Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI No. Dok.

: FST-
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Tgl. Terbit : 13 Mei 2013
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI FORM (FR) No. : 00
Revisi:
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1
Nama : Shella Fitria Hari/Tanggal : Kamis, 25 Maret 2021
Dwi Indah Setyojati
NIM : 11200960000028 Waktu : 07.30-10.00 WIB
1120096000020
Kelas/Semester : Kimia A2/2 Dosen : Adawiah, S.Si

Kation Golongan II
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan pemisahan dan identifikasi kation golongan II dalam suatu sampel campuran yang
mengandung kation Pb2+, Bi3+, Cu2+, dan Sn2+

2. Pendahuluan
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode
analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi
spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu
larutan. Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak.
(Keenan, 1999).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis
kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Prosedur yang biasa digunakan
untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang
dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji
ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai
konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu
melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian

1
diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan
menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan berwarna yang
merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Underwood, 1992).
Dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan,
berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas
perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut (Vogel, 1985).
Kation golongan II menurut tradisi dibagi dua bagian sub-golongan, yaitu sub golongan
tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam
amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini,
sulfida dari sub-grup melarut dengan membentuk garam tio. (Vogel, 1985;222).
Menurut G. Svehla (1985), kation golongan II bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan
ini adalah merkurium (II), tembaga, bismuth, cadmium, aesenik (III), arsenic (V), stibium (V), timah
(II), dan timah (III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIA dan keenam yang
terakhir su-golongan IIB. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA tak dapat larut dalam
ammonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIB justru larut.
Kation golongan II : Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, As3+, As5+, Sb3+, Sn2+, dan Sn4+. Kation-
kation golongan II jika ditambah H2S dan dipanaskan pada kondisi HCl 2 → 0,2 N menghasilkan
endapan sulfidanya. Adapun sumber H2S antara lain :

3. Alat dan Bahan


3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, tabung reaksi, rak rabung reaksi,
sentrifogus, gelas beaker, dan penangas air.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tioasetamida, C2H5NS 1M; asam klorida,
HCl 6M; natrium hidroksida, NaOH 6M; aquades; hydrogen peroksida, H2O2 3%; asam nitrat,
HNO3 6M; asam sulfat, H2SO4 3M; ammonium asetat, NH4CH3COO 3M; kalium kromat,

2
K2CrO4 1M; timah(II) klorida, SnCl2 0,1M.

Outline Prosedur Pemisahan dan Identifikasi Kation (Flow Chart)

Flowchart identifikasi kation Cu2+

CuSO4

+H2S +NH3 +NaOH +KI

↓ Hitam, CuS ↓ Biru, Cu(OH)2.SO4 ↓Biru, Cu(OH)2 ↓Putih, CuI

Flowchart identifikasi kation Sn2+

SnCl2

+H2S +H2SO4 +NaOH +HgCl2

↓Kuning, SnS2 ↓ Coklat, Sn(SO4)2 ↓Putih, Sn(OH)4 Tidak terjadi


reaksi

Flowchart identifikasi kation Bi3+

Bi(NO3)3

+H2S +NH3 +NaOH +KI

↓Hitam, Bi2S3 ↓ garam basa putih, ↓Putih, Bi(OH)3 ↓Hitam, BiI3


Bi(OH)2NO3

Flowchart identifikasi kation Pb2+

PbSO4

+H2S +H2SO4 +NaOH +K2CrO4

↓ Hitam, PbS ↓ Putih, PbSO4 ↓Putih, Pb(OH)2 ↓Kuning, PbCrO4

3
Flowchart Pemisahan Kation Golongan 2

Step 1
Larutan Uji
PbNO3, Bi(NO3)3, SnCl2, CuSO4

 + 10-12 tetesTioasetamida 1M
 Dipanaskan
 sentrifugasi

Hasil

Endapan (R3) Supernatan (S3A)


berwarna coklat

Step 2

Endapan (R3)

+ 4 mL air
+4 tetes HCl 6M

Sentrifugasi

Dipisahkan

Endapan (R3) Supernatan

4
Step 3

Endapan (R3)

1. + 4 mL air
2. + 5 tetes NaOH 6 M
3. Dipanaskan
4. Didinginkan
5. +3% H2O2
6. Dipanaskan
7. +5 tetes tioasetamida
1M
8. + 6 tetes NaOH 6M
9. Dipanaskan

Hasil

Dipisahkan

Endapan (R4) Supernatan (S4)

5
Step 4

Endapan (R4)

+ 3 mL air
+ 1 tetes tioasetamida
+ 1 tetes NaOH 6M

Sentrifugasi

Dipisahkan

Endapan (R4) Supernatan

+ 1 ml air
+ 1 ml HNO3 6 M
Dipanaskan
Sentrifugasi

Hasil

Endapan (R4) Supernatant

6
Step 5

Supernatant

1. + 2 ml H2SO4 3M
2. Dipanaskan langsung
menggunakaan beaker gelas
3. Didinginkan
4. +3 mL air
5. Dipindahkan ke tabung reaksi
R5
6. sentrifugasi

hasil

↓putih (R5) Supernatant (S5)

7
Step 6

Endapan (R5)

1. + ammonium asetat 3 M
2. Aduk dan dipanaskan
3. +K2CrO4 1M
4. Sentrifugasi

Hasil

↓ Kuning adanya supernatan


ion timbal

Step 7

Supernatant (S5)

1. + ammonia 6 M
2. Sentrifugasi

Hasil

↓putih (R6) Supernatant biru (ion tembaga)

8
Step 8

↓putih (R6)

1. + 1 tetes NaOH 6 M
2. + 1 tetes timah klorida 0,1 M
3. sentrifugasi

Hasil

↓ abu-abu (adanya ion Supernatan bening


bismut)

Step 9

Supernatan (S4)

1. + H2SO4 3 M
2. supernatan

Hasil

↓Cokelat (adanya ion timah) Supernatan putih

9
Outline Prosedur: Hasil pengamatan untuk masing-masing prosedur pada flowchart
Prosedur Percobaan Reaksi Kimia, Penjelasan dan Informasi
Step 1 Pada percobaan pemisahan golongan II ini digunakan kation
1. Disiapkan larutan uji yang Pb2+ ,Bi3+, Cu2+, dan Sn2+ dalam suatu sampel larutan. Pada
mengandung (PbCl2, BiCl3, tahap pertama telah disiapkan tabung reaksi yang diberi nama
CuCl2, SnCl4) sampel S1 dimana pada larutan ini tidak masu ke dalam
2. Ditambahkan 10-12 tetes kelompok klorida. Pada sampel S1 ini ditambahkannya 10-12
tioasetamida 1 M tetes thioacetamide yang berfungsi untuk mengendapkan
3. Kemudian larutan dipanaskan kation golongan II sehingga terpisah dari kation golongan
menggunakan hot plate lainnya. Digunakan tioasetamida karena salah satu sumber
4. Setelah itu, dilakukan dihasilkannya H2S dari hidrolisis tioasetamida. Setelah
sentrifugasi. ditambahkan thiacetamide, larutan yang awalnya bening
5. Endapan dan supernatant kemudian berwarna coklat Membentu 2 fase dimana pada
dipisahkan. Supernatant bagian permukaan sampel S1 ini muncul endapan berwarna
dibuang. coklat dan filtrat. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam
penangas sekitar 10 menit, adapun mengapa kita butuhkan
waktu 10 menit itu adalah agar sampel benar-benar bereaksi.
Lalu setelah dipanaskan, proses selanjutnya adalah
mensentrifugasi sampel tersebut. Adapun proses sentrifugasi
ini berfungsi untuk memisahkan campuran antara fase padat
dan fase cair sehingga proses pemisahan lebih cepat. Hasil
dari disentrifugasi sampel S1 ini adalah sampel menjadi
berwarna bening yang disertai dengan adanya endapan hitam,
endapan tersebut mengidentifikasi adanya kation dari
golongan II yang ada pada ion Pb2+ ,Bi3+, Cu2+, dan Sn2+
.Dari hasil sentrifugasi tersebut larutan dipisahkan antara
supernatan dan endapannya. Pada supernatan kita memberikan
sampel bernama S3A dan untuk endapan hitam ini kita beri
dengan nama sampel S1. Berikut reaksi yang terjadi pada
kation golongan II :
 C2H5SN + 2H2O CH3COONH4 + H2S
 SnCl2 + H2S SnS + HCl
 PbCl2 + H2S PbS + 2H+ + 2Cl-
 CuCl2 + H2S CuS + 2H+

10
 BiCl2 + H2S Bi2S3 + 2H+
Step 2 Pada tahap ke dua pemisahan ini, supernatan S3A pada tahap
1. Endapan yang terbentuk dari pertama dapat dibuang karena kita tidak akan
step satu ditambahkan 4 ml air mengidentifikasi ion dari supernatan tersebut. Namun jika
dan 4 tetes HCl 6M ingin dipakai bisa saja yaitu untuk mengidentifikasi adanya
2. Lalu, lakukan sentrifugasi ion dari gugus NH3S dari gugus karbonat. Sebelumnya pada
3. Endapan dan supernatant tahap pertama juga kita mendapatkan sampel endapan hitam
dipisahkan. Supernatant (R3). Endapan R3 kemudian ditambahkan aquades dan 4 tetes
dibuang. Tabung reaksi yang HCl 6M yang akan diaduk setelah itu larutan akan
mengadung endapan diberi disentrifugasi. Adapun fungsi dari penambahan HCl pada
tanda (R4) sampel R3 merupakan proses pencucian agar kation dari
golongan 2 membentuk endapan sulfida dengan lebih
sempurna. Penambahan HCl juga untuk melarutkan kation
golongan 3 yang mengendap saat penambahan tioasetamida
berlebih karena kation golongan 3 akan mengendap dalam
kondisi basa (basa sulfida). Sedangkan kation golongan 2
mengendap dalam kondisi asam (asam sulfida). Setelah
disentrifugasi larutan akan membentuk 2 fasa dimana
supernatan dari sampel R3 akan dibuang karena tidak akan
digunakan. Sedangkan endapan R3 menghasilkan endapan
berwarna hitam yang akan digunakan lagi untuk tahapan
ketiga.
Reaksi :
 Bi2S3↓ + HCl → 2Bi3+ + 6Cl- + 2H2S
 SnS2↓ + HCl → H2S + SnCl2
 PbS↓ + HCl → PbCl2↓ + H2S
 CuS + HCl → CuCl2↓ + H2S

Step 3 Pada tahapan ketiga pemisahan ini akan dilakukan pemisahan


1. Endapan yang berada ditabung tembaga dan timah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya dari
reaksi R4 ditambahkan 4 ml air keempat kation tersebut salah satu kation termasuk golongan
dan 5 tetes NaOH 6 M II B yaitu pada Sn2+. Maka pada percobaan kali ini kita akan
2. Larutan dipanaskan (2-3 menit) mencoba memisahkan Sn2+ dengan menggunakan
3. Lalu, larutan didinginkan dan thioasetamide dan NaOH. Namun, berdasarkan hasil literatur

11
ditambahkan 3% H2O2 menurut Vogel bisa menggunakan amonium pholisulfida,
4. Larutan dipanaskan kembali. bisa juga alkali sulfida (Na2S), dan alkali hidroksida (NaOH
5. Setelah itu, larutan atau KOH) , yang menyebabkan golongan II B itu larut.
ditambahkan 5 tetes Sehingga kami menyimpulkan bahwa walaupun tanpa
tioasetamida 1 M dan 6 tetes menggunakan amonium pholisulfida ini thioasetamide dan
NaOH 6 M. NaOH ini jika dicampurkan keduanya juga bisa melarutkan
6. Dipanaskan kembali. kation golongan II.
7. Dilakukan sentrifugasi. Reaksi :
8. Endapan dan supernatant  C2H5SN + 2H2O CH3COONH4 + H2S
dipisahkan. Endapan dalam  NaOH + H2S Na2S + H2O
tabung reaksi R4 dan Sebelumnya pada tahapan kedua menyisakan sampel R3 yang
supernatant dalam tabung berisi endapan hitam. Kemudian sampel R3 ditambahkan
reaksi S4. aquadest dan 5 tetes NaOH 6 M. adapun fungsi dari
penambahan NaOH pada tahapan ini adalah untuk melarutkan
timah. Setelah itu sampel diaduk, dan dimasukkan ke dalam
penangas selama 2-3 menit. Pada proses ini sampel
dimasukkan ke dalam penangas air, dengan keadaan penangas
air belum muncul gelembung- gelebung (mendidih). Adapun
mengapa dibutuhkan waktu yang sebentar sekitar 2-3 menit
karena proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat proses
pelarutan, ketika suhu dinaikkan proses pelarutan semakin
cepat. Setelah itu sampel dibiarkan pada rak tabung reaksi
untuk dibiarkan hingga dingin. Proses pendinginan ini
bertujuan agar endapan terbentuk sempurna dulu. Maka ketika
sudah dingin sampel diberikan 5 tetes H2O2 3% yang berfungsi
untuk mengoksidasi dari Sn2+ menjadi Sn4+. Setelah itu diaduk
didapati menjadi berwarna hitam, lalu setelah dihangatkan
kembali ke dalam penangas sebentar saja hingga terdapat
gelembung uap pada penanangas air sampel mengalami
perubahan warna dengan adanya endapan hitam pada dasar
tabung reaksi dan dipermukaan hanya terdapat supernatan
bening. Pada proses tersebut sampel R3 diangkat dari penangas
lalu ditambahkan 5 tetes thioacetamida dan 5 tetes NaOH.
Dimana setelah itu sampel dilakukan pemanasan selama

12
kurang lebih 2-3 menit di dalam penangas air. Pada saat
dipanaskan larutan tetap dalam keaadan endapan berwarna
hitam. Namun setelah disentrifugasi terlihat sangat jelas
pemisahan antara endapan dengan supernatannya. Pada hasil
sentrufugasi endapan hitam tersebut dipisahakan dengan
supernatannya dan endapan diganti labelnya menjadi R4 yang
sebelumnya adalah R3. Lalu untuk supernatannya dipindahkan
ke dalam tabung reaksi lain dengan label S4 untuk
mengidentifikasi adanya ion timah.
Reaksi :
 NaOH + H2S → Na2S + H2O
 PbCl2↓ + Na2S → PbS↓ + NaCl
 BiCl3↓ + Na2S → Bi2S3↓ + NaCl
 CuCl2 + Na2S → CuS + NaCl
 SnO + 2Na2S → [SnOS2]2-
Step 4 Selanjutnya pada tahap keempat pemisahan endapan R4
1. Endapan pada tabng reaksi R4 ditambahkan 3 mL aquadest, 1 tetes thioastamide dan 1 tetes
ditambahkan 3 ml air, 1 tetes NaOH 6M untuk disentrifugasikan dan setelah
tioasetamida, 1 tetes NaOH 6M. disentrifugasikan supernatan dari R4 ini dibuang karena kita
2. Dilakukan sentifugasi. tidak akan memakainya. Dan yang tersisa hanya endapan R4
3. Dipisahkan antara endapan dengan warna hitam. Endapan hitam ini kemudian
dengan supernatant. ditambahkan 1 mL aquadest dan 1 mL HNO3. Penambahan
4. Endapan yang terbentuk HNO3 ini untuk melarutkan endapan yang terbentuk. Perlu
ditambahkan 1 ml air dan 1 ml dilarutkan karena tidak ada reagen spesifik untuk melarutkan
HNO3 6 M. kemudia, salah satu endapan tersebut. Kemudian R4 dipanaskan di
dipanaskan. dalam penangas air dan diaduk selama beberapa menit hingga
5. Lalu dilakukan sentrifugasi. terlihat sulfida tidak lagi mengendap besama endapan hitam,
6. Endapan dan supernatant hingga didapati hasil sample berubah menjadi larutan biru
dipisahkan Kembali. muda. Lanjut setelah dipanaskan larutan kembali
disentrifugasi dan didapati hasil berupa endapan putih (R4)
dengan supernatan berwarna biru muda. Pada proses ini
supernatan dimasukkan ke dalam gelas kimia kecil yang
nantinya akan digunakan untuk tahapan ke 5 pemisahan
tembaga dengan bismut.

13
Step 5 Setelah itu, supernatant yang terbentuk ditambahkaan 2 ml
1. Supernatant yang terbentuk H2SO4 3M. Kemudian, dipanaskan. Pemanasan dilakukan
ditambahkan 2 ml H2SO4 3M. agar larutan cepat bereaksi. Penambahan asam sulfat 3 M.
2. Supernatant dipindahkan ke penambahan asam sulfat untuk melarutkan tembaga dan
gelas beaker. Lalu, dilakukan bismut.
pemanasan. Reaksi :
3. Larutan didinginkan. Kemudian, Pb2+ + SO42- → PbSO4↓
setelah dingin ditambahkan 3 ml Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO4↑ + 2H2O
air. 2Bi + 6H2SO4 → 2Bi3+ + 3SO4↑ + 6H2O
4. Larutan dipindahkan kedalam Kemudian larutan didinginkan. Setelah dingin ditambahkan 3
tabung reaksi R5. ml air. Penambahan air untuk mengencerkan larutan. Lalu,
5. Larutan disentrifugasi. larutan disentrifugasi untuk memisahkan endapan timbal
6. Terbentuk endapan dan sulfat, PbSO4 dengan supernatanya. Supernatant (S5) tidak
supernatant. Supernatant dibuang karena mengandung bismuth (III) sulfat dan tembaga
dipindah ke tabung reaksi S5. (II) sulfat yang digunakan untuk mengidentifikasi ion
tembaga dan ion bismut.
Step 6 Endapan yang terbentuk sebelumnya ditambahkan ammonium
1. Endapan yang terbentuk pada asetat 3M
tabung R5 ditambahkan Reaksi :
ammonium asetat 3 M. PbSO4↓ + 4CH3COONH4 → [Pb(CH3COO)4]2- + (NH4)2SO4
2. Larutan diaduk dan dipanaskan. Endapan timbel sulfat larut dalam larutan ammonium asetat
Lalu ditambahkan K2CrO4 1 M. yang agak pekat. Dengan adanya ammonia, akan terbentuk
dilakukan sentrifugasi. ion-ion tetraasetattoplumoat(II). Kestabilan kompleks-
3. Terbentuk endapan. kompleks ini tak terlalu besar; ion kromat, misalnya, dapat
mengendapkan timbel kromat dari larutan kompleks-
kompleks tersebut. Oleh karena itu penambahan ammonium
asetat ini diperlukan untuk mengendapkan timbel kromat dari
larutan komplek yang dihasilkan dari penambahan ammonium
asetat. Lalu ditambahkan kalium kromat 1 M. larutan berubah
menjadi warna kuning karena kalium kromat berwarna
kuning. Setelah itu, dilakukan sentrifugasi untuk melihat
adanya endapan berwarna kuning. Menurut teori, Ketika
PbSO4 ditambahkan kalium kromat terbentuk endapan
berwarna kuning. Reaksi :

14
Pb2+ + SO42- + K2CrO4 → PbCrO4↓
Dalam percobaan dihasilkan endapan timbal (II) kromat
berwarna kuning menandakan adanya kation Pb2+.
Step 7 Supernatant yang terbentuk dalam tabung reaksi S5
1. Supernatant yang terbentuk ditambahkan ammonia 6M dalam jumlah yang sangat sedikit.
dalam tabung reaksi S5 Jika reagensia yang ditambahkan berlebih, maka warna
ditambahkan ammonia 6M. menjadi biru tua yang disebabkan terbentuknya ion kompleks
dilakukan sentrifugasi. tetraaminokuprat (II). Dimana tidak akan terjadi pengendapan
2. Terbentuk endapan dan sama sekali, langsung terbentuk warna biru. (Vogel,1985).
supernatant. Lalu, larutan di sentrifugasi. Setelah sentrifugasi didapati
larutan berwarna biru dan endapan berwarna putih.
Reaksi :
Bi3+ + SO42- + 2NH3 → Bi(OH)3↓
Cu2+ + SO4- + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2.CuSO4↓ + 2NH+4
Cu(OH)2.CuSO4↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
Larutan berwarna biru menunjukkan adanya kation Cu2+.
Warna biru tua ini disebabkan terbentuknya ion komplek
tetraaminokuprat (II) yang akan melarut dalam reagensia
berlebih. Sedangkan endapan yang terbentuk adalah endapan
Bi(OH)3 yang tak larut dalam reagensia berlebih (Vogel,
1985).
Step 8 Endapan yang terbentuk dipisahkan dari supernatannya.
1. Endapan yang terbentuk Supernatant tidak digunakan lagi. Endapan (R6) ditambahkan
sebelumnya ditambahkan 1 tetes 1 tetes NaOH 6 M dan 1 tetes timah klorida. Mula-mula
NaOH 6 M dan 1 tetes timah natrium hidroksida yang ada dalam regensia, bereaksi dengan
klorida. Dilakukan sentrifugasi. ion bismuth (III), lalu bismuth (III) hidroksida ini direduksi
2. Terbentuk endapan. oleh ion tetrahidroksostanat. Reaksi :
Bi3++ 3OH- → Bi(OH)3↓
2Bi(OH)3↓ + 3[Sn(OH)4] → 2Bi↓ + 3[Sn(OH)6]2-
(Vogel, 1985).
Setelah itu, ditambahkan SnCl, larutan disentrifugasi. Didapati
adanya endapan berwarna abu-abu yang menandakan adanya
kation Bi3+.
Step 9 Supernatant yang berada di dalam tabung reaksi S4

15
1. Supernatant yang berada di ditambahkan asam sulfat 3M. lalu, dilakukan sentrifugasi.
tabung reaksi S4 ditambahkan Dalam asam sulfat pekat, ion timah (IV) terbentuk sewaktu
asam sulfat 3 M. lalu, dilakukan pelarutan. Reaksi :
sentrifugasi. Sn4+ + 2H2SO4 → SnS2↓ + 2H2O
2. Terbentuk endapan Setelah sentrifugasi terbentuk endapan SnS2 berwarna coklat
dan supernatant berwarna putih. Endapan yang terbentuk
menandakan adanya kation Sn2+ karena Sn4+ terbentuk dar
oksidasi Sn2+. Dapat disimpulkan bawah larutan campuran ini
mengandung Sn2+

Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Kation golongan 2 dapat dipisahkan dari golongan lain dengan menambahkan tioasetamida 1
M dan HCl. Kondisi larutan harus dalam suasana asam oleh karena itu ditambahkan HCl.
Jika kondisi larutan dalam suasana basa dikhawatirkan terdapat kation golongan 3 yang ikut
mengendap karena beberapa kation golongan 3 akan mengendap dalam kondisi basa sulfida.
2. Kation Sn2+ dapat dipisahkan dari kation Pb2+, Bi3+, dan Cu2+ dengan nambahkan
tioasetamida dan NaOH dan dilakukan pemanasan.
3. Kation Pb2+ dapat dipisahkan dari kation Bi3+ dan Cu2+ dengan menggunakan H2SO4 dan
dilakukan pemanasan.
4. Kation Cu2+ dapat dipisahkan dari kation Bi3+ dengan mengginakan ammonia.
5. Tabung R3 di step 1 mengandung endapan SnS, PbS, CuS, dan Bi2S3
6. Tabung R3 di step 2 mengandung endapan BiCl3, SnCl2, PbCl2, dan CuCl2
7. Tabung R4 mengandung endapan PbS, CuS, dan Bi2S3. Tabung S4 mengandung supernatant
[SnOS2]2-
8. Tabung R5 mengandung endapan PbSO4. Tabung S5 mengandung supernatant Bi2(SO4)3 dan
CuSO4
9. Tabung R6 mengandung endapan Bi(OH)3

Daftar Pustaka
Day RA. Jr dan Al Underwood. 1992, Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta
http://staffnew.uny.ac.id/upload/197905222008122003/pendidikan/Kimia+Analisis+II_Pemisahan+d
g+Pengendapan-Sulfidarenik.pdf

16
Keenan, W. Kleinfelter. 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta
Svehla, G. (1985). VOGEL: Buku Teks Anlisis Anorganik Kualitatif Makro danSemi Mikro, Bagian
I, Edisi V , PT. Kalma Media Pustaka, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai