Anda di halaman 1dari 11

.OPEN ACCESS.

Jurnal Pengembangan Kota (2020)


IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN PASCA Volume 8 No. 1 (67–77)
GEMPA BUMI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT Tersedia online di:
http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk
WORLDVIEW-2 DOI: 10.14710/jpk.8.1.67-77

Basmala Asliha Afida1*, Muhammad Kamal2, Danang Sri


Hadmoko2
1
Magister Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Indonesia
2
Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Abstrak. Gempa bumi yang tidak dapat diprediksi berdampak pada kerusakan fisik dan sosial yang mengakibatkan
perubahan penutup/penggunaan lahan, besar kecilnya dampak dapat berbeda tergantung dari karakteristik wilayah.
Pada tanggal 28 September 2018 gempa bumi dengan kekuatan 7,4 SR terletak sekitar 80 km di utara Kota Palu
mengakibatkan ratusan bangunan mengalami kerusakan. Kehadiran teknologi penginderaan jauh yang terus
berkembang dapat dimanfaatkan dalam mengetahui dampak dari gempa bumi dengan bantuan integrasi sistem
informasi geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan pasca gempa bumi di Kota
Palu dengan menggunakan citra satelit WorldView-2 melalui pengenalan ciri fisik dan pola dari interpretasi Object
Based Image Analysis (OBIA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Object Based Image
Analysis (OBIA) terdiri dari dua tahap segmentasi dan klasifikasi citra. Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini
mengetahui kemampuan citra satelit WorldView-2 hasil Pan Sharpening dalam mengidentifikasi kerusakan bangunan
dimana menghasilkan ketelitian sebesar 84,21%.

Kata Kunci: Identifikasi; Kerusakan; Kota Palu; Object Based Image Analysis; WorldView-2

[Title: Post Earthquake Building Damage Identification using WorldView-2 Satelite Imagery]. Unpredictable
earthquakes have an impact on physical and social damage that changes the closure of its use, small land On
September 28, 2018, an earthquake with a magnitude of 7.4 is located about 80 km north of Palu City. The presence of
remote sensing technology that is being developed can be used in studying the impact of earthquakes with the help of
the integration of geographic information systems. This study aims to repair damaged buildings after the earthquake
in Palu City using WorldView-2 satellite imagery through recognition of physical characteristics and patterns from the
interpretation of Object Based Image Analysis (OBIA). The method used in this study is the Object Based Image Analysis
(OBIA) method which consists of two segmentation segments and image composition. The benefits generated from
this study studied the ability of the WorldView-2 satellite imagery from Pan Sharpening to create building damage
which resulted in an accuracy of 84.21%.

Keyword: Identification; Damage; Palu City; Object Based Image Analysis; WorldView-2

Cara Mengutip: Afida, B. A, Kamal, M & Hadmoko, D. S. (2020). Identifikasi Kerusakan Bangunan Pasca Gempa Bumi
Menggunakan Citra Satelit WorldView-2. Jurnal Pengembangan Kota. Vol 8 (1): 67-77. DOI: 10.14710/jpk.8.1.67-77

1. PENDAHULUAN terletak sekitar 80 km di utara Kota Palu diikuti


dengan tsunami yang mencapai ketinggian hingga
Indonesia yang berada di tumpukan tiga lempeng 8 meter dan beberapa titik liquifaksi di tiga daerah
besar Eurasia (Eropa-Asia) dari arah utara, Indo- terpisah (Muhari, Imamura, Arikawa, Hakim, &
Australia dari Selatan, dan lempeng pasifik dari Afriyanto, 2018). Gempa yang tidak dapat
Timur menyebabkan negara ini rawan terhadap diprediksi berdampak pada kerusakan fisik dan
gempa bumi (Puturuhu, 2015). Pada 28 September sosial karena perubahan penutup/penggunaan
2018 gempa bumi dengan kekuatan 7.4 SR terjadi lahan, besar kecilnya dampak disebabkan
di wilayah Sulawesi Indonesia. Pusat gempa karakteristik wilayah yang berbeda.
Pemanfaatan penginderaan jauh dengan Sistem yaitu parameter scale, shape, dan compectness,
Informasi Geografis (SIG) pada citra satelit diluar dari parameter colour dan smoothness.
memberikan informasi tidak hanya sebatas aspek Penelitian sebelumnya mengenai identifikasi objek
spektral pada citra digital (Danoedoro, 2012). menggunakan metode OBIA dilakukan oleh
Zylshal, Susanto, dan Hidayat (2016) menjelaskan (Nugroho, Kushardono, & Dewi, 2019; Purwanto &
ekstraksi data satelit memberikan informasi Darmawan, 2018). Keunggulan penelitian Nugroho
mengenai SDA, lingkungan, dan kebutuhan dkk. (2019) data satelit radar Sentinel-1 berpotensi
program tertentu. Melalui proses pengolahan, digunakan untuk mengidentifikasi kawasan
interpretasi dan analisis dengan teknologi pertambangan timah. Data tekstur GLCM dapat
penginderaan jauh. meningkatkan akurasi 0,3% dan nilai kappa 0,2
Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi dibandingkan tidak menggunakan tekstur GLCM.
kerusakan pasca gempa adalah metode Object Kelemahan hanyak mampu mengidentifikasi
Based Image Analysis (OBIA) merupakan suatu tambang dan non tambang. Menurut Purwanto
pendekatan yang proses klasifikasinya tidak hanya dan Darmawan (2018) Keunggulan penelitian
mempertimbangkan aspek spektral, melainkan mampu mengidentifikasi sebaran mangrove
aspek spasial objek pun dimasukkan kedalamnya. dengan baik. Sebaran mangrove dari citra Landsat
Metode OBIA secara prosedur dilakukan dalam 7 ETM+ terlihat lebih besar 4072,86 Ha
dua tahap yaitu segmentasi citra dan klasifikasi dibandingkan citra Landsat 8 OLI hanya 3015 Ha.
hasil segmentasi (Xiaoxia, Jixian, & Zhengjun, Kelemahan tidak melakukan uji akurasi atas
2005). Segmentasi citra membedakan objek per kebenaran data citra olahan terhadap data di
segmen berdasarkan piksel dengan menerapkan lapangan.
nilai parameter yang sesuai dengan tujuan Penelitian lebih detail identifikasi kerusakan
identifikasi. Sedangkan klasifikasi proses bangunan menggunakan metode OBIA telah
mengkelaskan objek-objek hasil segmentasi dalam dilakukan oleh (Adriano, Xia, Baier, Yokoya, &
kelas tertentu yang mengarah pada kelas Koshimura, 2019; Wikantika, Prastiwi, Vitriana, &
kerusakan dan penutup/penggunaan lahan. Harto, 2017) menggunakan data multi temporal
Satelit WorldView-2 merupakan citra satelit dan multi sensor Adriano dkk. (2019) ALOS-2
dengan resolusi spasial tinggi dengan 0,46 m – 0,5 PALSAR-2, Sentinel-1, Sentnel-2, dan PlanetScope.
m untuk citra pankromatik dan 1,84 m untuk citra Keunggulan penelitan data citra sesusah bencana
multispektral dengan jumlah 8 band. Informasi memberikan akurasi yang dapat diterima, dengan
citra multispektral WorldView-2 lebih lengkap deteksi perubahan lahan. Kelemahan proses
dibanding citra sebelumnya WorldView-1 yaitu 6 penggabungan data banyak terjadi tumpang susun
band. Citra WorldView-2 sering dimanfaatkan yang tidak akurat kerena perbedaan resolusi citra.
untuk keperluan analisis-analisis spasial sumber Wikantika dkk. (2017) menggunakan citra Pleiades
daya alam, lingkungan hidup dan identifikasi objek terbukti dapat mengidentifikasi kerusakan
detail seperti penelitian (Noviyanti & Roychansyah, bangunan secara cepat dengan akurasi sebesar
2019; Ribeiro & Fonseca, 2013; Widayani, 2018). 88% dan nilai kappa 0,8287 membedakan
Indarto (2017) menjelaskan penajaman bentuk bangunan rusak dan tidak. Kelemahan terjadinya
(PanSharpening) dengan cara menggabungkan dua missed classification pada rentang nilai dalam
citra berbeda ketelitian dapat meningkatkan membedakan objek.
ketelitian spasial. Masih dalam sensor yang sama Pasca terjadinya bencana berbagai tindakan
antara spasial tinggi kanal tunggal (panchromatic) dilakukan dalam memetakan daerah terdampak.
dan spasial rendah multikanal (multispektral).
Meskipun citra WorldView-2 mampu menganalis ISSN 2337-7062 © 2020
gambar lebih detail, namun obyek yang terbentuk This is an open access article under the CC-BY-NC-ND license
akan semakin banyak dan kompleks. Untuk (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/). – lihat
halaman depan © 2020
mengatasi kelemahan ini dibutuhkan beberapa
cara untuk membedakan obyek yang saling *Email: basmala.asliha.a@mail.ugm.ac.id
berdekatan. Ada tiga faktor penentu dalam
mengelompokkan objek pada tahap segmentasi Diterima 15 April 2020, disetujui 30 Juni 2020

68 B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77


Dengan cara survei langsung dan pemanfaatan sudah ter Pan Sharpening bentuk RGB dengan
citra satelit sebagai upaya tindakan cepat dalam memanfaatkan metode Object Based Image
mengevakuasi korban dan mempermudah Analysis. Sehingga menjadi kajian tersendiri
distribusi bantuan. Beberapa lembaga seperti seberapa jauh digunakan dalam mengidentifikasi
LAPAN, Copernicus, UGM dan lainnya mulai kerusakan bangunan melalui ciri fisik dan pola,
melakukan pemetaan dalam mengidentifikasi melihat data citra diperoleh melalui Open Data
kerusakan bangunan. LAPAN pada 3 oktober 2018 Occaasion atau data free milik Maxar, Digital
merilis peta dengan membedakan citra Pleiades Globe. Serta mengetahui tingkat akurasi kebenaran
sebelum dan sesudah bencana. Pada 2 oktober untuk mnegetahui keunggulan dan keterbatasan
2018 Copernicus merilis peta identifikasi metode dalam mengidentifikasi.
menggunakan citra WorldView-2 sebelum bencana
dan Pleiades 1A sesudah bencana. Universitas 2. METODE PENELITIAN
Gadjah Mada (UGM) melalui geoportal puspics
UGM menggunakan citra resolusi tinggi Secara garis besar tahapan yang dilakukan dalam
menghasilkan distribusi titik kumpul dan building penelitian ini meliputi (1) studi literatur, (2)
damage assessment map. Ketiganya menggunakan pengumpulan data, (3) pra pengolahan citra, (4)
metode interpretasi visual dan survei lapangan proses ekstraksi informasi pendekatan Object
sebagai tindakan cepat. Based Image Analysis (OBIA) berupa segmentasi
Tahap penilaian kerusakan yang digunakan dan klasifikasi, (5) identifikasi kerusakan bangunan
menggunakan standar kelas penilaian kerusakan dengan mengenali ciri dan pola, (6) kerja lapangan,
bangunan yang di keluarkan oleh International dan (7) penilaian akurasi.
Working Group and Satelte-based Emergency Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari
Mapping (IWG-SEM, 2018). Dalam pedoman komputer yang dilengkapi dengan software
interpretasi lembaga ini mengurang jumlah kelas eCognition Developer 9, ENVI 5.3, Arcgis 10.2 dan
kerusakan bangunan berdasarkan pengalaman dan Microsoft Office, serta pengambilan data lapangan
menjutkan beberapa kelas kerusakan dar lembaga berupa cek list, GPS dan kamera digital. Bahan
sebelumnya yaitu Copernicus, UNOSAT dan BAR. yang digunakan terdiri dari Data Primer Citra
Sehingga menghasilkan 4 kelas penilaian kerusakan Satelit WorldView-2 multitemporal tanggal
bangunan (1) Hancur, (2) Rusak, (3) Mungkin perekaman 17 Agustus 2018 (sebelum gempa
Rusak, dan (4) Tidak ada kerusakan. bumi) dan 01 Oktober 2018 (sesudah gempa
Tujuan dari penelitian ini identifikasi kerusakan bumi). Terdiri dari tiga saluran Red, Green & Blue
bangunan melalui citra satelit WorldView-2 yang (RGB), resolusi spasial 0,5 m Pan Sharpening dari

Gambar 1. Diagram konsep algoritma multiresolution segmentation


Sumber : Hussein, Danoedoro, dan Farda (2016)
B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77 69
open data occaasion milik Maxar Digital Globe Citra Satelit WorldView-2
(2018) yang sudah terkoreksi geometrik untuk (Pra dan Pasca Gempa Bumi)
Terkoreksi Geometrik
mengurangi kesalahan sistematis. Data Sekunder
berupa Peta Administrasi Kota Palu oleh Bappeda
Kota Palu (2012) dan Peta daerah terdampak Pemotongan Citra

gempa bumi Kota Palu yang di keluarkan oleh


Geoportal (2019). Citra yang diperoleh memiliki Segmentasi
luas yang melebihi daerah penelitian pada Multiresolution Segmentation

metadata citra, oleh karena itu dilakukan proses


pemotongan citra, pemotongan menggunakan Hasil Segmentasi
masking di software ENVI pada citra sebelum dan
sesudah bencana. - Studi Literatur
Pengambilan Sampel
Metode segmentasi yang digunakan dengan - Pengamatan Lapangan
menerapkan algoritma multiresolution
segmentation dimana dijalankan berdasarkan lima - Peta daerah terampak
Klasifikasi gempa bumi, Kota Palu
parameter yaitu skala (scale), warna (colour), Nearest Neighbor - pengamatan Lapangan
bentuk (shape), kehalusan (smoothness), dan
kekompakan (compactness). Seperti penjelasan
Hasil Klasifikasi Kerusakan
pada Gambar 1 tentang hubungan masing-masing Bangunan
parameter dan spectral difference segmentation (Peta Kerusakan Bangunan)
untuk menggabungkan nilai piksel yang
berdekatan.
Pada tahap segmentasi perlu di lakukan beberapa Uji Akurasi
kali uji coba pada beberapa parameter, hasil
segmentasi akan membentuk objek yang belum Hasil Uji Akurasi
teridentifikasi kemudian dilakukan klasifikasi
berdasarkan nilai piksel per piksel. Selanjutnya Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
tahap klasifikasi metode nearest neighbor Sumber : Hasil Analisis, 2020
digunakan berdasarkan melihat kedekatan nilai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada parameter-parameter dari sample based.
Secara kualitatif sample based yang di ambil
3.1. Penentuan Lokasi Penelitian
melihat kenampakan 6 objek utama (1) Bangunan
Lokasi penelitian dilakukan disebagian wilayah
(hancur, rusak, mungkin rusak, dan tidak ada
Kota Palu, Sulawesi Tengah yang banyak
kerusakan), (2) Jalan, (3) Sungai/Tubuh Air, (4)
terdampak langsung dengan peristiwa gempa bumi
Vegetasi, dan (5) Tanah Terbuka. Khusus
tanggal 28 September 2018, berada di pusat
identifikasi kerusakan bangunan menggunakan
perkotaan dengan batas Geocoding (kiri bawah)
standar klasifikasi yang dikeluarkan oleh IWG-SEM
119,85036962/-0.8899105347472 dan (kanan atas)
(2018).
119,866517009131/-0,88340311 dengan sistem
Pengambilan sampel dilakukan menjadi dua,
koordinat Geographic (lat/long) WGS 48. Ukuran
sample based untuk klasifikasi berdasarkan studi
citra hasil potongan terdiri dari 3.598 x 1.450
literatur dan pengamatan lapangan dengan
piksel.
memilih beberapa objek hasil segmentasi yang
Secara administrasi letak lokasi penelitian berada
dapat mewakili berbagai karakteristik dari objek.
di sekitar Muara Sungai Teluk Palu daerah pesisir,
Training sample untuk uji akurasi berupa hasil
sebagian Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan
klasifikasi dengan peta daerah terdampak gempa
Palu Barat yang berada di sisi timur dan barat
bumi dan pengamatan lapangan. Berikut gambaran
Sungai Palu. Dampak dari peristiwa gempa bumi
umum diagram alir penelitian pada Gambar 2.
menimbulkan getaran yang sifatnya merusak juga
menimbulkan tsunami dan liquifaksi di beberapa
titik. Alasan lain pemilihan lokasi penelitian karena
pada daerah ini kenampakan bangunan dan sisa

70 B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77


bangunan masih nampak terlihat menggunakan penentu dalam homogen dan heterogen dalam
sistem penginderaan jauh yaitu dengan citra satelit suatu objek, kenampakan yang homogen akan
melalui pengenalan ciri dan pola bentuk. menghasilkan objek yang lebih besar/sedikit
daripada kenampakan heterogen. Sehingga
3.2. Segmentasi Citra semakin kecil nilai skala akan menghasilkan objek
Proses awal identifikasi objek dimulai dengan yang heterogen atau semakin detail. Skala 70
segmentasi citra, dilakukan menggunakan dipilih karena obyek pada daerah penelitian bukan
algoritma multiresolution segmentation dengan terdiri dari obyek tunggal melainkan terdiri dari
masukan input parameter menurut Hussein dkk. beberapa sub-obyek. Sehingga skala yang dipilih
(2016) yakni 1) bobot saluran masukan, 2) nilai cukup detail untuk mendeteksi kelas kerusakan
skala (scale), 3) nilai bentuk (shape) yang bangunan dan penutup/penggunaan lahan lainnya.
berpengaruh terhadap nilai warna (colour), serta 4) Parameter shape/bentuk yang berpengaruh
nilai kekompakan (compactness) yang secara terhadap nilai warna dalam pemberian nilai 0,4
langsung berpengaruh pada nilai kehalusan didasarkan atas pertimbangan penekanan pada
(smoothness). Penentuan nilai parameter kenampakan warna dapat membedakan objek dan
dikombinasikan berdasarkan pengaruh pada penekanan bentuk lebih ke tekstur lebih di
kenampakan objek, fokus utama untuk utamakan untuk membedakan kenampakan
menghasilkan enam objek utama (1) Bangunan kerusakan bangunan. Parameter
(hancur, rusak, mungkin rusak, dan tidak ada compactness/kekompakan diberi nilai 0,2, semakin
kerusakan), dan objek pendukung (2) Jalan, (3) besar nilai maka akan menghasilkan bentuk objek
Sungai/Tubuh Air, (4) Vegetasi, dan (5) Tanah lebih kompak, pemisahan ini berdasarkan
Terbuka. perbedaan nilai spektral pada objek.
Pengaturan segmentasi untuk bobot saluran Hasil segmentasi menggunakan software
masukan tiap saluran (Red, Green, Blue) RGB diberi eCognition, dapat dilihat pada Gambar 3 dimana
bobot yang sama yakni nilai 1. Alasan pemberian jumlah segmentasi objek sebanyak 2.358 menjadi
bobot yang sama berdasarkan pertimbangan 2.220. Setelah dilakukan penggabungan objek yang
resolusi spektral pada WorldView-2 hasil Pan memiliki nilai piksel yang berdekatan
Sharpening rendah, berbanding terbalik dengan menggunakan algoritma spectral difference
resolusi spasial yang tinggi tidak mengalami segmentation. Penggabungan terlihat di beberapa
perubahan. Pemberian bobot nilai pada parameter titik hasil segmentasi untuk masing-masing objek
segmentasi, komposisi kriteria homogenitas yaitu utama. Perbedaan nilai spektral maximum dipilh
scale 70, shape 0,4 dan compactness 0,2. berbeda 2 digit, mengingat nilai piksel pada citra 0
Nilai parameter scale/skala menjadi faktor sampai 255.

Gambar 3. Hasil Segmentasi Terpilih


Sumber : Hasil Pengolahan, 2020

B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77 71


3.3. Klasifikasi Citra Pemilihan parameter yang tepat dapat
Metode klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan mengklasifikasikan objek sesuai dengan kelasnya.
sampel (sample based) dan aturan (rule based). Metode nearest neighbor mampu
Proses klasifikasi sample based dipilih karena mengklasifikasikan kedekatan nilai parameter dari
dalam memisahkan objek menggunakan sampel hasil sample based, tahap kenampakan visual.
(ROI). Dimana obyek yang berada di citra Parameter yang digunakan untuk kedekatan nilai
menggambarkan keadaan obyek di lapangan, pada feature space yaitu Parameter layer value
dengan memanfaatkan pengalaman interpretasi. (mean dan standard deviation) dan geometry.
Kelebihan dari klasifikasi sample based operator
dapat memilih feature space bersifat spektral 3.4. Kerusakan Bangunan
maupun spasial. Kelas yang memiliki perbedaan Kerusakan bangunan dapat di identifikasi
yang sedikit dan sulit dituliskan dalam aturan lebih berdasarkan pengenalan obyek dari kenampakan
mudah dipisahkan. Mengingat citra satelit yang dan rentang nilai piksel. Identifikasi kerusakan
digunakan memiliki saluran yang terbatas hasil pan bangunan berbarengan dengan identifikasi lahan
sharpening bentuk RGB. Sedangkan kekuranganya lainnya berupa penutup/penggunaan lahan
menurunkan akurasi klasifikasi jika salah memilih pendukung. Dimana dari hasil pengolahan
feature space dan berpotensi menghasilkan bias. software eCognition menghasilkan kelas objek
Klasifikasi dilakukan secara multilevel dimana level penutup/penggunaan lahan (1) Bangunan (tidak
pertama memisahkan kelas Bangunan (tidak ada ada kerusakan), (2) Kerusakan Bangunan (hancur,
kerusakan), Kerusakan, Jalan, Sungai/Tubuh Air, rusak, mungkin rusak), (3) Jalan, (4) Sungai/ Tubuh
Vegetasi dan Tanah Terbuka. Kemudian pada level Air, (5) Vegetasi, dan (6) Tanah Terbuka. Kelas
kedua Kerusakan dibedakan menjadi klasifikasi kerusakan bangunan menurut IWG-SEM (2018)
Hancur, Rusak dan Mungkin Rusak. Pengenalan tersebar di kelas Bangunan dan Kerusakan
objek dapat dilihat dari karakter tiap objek, berupa Bangunan.
kenampakan visual dan kedekatan nilai objek.

Gambar 4. Peta Kerusakan Bangunan


Sumber : Hasil Pengolahan, 2020

72 B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77


Hasil klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 4, pada Gambar 4 untuk penutup/penggunaan lahan
dimana sebaran kerusakan bangunan banyak Unclassifield. Sedangkan objek yang teridentifikasi
terlihat pada daerah yang dekat dengan pinggir memiliki nilai di atas 0.
pantai dan tersebar di beberapa titik. Menurut Penentuan objek bangunan (tidak ada kerusakan)
Adriano dkk. (2019) dan Muhari dkk. (2018) dan kerusakan bangunan memiliki karakteristik
dampak kerusakan bangunan disebabkan oleh yang hampir sama, parameter tambahan yang
gempa bumi, tsunami dan liquifaksi. Lokasi membedakan untuk identifikasi kelas kerusakan
penelitian masuk dalam peristiwa gempa bumi dan bangunan, parameter brightness dimana
tsunami sehingga kerusakan banyak dijumpai di membedakan objek berdasarkan nilai kecerahan,
sekitar pantai dan permukiman padat. Karakteristik di rentang nilai 67,935465 sampai 253,014035.
kelas kerusakan bangunan memilki nilai dan Sedangkan rentang nilai 42.040892 sampai
kenampakan tidak begitu jauh untuk identifikasi 67.754047 untuk objek diluar kelas kerusakan.
bangunan hancur, rusak dan mungkin rusak. Pada Parameter lainnya area, border lenght, dan
bangunan yang memiliki nilai dan kenampakan volume membedakan objek kerusakan bangunan
yang tidak begitu jauh untuk identifikasi tidak ada berdasarkan bentuk hasil segmentasi, setiap
kerusakan dan mungkin rusak. Sehingga kombinasi parameter memiliki rentang nilai yang berbeda.
parameter dibutuhkan untuk merepresentaskan Parameter area rentang nilai 40 sampai 9.240
objek-objek sesuai dengan kelasnya. membedakan berdasarkan bentuk daerah hasil
Pengenalan suatu objek akan mudah diidentifikasi segmentasi, dimana bangunan identik dengan
jika mengetahui karakteristik, kerusakan bangunan bentuk yang teratur dan tidak terlalu luas.
memilki karakter berdasarkan kenampakan citra Parameter border lenght rentang nilai 26 sampai
antara lain : (1) Hancur = runtuh total, bangunan 1270 membedakan berdasarkan panjang batasan
susah dikenali, serpihan bangunan berserakan; (2) segmentasi. Parameter volume rentang nilai 40
Rusak = runtuh total/sebagian atap, beberapa sisa sampai 5645 membedakan berdasarkan besaran
puing-puing disekitar bangunan; (3) Mungkin dari objek.
Rusak = interpretasi yang tidak pasti karena Untuk bangunan hancur dan rusak memiliki bentuk
kualitas gambar, kehadiran puing dari bangunan yang tidak teratur dibandingkan dengan mungkin
lain, bangunan dikelilingi bangunan hancur/rusak; rusak dan tidak ada kerusakan, sehingga
(4) Tidak Ada Kerusakan = kenampakan atap yang parameter nilai berdasarkan hasil segmentasi
utuh, bangunan mungkin mengalami kerusakan berpengaruh pada parameter kenampakan visual
yang tidak dapat dinilai dari citra satelit. Seperti atau sample based.
Gambar 5 menunjukan perbandingan kenampakan
hasil klasifikasi dan citra. Objek lainnya : (1) Jalan = Tabel 1. Nilai Klasifikasi Objek
bentuk lurus memanjang dan saling terhubung ; (2) Parameter Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Sungai/Tubuh Air = berwarna lebih gelap dari objek Layer Value - Mean
lain dan warna yang sama, orientasi muara dan Brightness 253,014035 0 – 42,040892
laut ; (3) Vegetasi = objek berkumpul, asosiasi Layer 1 (Red) 252,5 0 – 40,111524
warna hijau. Karakteristik objek menjadi acuan Layer 2 (Green) 253,726316 0 – 43,389272
Layer 3 (Blue) 252,969565 0 – 20,14351
sample based dalam proses klasifikasi.
Max diff 0,857807 0 – 0,002647
Parameter lainnya yang berpengaruh dalam Geometry - Extent
membedakan objek khususnya untuk kelas Area 286.017 0 - 40
kerusakan bangunan adalah perbedaan nilai layer Border lenght 6.000 0 - 26
value mean dan geometry extent. Nilai piksel pada Length 2.997 0-8
citra memiliki nilai yang beragam dimana tiap nilai Length/Width 999 0-1
mewakili objek hasil segmentasi. Pada Tabel 1. Number of pixels 286.017 0 - 40
parameter dan ambang batas nilai mencirikan Volume 286.017 0 - 40
klasifikasi. Nilai terendah 0 sebagai objek yang Width 486 0-1
Sumber : Hasil Analisis, 2020
tidak teridentifikasi atau unclassified sehingga
objek tidak memiliki nilai. Berada di batas hasil
segmentasi dan objek yang sulit dikenali seperti

B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77 73


Gambar 5. Perbandingan Kenampakan
(a) Hasil Klasifikasi OBIA, (b) Potongan citra WorldView-2, (c) Peta daerah terdampak, (d) Kenampakan di lapangan
(1) Hancur, (2) Rusak, (3) Mungkin Rusak, (4) Tidak ada kerusakan

Sumber : Hasil Analisis, 2020

3.5. Uji Akurasi bangunan hancur dan rusak. Berbeda dengan IWG-
Tahap akhir yaitu melakukan uji akurasi untuk SEM (2018) yang membedakan bangunan hancur,
mengetahui tingkat keberhasilan hasil interpretasi rusak, kemungkinan rusak dan tidak ada
dengan keadaan sebenarnya. Pembanding dalam kerusakan. Sehingga menghasilkan kesimpulan
uji akurasi hasil interpretasi yaitu dengan kelas hancur bisa masuk dikelas hancur dan rusak
membandingan kenampakan citra satelit sedangkan kelas rusak masuk dikelas rusak dan
WorldView-2 sebelum dan sesudah bencana, peta kemungkinan rusak.
daerah terdampak dan kenampakan di lapangan Tabel 2. merupakan hasil perhitungan uji akurasi
seperti pada Gambar 5. Lokasi perbandingan hasil identifikasi kerusakan bangunan
kenampakan pada Gambar 5 dapat dilihat pada menggunakan citra satelit WorldView-2 dengan
Gambar 4 peta kerusakan bangunan. Dimana menggunakan metode object based image analysis
tersebar di empat titik berbeda dengan kelas (OBIA). Jumlah sampel untuk uji akurasi sebanyak
kerusakan yang berbeda. 160 titik sampel yang tersebar pada objek hasil
Dari perbandingan kenampakan objek terlihat klasifkasi, baik untuk klasifkasi tingkat kerusakan
adanya kesamaan antara hasil klasifikasi OBIA bangunan dan penutup/penggunaan lahan lainnya.
(peta sebaran kerusakan bangunan) dengan data Berdasarkan matriks uji akurasi menghasilkan nilai
referensi yang digunakan. Jika pada peta daerah akurasi produser, akurasi user, dan akurasi
terdampakan kerusakan yang dkeluarkan keseluruhan.
Geoportal (2019) hanya membedakan antara

74 B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77


Tabel 2. Perhitungan Uji Akurasi

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Akurasi keseluruhan sebesar 84,21%, hasil ini baik Widayani (2018) rule based bisa digunakan dengan
mengingat untuk identifikasi kerusakan bangunan melihat pola, jarak, tekstur dan kondisi dengan
tidak dilakukan secara bangunan individu memanfaatkan saluran asli citra.
melainkan per segmentasi objek, sehingga objek
yang berbeda dapat masuk dalam satu segmentasi 4. KESIMPULAN
yang sama. Akurasi untuk tiap objek hasil klasifikasi
dapat dilihat pada Tabel 2. Produser akurasi Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat
tingkat kebenaran lahan di lapangan disimpulkan identifikasi kerusakan bangunan
terklasifikasikan dengan baik di citra pada kelas menggunakan citra WorldView-2 dapat dilakukan.
kerusakan bangunan nilai tertinggi untuk kelas Dengan penerapan metode OBIA berdasarkan
hancur 88,23% dan terendah untuk kelas mungkin analisis kenampakan objek dan rentang nilai piksel
rusak 75,00%. Sedangkan user akurasi klasifikasi pada citra. Objek yang bisa teridentifikasi (1)
dalam citra terklasifikasi di lapangan, nilai tertinggi Bangunan (tidak ada kerusakan), (2) Kerusakan
untuk kelas tidak ada kerusakan 89,47% dan Bangunan (hancur, rusak, mungkin rusak), (3)
terendah untuk kelas hancur 78,95%. Jalan, (4) Sungai/ Tubuh Air, (5) Vegetasi, dan (6)
Hasil metode Object Based Image Analysis (OBIA) Tanah Terbuka. Identifikasi yang dilakukan di
untuk identifikasi kerusakan bangunan lebih sekitar muara sungai palu yang terkena dampak
beragam kelasnya dari hasil interpretasi visual pasca gempa bumi menghasilkan ketelitian akurasi
yang dilakukan Geoportal (2019). Walaupun keseluruhan sebesar 84,21%.
identifikasi tidak dapat mengidentifikasi secara Keunggulan dari penelitian ini dapat
individu bangunan melainkan kenampakan dan mengidentifikasi kerusakan bangunan dengan
nilai yang sama pada citra. Kelas kerusakan pada cepat dan memilki nilai akurasi yang dapat
Geoportal hancur dan rusak teridentifikasi hancur, diterima. Walaupun hanya menggunakan citra
rusak, dan mungkin rusak pada penelitian. Data ini opendata hasil Pan Sharpening bentuk RGB.
dapat digunakan untuk memudahkan proses Penelitian ini bisa diterapkan untuk daerah lain
lapangan dalam mengidentifikasi awal kerusakan. dengan syarat menambahkan kriteria dan
Metode klasifikasi yang digunakan berpengaruh parameter yang sesuai dengan karakteristik objek
dalam hasil identifikasi kerusakan bangunan. Citra dan citra satelit yang digunakan. Mengingat
satelit WorldView-2 hasil penggabungan bentuk masing-masing daerah memilki
RGB optimal menggunakan sample based. Karena penutup/penggunaan lahan dengan ciri dan pola
penelitian rule based bersifat aturan sering yang berbeda. Sedangkan kelemahan dari
dimanfaatkan dengan menggunakan saluran asli penelitian ini tidak dapat mengidentifikasi
khususnya saluran infra merah dalam bangunan individu dan lebih detail. Karena saluran
membedakan objek. Seperti pada penelitian pada citra yang mengalami pengurangan karena

B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77 75


telah mengalami proses penggabungan atau Pan IWG-SEM. (2018). International Working Group on
Sharpening. Sehingga bangunan dalam kategori Satellite-based Emergency Mapping:
hancur, rusak, dan mungkin rusak sulit di Emergency Mapping Guidelines: Building
identifikasi. Dibutuhkan citra resolusi tinggi yang Damage Assessment Chapter: Version 1.0
lebih detail dalam hal spasial dari pada piksel (September): 8. Retrieved from
dengan saluran citra yang lengkap untuk http://www.un-
mengenali kerusakan bangunan. spider.org/sites/default/files/IWG_SEM_G
Diharapkan dengan dilakukan penelitian uidelines_Building%20Damage%20Assess
identifikasi kerusakan bangunan menggunakan ment_v1.0.pdf.
citra WorldView-2 dapat membantu identifikasi Muhari, A., Imamura, F., Arikawa, T., Hakim, A. R.,
pada riset-riset selanjutnya. Dengan penambahan & Afriyanto, B. (2018). Solving The Puzzle
parameter pada feature space dan data DEM dan of The September 2018 Palu, Indonesia,
DSM. Sehingga dapat diketahui perbedaan secara Tsunami Mystery: Clues From The Tsunami
detail objek bangunan hancur, rusak dan mungkin Waveform and The Initial Field Survey
rusak. Data. Journal of Disaster Research, 13
(Scientific Communication), sc20181108.
5. DAFTAR PUSTAKA Noviyanti, I. K., & Roychansyah, M. S. (2019).
Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Adriano, B., Xia, J., Baier, G., Yokoya, N., & Dengan Ndvi Menggunakan Citra Satelit
Koshimura, S. (2019). Multi-Source Data WorldView 2 Di Kota Yogyakarta. Majalah
Fusion Based on Ensemble Learning for Ilmiah Globe, 21(2), 63-70.
Rapid Building Damage Mapping During Nugroho, U. C., Kushardono, D., & Dewi, E. K.
The 2018 Sulawesi Earthquake and (2019). Identifikasi Kawasan Pertambangan
Tsunami in Palu, Indonesia. Remote Timah Menggunakan Data Satelit Sentinel–
Sensing, 11(7), 886. 1 dengan Metode Object Based Image
Bappeda Kota Palu. (2012). Rencana Tata Ruang Analysis (OBIA). Jurnal Ilmu Lingkungan,
Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2011. 17(1), 140-148. Doi: 10.14710/jil.17.1.140-
Kota Palu: Badan Perencanaan 148
Pembangunan Daerah & Penanaman Purwanto, E., & Darmawan, E. (2018). The
Modal (BAPPEDA & PM). Adaptation Strategy of Dwelling in the
Danoedoro, P. (2012). Pengantar Penginderaan Riverside Settlement of the Arut River in
Jauh Digital. Yogyakarta: Penerbit Andi. Pangkalan Bun City, West Kotawaringin
Digital Globe. (2018). Indonesia Earthquake & Regency, Central Kalimantan. Paper
Tsunami. Retrieved Accessed 23 presented at the IOP Conference Series:
September 2019, from Earth and Environmental Science.
https://www.digitalglobe.com/ecosystem/ Puturuhu, F. (2015). Mitigasi Bencana dan
open-data/indonesia-earthquake-tsunami Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Graha
Geoportal. (2019). Building Damage Assessment Ilmu.
Map of Palu City, Sulawesi Tengah. Ribeiro, B. M. G., & Fonseca, L. M. G. (2013). Urban
Retrieved 02 November 2019, from Land Cover Classification Using WorldView-
http://geoportal.puspics.ugm.ac.id/docum 2 Images and C4. 5 Algorithm. Paper
ents/74 presented at the Joint Urban Remote
Hussein, S., Danoedoro, P., & Farda, N. (2016). Sensing Event 2013.
Kajian Object Based Image Analysis pada Widayani, P. (2018). Aplikasi Object-Based Image
Foto Udara untuk Klasifikasi Penutup dan Analysis untuk Identifikasi Awal
Penggunaan Lahan Skala Detil. Yogyakarta: Permukiman Kumuh Menggunakan Citra
Universitas Gadjah Mada. Satelit Worldview-2. Majalah Geografi
Indarto. (2017). Pengindraan Jauh Metode Analisis Indonesia, 32, 162-169. Doi: 10.22146/mgi
dan Interpretasi Citra Satelit. Yogyakarta: Wikantika, K., Prastiwi, P. A. D., Vitriana, R., &
Andi. Harto, A. B. (2017). Identifikasi Kerusakan
Pasca Gempa Menggunakan Metode

76 B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77


Object Based Image Analysist (OBIA)(studi
Kasus: Pidie Jaya, Aceh). Doi:
https://doi.org/10.31227/osf.io/kcbrq
Xiaoxia, S., Jixian, Z., & Zhengjun, L. (2005). A
Comparison of Object-Oriented and Pixel-
Based Classification Approachs Using
Quickbird Imagery. Doi: 10.1.1.368.6009
Zylshal, Z., Susanto, H., & Hidayat, S. (2016).
Ekstraksi Informasi Penutup Lahan Area
Luas Dengan Metode Expert Knowledge
Object-Based Image Analysis (OBIA) Pada
Citra Landsat 8 Oli Pulau Kalimantan.
Majalah Ilmiah Globe, 18(1), 09-20.

B. A. Afida., M. Kamal, & D. S. Hadmoko / JPK Vol. 8 No. 1 (2020) 67 – 77 77

Anda mungkin juga menyukai