Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

“PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM”

Oleh :

Kelompok 3 (Kelas E)

Anka Rahmi Ade Utami (1302101010100)

Balqis Thahara (1302101010127)

Gressha Vionalle Ademi (1302101010154)

Hadia Firda Hasnita Lubis (1302101010125)

Hariska Andriani (1302101010040)

Hidayati (1302101010157)

Nevi Frilly Ulfah (1302101010057)

Nurul Asila (13020101010213)

Rahma Erlis (1302101010066)

Suryani Harahap (1302101010225)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan paratikum yang berjudul "PERKEMBANGAN
EMBRIO AYAM" tanpa ada kendala ataupun halangan yang berarti sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Kami yakin laporan ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi kami
akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik semampun kami, dan kami
berharap kepada siapapun yang membaca laporan kami ini untuk memberi
kritik dan saran, semoga laporan ini bermanfaat bagi kami dan seluruh pembaca
pada umumnya.

Banda Aceh
                                                                       

(penulis)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Embrio adalah tahapan awal dari pertumbuhan vertebrata (hewan

bertulang belakang). Pada praktikum embriologi kali ini kami mengamati

proses perkembangan embrio ayam. Ayam merupakan hewan yang termasuk

dalam jenis unggas, yang perkembangbiakannya dilakukan dengan bertelur.

Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama

berkembang, embrio memperoleh makanan, nutrisi dan perlindungan dari

kuning telur (yolk), putih telur (albumen) dan kerabang telur. Pola

dasar  perkembangan embrio ayam yaitu melalui tahapan pembelahan, morula,

blastula, dan gastrula.

1.2 Tujuan

1. Mempelajari lapisan embrional ayam yang membentuk bakal organ.

2. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio.

1.3 Manfaat

1. Agar kita dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal

organ.

2. Agar kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau

pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Embriogenesis merupakan proses perkembangan dari zigot dengan


perkembangan organ tubuh (organogenesis), sehingga terbentuk individu yang
fungsional, meliputi proses: pembelahan, blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi.
Pembelahan merupakan suatu rangkaian proses mitosis yang berlangsung
berturut-turut setelah terjadi fertilisasi. Pembelahan zigot terjadi secara cepat,
sehingga sel anak tidak sempat tumbuh dan sel anak makin kecil sesuai dengan
tingkat perkembangannya dan agar pembelahan menghasilkan sel  anak yang
anak disebut morula dan sel anak disebut blastomer. Besar morula tidak jauh
berbeda dengan besar zygot karena selama pembelahan berlangsung, zona
pelusida tetap utuh dan blastomer-blastomer saling terikat oleh suatu kekuatan
yang disebut tigmotaksis. Bila blastomer  suatu blastula katak dipisahkan secara
mekanik, blastomer tersebut bergerak tidak menentu dan akan melekat pada
blastomer lain bila saling bersentuhan (Anonim 2012: 1).
Bagian-bagian yang terdapat pada telur berbentuk lapisan, tersusun dari
dalam ke luar. Bagian telur pertama dimulai dengan sel telur. Sel telur ini kecil
dan terlihat sebagai bintik agak putih. Kuning telur dikeluarkan oleh oviduct
atau saluran sel telur, kemudian ditambah empat lapisan pemisah albumen
(putih telur). Bagian-bagian ini dilindungi oleh dua lapisan "kulit" membran
tipis yang transparan, kemudian pada bagian luar kulit ini dibungkus oleh kulit
kerabang telur (shell). Hanya beberapa jam sebelum telur dikeluarkan dari
tubuh induk, telur mengalami pigmentasi warna. Pigmen ini dihasilkan dalam
tubuh ayam. Karena setiap telur dipigmentasi secara terpisah, maka warna
setiap ayam nantinya akan bervariasi meskipun telurnya dikeluarkan dari induk
yang sama. Setiap induk ayam dapat mengeluarkan telur meskipun tidak
dibuahi oleh ayam jantan. Tetapi telur ayam yang tidak dibuahi ini tidak akan
mengalami pertumbuhan amnion, allantois, chorion atau embrio (Rusfidra
2007: 1).
Sel telur atau ovum dapat dibedakan menurut jumlah kuning telurnya
(yolk) pertama yaitu sel telur oligolestal dimana sel telur yang jumlah kuning
telurya sedikit, seperti pada mamalia. Selanjutnya sel kedua adalah sel telur
mesolesital dimana jumlah kuning telurnya sedang seperti pada telur amphibi
dan ketiga adalah sel telur polilesital yaitu kuning telurnya banyak, sperti pada
unggas, reptilia dan mamalia bertelur. Didalam sitoplasma sel telur ada lemak,
pigmen, enzim dan unsur lainya, seperti inti sel dan mitokondria. Dari kedua
pembagian itu ada yang namanaya bisa digabung yaitu sel telur oligolesital dan
sel telur isolesital menjadi sel telur oligolesital. Begitu pula pada sel telur
politelolesital (Sukra 2000: 56).
Lapisan korteks telur adalah lapisan plasma yang terletak di bagian sisi
dalam membran telur. Pada lapisan korteks terdapat struktur khusus yang
berperan penting saat fertilisasi dan disebut granula korteks. Setiap granula
korteks diselaputi oleh struktur membran yang mengandung mukopolisakarida.
Ukuran diameter granual korteks bervariasi. Pada lapisan granula korteks
Amfibia juga terdapat granula pigmen maka telur tampak kehitaman. Oosit
membentuk beberapa macam selaput yang berfungsi sebagai pengenal sperma
sesama spesiesnya. Ada telur yang menghasilkan selaput khusus di antara
permukaan membran selnya dengan membran sel-sel folikel (Santoso 2009:
26).
Sel telur memiliki selaput sel pertama yaitu yang disebut selaput vitelin
yang sangat tipis dihasilkan oleh sel telur atau ovum. Pada waktu terjadi
fertilisasi selaput ini tersngkat sehingga membantuk selaput yang akan
membungkus sel telur. Ruang yang terbentuk di antara selaput plasma dan
selaput vitelin ini disebut ruang pri vitelin, dan selaput vitelin disebut selaput
fertilisasi. Selaputnya sel telur langsung berbatasan ini disebut sebagai zona
pelusida, dan selaput sel telur disebelah luar zona pelusida ini disebut sebagai
corona radiata (sukra 2000: 57).
Pada prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama, Telur
terdiri dari enam bagian yaitu: kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput
kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza)
dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi
khas.Kerabang telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar
yang tidak menguntungkan. Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur
dan kuning telur agar tidak keluar dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak
diinginkan. Kerabang telur memiliki pori-pori sebagai media lalu lintas gas
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) selama proses penetasan (Anonim
2012: 1).
Bentuk awal embrio ayam pada hari pertama belum terlihat jelas, sel
benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap,
sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel
benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah
lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel
bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi
perkembangan embrio (sukra 2000: 57).
Oksigen diperlukan embrio untuk proses pernapasan dan
perkembangannya.Putih telur merupakan tempat penyimpanan air dan zat
makanan di dalam telur yang digunakan untuk pertumbuhan embrio. Kuning
telur merupakan bagian telur yang bulat bentuknya, berwarna kuning sampai
jingga dan terdapat di tengah-tengah telur. Kuning telur mengandung zat lemak
yang penting bagi pertumbuhan embrio. Di dalam kuning telur terdapat sel
benih yang menjadi unsur utama embrio unggas. Pada bagian ujung yang
tumpul dari telur terdapat rongga udara yang berguna untuk bernapas bagi
embrio selama periode penetasan, yang berlangsung rata-rata 20-22 hari
(Anonim 2012: 1).
Sel telur yang terdapat dalam telur dan sudah dibuahi adalah bakal anak
ayam. Sebelum telur menetas, bakal anak ini disebut embrio.Embrio ini harus
mendapatkan makanan untuk pertumbuhannya. Embrio ini mendapatkan
makanan dari kuning telur (yolk). Karena itulah sebabnya mengapa sel telur
selalu menempel atau berada pada pinggir kuning telur. Satu atau dua hari
setelah telur ayam menetas dan mengeluarkan anak ayam, kuning telur masih
tersisa dan melekat pada perut atau tali pusat (umbilical cord) anak ayam
tersebut. Kuning telur tersebut digunakan sementara untuk sumber makanan
anak ayam (sukra 2000: 57).
Sel telur polilesital, selain kuning telur dilengkapi dengan cadangan
makanan berupa albumen atau putih telur. Untuk melindungi diri dari gangguan
luar, sel telur polilesital dilengkapi dengan kulit kerabang yang kuat. Ini berarti
bahwa embrio sel telur polilesital berkembang di dalam sel telur. Pada bangsa
burung, embrio berkembang di dalam telur tubuh induk oleh karena itu untuk
keperluan perkembangan embrio harus memiliki jumlah makanan yang cukup.
Di sini harus dipahami dan dibedakan antara sel telur dan telur (Nalbandov
1995 : 96).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Pengamatan yang kami lakukan pada embrio ayam


1,2,3,4,5,7,9,13,15,17,19,dan 21.

Hari pertama 

Hari kedua
Hari ketiga

Hari keempat

Hari kelima
Hari ketujuh

Hari kesembilan

Hari ketiga belas


Hari kelima belas

Hari ketujuh belas

Hari kesembilan belas


Hari kedua puluh satu
Keterangan

hari pertama

hari kedua

hari ketiga
hari keempat

hari kelima

Hari keenam

Hari ketujuh
Hari kedelapan

Hari kesembilan

hari kesepuluh
Hari kesebelas

Hari keduabelas

Hari ketigabelas
Hari keempatbelas

Hari kelimabelas

Hari keenambelas
hari ketujuh belas

hari kedelapan belas

hari kesembilan belas


hari kedua puluh

keduapuluhsatu
4.2 PEMBAHASAN

Perkembangan embrio ayam terjadi di  luar tubuh  induknya. Selama


berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa
kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu
relatif besar. Dalam perkembangannya, embrio dibantu  oleh kantung  kuning
telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning telur  dindingnya dapat
menghasilkan enzim. Enzim ini  mengubah isi kuning telur sehingga mudah
diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi sebagai
pembawa oksigen ke embrio, Menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang
sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam
alantois, serta membantu mencerna albumen.
Pengamatan pertama pada telur yang baru keluar dimana bentuk awal
embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi
bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya
agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi
yang dinamakan zygot blastoderm.
Pada pengamatan kedua untuk telur umur inkubasi 3 hari , jantung sudah
mulai terbentuk dan masih berdenyut, hal ini disebabkan embrio tersebut sudah
mati disebabkan karena kondisi suhu yang tidak sesuai dengan embrio ayam
tersebut. Larutan garam fisiologis dengan suhu 40% tersebut berfungsi untuk
perendaman telur ayam agar embrio ayam tetap hidup, namun pada prakteknya
tidak kami lakuan. Selain jantung, bagian-bagian yang dapat diamati yakni
pembuluh darah yang bercabang-cabang dan tersebar, yang berpusat di jantung.
Menurut literatur, embrio ayam hari ke tiga jantung terbentuk dan berdenyut
serta bentuk embrio sudah mulai tampak. dapat dilihat gelembung bening,
kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung
bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang
berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan
membuat embrio bergerak bebas.
Pada pengamatan ketiga yakni umur telur inkubasi 5 hari. Pada hari ke
lima menunjukkan perkembangan embrio yang sangat cepat, dimana pada hari
kelima ini embrio tersebut sudah mengalami proses organogenesis, yaitu
dimana bentuk dari tubuh embrio tersebut sudah kelihatan. Kami juga tidak
dapat melihat detak jantung pada embrio tersebut. Adapun bentuk-bentuk
anggota badannya sudah agak kelihatan walaupun masih dalam bentuk yang
belum sempurna. Bintik hitam yang ada ditengah-tengah embrio merupakan
mata dari anak ayam tersebut. Sedangkan, untuk amnion dan alantoisnya sudah
kelihatan sangat jelas. Bila dibandingkan dengan literatur (Infovert, 2010),
mengatakan bahwa telur ayam pada umur lima hari, embrionya sudah mulai
nampak. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Dengan
menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat
reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan
alantois sudah kelihatan sangat jelas.
Pada pengamatan keempat yakni umur telur inkubasi 7 hari, dimana pada
hari ini proses pembentukan sistem organ pada embrio ayam hampir lengkap,
sehingga pada umur tujuh hari sudah dapat diamati awal mula pembentukan
organ-organ dari anak ayam tersebut. Berdasarkan literatur  (Infovert, 2010)
Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar
mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya
sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher.
BAB IV
(PENUTUP)
(KESIMPULAN DAN SARAN)

Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan :

1. Penetasan adalah suatu proses untuk memperoleh bibit.Karena dengan

adanya penetasan menggunakan mesin tetas akan lebih banyak diperoleh di

bandingkan dierami induknya.Mungkin jika dierami oleh induknya lebih

kurang 12 butir,sedangkan dengan menggunakan mesin tetas bisa memuat

sebanyak 50 butir (menurut ukuran mesin tetas tersebut).

2. Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu :

a.         Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk

b.         Perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk.

3. Perkembangan embrio pada hari kedua pengeraman, pertumbuhannya

meliputi tahap-tahap berikut:

a.         Morulasi

b.         Blastulasi

c.         Gastrulasi
4. Ketentuan bagi sebutir telur untuk ditetaskan adalah:

a.         Telur yang dihasil kan oleh betina yang telah dibuahi.

b.         Permukaan kulit telur licin dan rata

c.         Kerabang telur tidak terlalu tebal dan tipis

5.          Faktor-faktor yang perlu diperhatikan waktu penetasan adalah sebagai

berikut: 

a.         Nisbah kelamin

b.         Temperatur selama penetasan

c.         Kelembaban selama penetasan

d.        Penyediaan udara selama penetasan

e.         Posisi telur pada rak telur penetasan

SARAN

Semoga dengan laporan yang telah kami buat ini para pembaca sekalian
mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru, dari yang awalnya tidak
mengetahui dengan benar proses-proses perkembangan embrio ayam sekarang
menjadi lebih tahu dengan benar proses-proses tersebut, akan tetapi kami sadar
betul bahwa laporan kami ini tidaklah sempurna dan yang pastinya masih
sangat kurang dari yang sempurna, maka dari itu marilah kita semua bersama-
sama untuk lebih mencari dan terus mencari pengetahuan-pengetahuan yang
lainnya, lebih dan kurangnya kami memohon maaf sebesar-besarnya.
Daftar pustaka

1. http://nedfer.blogspot.com/2013/12/embriologi-ayam-preparat-
section.html.
2. Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
3. Meliyati, Neka. Nova, Khaira. Septinova, Dian. 2005 . Pengaruh Umur Telur
Tetas Itik Mojosari Dengan Penetasan Kombinasi Terhadap Fertilitas Dan Daya
Tetas. Universitas Lampung: Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian.
4. Amenta, Peter S. 1990. Histologi Dan Embriologi. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai