KETOASIDOSIS DIABETIK
Oleh:
Andreani Uria Utama Ludjen, S.Ked
1
BAB I
PENDAHULUAN
ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek
melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun
2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000,
jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah
penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari
makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan juga pembuluh darah
2
Association menyarankan penggunaan pendekatan yang lebih pragmatis, yakni KAD
dicirikan dengan asidosis metabolik (pH <7,3), bikarbonat plasma <15 mmol/L,
glukosa plasma >250 mg/dL dan hasil carik celup plasma (≥ +) atau urin (++). 1,2,3 Patut
oleh karena kelainan metabolik yang lain, sehingga memperluas diagnosis bandingnya.
2,3
Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus pada seorang wanita berusia 52
tahun dengan diagnosis ketoasidosis diabetikum yang dirawat di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif.1 KAD dan koma hipoglikemia akibat OHO
merupakan komplikasi akut diabetes melitus (DM) yang serius yang membutuhkan
Pada umumnya keton serum negatif dengan pemeriksaan HHS pada dilusi 1:2,
bikarbonat serum > 20 mEq/L, dan pH arterial <7,3. Hiperglikemia pada HHS biasanya
lebih berat dari pada KAD; kadar glucosa darah > 600 mg/dL biasanya dipakai sebagai
kriteria diagnostik. SHH lebih sering terjadi pada usia tua atau pada mereka yang baru
4
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Infeksi tetap merupakan faktor pencetus paling sering untuk KAD dan KHH,
insulin dapat menjadi faktor pencetus penting. Patut diperhatikan bahwa terdapat
sekitar 10-22% pasien yang datang dengan diabetes awitan baru. Pada populasi orang
Amerika keturunan Afrika, KAD semakin sering diketemukan pada pasien dengan DM
tipe 2, sehingga konsep lama yang menyebutkan KAD jarang timbul pada DM tipe 2
Infeksi yang paling sering diketemukan adalah pneumonia dan infeksi saluran
kemih yang mencakup antara 30% sampai 50% kasus. Penyakit medis lainnya yang
dan infark miokard. Beberapa obat yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat juga
zat simpatomimetik, penyekat alpha dan beta serta penggunaan diuretik berlebihan
pendek dalam jumlah kecil dan sering telah dikaitkan dengan peningkatan insidens
KAD meningkat kurang lebih dua kali lipat bila dibandingkan dengan kelompok injeksi
konvensional. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan insulin kerja pendek
yang bila terganggu tidak meninggalkan cadangan untuk kontrol gula darah.6
5
Pada pasien-pasien muda dengan diabetes tipe 1, permasalahan psikologis yang
disertai dengan gangguan pola makan dapat menjadi pemicu keadaan KAD pada
kurang lebih 20% kasus. Faktor- faktor yang dapat menyebabkan pasien menghentikan
hipoglikemia, pemberontakan dari otoritas dan stres akibat penyakit kronik juga dapat
C. EPIDEMIOLOGI
4.6 sampai 8 kejadian per 1,000 pasien diabetes. Adapun angka kejadian SHH < 1%.
Dari 613 pasien yang diteliti, 22% adalah pasien KAD, 45% SHH dan 33% merupakan
campuran dari kedua keadaan tersebut. Pada penelitian tersebut ternyata sepertiga dari
mereka yang presentasi kliniknya campuran KAD dan SHH, adalah mereka yang
Tingkat kematian pasien dengan ketoasidosis (KAD) adalah < 5% pada sentrum
hiperosmoler (SHH) masih tinggi yaitu 15%. Prognosis keduanya lebih buruk pada usia
Bila mortalitas akibat KAD distratifikasi berdasarkan usia maka mortalitas pada
kelompok usia 60-69 tahun adalah 8%, kelompok usia 70-79 tahun 27%, dan 33% pada
kelompok usia > 79 tahun. Untuk kasus SHH mortalitas berkisar antara 10% pada
mereka yang berusia < 75 tahun, 19% untuk mereka yang berusia 75-84 tahun, dan
6
D. PATOGENESIS
insulin, relatif ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat. Kadar
insulin tidak adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang normal dan
kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin sehingga membentuk
lingkaran setan dimana hiperglikemia bertambah berat dan produksi insulin makin
kurang.8
Pada KAD, disamping kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga
7
hormon pertumbuhan. Hormon-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi
glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa dijaringan, yang
dari jaringan adipose (lipolysis) ke dalam aliran darah dan oksidasi asam lemak hepar
menjadi benda keton (ß- hydroxybutyrate [ß-OHB] dan acetoacetate) tak terkendali,
sehingga mengakibatkan ketonemia dan asidosis metabolik. KAD dan SHH berkaitan
dengan glikosuria, yang menyebabkan diuresis osmotik, sehingga air, natrium, kalium,
8
E. FAKTOR PENCETUS
lain:8
4. Heat stroke
intestinal
Keadaan ini terjadi pada 20-40% kasus KAD. Pada pasien muda dengan DM tipe
sebesar 20% dari seluruh faktor yang mencetuskan ketoasidosis. Faktor yang bisa
mendorong penghentian suntikan insulin pada pasien muda meliputi ketakutan akan
naiknya berat badan pada keadaan kontrol metabolisme yang baik, ketakutan akan
jatuh dalam hypoglikemia, pemberontakan terhadap otoritas, dan stres akibat
penyakit kronis.9
F. MANIFESTASI KLINIS
pandangan kabur, poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan muncul beberapa
Gejala tipikal untuk dehidrasi adalah membran mukosa yang kering, turgor kulit
menurun, hipotensi dan takhikardia.Pada pasien tua mungkin sulit untuk menilai
turgor kulit. Demikian juga pasien dengan neuropati yang lama mungkin
neurologi fokal atau kejang mungkin merupakan gejala klinik yang dominan.9
Walaupun infeksi adalah faktor presipitasi yang sering untuk DKA dan
SHH, pasien dapat normotermik atau bahkan hipotermik terutama oleh karena
prognosis.9,10
2
Nyeri abdomen sering terjadi pada KAD. Diperlukan perhatian khusus
untuk pasien yang mengeluh nyeri abdomen, sebab gejala ini bisa merupakan akibat
ataupun faktor penyebab (terutama pada pasien muda) DKA Evaluasi lebih lanjut
harus dilakukan jika keluhan ini tidak berkurang dengan perbaikan dehidrasi dan
asidosis metabolik.10
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
elektrolit atau anion gap (perbedaan anion-kation yang tinggi), osmolaritas, analisa
urine, benda keton urin dengan dipstik, analisa gas darah pemeriksaan sel darah
lengkap dengan hitung jenis, dan elektrokardiogram. Kultur bakteri dari air seni,
darah, dan tenggorokan dan lain-lain harus dilakukan dan antibiotik yang sesuai
adalah akumulasi dari suatu proses evolusiner yang tidak didiagnosis atau DM yang
tidak terkontrol ,atau suatu episode akut pada pasien yang terkendali dengan baik.
rendah atau low-normal pada saat masuk, mungkin akan kekurangan kalium yang
3
berat pada saat perawatan sehingga perlu diberi kalium dan perlu monitoring
jantung yang ketat, sebab terapi krisis hiperglikemia akan menurunkan kalium lebih
perubahan status mental. Pada mayoritas pasien DKA kadar amilase meningkat,
abdominal dan peningkatan kadar amilase dan enzim hati lebih sering terjadi pada
b. pH < 7,35
c. HCO3- rendah
H. DIAGNOSIS BANDING
anamnesis dan konsentrasi glukosa plasma yang terentang dari sedikit meningkat
(jarang > 250 mg/dl) sampai hipoglikemia. Sebagai tambahan, walaupun KAA
4
KAD harus pula dibedakan dari penyebab lain terjadinya asidosis metabolik
yang tinggi anion gap seperti asidosis laktat, minum obat-obatan seperti salicylate,
metanol, ethylene glycol, dan paraldehyde, dan gagal ginjal kronis (dimana lebih
I. PENATALAKSANAAN
merupakan faktor presipitasi; dan yang sangat penting adalah perlu dilakukan
a. TERAPI CAIRAN
2) Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin
juga akan menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan
5
menurunkan kadar hormon kontra insulin (dengan demikian dapat memperbaiki
Pada keadaan tanpa kelainan jantung, NaCl 0.9% diberikan sebanyak 15–
20 ml/kg berat badan/jam atau lebih besar pada jam pertama (1–1.5 l untuk rata-
rata orang dewasa). Pilihan yang berikut untuk mengganti cairan tergantung pada
status hidrasi, kadar elektrolit darah, dan banyaknya urin. Secara umum, NaCl
0.45% diberikan sebanyak 4–14 ml/kg/jam jika natrium serum meningkat atau
normal; NaCl 0.9% diberikan dengan jumlah yang sama jika Na serum rendah.
6
Selama fungsi ginjal diyakini baik, maka perlu ditambahkan 20–30 mEq/l kalium (
2/3 KCl dan 1/3 KPO4) sampai pasien stabil dan dapat diberikan secara oral.13,14
mOsm. Pada pasien dengan gangguan ginjal atau jantung, pemantauan osmolaritas
serum dan penilaian jantung, ginjal, dan status mental harus sering dilakukan
b. TERAPI INSULIN
Pada keadaan KAD ringan, insulin reguler diberikan dengan infus intravena
secara kontinu adalah terapi pilihan. Pada pasien dewasa, jika tidak ada hipokalemia
( K+ < 3.3 mEq/l, maka pemberian insulin intravena secara bolus dengan dosis 0.15
unit/kg bb, diikuti pemberian insulin reguler secara infus intravena yang kontinu
dengan dosis 0.1 unit· kgBB/jam (5–7 unit/jam pada orang dewasa). Pemberian
insulin secara bolus tidak dianjurkan pada pasien pediatrik; pemberian insulin
reguler dengan infus intravena secara kontinu dengan dosis 0.1 unit· kgBB/hr dapat
diberikan pada pasien- pasien tersebut. Dosis insulin rendah ini pada umumnya
Jika plasma glukosa tidak turun sebanyak 50 mg/dl dari awal pada jam
pertama, periksa dulu status hidrasi; jika baik, infus insulin dapat digandakan tiap
7
jam sampai tercapai penurunan glukosa yang stabil antara 50 dan 75 mg/jam
dicapai.15
Ketika glukosa plasma mencapai 250 mg/dl untuk KAD atau 300 mg/dl
untuk SHH, mungkin dosis insulin perlu diturunkan menjadi 0.05–0.1 unit·
intravena. Sesudah itu, dosis insulin atau konsentrasi dextrose perlu disesuaikan
untuk memelihara rata-rata kadar glukosa sampai asidosis pada KAD atau status
Pengukuran ß-OHB dalam darah secara langsung adalah metoda yang lebih disukai
untuk pemantauan KAD. Metoda Nitroprusside hanya mengukur aseton dan asam
acetoacetic. Bagaimanapun, ß-OHB, asam yang paling banyak dan paling kuat pada
dikonversi ke asam asetoacetik, yang membuat para klinisi percaya bahwa ketosis
8
memperburuk keadaan. Oleh karena itu, penilaian benda keton dari urin atau serum
Selama terapi untuk KAD atau SHH, darah harus diperiksa tiap 2–4 jam untuk
(untuk DKA). Biasanya, analisa gas darah tidak perlu dilakukan berulang-ulang ;
pH vena (pada umumnya 0.03 unit lebih rendah dari pH arteri) dan gap anion dapat
Pada KAD yang ringan, insulin reguler baik secara subkutan maupun
intramuskular tiap jam adalah sama efektif seperti pemberian intravena dalam
menurunkan glukosa darah dan benda keton . Pertama-tama diberikan dosis dasar
sebanyak 0.4–0.6 units/kg bb, separuh sebagai suntikan bolus intravena, dan
setengah secara subkutan atau intramuskular . Sesudah itu, 0.1 unit· kgBB/jam
Kriteria untuk resolusi KAD meliputi kadar glukosa < 200 mg/dl,
bikarbonat serum > 18 mEq/l, dan pH vena > 7.3. Bila KAD membaik, dan pasien
masih NPO (Nothing Per Oral), insulin intravena yang kontinyu dan penggantian
intravena tetap diberikan untuk 1–2 jam setelah regimen campuran insulin dimulai
9
insulin intravena dengan penundaan insulin subcutan akan memperburuk keadaan;
oleh karena itu, perlu diberikan insulin intravena dan inisiasi subkutan secara
bersamaan.14
dengan dosis seperti sebelum mereka terkena serangan KAD atau SHH dan jika
dibutuhkan dilakukan penyesuaian. Pada pasien diabetes yang baru, total insulin
awal mungkin berkisar antara 0.5–1.0 unit· kgBB/jam dibagi menjadi sedikitnya
dua dosis dalam bentuk campuran insulin kerja pendek dan panjang sampai
mencapai suatu dosis optimal yang diinginkan. Akan tetapi perlu diingat bahwa
dosis insulin ini sangat individual. Pada akhirnya, ada penderita-penderita DM tipe
2 yang bisa diberi obat anti hiperglikemia oral dan pengaturan diet.14
c. KALIUM
kadar dalam darah dibawah 5.5 mEq/l, dengan catatan output urin cukup. Biasanya,
20–30 mEq kalium ( 2/3 KCl dan 1/3 KPO4) pada setiap liter cairan infus cukup
dengan KAD jarang menunjukkan keadaan hipokalemia yang berat. Pada kasus-
kasus demikian, kalium penggantian harus dimulai bersamaan dengan cairan infus,
dan terapi insulin harus ditunda sampai konsentrasi kalium > 3.3 mEq/l untuk
sedang sering terjadi pada penderita dengan krisis hiperglikemia. Terapi insulin,
10
koreksi asidosis, dan penambahan volume cairan akan menurunkan konsentrasi
kalium serum.15
d. BIKARBONAT
Pada pH > 7.0, aktifitas insulin memblok lipolysis dan ketoacidosis dapat hilang
adanya keuntungan atau perbaikan pada angka morbiditas dan mortalitas dengan
pemberian bikarbonat pada penderita KAD dengan pH antara 6.9 dan 7.1.13
KAD dengan pH < 6.9. Asidosis yang berat menyebabkan efek vaskuler yang
kurang baik, jadi sangat bijaksana pada pasien orang dewasa dengan pH < 6.9,
diberikan sodium bikarbonat. Tidak perlu tambahan bikarbonat jika pH > 7.0.16
oleh karena itu supplemen Kalium harus diberikan dalam cairan infus seperti
diuraikan di atas dan harus dimonitor dengan ketat. Sesudah itu, pH aliran darah
vena harus diukur tiap 2 jam sampai pH mencapai 7.0, dan terapi bikarbonat harus
e. FOSFAT
Pada KAD serum fosfat biasanya normal atau meningkat. Konsentrasi fosfat
11
jantung dan kelemahan otot dan depresi pernapasan oleh karena hipofosfatemia,
jantung, anemia, atau depresi pernapasan dan pada mereka dengan konsentrasi
fosfat serum < 1.0 mg/dl. Blia diperlukan, 20–30 mEq/l kalium fosfat dapat
dalam SSH.16
J. KOMPLIKASI
Penyulit KAD dan SHH yang paling sering adalah hipoglikemia dalam
dengan pemberian insulin dan terapi asidosis dengan bikarbonat, dan hiperglikemia
yang cukup dengan insulin subkutan. Biasanya, pasien yang sembuh dari KAD
untuk penggantian cairan dan elektrolit dan asidosis metabolik non-anion gap yang
sementara dimana khlorida dari cairan intravena menggantikan anion yang hilang
biokimia ini adalah sementara dan secara klinik tidak penting kecuali jika terjadi
komplikasi KAD yang fatal, dan terjadi 0.7–1.0% pada anak-anak dengan DKA.
Umumnya terjadi pada anak-anak dengan DM yang baru didiagnosis, tetapi juga
12
dilaporkan pada anak-anak yang telah diketahui DM dan pada orang-orang umur
duapuluhan.5
Kasus yang fatal dari edema cerebral ini telah pula dilaporkan pada SHH.
Secara klinis, edema cerebral ditandai oleh perubahan tingkat kesadaran, dengan
letargi, dan sakit kepala. Gangguan neurologi mungkin terjadi secara cepat, dengan
kejang, inkontinensia, perubahan pupil, bradycardia, dan gagal nafas. Gejala ini
makin menghebat jika terjadi herniasi batang otak. Perburukan ini terjadi sangat
cepat walaupun papilledema tidak ditemukan Bila terjadi gejala klinis selain dari
kelesuan dan perubahan tingkah laku , angka kematian tinggi (> 70%), dengan
hanya 7–14% pasien yang sembuh tanpa kelainan yang permanen. Walaupun
mekanisme dari edema cerebral tidak diketahui diduga diakibatkan oleh perubahan
osmolaritas dari air pada sistem saraf pusat dimana terjadi penurunan osmolaritas
cerebral pada pasien orang dewasa; oleh karena itu, rekomendasi penilaian untuk
pasien orang dewasa lebih secara klinis, daripada bukti ilmiah. Pencegahan yang
mungkin dapat mengurangi resiko edema cerebral pada pasien dengan resiko tinggi
adalah dengan penggantian defisit air dan natrium berangsur- angsur dengan
mOsm. dan penambahan dextrose dalam larutan hidrasi saat glukosa darah
mencapai 250 mg/dl. Pada SHH, kadar glukosa darah harus dipertahankan antara
250-300 mg/dl sampai keadaan hiperosmoler dan status mental perbaikan, dan
13
Hypoxemia dan edema paru-paru yang nonkardiogenik dapat terjadi saat
gradien oksigen alveolo- arteriolar yng lebar pada saat pengukuran analisa gas
darah awal atau ditemukannya ronkhi saat pemeriksaan fisik berisiko lebih tinggi
Peningkatan kadar amilase dan lipase yang non spesifik dapat terjadi pada
KAD maupun SHH. Pada penelitian Yadav dan kawan-kawan, peningkatan amilase
dan lipase terjadi pada 16 – 25% kasus KAD. Kadar amilase dan lipase dapat
meingkat sampai lebih dari 3 kali nilai normal tanpa bukti klinik dan CT-scan
hipertonisitas merupakan komplikasi yang jarang terjadi tetapi dapat fatal. Pada
K. PENCEGAHAN
Banyak kasus KAD dapat dicegah dengan perawatan medik yang baik,
edukasi yang sesuai, dan komunikasi efektif dari tenaga kesehatan selama belum
14
1. kapan menghubungi sarana pelayanan kesehatan
4. inisiasi dari suatu diet cairan yang mudah dicerna yang mengandung
untuk tidak pernah menghentikan insulin dan untuk mencari dokter saat
mulai sakit .
dan anggota keluarganya. Pasien atau anggota keluarganya harus mampu dengan
teliti mengukur dan mencatat kadar glukosa darah, benda keton pada urin atau darah
ketika glukosa darah > 300 mg/dl, dosis insulin, suhu badan, frekuensi pernafasan
dan denyut nadi permenit, dan berat badan. Pengawasan yang cukup dan sangat
membantu dari staff atau keluarga dapat mencegah terjadinya SHH dalam kaitan
dengan keadaan dehidrasi pada individu tua yang tidak mampu untuk mengenali
atau menghindari kondisi ini. Edukasi yang baik harus diberikan sehingga pasien
mengenai tanda dan gejala new- onset diabetes; kondisi-kondisi, prosedur, dan
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
1. Keluhan utama :
Tidak Sadar
Pasien dibawa oleh keluarga pasien dengan keluhan utama tidak sadar sejak
kesadaran disertai munculnya sesak. Sesak sudah berulang 3 kali selama 1 minggu
terakhir. Pasien juga memiliki riwayat adanya demam sejak 2 hari SMRS, keluhan
berkurang setelah diberikan paracetamol, pasien tidak memiliki riwayat batul pilek,
nyeri tenggorokan (-), BAB normal namun menurut keluarga pasien BAK pasien
kadang disertai nyeri dan pasien sering berkemih. Keluarga pasien mengatakan
pasien sebelumnya juga mengalami mual dan muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah
16
sebanyak 5 kali berisi makanan, muntah sedikit-sedikit pasien juga mengalami
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit yang serupa
C. Pemeriksaan Fisik
1. Primary Survey
CRT<2 detik
2. Secondary Survey
Allergy : (-)
Medication : (-)
3. Tanda Vital
17
• Nadi : 121 x/menit
• Pernapasan : 26 x/menit
• Suhu : 36,8 oC
3. Kulit :
• I : Hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), ikterik (-), rash (-), petekie (-)
• Mata : Conjunctival pallor (-/-), sklera ikterik (-), sekret berlebih pada
mata (-), pupil DS isokor (3mm/3mm), reflex pupil direk dan indirek (+/+).
• Hidung: kelainan bentuk hidung (-), sekret hidung (-), epistaksis (-),
• Mulut: mukosa bibir kering (-), perdarahan gusi (-), stomatitis (-), typhoid
tongue (-) perbesaran tonsilla palatina (-), peradangan tonsilla palatina (-).
5. Thorax
• Dinding Thorax
18
Palpasi : tidak ada krepitasi pada os costae, sternum, maupun
clavicula.
• Paru
a. Depan
dalam (cussmaul)
rhonki/wheezing
b. Belakang
• Jantung
6. Abdomen
19
- Inspeksi : distensi abdomen (-), venektasi (-), jejas (-), kelainan pada dinding
abdomen (-)
- Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), spasme dinding abdomen (-), hepar
- Ekstremitas Superior :
- Ekstremitas Inferior :
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
6 April 2021
20
MCV, MCH, MCHC
MCV 101,9 80-102 Fl
MCH 31,9 27,0 – 31,0 Pg
MCHC 31,3 31,8 – 35,4 %
HITUNG JENIS
Neu% 75,0 42.9-72.0 %
Lim% 18,7 11.0-49.0 %
Monosit% 5,8 0.0-9.0 %
KIMIA
Ureum 66 0-50 mg/dL
Kreatinin 1,36 0.72-1.25 mg/dL
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 775 <200 Mg/dl
HATI DAN PANKREAS
SGOT 21 5-34 U/l
SGPT 16 0-55 U/l
ELEKTROLIT
Natrium 127 136-145 Meq/L
Kalium 7,2 3.5-5.1 Meq/L
Calcium 1,41 0,98-1,2 Meq/L
21
Leukosit 5-10 0-3
Eritrosit 10-15 0-2
Silinder +/Positif Negative
Epithel 1+ 1+
Bakteri +/Positif Negative
Kristal Negative Negative
Lain-lain Negative Negative
E. Diagnosis Kerja
F. Tatalaksana
- O2 2-4 LPM
- Protap KAD
- Line I Drip insulin 50 U/ jam, bolus insulin 7 IU bila GDS tidak turun 10% dalam
1 jam GDS< 200 drip insulin 215 mg/jam pertahankan GDS 150-200 mg/dl
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Sepsis ec Infeksi Saluran Kemih. Pasien dibawa dengan keluhan utama tidak sadar
sejak 2 jam Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS). Penurunan kesadaran dialami
Sesak sudah berulang 3 kali selama 1 minggu terakhir. Pasien juga memiliki
riwayat adanya demam sejak 2 hari SMRS, keluhan berkurang setelah diberikan
paracetamol, pasien tidak memiliki riwayat batul pilek, nyeri tenggorokan (-), BAB
normal namun menurut keluarga pasien BAK pasien kadang disertai nyeri dan
mengalami mual dan muntah sejak 1 hari SMRS. Muntah sebanyak 5 kali berisi
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.1 Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya
23
Infeksi tetap merupakan faktor pencetus paling sering untuk KAD dan KHH,
insulin dapat menjadi faktor pencetus penting. Patut diperhatikan bahwa terdapat
sekitar 10-22% pasien yang datang dengan diabetes awitan baru. Pada populasi
orang Amerika keturunan Afrika, KAD semakin sering diketemukan pada pasien
dengan DM tipe 2, sehingga konsep lama yang menyebutkan KAD jarang timbul
pada DM tipe 2 kini dinyatakan salah.5 Pada pasien ini didapatkan adanya demam
memiliki riwayat BAK pasien kadang disertai nyeri dan pasien sering berkemih
dengan hasil urinalisis bakteriuria positif dan hasil cek lab menunjukan leukositosis
50 rb/ul.
pandangan kabur, poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan muncul beberapa
KAD berkembang dengan cepat dalam waktu beberapa jam, sedangkan SHH
Dehidrasi akan bertambah berat bila disertai pemakaian diurétika. Gejala tipikal
untuk dehidrasi adalah membran mukosa yang kering, turgor kulit menurun,
hipotensi dan takhikardia.Pada pasien tua mungkin sulit untuk menilai turgor kulit.
Demikian juga pasien dengan neuropati yang lama mungkin menunjukkan respons
yang berbeda terhadap keadaan dehidrasi. Status mental dapat bervariasi dari sadar
24
penuh, letargi, sampai koma.10 Pada pasien ini telah terjadi penurunan kesadaran
Nyeri abdomen sering terjadi pada KAD. Diperlukan perhatian khusus untuk
pasien yang mengeluh nyeri abdomen, sebab gejala ini bisa merupakan akibat
ataupun faktor penyebab (terutama pada pasien muda) DKA Evaluasi lebih lanjut
harus dilakukan jika keluhan ini tidak berkurang dengan perbaikan dehidrasi dan
asidosis metabolik.10 Pasien mengaku mengalami mual dan muntah sejak 1 hari
SMRS. Muntah sebanyak 5 kali berisi makanan, muntah sedikit-sedikit pasien juga
elektrolit atau anion gap (perbedaan anion-kation yang tinggi), osmolaritas, analisa
urine, benda keton urin dengan dipstik, analisa gas darah pemeriksaan sel darah
lengkap dengan hitung jenis, dan elektrokardiogram. Kultur bakteri dari air seni,
darah, dan tenggorokan dan lain-lain harus dilakukan dan antibiotik yang sesuai
harus diberikan jika dicurigai ada infeksi.11 Pada pasien ini didapatkan gula darah
osmotik yang terjadi terus menerus dari intraseluler ke ekstraseluler dalam keadaan
hipertonisitas, dan asidemia. Pasien dengan konsentrasi kalium serum rendah atau
low-normal pada saat masuk, mungkin akan kekurangan kalium yang berat pada
25
saat perawatan sehingga perlu diberi kalium dan perlu monitoring jantung yang
ketat, sebab terapi krisis hiperglikemia akan menurunkan kalium lebih lanjut dan
dapat menimbulkan disritmia jantung.11 Pada pasien ini didapatkan kadar natrium
yang rendah/hiponatremia 127 mEq/L disertai kadar kalium yang tinggi 7,2 mEq/L.
merupakan faktor presipitasi; dan yang sangat penting adalah perlu dilakukan
dan ekstraseluler serta mempertahankan perfusi ginjal. Terapi cairan juga akan
menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan menurunkan
terhadap insulin).14
Pada kasus ini, NaCl 0.9% diberikan sebanyak 15–20 ml/kg berat badan/jam
atau lebih besar pada jam pertama (1–1.5 l untuk rata-rata orang dewasa). Pilihan
yang berikut untuk mengganti cairan tergantung pada status hidrasi, kadar elektrolit
darah, dan banyaknya urin. Secara umum, NaCl 0.45% diberikan sebanyak 4–14
ml/kg/jam jika natrium serum meningkat atau normal; NaCl 0.9% diberikan dengan
jumlah yang sama jika Na serum rendah. Selama fungsi ginjal diyakini baik, maka
perlu ditambahkan 20–30 mEq/l kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) sampai pasien
stabil dan dapat diberikan secara oral.13,14 Pada pasien ini mendapatakan protap
26
Pada keadaan KAD ringan, insulin reguler diberikan dengan infus intravena
secara kontinu adalah terapi pilihan. Pada pasien dewasa, jika tidak ada hipokalemia
(K+ < 3.3 mEq/l, maka pemberian insulin intravena secara bolus dengan dosis 0.15
unit/kg bb, diikuti pemberian insulin reguler secara infus intravena yang kontinu
dengan dosis 0.1 unit· kgBB/jam (5–7 unit/jam pada orang dewasa). Pemberian
insulin secara bolus tidak dianjurkan pada pasien pediatrik; pemberian insulin
reguler dengan infus intravena secara kontinu dengan dosis 0.1 unit· kgBB/hr dapat
diberikan pada pasien- pasien tersebut. Dosis insulin rendah ini pada umumnya
dengan pemberian insulin dosis tinggi.15 Line I Drip insulin 50 U/ jam, bolus insulin
7 IU bila GDS tidak turun 10% dalam 1 jam GDS< 200 drip insulin 215 mg/jam
Kriteria untuk resolusi KAD meliputi kadar glukosa < 200 mg/dl, bikarbonat
serum > 18 mEq/l, dan pH vena > 7.3. Bila KAD membaik, dan pasien masih NPO
(Nothing Per Oral), insulin intravena yang kontinyu dan penggantian cairan
dilanjutkan dan ditambah dengan suplemen insulin subcutan sesuai kebutuhan tiap
4 jam.14
27
BAB V
PENUTUP
didapatkan pasien ini adalah protap DM, O2 2-4 LPM, inj omeprazole 1x40 mg dan
28