Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Tentang Objek


Bekasi adalah salah satu kota di Jawa Barat, Indonesia, yang terletak di
perbatasan timur Jakarta dalam wilayah metropolitan Jakarta. Kota Bekasi juga
berfungsi sebagai kota pendukung untuk Jakarta, meskipun memiliki perdagangan
terkenal, bisnis dan industri pengolahan. Jumlah penduduk dikota Bekasi yaitu
sebanyak 2,66 juta penduduk di area seluas 210,49 kilometer persegi (81,27 sq mi),
Bekasi adalah kota terpadat ketiga di Indonesia, tetapi karena ini adalah bagian dari
kota pendukung perkotaan Jakarta, maka Bandung yang secara luas lebih dikenal
sebagai kota terbesar ketiga saat ini. Saat ini kota Bekasi berkembang menjadi
kawasan sentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban (bekasikota.go.id
diakses pada 7 Februari 2019).

Menurut data dari BPS Kota Bekasi tahun 2016 teracatat memiliki sekitar
2,733,240 penduduk pada tahun 2016. Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS
kota Bekasi Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di kota
Bekasi seperti pada tabel 1.1 dibawah ini :

1
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Kota Bekasi

Sumber : Data Proyeksi BPS Kota Bekasi, 2016

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diketahui


bahwa jumlah pengangguran di Kota Bekasi pada tahun 2016 mencapai 111.736
orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan pembagian dari
penduduk yang menganggur terhadap angkatan kerja menunjukkan angka 9,36%
(bekasikota.bps.go.id diakses pada 9 Oktober 2018).

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara


angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja, menunjukkan besarnya jumlah
penduduk yang masuk dalam pasar kerja. Artinya, semakin tinggi TPAK maka
pemerintah daerah harus bersiap menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak lagi.
Pada tahun 2015 TPAK Kota Bekasi sebesar 58,26% (bekasikota.bps.go.id diakses
pada 9 Oktober 2018).

2
1.2.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mengandung potensi ekonomi besar, potensi yang
tidak luput dari bagian komunitas global. Ekonomi Indonesia merupakan salah satu
yang terbesar di Asia Tenggara, dengan mengandung sejumlah karakteristik yang
menempatkan negara pada posisi yang bagus untuk pembangunan ekonomi yang baru
maju. Beberapa tahun terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk
melepaskan ketergantungan tradisional Indonesia pada ekspor komoditas (mentah),
salah satunya dengan meningkatkan peran industri manufaktur dalam perekonomian.
Pembangunan infrastruktur juga merupakan tujuan utama pemerintah, dan merupakan
salah satu penyebab efek berganda dalam perekonomian (www.indonesia-
investments.com diakses pada 8 Oktober 2018).

Gambar 1.2 Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2013 - 2017

Sumber : Hasil Pengolahan Penulis

Perekonomian Indonesia juga terus menunjukkan kinerja yang membaik dan


melanjutkan perkembangan positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan kurun waktu empat tahun terakhir dimulai dari tahun 2014 dengan
pertumbuhan sebesar 5,02% dan secara keseluruhan pada tahun 2017 merupakan

3
realisasi pertumbuhan ekonomi yang tertinggi (www.bi.go.id diakses pada 8 Oktober
2018). Berdasarkan laporan, Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi
Indonesia di akhir 2017 mencapai 5,07%. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian
2016 yang sebesar 5,03%. Demikian pula realisasi pertumbuhan ini juga lebih tinggi
dibandingkan 2015 yang dikoreksi sebesar 4,88%, meski masih lebih rendah dari
2013 yang di posisi 5,56% (https://nasional.kontan.co.id diakses pada 13 Oktober
2018). Seiring dengan pertumbuhan PDB Indonesia, jumlah uang beredar pun juga
semakin meningkat yang menandakan semakin bertambahnya transaksi keuangan
masyarakat baik untuk kebutuhan pribadi maupun usaha. Melihat hal tersebut,
pengetahuan masyarakat mengenai perencanaan keuangan perlu ditingkatkan guna
mengimbangi bertambahnya transaksi keuangan tersebut. (www.ojk.go.id diakses
pada 8 Oktober 2018).

Pengetahuan masyarakat mengenai perencanaan keuangan ini perlu didukung


oleh pemahaman masyarakat akan financial literacy. Financial literacy merupakan
tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai lembaga keuangan formal,
produk dan jasa keuangan. Termasuk di sini adalah fitur, manfaat dan risiko, biaya,
serta hak dan kewajiban dari produk dan jasa keuangan tersebut. Financial literacy
yang memadai, keterampilan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan
keuangan pun dapat meningkat (snki.ekon.go.id diakses pada 8 Oktober 2018).
Sedangkan, menurut Chen dan Volpe (1998) financial literacy adalah tentang
pengetahuan atau kemampuan dalam mengelola keuangan pribadi dan pemahaman
keuangan mengenai tabungan, asuransi dan investasi. Garman dan Forgue (1997)
mendefinisikan literasi keuangan sebagai "pengetahuan yang cukup tentang fakta-
fakta tentang pribadi keuangan dan merupakan kunci untuk manajemen keuangan
pribadi".

4
Gambar 1.3 Indeks financial literacy

Sumber : Hasil Pengolahan Penulis

Berdasarkan Gambar 1.2, survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan


(OJK) tahun 2016, tingkat financial literacy di Indonesia sebesar 29,6%. Angka ini
meningkat jika dibanding hasil survei OJK tahun 2013 yang masih sebesar 21,8 %.
Meski demikian, angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan tingkat financial
literacy di negara-negara Asia Tenggara lain (snki.ekon.go.id diakses pada 8 Oktober
2018). Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei OJK
tahun 2013 hanya sekitar 21,8% yang berarti dari setiap 100 penduduk hanya sekitar
22 orang yang termasuk kategori Well - literate (www.ojk.go.id diakses pada 8
Oktober 2018). Pemahaman financial literacy juga masih didominasi pada kawasan
provinsi Jawa dan Bali. Indeks financial literacy tertinggi terjadi di DKI Jakarta
mencapai 40 persen, diikuti oleh Jawa Barat 38,70 persen, Daerah Istimewa
Yogyakarta 38,55 persen, Banten 38,18 persen, dan Bali 37,45 persen
(https://ekonomi.kompas.com diakses pada 17 Oktober 2018). Melihat kondisi seperti
ini, dapat dikatakan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai bagaimana mengoptimalkan uang untuk kegiatan yang
produktif. Masyarakat juga belum memahami dengan baik berbagai produk dan
layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal dan lebih

5
tertarik pada tawaran – tawaran investasi lain yang berpotensi merugikan mereka
(www.ojk.go.id diakses pada 8 Oktober 2018).

Apabila melihat kaitannya dengan financial literacy, financial distress


menjadi suatu kondisi yang seringkali dialami oleh masyarakat. Financial distress
sendiri bersifat sementara yang mana tidak akan terjadi secara terus – menerus,
namun semua bergantung pada kemampuan dalam mengatur dan mengelola
keuangan sehingga tidak mengalami kondisi kesulitan dalam keuangannya. Salah satu
faktor terjadinya financial distress adalah kondisi stres yang disebabkan oleh situasi
keuangan termasuk pribadi, keluarga dan berbagai kondisi keuangan lainnya
(Joo,1998). Delafrooz dan Paim (2011) memperluas definisi ini menjadi termasuk
kesulitan ekonomi, kesulitan, hambatan dan stres. Berdasarkan sebuah penelitian
yang dilakukan Carneige Mellon University dengan mengambil sampel lebih dari
6.300 orang disimpulkan bahwasanya tingkat stres yang dirasakan masyarakat
perkotaan pada periode tahun 1983 hingga 2009 terus meningkat yang disebabkan
oleh pertumbuhan populasi masyarakat, selain itu ekonomi juga merupakan faktor
lainnya yang menjadi pemicu timbulnya stres pada masyarakat (http://www.
lifestyle.bisnis.com diakses pada 13 Oktober 2018). Kesulitan ekonomi ini dapat
memicu munculnya stres pada masyarakat yang membuat situasi semakin pelik
dengan terus meningginya kebutuhan ekonomi masyarakat yang disertai oleh
mobilitas masyarakat yang beragam, yang membuat momentum ini digunakan oleh
sebagian pihak untuk melakukan tindakan kriminal sebagai jalan pintas untuk
mengatasi masalahnya (https://nasional.sindonews.com diakses pada 13 Oktober
2018).

Selain stres, perkembangan kehidupan di dunia digital membuat masyarakat


terutama masyarakat usia muda lebih rentan terhadap perilaku konsumtif. Pemenuhan
kebutuhan yang saat ini hanya berada di ujung jari semakin membuat remaja yang
terbiasa hidup di era digital sangat dekat dan mudah untuk menggunakannya.
Kemudahan akses yang ditawarkan ini, mengeluarkan uang menjadi hal yang mudah

6
dan sering kali tidak terasa, sehingga financial literacy pun menjadi penting untuk
diperkenalkan sejak dini demi menghindarkan dari terjadinya kondisi financial
distress. Terkait memahami tentang keuangan, remaja bisa memulai dengan
memahami dan memikirkan slot - slot pembagian keuangan mereka, bukan hanya
sekedar memenuhi keinginan saat ini saja tetapi harus melihat kebutuhan yang akan
ada di masa depan. Demikian pula dengan pola pikir tersebut remaja akan menyadari
bahwa diperlukannya menyisihkan uang untuk menabung dan bukan menunggu sisa
dari uang yang digunakan untuk ditabung, sehingga dapat menghindarkannya dari
mengalami kondisi financial distress (https://www.republika.co.id diakses pada 18
Oktober 2018).

Maka financial literacy dan financial distress dapat memiliki hubungan yang
erat disebabkan adanya saling keterhubungan diantara keduanya. Studi awal
menemukan bahwa hubungan antara financial literacy dan financial distress adalah
karena masalah keuangan yang dihadapi oleh individu yang tidak memiliki financial
literacy (Research Works,2009; Joo dan Garman,1998). Temuan penelitian ini
didukung oleh Chen dan Volpe (1998) yang mengungkapkan bahwa mahasiswa tidak
memiliki pengetahuan tentang keuangan pribadi.

Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti dalam hal ini akan mengalisis
sejauh mana pengaruh financial literacy dan financial distress pada masyarakat usia
muda khusus di kota Bekasi sebagai objek penelitian, dengan melakukan penelitian
berjudul “ANALISIS HUBUNGAN FINANCIAL LITERACY & FINANCIAL
DISTRESS TERHADAP MASYARAKAT USIA MUDA DI KOTA BEKASI”.
Diharapkan dengan penelitian ini akan membawa pengaruh yang lebih baik lagi
kepada masyarakat usia muda di kota Bekasi agar lebih menaruh perhatian yang lebih
khusus tentang keuangan agar tidak mengalami kesulitan dalam keuangan.

7
1.3.Perumusan Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi besar dan
merupakan bagian dari komunitas global, membuat posisi perekonomian
Indonesia sebagai negara yang bagus pada pembangunan ekonomi yang baru
maju. Dukungan dari pemerintah pun turut memberikan sumbangsih pada
pembangunan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Indonesia juga menunjukan
kinerja yang terus membaik, ini dibuktikan pada dalam jangka waktu empat tahun
terakhir sejak 2014 realisasi pertumbuhan Indonesia pada tahun 2017 merupakan
yang tertinggi dibandingkan tahun - tahun sebelumnya. Mengikuti pertumbuhan
ekonomi Indonesia, jumlah uang yang beredar pun semakin meningkat yang
ditandai oleh makin banyaknya jumlah transaksi keuangan masyarakat baik untuk
keperluan usaha maupun kepentingan pribadi. Banyaknya jumlah transaksi ini
maka diperlukan pula pengetahuan dan perencanaan tentang keuangan bagi
masyarakat, sebagai bentuk untuk mengimbangi pengeluaran masyarakat akan
transaksi keuangan tersebut. Terkait pengetahuan dan perencanaan keuangan
untuk masyarakat ini diperlukan terlebih dahulu pemahaman akan financial
literacy, yang mana financial literacy merupakan merupakan tingkat pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai lembaga keuangan formal, produk dan jasa
keuangan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan OJK pada tahun 2016 (Otoritas Jasa
Keuangan) menunjukkan bahwasanya tingkat pemahaman financial literacy di
masyarakat Indonesia angkanya masih lebih kecil dibandingkan dengan negara -
negara Asia Tenggara lainnya. Kondisi tersebut menunjukkan belum sepenuhnya
masyarakat Indonesia memiliki kecakapan dalam pemahaman financial literacy,
selain itu masyarakat juga belum memahami dengan baik terkait produk dan jasa
keuangan. Maka dalam hal ini kurangnya pemahaman akan financial literacy
akan membuat masyarakat mengalami situasi financial distress dimana bersifat
sementara yang tidak akan terjadi secara terus – menerus, namun semua

8
bergantung pada kemampuan dalam mengatur dan mengelola keuangan sehingga
tidak mengalami kondisi kesulitan dalam keuangannya. Financial distress tidak
hanya terjadi pada masyarakat yang sudah berpenghasilan atau berkeluarga,
melainkan ini bisa terjadi juga pada remaja yang dapat diketahui saat ini dengan
berbagai kemudahan aksesnya membuat mereka dapat mengeluarkan uang
dengan mudahnya dan sering kali tanpa disadari. Peran financial literacy pun
disini sangat penting dan menentukkan, semakin dini memperkenalkannya maka
semakin cepat pula dapat menghindarkan dari terjadinya financial distress.

Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui hubungan financial literacy


dan financial distress terhadap masyarakat usia muda di kota Bekasi sebagai
objek dari penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat
diketahui sejauh mana hubungan financial literacy dan financial distress pada
masyarakat usia muda, agar dapat menjadi bahan pembelajaran serta diharapkan
akan ada upaya yang baik untuk terus membantu masyarakat usia muda di kota
Bekasi khususnya untuk lebih memperhatikan keuangannya agar terhindar dari
masalah keuangan yang bisa terjadi.

1.4. Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana pengetahuan masyarakat usia muda Kota Bekasi terhadap
Financial Literacy dan Financial distress.
2. Apa ada hubungan terkait Financial Literacy dan Financial distress pada
masyarakat usia muda Kota Bekasi.

1.5. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengetahuan Financial Literacy dan Financial distress
pada masyarakat usia muda Kota Bekasi.
2. Untuk mengetahui hubungan Financial Literacy dan Financial distress
pada masyarakat usia muda Kota Bekasi.

9
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat usia muda di kota bekasi
agar lebih memberikan perhatian khusus pada pengetahuan seputar keuangan untuk
meminimalisir terjadinya financial distress di waktu yang tertentu. Mengerti dan
paham tentang keuangan sejak masih usia muda juga akan membawa pengaruh yang
lebih baik ketika sudah dalam kondisi yang dewasa, sehingga dapat mengatur daan
menyusun perihal keuangannya.

Sebagaimana diketahui dengan zaman yang sudah semakin maju dan


berkembang, kebutuhan pun semakin banyak yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan
yang utama dan kebutuhan tambahan serta yang tidak terduga. Masyarakat usia muda
terutama di kota Bekasi pun juga memiliki tingkat pergaulan yang cenderung tidak
hemat, hal ini juga tentunya tidak hanya terjadi di kota Bekasi melainkan juga di kota
– kota lainnya namun peneliti melihat masyarakat usia muda di kota Bekasi yang
dekat dengan daerah ibukota Jakarta sedikit banyak terbawa pengaruh kehidupan
masyarakat usia muda di Jakarta.

Peneliti berharap dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi


baru yang berguna untuk mengarahkan tingkat kehidupan masyarakat usia muda di
kota Bekasi yang cenderung mengarah pada sisi konsumtif untuk lebih
memperhatikan diri terhadap pengetahuan keuangan dengan tujuan akhirnya
menghindari akan meminimalisir terjadinya kondisi financial distress.

10
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai Analisis Hubungan Financial Literacy dan Financial
Distress Pada Masyarakat Usia Muda di Kota Bekasi. Sub bab ini menjelaskan ruang
lingkup terkait batasan penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Kota
Bekasi, dengan melibatkan Masyarakat Usia Muda berdomisili di Kota Bekasi
sebagai objek penelitian yang memiliki rentang usia 20 sampai dengan 29 Tahun.

1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir


Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian,


perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : Bab ini berisi tentang teori – teori terkait
penelitian dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, ruang
lingkup penelitian dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN : Bab ini berisi karakteristik penelitian, alat
pengumpulan data, tahapan penelitian, populasi dan sampel, validitas dan Reliabilitas
serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisi hasil


analisis dari penelitian yang dilakukan dan pembahasan mengenai Analisis Hubungan
Financial Literacy & Financial Distress Terhadap Masyarakat Usia Muda di Kota
Bekasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN : Bab ini berisi tentang kesimpulan dan
saran atas penelitian yang dilakukan agar dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.

11

Anda mungkin juga menyukai