Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktek Kerja Lapanagn (PKL)

Diploma III Kesehatan

CARA PENGEMASAN OBAT TABLET OMEGESIC DI


PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Guna Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Oleh:

RAHMAH
NIM: 1340292017054

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN BANDA ACEH


HARAPAN BANGSA DARRUSSALAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN

CARA PENGEMASAN OBAT TABLET OMEGESIC DI


PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

Oleh:

RAHMAH
NIM: 1340292017054

Disetujui Oleh:

Koordinator Pembimbing

Hardiana, M.Si. Ernita Silviana,M.Si.


NIDN.0107087204 NIDN.1301108601

i
KATA PENGATAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada penghulu
alam Nabi Besar Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya
yang setia hingga akhir jaman.

Laporan PKL merupakan salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas-tugas


di Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Banda Aceh.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta
bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
ini, diucapakan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Fauziah, M.Sc, Apt selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Banda Aceh Yayasan Haran Bangsa.
2. Ibu Azmalina Adriani, M.Si selaku ketua Program Studi Analis Farmasi Dan
Makanan.
3. Ibu Hardiana, M.Si sekaku koordinator Praktek Lapangan di Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa.
4. Ibu Ernita Silviana, M.Si sekalu dosen pembimbing penyusun Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini.
5. Seluruh staff dan karyawan PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan.
6. Seluruh Dosen pengajar di Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Yayasan
Harpan Bangsa yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan.
7. Rekan-rakan mahasiswa dan semua pihak yang ikut serta dalam memberikan
dukungan kepada penulis untuk penylesaian laporan ini.

ii
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyususs dan penulisan
laporan prktek kerja lapangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sehingga dapa menyempurnakan laporan
praktek kerja lapangan ini.harapan penulis semoga laporan ini dapat memberi
manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Banda Aceh, 28 Febuari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


1.1 Latar belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ..................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL).................................................... 3

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKA ....................................................................... 4


2.1 Sejarah PT.Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan................................ 4
2.2 Visi dan Misi .............................................................................................. 6
2.3 Penegmasan................................................................................................. 6
2.3.1 Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Struktur Sistem Kemas
(Kontak Produk Dengan Kemasan)................................................... 7
2.3.2 Fungsi Dan Peranan Kemasan........................................................... 7
2.3.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Proses Pengemasan........ 8
2.3.4 Teknik Pengemasan Produk Farmasi................................................. 9

BAB III METODELOGI PELAKSAAN............................................................... 11


3.1 Metode Pelaksanaan.................................................................................... 11
3.2 Waktu Dan Tempat..................................................................................... 11
3.3 Alat Dan Bahan........................................................................................... 11
3.4 Prosedur Kerja............................................................................................ 12

BAB IV PEMBAHSAN........................................................................................... 13
4.1 Hasil............................................................................................................ 13
4.2 Pembahasan................................................................................................. 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 15


5.1 Kesimpulan................................................................................................. 15
5.2 Saran........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

LAMPIRAN.............................................................................................................. 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan ....................................... 4
Gambar 2 Berbagai Kemasan Obat.......................................................................... 6
Gambar 3 Kemasan Strip......................................................................................... 9
Gambar 4 Alat Pengemas Strip................................................................................ 9

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Gambar 5 Skema kerja .......................................................................................... 17

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi sekarang ini, dimana indutri farmasi dituntut untuk bersaing
baik dalam maupun luar negeri untuk dapat memperebutkan pasar era global dan
memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satunya adalah dengan
meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pedoman bagi indutri farmasi untuk dapat
menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang
Baik). Salah satu indutri farmasi yang ada di Indonesia yaitu PT. Mutiara Mukti
Farma (MUTIFA) Medan. Mutifa dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di
wilayah Sumatra. Produk yang telah dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh
sertifikat CPOB untuk tablet dan krim.
Praktek kerja lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk implementasi secara
sistematis dan sikron Antara program pendidikan si sekolah maupun perguruan tinggi
dengan program penguasaan keahlian tertentu. PKL merupakan salah satu mata
kuliah yang harus diselesaikan oleh mahasiswa pada tingkat akhir pada kurikulum
pada Diploma III, salah satu tempat Praktek Kerja Lapanan (PKL) mahasiswa
AKAFARMA adalah di industry farmasi tempatnya di PT. Mutiara Mukti Farma
(MUTIFA) medan. MUTIFA adalah perusahan atau industri yang bergerak dibidang
farmasi, MUTIFA memproduksi berbagai macam obat untuk memenuhi dan
menjamin kesehatan warga Indonesia yang sudah memenuhi persyaratan pengawasan
mutu Yang dikelola oleh bagain QC (Quality Control).
Kegitan produksi industri farmasi di Indonesia harus menerapakan standar
cara pembutaan obat yang baik (CPOB) sesuai standar tersebut dan diberikan
sertifiaksi sesuai hasil penilaian. Dilihat dari bentuknya, obat-oabatan yang
diproduksi di Indonesia meliputi tablet atau kaplet, kapsul, sirup, salep, obat injeksi,
powder dan serbuk. Dalam proses produksi bahan baku utama produk farmasi
terutama untuk obat-obatan daftar G (harus denagn resep dokter), bahan bakunya

1
diperoleh secara impor dari luar negeri. Proses produksi yang digunakan biasanya
menggunakan bahan berjalan dan talah diklakuakn secara otomatis mulai dari
penyipan bahan baku, proses produksi itu sendiri (proses pencampuran, pencetakan),
sampai dengan packing atau pembungkusan (BPOM, 2006).
Dalam ruang pengemasan pertama yang dilakukan salah satunya pengemasan
obat. Apabila dilihat dari sisi pemasaran, pengemsan obat tentu sangat penting, dan
menjadi unsur primer yang perlu diperhatiakan kembali untuk produsen. Pengemasan
adalah hal yang penting karena pengemasan digunakan sebagai media promosi untuk
memikat konsumen sehinggga konsumen berkeputusan untuk melakukan pembelian
produk yang bersangkutan (Susetyarsi, 2012).
Strip pengemasan merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung
lebih dari seprempat abad. Strip packaging juga merupakan pengemasan Yang
menganut sistem dosis tunggal biasanya untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet,
dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah mengemas dengan
dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian di seal dan di potong (Anandita, 2012).

1.2 Tujauan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Adapun tujuan dilakukan praktek kerja lapangan ini adalah:

1. Dapat menambah dan mengebangkan potensi ilmu pengetahuan pada masing-


masing mahasiswa/i.
2. Melatih keterampilan yang dimiliki mahasiswa/i sehingga dapat berkerja
dengan baik.
3. Melahirkan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika yang baik
serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
4. Menambah kreatifitas mahasiswa/i agar dapat mengembangkan bakat yang
ada dalam dirinya.
5. Memberikan motifasi sehingga mahasiswa/i bersemangat dalam merai cita-
cita meraka.

2
6. Melatih mahasiswa/i agar dapat membuat suatu laporan yang terperinci dan
apa saja yang mereka kerjakan selama Praktek Kerja Lapangan.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Adapun manfaat Paraktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa yaitu:

1. Akan memberi manfaat dalam penetapan teori yang telah didapatkan pada
saat perkuliahan dan melalui Praktek Kerja Lapangan mahasiswa
mendapatakan bentuk pengalaman nyata.
2. Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepda mahasiswa dalam
menerapkan ilmu dan teknologi yang talah dipelajari di PT. Mutiara Mukti
Farma (MUTIFA) Medan.
3. Mahasiswa dapat memenuhi salah datu syarat dan kewajiban bagi yang akan
menyelesaikan pendidikan Diploma tiga Akademi Analisis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh.
4. Meningkatakan hubungan kerja sama antara Akademi Analisis Farmasi dan
Makanan Banda Aceh dengan PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Sejarah PT.Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan

Pada tahun 1975 didirikan Industri Farmasi di Kota Medan dengan nama
“Sejati Pharmaceutical Industries”, yang memproduksi obat merek “SIAGOGO”.
Setelah beberapa tahun berproduksi, perusahaan ini kemudian dialihkan pemiliknya
kepada Bapak Drs. W. H. Siahaan dan memindah namakan perusahaan tersebut
dalam suatu akte notaris pada tanggal 31 Januari 1980 dengan nama PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) yang berlokasi di Jl. Brigjen Katamso No. 220 Medan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 1981 No.
0098/SK/PAB/81 memutuskan memberikan izin untuk mendirikan pabrik farmasi
kepada PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) dengan nama “MUTIFA INDUSTRI
FARMASI” untuk memproduksi obat-obatan. Dengan dikeluarkannya surat izin
produksi oleh Departemen Kesehatan RI c/q Badan Pengawasan Obat dan Makanan
No. 213/AA/III/81, mulailah PT Mutiara Mukti Farma memproduksi obat-obatan.

Gambar 1 PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan

4
Pada tahun 1983 perusahaan ini menjalankan dan melaksanakan operasinya
dalam menghasilkan berbagai jenis maupun bentuk sediaan obat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia wilayah barat umumnya dan daerah Sumatera Utara
pada khususnya. Pada tanggal 29 November 1988, dengan akte notaris No. 35,
perubahan akte atas pemegang saham serta manajemen perusahaan, yang ditetapkan
melalui keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2-1134.HT.01.04 tahun 89 tanggal
31 Januari 1989. Dalam akte tersebut, berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris
serta pemegang saham, ditetapkan bahwa yang menjadi penanggung jawab dengan
jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob Lie. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), bahwa setiap industri farmasi harus mengacu pada pedoman
tersebut, maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah membangun
pabrik yang baru di Jl. Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe. Pada bulan Mei 1994
produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan
administrasi juga telah dilakukan di lokasi tersebut.
Pada tanggal 27 Juli 1994 PT. MUTIFA diberikan sertifikat sebagai industri
farmasi yang telah memenuhi CPOB. Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai
saat ini adalah tablet, sirup, salep, bedak dan kapsul sebanyak 114 item.
Pendistribusian sediaan yang diproduksi PT. MUTIFA Medan meliputi wilayah :
Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Selatan. Untuk wilayah Sumatera, obat didistribusikan melalui Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Mekada Abadi. Obat-obatan diproduksi berdasarkan sistem skala
prioritas yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku di pasaran.

2.2 Visi dan Misi


A. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan farmasi andalan dan termuka di Indonesia dalam


menghasilkan obat-obatan yang bermutu tinggi serta terjangkau oleh masyarakat.

5
B. misi perushaaan
Membuat obat yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar mutu obat yang
telah ditetapakan secara berkesinambung denagn harga bersaing untuk memuasakn
kebutuhan pelanggang atau konsumen.

2.3 Penegmasan
Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan
sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk
akhir. Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran
bonafiditas suatu produk atau perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk
menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan
kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).
Gambar 2 Berbagai Kemasan Obat

Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah


atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau
dibungkusnya. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar,
artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan disimpan
(Voigt, 1995). Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan bahwa Pengemasan

6
sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan
kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan dapat mempengaruhi
berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.

2.3.1 Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Struktur Sistem Kemas (Kontak Produk


Dengan Kemasan)
1. Kemasan Primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus
bahan yang dikemas. Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul,
vial dan lain-lain.
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam
kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasar Tersier, yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam
kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti
kemas (Julianti dan Nurminah 2006).

2.3.2 Fungsi Dan Peranan Kemasan


Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi
produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan
dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah:
1. Mewadahi Produk Selama Distribusi Dari Produsen Hingga Kekonsumen, agar
produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi Dan Mengawetkan Produk,  seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan
mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

7
3. Sebagai Identitas Produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
4. Meningkatkan Efisiensi, misalnya: memudahkan penghitungan (satu kemasan
berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi Pengaruh Buruk Dari Luar, Melindungi Pengaruh Buruk Dari
Produk Di Dalamnya,  misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang
berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk
yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).

2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan


Adapun pada saat pengemasan berlangsung harus memperhatikan proses
pengemasannya sebagai berikut:
1. Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat.
2. Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.
3. Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.
4. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu
diperiksa.
5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam
satu palet.
6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang
berdampingan.
7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus
selalu diberi label identitas dan jumlah.
9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label, harus
dipisah dan diberi tanda.
10. Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.

8
11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih,
ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan, 2012).

2.3.4 Teknik Pengemasan Produk Farmasi


Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem
kemasan yang mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan sebagaimana
dijelaskan dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan 700.

1. Strip Packaging (Kemasan Strip)

Gambar 3 Kemasan Strip

Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih


dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk (pill, tablet,
capsul, lozenges dan kaplet) dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum
menggunakan cara ini adalah tablet dan capsul.

Gamabr 4 Alat Pengemas Strip

9
Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atasa atau bawah, dan
kemudian di seal dan di potong. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada
migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold
tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan
sampai produk tertekan. Produk yang disegal antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisah dari bungkus-bungkus yang berdekatan karna
adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar, dan perlu dicek bahwa Heat Seal cukup efektif (Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strib sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan
dua PLM pada rollernya. Kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strib dan
dipanasi sehingga PE mencair dan melekat kedua PLM. Pemeriksaaan strip juga
sederhana, saat kedatangan barang, cukup memeriksa kesesuai warna dan teks, lebar
PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM dengan tes kebocoran menggunakan
metilen blue dalam pressure chamber (Anandita, 2012).

10
11
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN

3.1 Metode pelaksanaan

Praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan didalam ruangan pengemasan


skunder yang mengemasa berbagai macam obat.

3.2 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan berlangsung dari tanggal 16-20 februari 2020. Praktek Kerja


Lapangan (PKL) di PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan yang terletak di Jl.
Perjuangan No 68, Kuala Simeme, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan didalam ruangan QC (Quality
Control).

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu: peralatan tulis dan buku, tape cutter,
timbangan dan troli.

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan: dus kemasan besar dan kecil, plester dus obat,
strip obat, brosur obat, dan plastik.

12
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Cara Pengemasan Tablet

Pengmasan dilakukan dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian
diseal dan dicut. Setelah itu produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian
dibentuk kemasan tersebut dan mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel
antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya dipisahkan
produk yang sudah jadi tersebut dari bungkus-bungkus yang berdekatan karena
adanya perforasi. Pemilihan dari produk harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar.

3.4.2 Pengemasan Dus Strip Tablet

Diambil dus didalam ruangan penandaan dan pelabelan yang kemudiaan


dimasukkan kedalam ruangan pengemasan dengan menggunakan troli, kemudian dus
dibuka lalu dus strib tablet diletakkan diatas meja, diambil dus tablet yang sudah
dibuat dimasukkan strip tablet disertai dengan brosur cara pengunaannya, ditutup
ujung dus bagian bawah, supaya strip tablet tidak keluar, kemudian dimasukkan strip
tablet kedalam kotak tablet dan di lakban kotak yang berisi strip tablet. Dan
dilektakkan kembali kembali kedalam dus atau kotak besar tampat meletakkan kotak
tablet tersebut.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang didapatkan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) Medan yaitu mengetahui proses pengemasan primer,
sekunder dan tersier pada obat sediaan tablet dalam bentuk strib dan blister yang
dikemas dengan baik dan benar.

4.2 Pembahsan
PT. mutiara mukti farma (MUTIFA) Medan sebagai salah satu PMDN yang
memproduksi obat telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun 1994. Penerpan
CPOB dan dan seluruh aspek rangkain produksi merupan suatu langkah untuk
menjamin mutu obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai
dengan tuajuan penggunaanya. Dalam prosesnya, mutu dalam produk harus dibentuk
didalam produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari pemeriksaan mutu. Aspek-
aspek proses pembentukan mutu tehadap produk tertuang dalam aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam CPOB. Selama Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan
pengamatan terhadap proses pembentukan mutu yang ada dengan penetapan CPOB.
Pengemsan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
mennjadi siap untuk ditransportsikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu memcegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta ganguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu
pengmasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi (Anonim, 2010).
Strib merupakan kemasan yang terdiri dari dua lembar aluminium.
Aluminium adalah salah satu bahan pendukung. Cara melekatkannya yaitu dengan
dua permukaan direkatkan dengan bantuan panas yang mencairkan PE. Contoh strib

14
rata-rata warnanya silver. Kemasan strib mempunyai isi yang tidak dapat dilihat atau
isi tabletnya tidak dapat tembus pandang, bagian depan dan belakangannya bentuknya
sama disebut dengan strib.
Pengemasan produk di PT. MUTIFA Medan dilakukan secara manual dan
otomatis. Setelah produk dikemas maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian QC
untuk menentuakan apakah produk memenuhi syarat atau tidak.

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA) Medan maka dapat disimpulakan. Sistem pengemasan obat
telah dilakukan baik dan benar.

5.2 Saran

1. PT. Mutiara Mukti Farma sebelum menerima anak Praktek Kerja Lapangan (PKL)
seharusnya anak Praktek Kerja Lapangan (PKL) di bawa keruangn laboratorium.

2. Pada saat praktek kerja lapangan berlangsung bimbingan terhadap maha siswa
(PKL) lebih ditingkatkan lagi, agar mahasiswa dapat mengetahui tentang proses
dan pengerjaan sediaan obat yang baik dan benar. Serta dapat lebih menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa terhadap indutri farmasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anandiata, D. 2012. Packaging Development At Pharmaceutical Industries-Strip And


Blister. Http://Www.Centro,Web.Id/2012/01/Packaging Development At
Pharmaceutical.html. Diakses tanggal 07 Februari 2020.
Anomim, 2010. Pengemasan bahan pangan.
http://www.smallcrab.com/kesehatan/503-pengemasan-bahan-panagan.
Anonim. 2007. Pelatihan Kemasan Pdf.
www.kemenperin.go.id/download/141/Pelatihan-Kemasan-Flexible. Diakses
tanggal 07 Februari 2020.
BPOM POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. BPOM. Jakarta.
Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi. 2006. Buku Ajar Tekologi Pengemasan,
Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera.
Kurniawan, D, W., Dan Sulaiman, T. Ns. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi.
Laboratorium Farmasetika Unsoed. Purwokerto.
Lachman, L., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L., 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri III Ed.3. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan.http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1303889294_PP%2072-
1998%20Pengamanan%20Sediaan%20Farmasi%20dan%20Alat%20Kesehata
n.pdf. Diakses tanggal 07 Februari 2020.
Susetyarsi. 2012. Menbangun Brands Image Produk Melalui Promosi Event.
Semarang.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.

17
LAMPIRAN

1. Prosedur Kerja

Pengemasan tablet

- Dimasukkan tablet yang sudah siap kedalam mesin strib tablet


- Dilakukan pengemasan dengan dua lapisan atas atau bawah
- Diseal dan dicut
- Kemudian produk akan jatuh kedalam mold yang panas
- Dibentuk kemasan tersebut dan mewadahi produk tersebut
- Kemudian kemasan dipisahkan dari bungkus-bungkus yang berdekatan
karena adanya perforasi
- Diwaktu pemilihan suatu produk harus tepat, agar tidak ada migrasi dari
produk keluar.

Hasil

2. Pengemasan Dus Obat Strip Tablet

Pengemasan Dus Strib Tablet

- Diambil dus dalam ruangan penandaan pada pelabelan.


- Dimasukkan kedalam ruangan pengemasan dengan menggunakan troli,
dibuka dus lalu dus strib tablet diletakkan diatas meja.
- Diambil dus dimasukkan strib tablet disertai dengan brosur, ditutup ujung
dus, kemudian dimasukkan kedalam kotak besar, dan ditimbang.
- Dimasukkan kedalam korting, dan diantarkan kebagian gudang.

Hasil

18

Anda mungkin juga menyukai