, dengan rendah hati, kami mengharapkan saran serta kritik
dari para pembaca guna perbaikan pada makalah selanjutnya di masa mendatang.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memenuhi harapan
serta bermanfaat bagi para pembaca dan berbagai pihak lainnya. Amin.

Jakarta, 09 April 2021

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Umat Islam meyakini bahwa al-Qur’an sebagai firman Allah SWT. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. telah mutlak kebenarannya, berlaku
sepanjang zaman, dan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Al-Qur’an
mengajarkan tentang berbagai hal, seperti akidah tauhid, ibadah, mu’amalah,
pendidikan, dsb. Pedoman tersebut tak hanya melalui al-Qur’an, melainkan sunnah-
sunna Rasul yang terdapat dalam hadits.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak lepas dari ilmu pengetahuan,
adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran yang digunakan,
dan tentu terdapat pula objek pendidikan. Banyak ayat al-Qur’an dan hadits yang
menjelaskan tentang pendidikan.
Allah mengutus Rasulullah untuk memperbaiki umat manusia melalui
pendidikan. Pendidikan merupakan kegiatan yang penting dalam kemajuan
manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih
luas serta terbinanya karakter yang baik. Dengan ilmu pendidikan yang baik, maka
kita akan sukses di dunia maupun di akhirat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang salah satu persoalan
tentang pendidikan terkait objek pendidikan berdasarkan tafsir al-Qur’an dan hadits
pada Q.S. An-Nisa’/4:170, Q.S. At-Tahrim/66:6, dan hadits riwayat Abu Dawud
No. 4481.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian objek pendidikan?
2. Menjelaskan isi dan tafsir Q.S. an-Nisa’/4:170.
3. Menjelaskan isi dan tafsir Q.S. at-Tahrim/66:6.
4. Menjelaskan hadits riwayat Abu Dawud No. 4481.
I.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian objek pendidikan.
2. Untuk mengetahui isi dan tafsir Q.S.an-Nisa’/4:170
3. Untuk mengetahui isi dan tafsir Q.S. at-Tahrim/66:6
4. Untuk mengetahui hadits riwayat Abu Dawud No. 4481.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Objek Pendidikan


Objek pendidikan memiliki 2 pengertian, yaitu objek dan pendidikan.
Pengertian objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “hal,
perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan”. Sedangkan, pendidikan
dalam bahasa Inggris adalah “education” yang berasal dari bahasa latin, yaitu
“ducare” yang artinya “menuntun, mengarahkan atau memimpin”. Kemudian,
dengan menambahkan kata “e”, berarti keluar. Maka, berdasarkan asal kata
tersebut, pendidikan berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin keluar”.
Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah “paedagogi”, terdiri dari 2 kata,
yaitu “paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “membimbing”.
Sehingga “paedagogi” dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the
art and science of teaching children).1
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek pendidikan adalah
seorang peserta didik. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik fisik maupun untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga
pendidikan.2
II.2. Isi dan Tafsir Q.S. an-Nisa’/4:170

‫امنُواْ خ َۡي ً۬را لَّ ُك ۡ ۚم َو ِإن‬


ِ َٔ‫ق ِمن َّر ِب ُك ۡم َفـ‬ ِ ‫سو ُل ِب ۡٱل َح‬ َّ ‫اس قَ ۡد َجا ٰٓ َء ُك ُم‬
ُ ‫ٱلر‬ ُ َّ‫يَـٰٓأَيُّ َہا ٱلن‬
)١٧٠( ‫ع ِليما َح ِك ً۬يما‬ َّ َ‫ض َو َكان‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ ۚ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬ِ ‫س َمـ َوٲ‬
َّ ‫َّلل َما ِفى ٱل‬ِ َّ ِ ‫ت َۡكفُ ُرواْ فَإِ َّن‬
yā ayyuhan-nāsu qad jā`akumur-rasụlu bil-ḥaqqi mir rabbikum fa āminụ khairal
lakum, wa in takfurụ fa inna lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa kānallāhu 'alīman
ḥakīmā
[170] “Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu
lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun)
karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.”3

1
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan 1”, Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama (IMTAM), 2007.
2
M. Karman, “Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan”, Cet. Pertama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018, hal.155.
3
Tafsirweb, “Baca Qur’an Online: Terjemah Arab-Latin-Indonesia”,
(https://tafsirweb.com/37121-quran-surat-an-nisa.html, diakses pada tanggal 11 April 2021)
a. Tafsir Kemenag RI
Pada ayat ini, Allah menunjukkan firman-Nya kepada manusia umumnya
sesudah menjelaskan pada ayat-ayat yang lalu kebenaran dakwah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW. dan kebatilan pendirian Ahli Kitab. Setelah menolak
semua hujah dan alasan mereka menjelek-jelekkan Nabi dan al-Qur’an yang
dibawanya, tibalah saatnya untuk membenarkan Rasul-Nya Muhammad SAW.,
yang kerasulannya tidak saja dikuatkan dengan mukjizat, tetapi telah dibenarkan
pula oleh ahli kitab karena terdapat dalam kitab-kitab mereka sendiri bahwa akan
datang seorang Rasul yang membenarkan rasul-rasul yang sebelumnya.
Allah memerintahkan supaya manusia beriman kepada-Nya karena itulah
yang baik bagi mereka. Ajaran-ajaran yang dibawanyalah yang akan membawa
manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:

َ‫س ْل ٰنكَ ا اَِّل َرحْ َمةً ِل ْل ٰعلَ ِميْن‬


َ ‫َو َما ٓ اَ ْر‬
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. al-Anbiya/21:107)4
Barang siapa yang mematuhi perintah ini dan menjadi seorang mukmin
sejati, tentulah ia akan diridai Allah SWT. dan dilimpahkan rahmat-Nya dan
tentulah ia akan menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Di dunia ia
akan hidup dengan penuh kebahagiaan karena rongga dadanya telah dipenuhi oleh
iman, takwa, serta tawakal kepada Allah; ia akan dapat merasakan bagaimana
manisnya iman itu. Di akhirat ia akan dimasukkan ke dalam surga Jannatun Na’im,
ia kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Tetapi, bila mereka tidak mematuhi seruan ini dan tetap dalam kekafiran,
maka mereka sendirilah yang akan menderita kerugian, tidak dapat merasakan
ketentraman dan kebahagiaan, selalu terombang-ambingkan dalam badai kesesatan
dan keraguan karena tidak mempunyai pegangan dalam mengarungi lautan hidup
yang tidak diketahuinya dimana ujung dan pangkalnya.

4
Risalah Muslim, Tafsir al-Qur’an dan Hadits, (https://risalahmuslim.id/quran/an-nisaa/4-170/,
diakses pada tanggal 11 April 2021).
Bagi Allah sendiri, kekafiran tidak seseorang tidaklah merugikan-Nya dan
tidak mengurangi keagungan dan kemuliaan-Nya karena Dialah yang memiliki
langit dan bumi, Dialah Yang Maha Kuasa menyiksa orang-orang kafir, membei
rahmat dan nikmat kepada hamba-Nya. Dia Maha Mengetahui segala tindak-tanduk
hamba-Nya dan segala isi hati mereka. Dia Maha Bijaksana dalam segala Tindakan-
Nya, Maha Adil dalam segala pembalasan-Nya. Hanya terserah kepada hamba-
Nya, apakah ia akan memilih iman dan membawa kepada kebahagiaan yang abadi
atau akan memilih kekafiran yang akan membawa kepada penderitaan dan siksaan
yang abadi pula.
b. Tafsir al-Misbah (Quraish Shihab)
Wahai manusia, sesungguhnya Rasulullah (Muhammad) membawa agama
yang benar dari sisi Tuhan kalian. Maka, percayailah ajaran yang dibawanya karena
hal itu lebih baik bagi kalian. Jika kalian menolak ajarannya dan lebih memilih
kekufuran, maka Allah sebenarnya tidak membutuhkan keimanan kalian karena Dia
adalah penguasa kalian.
Segala apa yang ada di langit dan bumi adalah hak-Nya; hak milik, hak
cipta, dan hak pakai. Dialah Yang Maha Mengetahui segala makhluk-Nya lagi
Maha Bijaksana dalam berbuat. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yan
berbuat baik dan tidak akan melalaikan balasan orang-orang yang berbuat jahat.
c. Tafsir Muyassar (Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah
Dr.Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh)
Wahai manusia, telah datang kepada kalian utusan Kami (Muhammad)
dengan membawa Islam sebaga agama yanag benar dari Rabb kalian, maka
benarkanlah dia dan berimanlah kepadanya, karena beriman kepadanya adalah
lebih baik bagi kalian. Namun, bila kalian tetap bersikukuh di atas kekafiran kalian,
maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kalian dan iman kalian karena Dia
adalah pemilik apa yang ada di langit dan di bumi.
Allah Maha Mengetahui kata-kata dan perbuatan kalian, Maha Bijakasana
dalam peletakan syariat dan perintah-Nya. Bila langit dan bumi telah tunduk kepada
Allah secara kauniyah qadariyah sama dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain,
maka kalian lebih patut beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad dan al-
Qur’an yang Dia turunkan padanya. Dan hendaknya kalian patuh kepada semua itu
dengan syar’i sehingga seluruh alam ray aini tunduk kepada-Nya secara syar’i dan
qadari. Ayat ini merupakan dalil keumuman nubuwah dan risalah Muhammad.
d. Tafsir Jalalain
(Hai manusia) maksudnya warga Mekkah (sesungguhnya telah datang
kepadamu rasul) yakni Muhammad SAW. (membawa kebenaran dari Tuhanmu,
maka berimanlah kamu) kepadanya (dan usahakanlah yang terbaik bagi kamu) dari
apa yang melingkungimu (Dan jika kamu kafir) kepadanya (maka bagi-Nya apa
yang di langit dan yang di bumi) baik sebagai milik maupun sebagai makhluk dan
hamba hingga tidaklah merugikan kepada-Nya kekafiranmu itu (Dan Maha
Mengetahui) terhadap makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana) mengenai perbuatannya
kepada mereka.
e. Tafsir Ibnu Katsir

‫امنُواْ خ َۡي ً۬را لَّ ُك ۡم‬ ِ ‫سو ُل ِب ۡٱل َح‬


ِ َٔ‫ق ِمن َّر ِب ُك ۡم فَـ‬ ُ َّ‫َيـٰٓأَيُّ َہا ٱلن‬
َّ ‫اس قَ ۡد َجا ٰٓ َء ُك ُم‬
ُ ‫ٱلر‬
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu
lebih baik bagimu.”.5
Telah datang Nabi Muhammad SAW. kepada kalian dengan membawa
hidayah, agama yang hak, dan keterangan yang memusakan dari Allah SWT.
karena itu, berimanlah kalian kepada apa yang telah didatangkannya kepada kalian
dan ikutilah dia, niscaya hal itu lebi baik bagi kalian.

ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
‫ض‬ ِ ‫س َمـ َوٲ‬ ِ َّ ِ ‫َو ِإن ت َۡكفُ ُرواْ فَإِ َّن‬
َّ ‫َّلل َما فِى ٱل‬
“Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena
sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi.”6
Dengan kata lain, Dia tidak memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia
tidak terkena mudarat karena kekafiran kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat
lain, yaitu:

ٌّ ِ‫ٱَّللَ لَغَن‬
)٨( ٌ‫ى َح ِميد‬ َّ ‫يعا فَإِ َّن‬ ِ ‫س ٰٓى إِن ت َۡكفُ ُر ٰٓواْ أَنت ُ ۡم َو َمن فِى ۡٱۡل َ ۡر‬
ً۬ ‫ض َج ِم‬ َ ‫َوقَا َل ُمو‬
“Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi
semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.”” (Q.S. Ibrahim/14:8)7

5
Op.cit., Tafsirweb.
6
Ibid.
7
Read Qur’an Explorer, “Qur’an – Recite & Listen Qur’an Online”,
(https://read.quranexplorer.com/14/1/8/Usmani/Mishari-Rashid/Indonesian/Tajweed-OFF, diakses
pada tanggal 11 April 2021).
f. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Dr. M. Karman, M.Ag)
Ayat tersebut menyeru seluruh manusia beriman kepada Rasulullah SAW.
yang diutus Allah. Keimanan dan pembangkangan manusia terhadap Rasul Allah
dan misi yang dibawanya berdampak pada manusia. Allah tidak membutuhkan
iman manusia karena yang ada di dunia ini milik-Nya. Perbuatan-Nya mengutus
Rasul dan menyuruh manusia beriman merupakan kebijaksanaan-Nya sebagai rasa
kasih sayang-Nya terhadap manusia.
Para nabi dan rasul diutus oleh Allah sebagai pendidik manusia memiliki
tugas untuk menyampaikan kabar baik dan buruk, Q.S. al-Baqarah/2:119

﴾١١٩ ﴿ ‫ب ْال َج ِح ِيم‬ ْ َ‫ع ْن أ‬


ِ ‫ص َحا‬ ِ ‫س ْلنَاكَ بِ ْال َح‬
َ ‫ق بَشِيرا َونَذِيرا ۖ َو ََل ت ُ ْسأ َ ُل‬ َ ‫إِنَّا أَ ْر‬
[2:119] “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”8
Untuk meraih tujuan pendidikan tersebut, peserta didik harus memiliki
keyakinan kepada pendidik. Jika seorang peserta didik tidak meyakini apa yang
disampaikan oleh pendidik, maka ia tidak akan dapat belajar dengan baik. Untuk
itu, peserta didik harus memiliki keyakinan kepada pendidik.
Para sahabat Nabi SAW. meyakini kebenaran yang disampaikan oleh beliau
sehingga mereka berasil mencapai tujuan pendidikan, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotrik. Dengan demikian, keyakinan peserta didik kepada
pendidik merupakan factor utama untuk keberhasilan aktivitas pembelajaran dan
pendidikan. Dengan memiliki keyakinan kepada pendidik, akan muncul rasa
hormat dan cinta peserta didik kepada pendidik.
Untuk membangun keyakinan ini, pendidik harus memiliki performa dalam
penguasaan materi, kemampuan dalam menyampaikan materi, attitude, serta
memiliki interaksi sosial yang baik dengan siswa, sekolah, masyarakat, dan yang
lainnya.

8
Mushaf.id, “al-Qur’an Online Indonesia”, (https://www.mushaf.id/surat/al-baqarah/, diakses pada
tanggal 11 April 2021).
II.3. Isi dan Tafsir Q.S. at-Tahrim/66:6

‫علَ ْي َها‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


َ ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫س ُك ْم َوا َ ْه ِل ْي ُك ْم نَارا َّوقُ ْودُهَا الن‬َ ُ‫يٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬
)٦( َ‫ّٰللاَ َما ٰٓ ا َ َم َر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬ ُ ‫ظ ِشدَادٌ ََّل َي ْع‬
‫ص ْونَ ه‬ ٌ ‫َم ٰۤل ِٕى َكةٌ ِغ ََل‬
yā ayyuhallażīna āmanụ qū anfusakum wa ahlīkum nāraw wa qụduhan-nāsu wal-
ḥijāratu 'alaihā malā`ikatun gilāẓun syidādul lā ya'ṣụnallāha mā amarahum wa
yaf'alụna mā yu`marụn.
[06] “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”9
a. Tafsir Kemenag RI
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar
menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu
dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Keluarga merupakan amanat
yang harus dipelihara kesejahteraannya, baik jasmani maupun rohani. Diantara
menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar,
sebagaimana firman Allah:

ۖ ‫علَ ْي َها‬ َ ‫ص‬


َ ‫طبِ ْر‬ َّ ‫َوأْ ُم ْر أَ ْهلَكَ بِال‬
ْ ‫ص ََلةِ َوا‬
[20:132] “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”10

﴾٢١٤ ﴿ َ‫ِيرتَكَ ْاۡل َ ْق َربِين‬


َ ‫عش‬َ ‫َوأَ ْنذ ِْر‬
[26:214] “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,”11

9
Litequran.net, “Baca al-Qur’an Online Lengkap Bacaan Latin dan Terjemah”,
(https://litequran.net/at-tahrim, diakses pada tanggal 12 April 2021).
10
Op.cit., https://www.mushaf.id/surat/ta-ha/.
11
Ibid., https://www.mushaf.id/surat/asy-syuara/.
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata, “Wahai
Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga
kami?” Rasulullah SAW. menjawab, “Larang mereka mengerjakan apa yang
kamus dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang
diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api
neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan
penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah malaikat yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkannya.”
b. Tafsir al-Misbah (Quraish Shihab)
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari
api neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan bebatuan. Yang
menangani neraka itu dan yang menyiksa penghuninya adalah para malaikat yang
kuat dan keras dalam menghadapi mereka. Para malaikat itu selalu menerima
perintah Allah dan melaksanakannya tanpa lalai sedikit pun.
c. Tafsir Muyassar (Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah
Dr.Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh)
Wahai orang-orang yang meyakini Allah dan mengikuti rasul-Nya,
peliharalah diri kalian dengan melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah dan
meninggalkan yang dilarang. Jagalah keluarga kalian, sebagaimana kalian menjaga
diri kalian dari api neraka yang bahan baakarnya terdiri atas manusia dan bebatuan.
Para malaikat akan melaksanakan perintah siksaan itu dengan keras. Mereka tidak
menyimpang dari yang diperintahkan Allah dan melaksanakan yang diperintahkan.
d. Tafsir Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian)
dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah (dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir (dan batu) eperti berhala-
berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari bahan bakar dari neraka itu. Atau
dengan kata lain api neraka itu sangat panas, sehingga hal-hal tersebut dapat
terbakar. Berbeda halnya dengan api di dunia, karena api di dunia dinyalakan
dengan kayu dan lain-lainnya (penjaganya malaikat-malaikat) yakni, juru kunci
neraka itu adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada sembilan belas malaikat,
sebagaimana yang akan diterangkan nanti dalam surat al-Muddatsir (yang kasar)
lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya (yang
keras) sangat keras hantamannya (mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap
apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka) lafal maa amarahum
berkedudukan sebagai badal dari lafal Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-
alaikat penjaga neraka itu tidak pernah mendurhakai perintah Allah (dan mereka
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan) lafal ayat ini berkedudukan menjadi
badal dari lafaz yang sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-
orang mukmin supaya jangan murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula
bagi orang-orang munafik, yaitu mereka yang mengaku beriman dengan lisannya
tetapi hati mereka masih tetap kafir.
e. Tafsir Ibnu Katsir
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya:
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” [66:6]12
Yakni amalkanlah ketaatan kepada Allah dan hindarilah perbuatan-
perbuatan durhaka kepada Allah, serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk
berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kamu dari api neraka.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” [66:6]13
Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah kepada
keluargamu untuk bertakwa kepada Allah.
Qatadah mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada
Allah dan engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya. Dan
hendaklah engkau tegakkan kepada mereka perintah Allah dan engkau anjurkan
mereka untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya.
Dan apabila engkau melihat di kalangan mereka terdapat suatu perbuatan maksiat
terhadap Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang
mereka melakukannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Muqatil bahwa sudah
merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim mengajarkan keluaganya, baik
dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya hal-hal yang difardukan oleh
Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang Allah yang harus
mereka jauhi.
Semakna dengan ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi melalui hadits Abdul Malik ibnur
Rabi’ ibnu Sabrah, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa
Rasulullah SAW. pernah bersabda:
“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya
mencapai tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka
pukullah dia karena meninggalkannya.”
12
Op.cit., Litequran.net.
13
Ibid.
Ini menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan. Imam Abu Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu’aib,
dari ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah SAW. hal yang semisal. Fiqih
mengatakan hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam masalah puasa, agar
hal tersebut menjadi Latihan baginya dalam ibadah, dan bila ia sudah sampai pada
usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi
maksiat serta meninggalkan perkara yang mungkar.
Firman Allah SWT.:
“yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” [66:6]14
Waqud artinya bahan bakarnya yang dimasukkan ke dalamnya, yaitu tubuh-
tubuh anak Adam.
“dan batu.” [66:6]15
Menurut suatau pendapat, yang dimaksud dengan batu-batu adalah berhala
yang dahulunya dijadikan sesembahan, karena ada firman Allah SWT. yang
mengatakan:

‫ب َج َهنَّ َم‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫اِنَّ ُك ْم َو َما تَ ْعبُد ُْونَ ِم ْن د ُْو ِن ه‬
َ ‫ّٰللا َح‬
“Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah,
adalah bahan bakar Jahanam.” (Q.S. al-Anbiyaa/21:98)16
Ibnu Mas’ud, Mujahid, Abu Ja’far al-Baqir, dan as-Saddi mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah batu kibrit (fosfor). Mujahid mengatakan bahwa batu
itu lebih busuk baunya daripada bangkai.
Firman Allah SWT.:
“penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras.” [66:6]17
Yakni watak mereka kasar dan telah dicabut dari hati mereka rasa belas
kasihan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah. Mereka juga keras, yakni
bentuk rupa mereka sangat keras, bengis, dan berpenampilan sangat mengerikan.

14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid., https://litequran.net/al-anbiya.
17
Op.cit.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnul Hakam ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari
Ikrimah yang mengatakan bahwa, “apabila permulaan ahli neraka sampai neraka,
maka mereka menjumpai pada pintunya empat ratus ribu malaikat penjaganya,
yang muka mereka tampak hitan dan taring mereka kelihatan hitam legam. Allah
telah mencabut dari hati mereka rasa kasih sayang; tiada kasih sayang dalam hati
seorang pun dari mereka barang sebesar zarrah pun. Seandainya diterbangkan
seekor burung dari pundak seseorang dari mereka selama dua bulan terus-
menerus, maka masih belum mencapai pundak yang lainnya. Kemudian di pintu itu
mereka menjumpai sembilan belas malaikat lainnya, yang lebar dada seseorang
dari mereka sama dengan perjalanan tujuh puluh tahun musim gugur. Kemudian
mereka dijerumuskan dari pintu satu ke pintu lainnya selama lima ratus tahun, dan
pada tiap-tiap pintu neraka Jahannam mereka menjumpai hal yang semisal denga
napa yang telah mereka jumpai pada pintu pertama, hingga akhirnya sampailah
mereka ke dasar neraka.”
Firman Allah SWT.:
“yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [66:6]18
Maksudnya, apapun yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka, maka
mereka segera mengerjakannya tanpa terlambat barang sekejap pun, dan mereka
memiliki kemampuan untuk mengerjakannya; tugas apapun yang dibebankan
kepada mereka, mereka tidak mempunyai kelemahan. Itulah malaikat Zabaniyah
atau juru siksa, semoga Allah melindungi kita dari mereka.

18
Ibid.
II.3. Hadits Riwayat Abu Dawud No. 4481
Islam merupakan agama yang mengajarkan kasih sayang. Allah mengutus
nabi SAW. sebagai rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam. Beliau mengajarkan
kepada kita agar senantiasa menyanyangi sesama makhluk hidup. Dari Abdullah
bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اء‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫ار َح ُموا أ َ ْه َل اۡل َ ْر‬
َّ ‫ض َي ْر َح ْم ُك ْم َم ْن فِى ال‬ ْ ‫الرحْ َم ُن‬
َّ ‫اح ُمونَ َي ْر َح ُم ُه ُم‬
ِ ‫الر‬
َّ
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-
Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi, niscaya Yang di atas langit pun
akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud)19
Berdasarkan keterangan hadits di atas, kasih sayang tidak memiliki batas.
Allah tidak membatasi kita untuk menyayangi hanya sesama manusia, melainkan
seluruh makhluk, baik makhluk hidup maupun benda-benda mati. Tidak pula
membatasi hanya menyayangi sesama agama, tetapi sesama umat beragama.
Menyayangi sesama manusia diperlukan agar terciptanya kerukunan. Kasih sayang
Allah akan kita dapatkan apabila kita saling menyayangi. Dalam sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Turmudzi,

َّ ُ‫اس ََل َي ْر َح ْمه‬


ُ‫ّٰللا‬ َ ‫َم ْن ََل َي ْر َح ْم ال َّن‬
“Barangsiapa tidak menyayangi sesama manusia, Allah tidak
menyayanginya.” (Hadits Tirmidzi Nomor 2303)20
Jika kita saling menyayangi, tentu akan muncul rasa peduli. Sebagai sesama
manusia, kita harus saling menyayangi dan memiliki sikap peduli, terutama kepada
orang-orang yang sangat membutuhkan kasih sayang dan rasa peduli, seperti anak-
anak yatim, fakir miskin, janda, dsb. Pada kesempatan kali ini, penulis akan
membahas keutamaan menyantuni anak yatim.

19
Sunni.id, “Perintah Menyayangi juga Berlaku kepada Seluruh Makhluk Hidup di Muka Bumi”,
(https://sunni.id/perintah-menyayangi-juga-berlaku-kepada-seluruh-makhluk-di-muka-bumi/,
diakses pada tanggal 13 April 2021).
20
Ibid.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Yatim di kalangan
manusia adalah anak kecil yang ditinggal mati ayahnya (sebelum baligh) karena
fungsi seorang ayah adalah yang mendidik, memberikan nafkah, dan menolong
anaknya sesuai dengan tabiat mahkluk.” (Majmu’ Fatawa, [14/108-110])
Dengan ketiadaan sang ayah, tentunya berpengaruh kepada keterbatasan
kemampuan sang ibu. Para anak yatim sangat membutuhkan bantuan orang lain
yang dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka. Allah telah menjaminkan
surga bagi siapa saja yang memelihara, mendidik, menikahkah, serta berbuat baik
kepada mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.,

‫ص ا لِ ح عَ ْن‬ َ ‫َح د َّث َن َا ُم سَ د َّد ٌ َح د َّث َن َا َخ ا لِ د ٌ َح د َّث َن َا سُ هَ يْ ٌل ي َ عْ ن ِ ي ا بْ َن أ َب ِ ي‬


‫الر ْح َم ِن بْ ِن‬ َّ ‫او د َو ه ُ َو سَ ِع ي د ُ بْ ُن عَ بْ ِد‬ ُ َ ‫اۡل َعْ شَى ق َ ا َل أ َب ُو د‬ ْ ‫سَ ِع يد‬
‫ار ي ِ عَ ْن أ َب ِ ي سَ ِع يد‬ ِ ‫ص‬ َ ْ‫اۡل َن‬ ْ ‫ُّوب بْ ِن ب َ ِش ير‬ َ ‫ي عَ ْن أ َي‬ ُّ ‫ُم ْك ِم ل‬
ُّ ‫الز هْ ِر‬
‫ص ل َّ ى ّٰللاَّ ُ عَ ل َ يْ ِه َو سَ ل َّ َم َم ْن عَ ا َل‬ َ ِ َّ‫الْ ُخ د ْ ِر ي ِ ق َ ا َل ق َ ا َل َر سُ و ُل ّٰللا‬
‫ث ب َ ن َات ف َ أ َد َّب َ هُ َّن َو زَ َّو َج هُ َّن َو أ َ ْح سَ َن إ ِ ل َ يْ ِه َّن ف َ ل َ ه ُ الْ َج ن َّ ة ُ َح د َّث َن َا‬ َ ‫ث َ ََل‬
‫س ن َا ِد ق َ ا َل‬ ِ ْ ‫ف بْ ُن ُم و سَ ى َح د َّث َن َا َج ِر ي ٌر عَ ْن سُ َه يْل ب ِ َه ذ َا‬
ْ ‫اْل‬ ُ ُ‫ي ُو س‬
‫ث ب َ ن َات أ َ ْو ب ِ نْ ت َا ِن أ َ ْو أ ُ ْخ ت َا ِن‬ ُ ‫ث أ َ َخ َو ات أ َ ْو ث َ ََل‬ ُ ‫ث َ ََل‬
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Khalid] berkata, telah menceritakan kepada kami [Suhail] -
maksudnya Suhail bin Abu Shalih- dari [Sa'id Al A'sya] -Abu Dawud berkata; dia
adalah Sa'id bin 'Abdurrahman bin Mukmil Az Zuhri- dari [Ayyub bin Basyir Al
Anshari] dari [Abu Sa'id Al Khudri] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa memelihara tiga orang anak wanita, lalu ia
mendidik dan menikahkan mereka, serta berbuat baik kepada mereka. maka ia akan
mendapatkan surga." Telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin Musa] berkata,
telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Suhail] dengan sanad ini, ia
menyebutkan, "Tiga saudara perempuan, atau tiga anak perempuan, atau dua anak
perempuan, atau dua saudara perempuan." (H.R. Abu Daud No.4481)21
Para anak perempuan (anak yatim) yang dimaksud di sini tidak hanya
berasal dari kerabat dekat, melainkan juga dari kerabat jauh, maupun yang lainnya.

21
TafsirQ, “al-Qur’an Online Bahasa Indonesia”, (https://tafsirq.com/hadits/abu-daud?page=288,
diakses pada tanggal 13 April 2021)
Tak hanya jaminan surga, menyantuni anak-anak yatim juga menjadikan
penghalang bagi yang menyantuninya dari api neraka. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW.,

ُ ‫الز ْه ِر ي ِ ق َ ا َل َح د َّث َن ِ ي عَ بْ د‬ ُّ ‫ب عَ ْن‬ ٌ ْ‫َح د َّث َن َا أ َب ُو الْ ي َ َم ا ِن أ َ ْخ ب َ َر ن َا شُ ع َ ي‬


‫ج‬َ ‫ّٰللاَّ ِ بْ ُن أ َب ِ ي ب َ ْك ر أ َ َّن عُ ْر َو ة َ بْ َن ال ُّز ب َ ي ِْر أ َ ْخ ب َ َر ه ُ أ َ َّن عَ ا ئ ِ شَ ة َ زَ ْو‬
‫ت َج ا َء ت ْ ن ِ ي ا ْم َر أ َة ٌ َم ع َ َه ا‬ ْ َ ‫ص ل َّ ى ّٰللاَّ ُ عَ ل َ يْ ِه َو سَ ل َّ َم َح د َّث َت ْ ه ُ ق َ ا ل‬ َ ِ ‫ال ن َّ ب ِ ي‬
‫اح د َ ة ف َ أ َعْ طَ يْ ت ُ َه ا‬ ِ ‫ا بْ ن َ ت َا ِن ت َسْأ َل ُن ِ ي ف َ ل َ ْم ت َِج د ْ ِع نْ ِد ي غَ ي َْر ت َ ْم َر ة َو‬
ُ َّ‫ص ل َّ ى ّٰللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ ‫ت ف َ د َ َخ َل ال ن َّ ب‬ ْ ‫ت ف َ َخ َر َج‬ ْ ‫ف َ ق َ سَ َم ت ْ َه ا ب َ يْ َن ا بْ ن َ ت َيْ َه ا ث ُمَّ ق َ ا َم‬
‫ت شَ يْئ ا ف َ أ َ ْح سَ َن‬ ِ ‫عَ ل َ يْ ِه َو سَ ل َّ َم ف َ َح د َّث ْ ت ُه ُ ف َ ق َ ا َل َم ْن ي َ لِ ي ِم ْن هَ ِذ هِ الْ ب َ ن َا‬
ِ َّ ‫إ ِ ل َ يْ ِه َّن ك ُ َّن ل َ ه ُ ِس ت ْ ر ا ِم ْن ال ن‬
‫ار‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan
kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata; telah menceritakan kepadaku
[Abdullah bin Abu Bakr] bahwa ['Urwah bin Zubair] telah mengabarkan kepadanya
bahwa [Aisyah isteri nabi shallallahu 'alaihi wasallam] telah menceritakan
kepadanya, katanya; "Seorang wanita bersama dua anaknya pernah datang
kepadaku, dia meminta (makanan) kepadaku, namun aku tidak memiliki sesuatu
yang dapat dimakan melainkan satu buah kurma, kemudian aku memberikan
kepadanya dan membagi untuk kedua anaknya, setelah itu wanita tersebut berdiri
dan beranjak keluar, tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang dan aku pun
memberitahukan peristiwa yang baru aku alami, beliau bersabda: "Barangsiapa
yang diuji sesuatu karena anak-anak perempuannya lalu ia berlaku baik terhadap
mereka maka mereka akan melindunginya dari api neraka." (H.R. Bukhari
N0.5536)22

22
Ibid., https://tafsirq.com/hadits/bukhari/5536.
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Pada hakikatnya, kegiatan pendidikan atau belajar mengajar melibatkan dua
pihak, di antaranya adalah pendidik (subjek pendidikan) dan peserta didik (objek
pendidikan). Pendidik sebagai pihak yang menyampaikan pengetahuan,
pengalaman, dan nilai. Sedangkan, peserta didik sebagai pihak yang mencari dan
menerima pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai itu.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa yang menjadi objek pendidikan, di antaranya:
1. Dalam Q.S. an-Nisa’/4:170 dikatakan bahwa yang menjadi objek
pendidikan adalah seluruh umat manusia, baik yang muslim, maupun non-
muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah.
2. Dalam Q.S. at-Tahrim/66:6 dikatakan bahwa yang menjadi objek
pendidikan adalah diri sendiri dan keluarga. Dalam surat ini, menunjukkan
perintah unuk bertakwa kepada Allah dan menjaga diri sendiri serta
keluarga dari api neraka. Hal ini merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan
keluarga.
3. Dalam hadits riwayat sunan Abu Daud No. 4481 dijelaskan tentang
keutamaan menyantuni anak yatim. Sehingga yang menjadi objek
pendidikan di sini adalah anak-anak yatim, baik itu yang berasal dari kerabat
dekat, maupun yang berasal dari kerabat jauh dan orang lain.
III.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam segi penulisan, maupun penguasaan
materi. Sebagaimana pepatah yang mengatakan,

‫ان‬
ِ َ‫اء َوالنِ ْسي‬
ِ ‫ط‬َ ‫سانُ َم َح ُّل ْال َخ‬
َ ‫اَ ْ َِل ْن‬
“Manusia itu tempatnya salah dan lupa.”
Untuk itu, dengan lapang hati penulis mengharapkan saran dari para
pembaca sekalian guna perbaikan makalah pada masa mendatang. Saran tersebut
dapat berupa kritik atau masukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi


Pendidikan 1. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama (IMTAM).
2. Karman, M. 2018. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
3. Tafsirweb. Baca Qur’an Online: Terjemah Arab-Latin-Indonesia. Diakses
pada tanggal 11 April 2021, dari https://tafsirweb.com/37121-quran-surat-
an-nisa.html.
4. Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Bandung: Gema Insani Press.
5. Qur’an Kemenag. Al-Qur’an Kemenag Versi Web. Diakes pada tanggal 11
April 2021, dari https://quran.kemenag.go.id/.
6. Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin as-Suyuthi. 2018. Tafsir Jalalain.
Muhammad al-Khumayyis, Terjemahan. Ummul Quro.
7. Shihab, M. Quraish. 2001. Tafsir al-Misbah Vol II. Jakarta: Lentera Hati.
8. Risalah Muslim. Tafsir al-Qur’an dan Hadits. Diakses pada tanggal 11-12
April 2021, dari https://risalahmuslim.id/quran/.
9. Al-Ilmu. 2019. Keutamaan Mengurus Anak Yatim. Diakses pada tanggal 13
April 2021, dari https://buletin-alilmu.net/2019/09/01/keutamaan-
mengurus-anak-yatim/.
10. TafsirQ. Al-Qur’an Online Bahasa Indonesia. Diakses pada tanggal 13
April 2021, dari https://tafsirq.com/.

Anda mungkin juga menyukai