Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN


RADIASI

DISUSUN OLEH :
NAMA : MULANGSARI FADZIA UMARDI
NIM : 011900017
KELOMPOK : -
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : Spektroscopy Gamma dengan Detector
NaI(Tl)

PEMBIMBING : Toto Trikasjono,ST,M.Kes


Tanggal Pengumpulan : 28 April 2021

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2021
I. ACARA: SPEKTROSCOPY GAMMA DENGAN DETEKTOR NAI(TL)

II. TUJUAN

1. Mampu memahami teknik dasar pengukuran tenaga sinar gamma menggunakan


detektor NaI(Tl)
2. Mampu melakukan kalibrasi energi, dan mengidentifikasi sumber radioaktif

III. DASAR TEORI

Detektor sintilasi NaI(Tl) terdiri atas sintilator dan tabung pelipat ganda
elektron. Bahan sintialtor dibuat dari kristal tunggal natrium iodida (NaI) yang sudah
sedikit diberi pengotor Talium (Tl) Apabila radiasi gamma memasuki tabung detektor
maka akan terjadi interaksi radiasi gamma dengan bahan detektor.
Interaksi itu dapat menghasilkan efek fotolistrik, hamburan compton dan
produksi pasangan. Karena reaksi ini maka elektron-elektron bahan detektor akan
terpental keluar sehingga atom-atom itu berada dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom
yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasarnya sambil memancarkan kerlipan
cahaya seperti ditunjukkan pada Gambar 1,

Cahaya yang dipancarkan selanjutnya diarahkan ke fotokatoda sensitif dalam tabung


pelipat ganda elektron seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Apabila fotokatoda terkena
kerlipan cahaya, maka dari permukaan fotokatoda itu akan dilepaskan elektron.
Elektron yang dilepaskan oleh fotokatoda akan dipercepat oleh medan listrik dalam
tabung pelipat ganda elektron menuju dinoda pertama dan seterusnya hingga dinoda
terakhir (anoda). bisa didapatkan faktor penggandaan elektron antara 107 -108 . Dengan
demikian, sinar gamma yang dideteksi akan menghasilkan pulsa listrik sebagai
keluaran dari detektor NaI(Tl).
Tenaga elektron yang dilepaskan ini bergantung pada intensitas sinar gamma
yang mengenai detektor. Makin tinggi energi elektron, makin tinggi pula pulsa listrik
yang dihasilkannya, sedang makin banyak elektron yang dilepaskan, makin banyak
pula cacahan pulsanya. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh detektor tersebut kemudian
dapat ditampilkan bentuk spektrumnya serta dapat dianalisa secara kuantitatif maupun
kualitatif menggunakan spektrometer gamma seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Contoh tampilan spektrum radiasi gamma yang ditangkap oleh detektor sintilasi
NaI(Tl) seperti ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.

RESOLUSI DETEKTOR Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk


membedakan energi radiasi yang berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai
resolusi yang sangat kecil (high resolution) sehingga dapat membedakan energi radiasi
secara teliti. Resolusi detektor disebabkan oleh peristiwa statistik yang terjadi dalam
proses pengubahan energi radiasi, noise dari rangkaian elektronik, serta ketidakstabilan
kondisi pengukuran. Nilai resolusi dapat dihitung dengan Persamaan 1.

EFISIENSI DETEKTOR Efisiensi detektor adalah suatu nilai yang


menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor
terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Nilai efisiensi detektor dapat dihitung
dengan Persamaan 2 dan sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan
detector
IV. METODE
A. Alat dan Bahan
1. Detektor NaI(Tl)
2. Power Supply & Amplifier Model PX2T
3. Multi Channel Analyzer/Accuspec
4. Osiloscope (CRO)
5. Multimeter analog/digital
6. Source kit
7. Kolimator Source
8. Pinset

B. Langkah Kerja
a) PROSEDUR :
1. Siapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan.
2. Periksa sambungan sistem seperti ditunjukkan pada Gambar.
3. Masukkan kabel power spektrometer dan PC ke jala-jala PLN kemudian
hidupkan.
4. Letakkan sumber radioaktif di depan detektor dengan jarak sesuai
kebutuhan.
5. Atur gain amplfier , ADC ( jumlah saluran, LLD & ULD), waktu cacah
(real time atau live time) sesuai kebutuhan.
6. Jalankan akuisisi dan tunggu hingga selesai.
7. Catat data-data yang diperlukan dan masukkan dalam tabel

b) IDENTIFIKASI SPEKTRUM GAMMA


1. Letakkan sumber Radioaktif sedekat mungkin dengan detektor
2. Jalankan akuisisi dan tunggu hingga selesai.
3. Catat nomor saluran untuk puncak-puncak yang muncul
4. Tentukan FHWM pada daerah masing-masing dengan cara set ROI. Catat
nomor saluran puncak, FWHM, cacah peak area gross, cacah peak area
net..
5. Simpan file dalam folder.

c) PERCOBAAN II. RESOLUSI ENERGI GAMMA


1. Buka file untuk sumber Cs-137 (lihat data yang ada)

2. Hitung resolusi detector R dengan persamaan berikut :

Dimana,
∆E adalah lebar setengah puncak maksimum (FWHM)
E adalah nomor saluran puncak foto
3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk puncak-puncak lainnya
4. Buatlah grafik energy vs resolusi
d) PERCOBAAN III. KALIBRASI ENERGI GAMMA
1. Jalankan kalibrasi secara manual dengan memasukkan data energy dan
nomor saluran puncak untuk sumber Ba-133 dan sumber X

V. DATA PENGAMATAN

1. Co-60 : Ao = 100 uCi pada tgl 22-04-2001


2. Cs-137: Ao = 10 uCi pada tgl 22-04-2005
Ch1 = 2546 dan Ch2 = 2746
3. Pencacahan pada tanggal : 22 April 2021
Tegangan Kerja Detektor : 550 V
Diameter detektor NaI(Tl) : 3,81 cm
t(waktu pencacahan) : 60 detik
Jarak detektor dengan sumber radioaktif = 1 cm
4. Factor geometri untuk efisiensi
VI. PERHITUNGAN

 Sumber Radioaktif 1
Sumber : Co-60
Aktivitas awal (A0) : 100 µCi (22 April 2001)
Waktu Paruh : 5,27 tahun
Tanggal praktikum : 22 April 2021


=

Pada tanggal = 22 April 2001 t = 20 tahun


Tanggal Sekarang = 22 April 2021
= 3700000 Bq x
= 266690,3 Bq = 266690,3 dps

 Sumber Radioaktif 2
Sumber : Cs-137
Aktivitas awal(A0) : 10 µCi (22 April 2005)
Waktu Paruh : 30,04 tahun
Tanggal praktikum : 22 April 2021


=

Pada tanggal = 22 April 2005 t = 16 tahun


Tanggal Sekarang = 22 April 2021
= 370000 x
= 256083,3 Bq = 256083,3 dps

Kurva kalibrasi energi

Kurva Kalibrasi Energi


1500
Energi (keV)

1000 y = 0.25x + 0.0384


R² = 1
500 Series1
Linear (Series1)
0
0 2000 4000 6000
No Channel
Tabel 2. Data Kalibrasi Efisiensi
(keV) (Cps/Bq)
88 0.0819
122.1 0.08862
136.5 0.08661
165.9 0.0783
320.1 0.04526
514 0.03068
661.7 0.02493
834.8 0.0206
898 0.0194
1173.2 0.01558
1332.5 0.01403
1836 0.01078

Energi sumber X1 dan X2


 Sumber X1

nomor channel sebesar 2204


y= 0,25x + 0,0384
y= 0,25(2204) + 0,0384 = 551,04 keV ( Br-22 )
 Sumber X2

nomor channel sebesar 1528


y= 0,25x + 0,0384
y= 0,25(1528) + 0,0384 = 382,04keV ( Sr-87 )
Menentukan Efisiensi dan Resolusi

Efisiensi ,Ep

( )

 Cs-137

∑ ∑
=

= 3,27 x 10-3
= 3,27 x 10-3× 100%
= 0,327%
Dengan rumus perhitungan yang sama , diperoleh nilai efisiensi unsur lain :
 Co-60 = 0,0356% dan 0,0404%
 Na-22 = 0,00862% dan 0,036%
 Ba = 0,0068% dan 0,016%

Resolusi , R
Resolusi dari detector yang dipakai pada Energi peak E = 661,8 keV
 Untuk Cs-137

Jadi, energi peak 662 keV berada pada


nomor channel 2647
Perhitungan dengan rumus ini, akan diperoleh nilai channel untuk yang lainnya adalah:
 Co-60 = 4689 dan 5329
 Na-22 = 2043 dan 4799
 Ba-133 = 323 dan 1423

 Resolusi untuk Cs-137

=
Perhitungan dengan rumus ini, akan diperoleh nilai Resolusi untuk yang lainnya adalah:
 Co-60 = 2,59 % dan 2,65%
 Na-22 = 2,14% dan 0,39%
 Ba-133 = 5,04% dan 2,33%

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Spektroskopi Gamma dengan Detektor Sintilasi
NaI(Tl)” dengan tujuan agar mahasiswa mampu memahami teknik dasar pengukuran tenaga
sinar gamma menggunakan detektor NaI(Tl) serta mampu melakukan kalibrasi energi, dan
mengidentifikasi sumber radioaktif
. Praktikum ini menggunakan dua sumber radioaktif, yaitu Co-60 dengan aktivitas
awal 100 µCi dan Cs-137 dengan aktivitas awal 10 µCi. Pengukuran aktivitas saat ini (At)
pada tanggal 22 April 2021, untuk Co-60 didapatkan hasil 266690,3 Bq dan untuk Cs-137
didapatkan hasil 256083,3 Bq. Setelah diketahui nilai aktivitas pada kedua sumber
radioaktif yang di gunakan, maka dapat dibuat grafik kalibrasi energinya.
Selanjutnya dari grafik yang telah dibuat, didapatkan persamaan linier untuk
mencari energi sumber, yaitu y = 0,25x + 0,0384 dengan nilai R2 = 1. Dari persamaan
tesebut, dapat ditentukan sumber X1 dan sumber X2 dengan mensubstitusikan hasil cacahan
pada X1 sebesar 2204 dan pada X2 sebesar 1528 ke dalam persamaan linier tersebut.
Kemudian diketahui besar energi sumber, maka praktikan dapat mengetahui jika
sumber X1 adalah Br-22 dan sumber X2 adalah Sr-87. Dari kedua sumber radiasi tersebut,
kita buat grafik kalibrasi energi dan grafik kalibrasi efisiensinya. Terlihat pengaruh energi
terhadap kedua grafik yang mana pada grafik kalibrasi energi, hubungan antara besarnya
energi dengan nomor channel adalah linier. Pada grafik kalibrasi efisiensi hubungan
antara besarnya energi dengan banyak cacahan adalah jika semakin kecil hasil cacah maka
semakin besar energi suatu sumber yang di dapatkan. Kemudian dengan memasukkan
hasil praktikum yang telah dilakukan ke dalam rumus untuk mencari nilai resolusinya
didapatkan hasil resolusi Cs-137 sebesar 4,71%.
VIII. KESIMPULAN

1. Prinsip kerja sebuah detektor sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada
bahan sintilator apabila dikenai partikel radiasi ataupun foton radiasi. Sintilator
NaI diberi aktivator Tl. Detektor Sintilasi NaI(Tl) terdiri dari kristal NaI(Tl) yang
berfungsi mengubah foton radiasi menjadi kelipan cahaya, photokatode yang
berfungsi mengubah kelipan cahaya menjadi fotoelektron, tabung pengganda
elektron (PMT) berfungsi melipatgandakan electron yang terbentuk, dan pada
akhirnya terbentuk pulsa.
2. Praktikan sudah mampu melakukan kalibrasi energi dan mengidentifikasi sumber
radioaktif.
3. Diketahui sumber radiasi X1 dan X2, untuk sumber X1 adalah Br-22 dan untuk
sumber X2 adalah Sr-87.
4. Besar nilai resolusi yang didapatkan setelah praktikum dilakukan adalah 4,71%.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Trikasjono, Toto, dkk. 2021. Model Praktikum Alat Deteksi dan Proteksi Radiasi.
Yogyakarta: STTN-BATAN.

http://jurnal.batan.go.id/index.php/prima/article/download/419/392 (diakses 28 April


2021).

https://id.scribd.com/doc/126332448/Detektor-Sintilasi (diakses 28 April 2021).

Yogyakarta, 28 April 2021

Dosen Pembimbing Praktikan,

Toto Trikasjono,ST,M.Kes Mulangsari Fadzia Umardi


NIM : 011900017
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN


RADIASI

DISUSUN OLEH :
NAMA : MULANGSARI FADZIA UMARDI
NIM : 011900017
KELOMPOK : -
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : Spektroscopy Gamma dengan Detector
CdTe

PEMBIMBING : Toto Trikasjono,ST,M.Kes


Tanggal Pengumpulan : 28 April 2021

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2021
I. ACARA : SPEKTROSCOPY GAMMA DENGAN DETEKTOR CdTe

II. TUJUAN

1. Mampu memahami teknik dasar pengukuran tenaga sinar gamma menggunakan


detektor CdTe.
2. Mampu melakukan kalibrasi energi, menghitung efisiensi dan resolusi detector.

III. DASAR TEORI

Detektor CdTe merupakan detektor yang dibuat dari bahan Cadmium dan
Tellurium. Seperti halnya detektor semikonduktor lainnya, detektor ini bekerja
berdasarkan interaksi sinar-X atau sinar- dengan atom-atom CdTe yang kemudian
menghasilkan sebuah pasangan elektron-hole untuk setiap energi sebesar 4,43 eV.
Medan listrik dari luar digunakan untuk memisahkan pasangan elektron-hole sebelum
mereka bergabung kembali, selain itu menyebabkan elektron bergerak menuju anoda
dan hole menuju katoda, sehingga terkumpul muatan pada elektroda dan
menghasilkan isyarat. Melalui proses pengolahan dan analisa tinggi pulsa akhirnya
isyarat tersebut dapat dicacah dan ditampilkan bentuk spektrumnya. Sruktur detektor
CdTe seperti ditunjukkan pada gambar 1.

ANODA (+)

ARUS ELEKTRON
FOTON   
  
ARUS HOLE

KATODA (-)

Gambar 1. Struktur Detektor CdTe

Detektor semikonduktor terdiri atas bahan tipe–n dan tipe–p seperti ditunjukkan
pada Gambar 1a. Semikonduktor tipe–n dihubungkan dengan kutub positif tegangan
listrik, sedangkan semikonduktor tipe–p dihubungkan dengan kutub negatif tegangan
listrik. Hal ini menyebabkan pembawa muatan positif akan tertarik ke kutub negatif
(atas), dan pembawa muatan negatif akan tertarik ke kutub positif (bawah). Hal ini
menyebabkan timbulnya lapisan kosong muatan (depletion layer) seperti ditunjukkan
pada Gambar 1b. Lapisan kosong muatan ini sama dengan halnya volume sensitif pada
ruangan dalam kamar ionisasi
Bila ada radiasi pengion memasuki daerah ini, akan terbentuk pasangan “ion-
ion” baru, yaitu elektron dan hole yang masing-masing akan bergerak ke kutub positif
dan kutub negatif. Tambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan
terbentuknya pulsa atau arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah
menjadi energi listrik. Dalam detektor CdTe akan dihasilkan sepasang elektron dan
hole untuk tiap energi 4,43 eV. Pada Gambar 2a dan Gambar 2b ditunjukkan spektrum
Cs-137 dan spektrum Ba-133 yang dicacah dengan detektor CdTe.

tipe-n tipe-p

tipe-n tipe-p depletion region

 power supply

Gambar 1a. konfigurasi detektor Gambar 1b. Depletion region


semikonduktor

Gambar 2a. Spektrum Cs-137 Gambar 2b. Spektrum Ba-133


Americium-241 pertama kali diidentifikasi pada tahun 1944 oleh Seaborg,
James dan Morgan di laboratorium metalurgi di University of Chicago. Unsur ini
diproduksi oleh peluruhan partikel beta plutonium-241, yang telah diproduksi di
reaktor nuklir oleh pemboman neutron plutonium-239. Para periset pada awalnya
menyebut americium sebagai “kekacauan” karena kesulitan yang mereka hadapi saat
berusaha mengisolasinya dari elemen baru lainnya yang dengannya sangat terkait erat,
yaitu curium atau “delirium” seperti yang pertama kali disebut. Americium pertama
kali diisolasi sebagai senyawa murni oleh Burris Cunningham pada tahun 1945, di
University of Chicago. Unsur itu dinamai menurut Amerika, karena terletak di bawah
Europium (elemen 63) di tabel periodik, yang diberi nama setelah Eropa.
Penampilan dan Karakteristik :
Efek berbahaya: Americium berbahaya karena radioaktivitasnya.
Karakteristik: Americium adalah logam radioaktif putih keperakan yang memiliki
kerapatan yang serupa dengan timbal.
Unsur ini memudarkan perlahan di udara kering pada suhu kamar. Isotop
241Am, isotop yang paling umum, meluruh menjadi 237Np, memancarkan radiasi alfa
dan gamma. Penggunaan Americium, Isotop 241Am digunakan (dalam bentuk
americium dioxide) dalam jumlah sangat kecil pada detektor asap „ruang ionisasi‟.
Satu gram americium dioxide menyediakan bahan aktif yang cukup untuk lebih dari
tiga juta detektor asap rumah tangga. Americium digunakan sebagai sumber portabel
sinar gamma dan partikel alfa untuk digunakan dalam ilmu kedokteran, sains dan
industri. Americium juga digunakan sebagai bahan target dalam penelitian nuklir
untuk membuat elemen yang lebih berat.
Kelimpahan dan Isotop :
Kelimpahan kerak bumi : nihil
Kelimpahan tata surya : bisa diabaikan
Biaya, murni : $ 1500 per g
Sumber : Americium diperoleh sebagai hasil sampingan pengolahan plutonium.
Isotop : Americium memiliki 14 isotop yang umur paruhnya diketahui, dengan jumlah
massa 232 sampai 247. Americium tidak memiliki isotop alami. Isotop terpanjang
yang tinggal adalah 243Am, dengan masa paruh 7370 tahun, 241Am dengan masa
paruh 432,2 tahun dan 242Am dengan waktu paruh 141 tahun
IV. METODE
A. Alat
1. Detektor CdTe XR-100T
2. Multi Channel Analyzer
3. Software MCDWIN MCA-3A
4. Power Supply & Amplifier Model
5. Pinset PX2T

B. Bahan
1. Sumber radiasi

C. Cara Kerja
1. Disiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan.
2. Diperiksa sambungan sistem seperti ditunjukkan pada Blok Diagram
3. Diletakkan sumber Ba-133 sedekat mungkin dengan detektor
4. Diatur gain amplfier, preset dan waktu cacah (real time atau live time)
sesuai kebutuhan.
5. Dijalankan akuisisi dan tunggu hingga selesai. Dicatat nomor saluran
untuk puncakpuncak yang muncul
6. Dilakukan kalibrasi energi spektrum Ba-133 dengan setting ROI pada dua
puncak spektrum energi 356 keV dan 80 keV
7. Diamati kanal puncak pada energi 356 keV dan 80 keV kemudian
dimasukkan pada kolom kanal
8. Diamati kanal puncak energi masukan puncak energi yang di ROI yaitu
356 keV dan 80 keV
9. Dipilih unit kalibrasi dalam keV, karena hanya 2 titik puncak kalibrasi,
maka dipilih rumus kalibrasi yang dua variable kemudian di klik OK
sehingga hubungan kanal dan energi terkalibrasi
10. Dijalankan akuisisi ulang, dicatat spektrum X-ray dan gamma yang
muncul
11. Dilakukan analisis bentuk spektrum x-ray dan tentukan FWHM atau
resolusi detektor CdTe.
V. DATA PENGAMATAN
1. Jari jari detektor (r) = 3mm = 0,3 cm
2. Jarak detektor dengan sumber = 1 cm = 10 mm
3. t = 300s

Rumus :

( )
Keterangan :
At = Aktivitas sebenarnya saat pengukuran (Bq)
Ao = aktivitas mula-mula
t = selang waktu antara tanggal acuan dan tanggal pengukuran (tahun)
T1/2 = waktu paruh sumber (tahun)

1. Am-241
 Aktivitas
Ao = 10,16 μCi = 375,9 kBq = 375900 Bq
t = 1 Nov 2010 = 10,25 tahun
T1/2 = 432,2 tahun
f = 0,359

Aktivitas saat pengukuran

( )

( )

2. Ba-133
 Aktivitas
Ao = 10,37 μCi = 383,7 kBq = 383700 Bq
t = 1 Jul 2006 = 14,67 tahun
T1/2 = 10,51 tahun
f = 0,36

( )

( )

3. Cs-137
 Aktivitas
Ao = 0,25 μCi = 9250 Bq
t = Sept 2017 = 3,5tahun
T1/2 = 30,1 tahun
f = 0,85

( )

( )

a. Menentukan factor geometri efisiensi


( )

( )

b. Menentukan Efisiensi
- Am-241

- Ba-133

- Cs-137

c. Menentukan resolusi
f (fraksi
Energi FWHM Cacah
Sumber Jarak peluruhan efisiensi % resolusi %
(keV) (keV) nett
gamma)
Am-241 1 cm 59,5 0,923 78178,33 0,359 2,53 1,55
Ba-133 1 cm 81 1,193 9690,67 0,36 0,21 1,47
Cs-137 1 cm 662 2,346 8672,45 0,85 14,10 0,35

GRAFIK HUBUNGAN ENERGI vs EFISIENSI


16
14
12
Efisiensi (%)

10 y = 0.0214x - 0.107
8 R² = 0.9651
6
4
2
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Energi (keV)

Dari grafik diatas didapat persamaan linier y = 0,0214x – 0,107 dengan nilai
regresi sebesar 0,9651.

VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yang berjudul “Spektroskopi Gamma dengan


Detektor CdTe” dengan tujuan agar mahasiswa dapat memahami teknik dasar
pengukuran tenaga sinar gamma menggunakan detektor CdTe dan mampu
melakukan kalibrasi energi, menghitung resolusi, dan juga menghitung efisiensi
detektorPrinsip kerja detektor CdTe sama seperti detekto semi konduktor yaitu
ketika detektor semikonduktor telah mengalami lapisan kosong muatan
(depletion layer) maka, energi radiasi yang masuk akan diserap oleh bahan,
sehingga beberapa elektron dalam kristal berpindah dari pita valensi ke pita
konduksi hingga menyisakan hole. Tambahan elektron dan hole ini
masing-masing bergerak ke kutub positif dan negatif, yang akan menyebabkan
terbentuknya pulsa listrik. Jadi detektor ini, merubah energi radiasi menjadi
pulsa listrik.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah Am-241, Ba-133,
dan Cs-137. Langkah pertama yaitu menentukan aktivitas sampel.
Aktivitas sampel dapat diketahui menggunakan rumus,
( )

Diperoleh nilai aktivitas setelah dihitung yaitu Am-241 = 187950 Bq, Ba-133 =
191850 Bq, Cs-137 = 4625 Bq.
Selanjutnya sumber radioaktif diletakan 1 cm dibawah detector yang
memiliki jari-jari 0,3cm. Gain amplifier, preset dan waktu cacah diatur sesuai
kebutuhan setelah itu program di start. Setelah nampak, nomor saluran dicatat
untuk puncak-puncak energi yang muncul dan dikalibrasi dengan setting ROI
pada puncak spektrum 356 keV dan 80 keV. Kemudian rumus kalibrasi
dimasukkan hingga didapat hubungan kanal dengan energi terkalibrasi. Dari
hasil kalibrasi spektrum yang terbaca di layar monitor maka praktikan bisa
mengetahui energi, fraksi peluruhan, nomor saluran, FWHM, dan Nett Peak
Area. Dari parameter-parameter tersebut, maka praktikan bisa menentukan
resolusi.

Sebelum mengetahui persen efisiensi, dihitung terlebih dahulu faktor


geometri efisiensi dengan rumus,

( )

Dari perhitungan ini diperoleh hasil . Kemudian data ini digunakan


untuk menghitung efisiensi sumber. Efisiensi adalah suatu nilai yang
menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor
terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Didapat nilai efisiensi Am-241, Ba-
133, dan Cs-137 berturut-turut yaitu 2,53% ; 0,21% ; 14,10%. Dari hasil
tersebut dapat dianalisa bahwa semakin besar energi sumber radiasi,
maka semakin kecil nilai efisiensinya. Nilai efisiensi ini dapat dipengaruhi oleh
jarak dari detektor ke sumber, diameter detektor, energi sumber, dan jenis
detektor itu sendiri.
Setelah diperoleh data FWHM dan energy dari kalibrasi spektrum maka
resolusi dapat ditentukan dengan rumus,

Berdasarkan hasil perhitungan nilai resolusi dari sumber radioaktif Am-


241; Ba-133; Cs-137 berturut-turut yaitu 1,55%; 1,47%; 0,35.
Setelah hasil perhitungan selesai, selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara energi dengan efisiensi dan didapatkan persamaan linier Y = 0,0214x –
0,107 dengan nilai R2 = 0,9651. Nilai R2 mendekati 1 yang artinya hasil ini
cukup baik.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa :
 Detektor CdTe merupakan detektor yang dapat membedakan puncak-puncak
energi gamma. Prinsip kerja dari detektor ini sama dengan detektor
semikonduktor, yaitu mengubah energi radiasi menjadi pulsa listrik.
 Nilai kalibrasi energi untuk Am-241, Ba-133 dan Cs-137 berturut-turut
sebesar 59,5; 81; dan 662.
Nilai efisiensi untuk Am-241, Ba-133 dan Cs-137 berturut-turut sebesar
2,53%; 0,21% dan 14,1%.
Resolusi untuk Am-241, Ba-133 dan Cs-137 berturut-turut sebesar 1,55;
1,473; dan 0,35.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Trikasjono, Toto. 2021. Petunjuk Praktikum Spektroscopy Gamma dengan
Detektor CdTe. Yogyakarta: STTNBATAN.
https://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/45/095/450957
72.pdf (diakses 27 April 2021)
http://jurnal.batan.go.id/index.php/jpn/article/download/3382/2991 (diakses 28
April 2021)

Yogyakarta, 28 April 2021

Dosen Pembimbing Praktikan,

Toto Trikasjono,ST,M.Kes Mulangsari Fadzia Umardi


NIM : 011900017

Anda mungkin juga menyukai