Oleh:
RAHMAH
NIM: 1340292017054
Oleh:
RAHMAH
NIM: 1340292017054
Disetujui Oleh:
Koordinator Pembimbing
i
KATA PENGATAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada penghulu
alam Nabi Besar Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya
yang setia hingga akhir jaman.
1. Ibu Fauziah, M.Sc, Apt selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Banda Aceh Yayasan Haran Bangsa.
2. Ibu Azmalina Adriani, M.Si selaku ketua Program Studi Analis Farmasi Dan
Makanan.
3. Ibu Hardiana, M.Si sekaku koordinator Praktek Lapangan di Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa.
4. Ibu Ernita Silviana, M.Si sekalu dosen pembimbing penyusun Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini.
5. Seluruh staff dan karyawan PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan.
6. Seluruh Dosen pengajar di Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Yayasan
Harpan Bangsa yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan.
7. Rekan-rakan mahasiswa dan semua pihak yang ikut serta dalam memberikan
dukungan kepada penulis untuk penylesaian laporan ini.
ii
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyususs dan penulisan
laporan prktek kerja lapangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sehingga dapa menyempurnakan laporan
praktek kerja lapangan ini.harapan penulis semoga laporan ini dapat memberi
manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi
BAB IV PEMBAHSAN........................................................................................... 13
4.1 Hasil............................................................................................................ 13
4.2 Pembahasan................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16
LAMPIRAN.............................................................................................................. 17
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan ....................................... 4
Gambar 2 Berbagai Kemasan Obat.......................................................................... 6
Gambar 3 Kemasan Strip......................................................................................... 9
Gambar 4 Alat Pengemas Strip................................................................................ 9
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Gambar 5 Skema kerja .......................................................................................... 17
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
diperoleh secara impor dari luar negeri. Proses produksi yang digunakan biasanya
menggunakan bahan berjalan dan talah diklakuakn secara otomatis mulai dari
penyipan bahan baku, proses produksi itu sendiri (proses pencampuran, pencetakan),
sampai dengan packing atau pembungkusan (BPOM, 2006).
Dalam ruang pengemasan pertama yang dilakukan salah satunya pengemasan
obat. Apabila dilihat dari sisi pemasaran, pengemsan obat tentu sangat penting, dan
menjadi unsur primer yang perlu diperhatiakan kembali untuk produsen. Pengemasan
adalah hal yang penting karena pengemasan digunakan sebagai media promosi untuk
memikat konsumen sehinggga konsumen berkeputusan untuk melakukan pembelian
produk yang bersangkutan (Susetyarsi, 2012).
Strip pengemasan merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung
lebih dari seprempat abad. Strip packaging juga merupakan pengemasan Yang
menganut sistem dosis tunggal biasanya untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet,
dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah mengemas dengan
dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian di seal dan di potong (Anandita, 2012).
2
6. Melatih mahasiswa/i agar dapat membuat suatu laporan yang terperinci dan
apa saja yang mereka kerjakan selama Praktek Kerja Lapangan.
1. Akan memberi manfaat dalam penetapan teori yang telah didapatkan pada
saat perkuliahan dan melalui Praktek Kerja Lapangan mahasiswa
mendapatakan bentuk pengalaman nyata.
2. Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepda mahasiswa dalam
menerapkan ilmu dan teknologi yang talah dipelajari di PT. Mutiara Mukti
Farma (MUTIFA) Medan.
3. Mahasiswa dapat memenuhi salah datu syarat dan kewajiban bagi yang akan
menyelesaikan pendidikan Diploma tiga Akademi Analisis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh.
4. Meningkatakan hubungan kerja sama antara Akademi Analisis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh dengan PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada tahun 1975 didirikan Industri Farmasi di Kota Medan dengan nama
“Sejati Pharmaceutical Industries”, yang memproduksi obat merek “SIAGOGO”.
Setelah beberapa tahun berproduksi, perusahaan ini kemudian dialihkan pemiliknya
kepada Bapak Drs. W. H. Siahaan dan memindah namakan perusahaan tersebut
dalam suatu akte notaris pada tanggal 31 Januari 1980 dengan nama PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) yang berlokasi di Jl. Brigjen Katamso No. 220 Medan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 1981 No.
0098/SK/PAB/81 memutuskan memberikan izin untuk mendirikan pabrik farmasi
kepada PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) dengan nama “MUTIFA INDUSTRI
FARMASI” untuk memproduksi obat-obatan. Dengan dikeluarkannya surat izin
produksi oleh Departemen Kesehatan RI c/q Badan Pengawasan Obat dan Makanan
No. 213/AA/III/81, mulailah PT Mutiara Mukti Farma memproduksi obat-obatan.
4
Pada tahun 1983 perusahaan ini menjalankan dan melaksanakan operasinya
dalam menghasilkan berbagai jenis maupun bentuk sediaan obat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia wilayah barat umumnya dan daerah Sumatera Utara
pada khususnya. Pada tanggal 29 November 1988, dengan akte notaris No. 35,
perubahan akte atas pemegang saham serta manajemen perusahaan, yang ditetapkan
melalui keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2-1134.HT.01.04 tahun 89 tanggal
31 Januari 1989. Dalam akte tersebut, berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris
serta pemegang saham, ditetapkan bahwa yang menjadi penanggung jawab dengan
jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob Lie. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), bahwa setiap industri farmasi harus mengacu pada pedoman
tersebut, maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah membangun
pabrik yang baru di Jl. Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe. Pada bulan Mei 1994
produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan
administrasi juga telah dilakukan di lokasi tersebut.
Pada tanggal 27 Juli 1994 PT. MUTIFA diberikan sertifikat sebagai industri
farmasi yang telah memenuhi CPOB. Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai
saat ini adalah tablet, sirup, salep, bedak dan kapsul sebanyak 114 item.
Pendistribusian sediaan yang diproduksi PT. MUTIFA Medan meliputi wilayah :
Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Selatan. Untuk wilayah Sumatera, obat didistribusikan melalui Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Mekada Abadi. Obat-obatan diproduksi berdasarkan sistem skala
prioritas yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku di pasaran.
5
B. misi perushaaan
Membuat obat yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar mutu obat yang
telah ditetapakan secara berkesinambung denagn harga bersaing untuk memuasakn
kebutuhan pelanggang atau konsumen.
2.3 Penegmasan
Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan
sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk
akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran
bonafiditas suatu produk atau perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk
menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan
kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).
Gambar 2 Berbagai Kemasan Obat
6
sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan
kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan dapat mempengaruhi
berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
7
3. Sebagai Identitas Produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
4. Meningkatkan Efisiensi, misalnya: memudahkan penghitungan (satu kemasan
berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi Pengaruh Buruk Dari Luar, Melindungi Pengaruh Buruk Dari
Produk Di Dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang
berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk
yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).
8
11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih,
ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan, 2012).
9
Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atasa atau bawah, dan
kemudian di seal dan di potong. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada
migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold
tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan
sampai produk tertekan. Produk yang disegal antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisah dari bungkus-bungkus yang berdekatan karna
adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar, dan perlu dicek bahwa Heat Seal cukup efektif (Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strib sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan
dua PLM pada rollernya. Kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strib dan
dipanasi sehingga PE mencair dan melekat kedua PLM. Pemeriksaaan strip juga
sederhana, saat kedatangan barang, cukup memeriksa kesesuai warna dan teks, lebar
PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM dengan tes kebocoran menggunakan
metilen blue dalam pressure chamber (Anandita, 2012).
10
11
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN
3.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: peralatan tulis dan buku, tape cutter,
timbangan dan troli.
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan: dus kemasan besar dan kecil, plester dus obat,
strip obat, brosur obat, dan plastik.
12
3.4 Prosedur Kerja
Pengmasan dilakukan dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian
diseal dan dicut. Setelah itu produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan tersebut dan mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel
antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya dipisahkan
produk yang sudah jadi tersebut dari bungkus-bungkus yang berdekatan karena
adanya perforasi. Pemilihan dari produk harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) Medan yaitu mengetahui proses pengemasan primer,
sekunder dan tersier pada obat sediaan tablet dalam bentuk strib dan blister yang
dikemas dengan baik dan benar.
4.2 Pembahsan
PT. mutiara mukti farma (MUTIFA) Medan sebagai salah satu PMDN yang
memproduksi obat telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun 1994. Penerpan
CPOB dan dan seluruh aspek rangkain produksi merupan suatu langkah untuk
menjamin mutu obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai
dengan tuajuan penggunaanya. Dalam prosesnya, mutu dalam produk harus dibentuk
didalam produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari pemeriksaan mutu. Aspek-
aspek proses pembentukan mutu tehadap produk tertuang dalam aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam CPOB. Selama Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan
pengamatan terhadap proses pembentukan mutu yang ada dengan penetapan CPOB.
Pengemsan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
mennjadi siap untuk ditransportsikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu memcegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta ganguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu
pengmasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi (Anonim, 2010).
Strib merupakan kemasan yang terdiri dari dua lembar aluminium.
Aluminium adalah salah satu bahan pendukung. Cara melekatkannya yaitu dengan
dua permukaan direkatkan dengan bantuan panas yang mencairkan PE. Contoh strib
14
rata-rata warnanya silver. Kemasan strib mempunyai isi yang tidak dapat dilihat atau
isi tabletnya tidak dapat tembus pandang, bagian depan dan belakangannya bentuknya
sama disebut dengan strib.
Pengemasan produk di PT. MUTIFA Medan dilakukan secara manual dan
otomatis. Setelah produk dikemas maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian QC
untuk menentuakan apakah produk memenuhi syarat atau tidak.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) Medan maka dapat disimpulakan. Sistem pengemasan obat
telah dilakukan baik dan benar.
5.2 Saran
1. PT. Mutiara Mukti Farma sebelum menerima anak Praktek Kerja Lapangan (PKL)
seharusnya anak Praktek Kerja Lapangan (PKL) di bawa keruangn laboratorium.
2. Pada saat praktek kerja lapangan berlangsung bimbingan terhadap maha siswa
(PKL) lebih ditingkatkan lagi, agar mahasiswa dapat mengetahui tentang proses
dan pengerjaan sediaan obat yang baik dan benar. Serta dapat lebih menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa terhadap indutri farmasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
1. Prosedur Kerja
Pengemasan tablet
Hasil
Hasil
18