4.1. Pendahuluan
Daktalitas atau kekenyalan aspal adalah kohesi dari partikel – partikel aspal yang
berusaha untuk terus bersatu agar tidak sampai terlepas satu sama lainnya, dimana
keadaan lepasnya antara partikel aspal tersebut disebut kondisi putus.
Tujuannya untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antar 2 cetakan
yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Disamping itu juga untuk mengetahui sifat kohesi aspal. Daktilitas aspal yang
lebih besar akan mengikat butir-butir agregat dengan lebih baik, tetapi lebih peka
terhadap perubahan temperature. Daktallitas aspal sangat diperlukan dalam suatu
campuran bahan perkerasan jalan dengan aspal sebagai bahan perekat dari agregat
yang ada. Gaya kohesi dari aspal tersebut merupakan usaha untuk
mempertahankan agregat tetap di tempatnya dan tidak sampai terlepas, sehingga
semakin tinggi nilai daktalitas aspal maka akan semakin baik mutu aspal tersebut
sebagai bahan perekat atau pengikat campuran bahan perkerasan jalan.
Pengujian benda uji dilakukan di dalam bak perendam pada suhu 25℃ ditarik
dengan menggunakan mesin uji dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji
putus. Pada pengamatan, benda uji ditarik menggunakan alat uji sampai melebihi
dari batas ukur alat uji. Benda uji tersebut tidak putus.
Hal ini menunjukkan bahwa sifat kohesi dari benda uji tersebut sangat tinggi,
besarnya sifat kohesi sangat baik untuk bahan campuran perkerasan jalan. Karena
dengan kondisi tersebut bahan tidak mudah pecah atau rusak, akan membentuk
ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Berdasarkan standar minimal untuk
daktilitas adalah 1000 mm sesuai dengan SNI berdasarkan nilai penetrasinya
(penetrasi 60-70).
KELOMPOK 3
4.2. Tujuan
Dalam praktikum yang dilakukan dibutuhkan berbagai macam alat dan bahan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum daktilitas bahan-bahan bitumen
adalah sebagai berikut:
4.3.1.Alat Percobaan
KELOMPOK 3
3. Mesin Uji Daktilitas
4.3.2.Bahan Percobaan
KELOMPOK 3
Bahan yang digunakan dalam percobaan Daktilitas bahan-bahan bitumen adalah:
1. Cairan Aspal yang telah Dipanaskan
KELOMPOK 3
4.4. Teori Dasar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat
terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat penarikan dengan
mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini dilakukan pada
suhu 25 0.5°C dan dengan kecepatan tarik mesin 50 mm per menit (dengan
toleransi 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk
ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 1000
mm) tanpa putus. Apabila bahan bitumen tidak putus setelah melewati jarak 1000
mm, maka dianggap bahan ini mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 1000 mm. Hal yang
sering terjadi dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak penarikan sampel
umumnya selalu di atas 1000 mm yang menunjukkan bahwa sampel ini
mempunyai daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul adalah akibat
keterbatasan mesin uji dalam mengukur jarak putus sampel, kita tidak mengetahui
seberapa besar daktilitas yang dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih
diperlukan jenis pemeriksaan lain yang dapat mengukur daktilitas maksimum
bahan bitumen yang melewati jarak 1000 mm.
Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik antara
cetakan yang berisi bitumen minimum 1000 mm. Adapun tingkat kekenyalan dari
aspal adalah :
1. < 1000 mm = Getas
2. 1000 mm – 2000 mm = Plastis
3. > 2000 mm = Sangat Plastis
KELOMPOK 3
Sifat daklitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan
senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa
prakin dengfan senyawa panjang, maka daktalitas rendah. Demikian aspal
didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang
mudah menyusut sedangkan yang banyak mengandung parakin karena susunan
rantai hidrokarbonya dan kekuatan strukturnya kurang plastis.
KELOMPOK 3
3. Panaskan sampel bitumen kira-kira 100 gr hingga cair dan dapat dituang.
Untuk menghindari pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati.
Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80°C - 100°C di atas titik lembek.
KELOMPOK 3
6. Keluarkan sampel dari bak perendam. Lepaskan sampel dari cetakan
kuningan.
KELOMPOK 3
4.6. Data Hasil Percobaan
4.7. Analisis
Daktalitas adalah salah satu cara dalam pengujian aspal dalam pengelompokan
aspal yang mana semakin tinggi nilai daktalitas maka aspal akan terbilang
semakin plastis maka semakin tinggi nilai penetrasinya. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, didapatkan data hasil percobaan sebesar 1145 mm pada
pengamatan I, 1145 mm pada pengamatan II, dan 1145 mm pada pengamatan III
dengan rata-rata hasil percobaan sebesar 1145 mm. Benda uji aspal selama
dilakukan percobaan tidak putus sehingga dapat dilihat bahwa panjang dari aspal
yang didapat sudah mencapai standar uji daklilitas sesuai dengan SNI 06-2432-
1991 yang mana standarnya, yaitu lebih dari 1000 mm tanpa putus. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa aspal yang praktikan uji memiliki kekenyalan aspal yang baik
atau mempunyai sifat daklilitas tinggi.
4.8. Kesimpulan
KELOMPOK 3
4.9. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan mengusulkan saran
sebagai berikut:
1. Penuangan benda uji aspal cair kedalam cetakan yang lebih hati-hati.
2. Sebaiknya praktikan teliti memperhatikan alat dan bahan praktikum sesuai
acuan praktikum.
3. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam melaksanakan praktikum agar dapat
meminimalisir kesalahan/kerusakan pada benda uji maupun sampel uji.
KELOMPOK 3