Anda di halaman 1dari 40

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit

(JNPK-KR, 2007, p. 37). Partus biasa (normal) disebut juga partus

spontan adalah proses lahirnya bayi pada LBK (letak belakang kepala)

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Purwaningsih,

2010, p.167-168). Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Wiknjosastro, 2005, p.180).

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir (Sumarah, 2009, p. 1). Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu), lahir

9
10

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008, p. 89-

100).

b. Tanda-tanda inpartu

Menurut (Purwaningsih, 2010, p. 180) tanda-tanda inpartu,

antara lain:

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar ledir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan–robekan kecil pada servik.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pemerikasaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada.

c. Tahapan persalinan

1) Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0 (nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini

berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase:

a) Fase laten (8 jam): pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.

b) Fase aktif (7 jam): pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan

10 cm.
11

Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yaitu:

a) Fase akselerasi: pembukaan 3 cm menjadi 4 cm berlangsung 2

jam.

b) Fase dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung sangat cepat

dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung 2 jam.

c) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat 9 cm menjadi 10

cm, berlangsung 2 jam (Sumarah, 2009, p. 5-8).

2) Kala II

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap

dan berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50

menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara. Selama ini,

aturan–aturan yang membatasi durasi kala dua. Kala dua

persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan multipara 1 jam.

Aturan ini telah cukup ditegak didunia obstetri Amerika yang

menyatakan forsep biasanya di indikasikan apabila kala 2

berlangsung lebih dari 2 jam. Aturan ini berasal dari kekhawatiran

kesehatan janin (Cunningham, 2005, p. 472-473).

3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin,

2008, p. 101). Biasanya plasenta akan lepas dalam 5 menit.

Tanda–tanda plasenta lepas adalah:


12

a) Keluar semburan darah dari vagina.

b) Tali pusat memanjang.

c) Uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras.

d) Pada saat plasenta masuk dalam vagina, fundus uteri meninggi

(Siswosudarmo, 2008, p. 137).

4) Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

post partum (Saifuddin, 2008, p. 101). Kala IV dimaksutkan untuk

melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering

terjadi pada 2 jam pertama.

Obseravasi yang dilakukan pada kala IV adalah:

a) Tingkat kesadaran penderita.

b) Pemeriksaan tanda–tanda vital: tekanan darah, nadi, dan

pernapasan.

c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 500 cc (Sumarah, 2009, p. 8).


13

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Passage atau jalan lahir

Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting

dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan

jalan lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanisme

yang melibatkan 3 faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang

mendorong dan akhirnya janin yang di dorong dalam satu

mekanisme terpadu. Jalan lunak pada keadaan tertentu tidak akan

membahayakan janin dan sangat menentukan proses persalinan

(Manuaba, 1998, p. 289).

Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP (Yanti, 2010, p.

33) ada 4 bentuk dasar panggul, yaitu: Ginekoid : paling ideal,

bulat 45%, Android: panggul pria, segitiga 15%, Anthropoid: agak

lonjong seperti telur 35%, Jenis platipelloid: picak, menyempit

arah muka belakang 5%.

a) Ukuran panggul

Ukuran-ukuran panggul (Sumarah, 2008, p. 28-29)

Ukuran-ukuran luar panggul yaitu:

(1) Distansia spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior

superior (24-26 cm).

(2) Distansia cristarum: jarak antara kedua crista iliaka

sinistra dekstra (28-30 cm).


14

(3) Konjugata eksterna (distansia boudeloque): diameter antara

lumbal ke-5 dengan tepi atas symfisis pubis (18-20 cm).

(4) Lingkar panggul: jarak antara tepi atas symfisis pubis ke

pertengahan antara trockhater dan spinailika anterior

superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi

sebelahnya sampai kembali ke tepi atas symfisis pubis

(80-90 cm).

Kelenturan jalan lahir merupakan perineum yang lunak

dan elastis serta cukup lebar, umumnya tidak memberikan

kesukaran dalam kelahiran kepala janin (Mochtar, 1998, p. 127).

Alat genital perempuan mempunyai sifat yang lentur. Jalan lahir

akan lentur pada perempuan yang rajin berolahraga atau rajin

bersenggama. Olahraga renang dianjurkan karena dapat

melenturkan jalan lahir dan otot-otot di sekitarnya. Jalan lahir yang

lentur dapat melahirkan kepala bayi dengan lingkar kepala > 35 cm,

padahal diameter awal vagina adalah 4 cm. Kelenturan jalan lahir

berkurang bila calon ibu yang kurang olahraga, atau genitalnya

sering terkena infeksi. Infeksi akan mempengaruhi jaringan ikat dan

otot di bagian bawah dan membuat kelenturannya hilang (karena

infeksi dapat membuat jalan lahir menjadi kaku). Bayi yang

mempunyai lingkar kepala maksimal tidak akan dapat melewatinya

(Sinsin, 2008).
15

2) Passanger atau janin

a) Janin besar

Bayi dengan berat 3500–4000 gram digolongkan bayi

besar. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peranan

sangat penting, dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes

militus, pada postmaturitas dan pada grandemultipara. Kesukaran

yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala

atau kepala yang lebih keras tidak dapat memasuki pintu atas

panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul

(Yanti, 2010, p. 174; Wiknjosastro, 2007, p.628-629).

b) Berat badan janin

Janin (bayi) aterm mempunyai tanda cukup bulan, 280

hari (40 minggu) dengan berat badan sekitar 2500 sampai 3000

gram dan panjang badan sekitar 50 sampai 55 cm (Saiffudin,

2008, p. 89; Manuaba, 1998, p. 121).

Menurut (Saifuddin, 2008, p. 376) bayi berat lahir

rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir

kurang dari 2500 gram. Bayi baru lahir dengan berat badan lahir

rendah dibedakan menjadi:

(1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.

(2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500

gram.
16

(3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000

gram.

3) Power

a) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus (uterine contraction).

Selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, uterus

mengadakan kontraksi, tetapi frekuensi dan intensitasnya

berbeda–beda. Pada akhir kala I atau kala II, jumlah kontraksi

adalah 3-4 kali tiap 10 menit (2-3 menit sekali) dengan

intensitas 50-60 mmHg. Dengan adanya his maka terjadilah

perubahan–perubahan pada serviks berubah pendataran dan

pembukaan. Serviks yang mengalami edema karena mengejan

pada saat pembukaan belum lengkap sehingga menghambat

pembukaan lebih lanjut dan mengakibatkan ibu kelelahan

mengejan sehingga menyebabkan kala II tidak maju atau kala

II lama (Siswosudarmo, 2008, p. 112-114).

Sifat-sifat his yang baik adalah:

(1) Teratur.

(2) Makin lama makin sering, intensitas makin kuat, durasi

makin lama.

(3) Ada dominansi fundus.

(4) Menghasilkan pembukaan dan atau penurunan kepala.


17

b) Umur ibu

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada

usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

Kematain maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35

tahun (Wiknjosastro, 2007, p. 23).

Usia di bawah 16 tahun atau diatas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia

dibawah 16 tahun insiden preeklampsia sedangkan usia diatas

35 tahun meningkatkan insiden hipertensi kronis dan persalinan

yang lama pada nulipara (Varney, 2007, p. 691).

c) Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih

dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati. Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan

insiden komplikasi. Pada multipara dominasi fundus uteri lebih

besar dengan kontraksi uterus lebih besar dengan kontraksi

lebih kuat dan dasar panggul yang lebih rileks sehingga bayi

lebih mudah melalui jalan lahir dan mengurangi lama

persalinan. Namun pada grandemultipara, semakin banyak


18

jumlah janin, persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini

diduga akibat keletihan pada otot–otot uterus. Semakin tinggi

paritas insiden plasenta previa, perdarahan, mortalitas ibu dan

mortalitas perinatal juga meningkat (Siswosudarmo, 2008, p.

115; Varney, 2007, p. 691).

4) Penolong

Peran petugas kesehatan adalah memantau dengan

seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu,

baik segi emosi atau perasaan maupun fisik (Saifuddin, 2008, p.

108).

Setelah terjadi pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya

meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.

Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan

menahan nafas, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.

Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan

bayi. Ibu dipimpin mengejan saat ada his atau kontraksi rahim,

dan istirahat bila tidak ada his (JNPK-KR, 2007, p. 79).

Pada kasus yang ditangani oleh dukun atau tenaga

paramedis yang tidak kompeten, sering kali penderita disuruh

mengejan walaupun pembukaan belum lengkap. Akibatnya serviks

menjadi edema dan menghambat pembukaan lebih lanjut, ibu

mengalami kelelahan sehingga persalinan berlangsung lama. Pada


19

kala II ibu sudah tidak dapat mengejan menyebabkan kala II tidak

maju atau kala II lama (Siswosudarmo, 2008, p.114).

5) Kejiwaan ibu atau psikis ibu

Perlu disadari bahwa persalinan adalah suatu tugas dari

seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak

jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut.

Kecemasan tersebut antara lain meliputi: rasa cemas apakah

mereka dapat mengatasi kesukaran yang terjadi, cemas apakah

janin yang dikandung tidak cacat, dan cemas menghadapi rasa

sakit (Winknjosastro, 2005, p. 37).

Kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga, dan

kekawatiran ibu, seluruhnya menyatu sehingga dapat memperberat

nyeri fisik yang sudah ada. Kecemasan ibu meningkat semakin

berat, sehingga terjadinya siklus nyeri–stress–nyeri dan seterusnya

sehingga akhirnya ibu yang bersalin tidak mampu lagi bertahan.

Kejadian seperti ini menyebabkan makin lamanya proses

persalinan sehingga janin dapat mengalami kegawatan (fetal-

distress). Pada kala II sering disebut prolonged second stage /

pembukaan lengkap ibu ingin mengedan tapi tidak ada kemajuan

penurunan (Yanti, 2010, p. 34-64).


20

2. Lama Persalinan

Lama adalah panjangnya waktu (Retnoningsih, 2005, p. 283).

Kilpatric dan Laros (1989) melaporkan bahwa merata lama persalinan kala

I dan kala II adalah sekitar 9 jam pada nulipara tanpa analgesia regional,

dan pada multipara adalah sekitar 6 jam. Mereka mendefinisikan awal

ppersalinan sebagai waktu saat wanita mengalami kontraksi teratur yang

nyeri 3 sampai 5 menit dan menyebabkan pembukaan serviks. Pembukaan

serviks saat wanita dirawat tidak disebutkan (Varney, 2008, p. 751).

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan

berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya kala II adalah 50

menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara. Pada wanita dengan

paritas lebih tinggi dengan vagina dan perineumnya yang lemas, untuk

menyelesaikan kelahiran bayi cukup membutuhkan dua atau tiga kali

daya dorong setelah pembukaan lengkap. Sebaliknya pada seorang wanita

dengan panggul sempit atau janin besar atau terdapat gangguan daya

dorong akibat anesthesia regional maka kala II dapat menjadi sangat

lama. Pada umumnya, Kala II yang lebih lama dari 2 jam untuk

primigravida atau 1 jam untuk multipara di anggap abnormal

(Cunningham, 2006, p. 343; Varney, 2008, p. 751).

Persalinan lama disebabkan karena kontraksi yang tidak adekuat,

faktor janin, dan jalan lahir seperti malpresentasi atau malposisi janin

belum saatnya melahirkan (kontraksi palsu), masa laten memanjang


21

(pembukaan jalan lahir kurang dari 4 cm), inersia uteri (kontraksi rahim

melemah atau kekuatan kontraksi rahim tidak sesuai dengan besarnya

pembukaan mulut rahim), janin terlalu besar, atau panggul ibu sempit,

dan kurang darah (anemia) (Kasdu, 2005, p. 25).

Menurut Prawirohardjo (2008, p. 562–582) dampak persalinan

lama pada ibu dan janin antara lain:

a. Ibu

1) Infeksi intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius mengancam ibu dan

janinnya pada partus lama terutama bila disertai pecahnya

ketuban. Bakteri dalam cairan amnion menembus amnion dan

menginvasi desidua serta pembulu korion sehingga terjadi

bakteremia sepsis pada ibu dan janin.

2) Rupture uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus

menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada

ibu paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio

sesarea.

3) Cincin retraksi patologis.

Retraksi ring adalah batas pinggir antara SAR (segmen

atas rahim) dan SBR (segmen bawah rahim), dalam keadaan

persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada


22

persalinan abnormal. Kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi

ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di

atas simpisis yang merupakan tandan dan ancaman rupture

uterus. Cincin retraksi patologis terdapat pada pertengahan

simpisis dengan pusat (Sumarah, 2009, p. 61–62).

Walaupun jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin

lokal uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe paling

sering adalah cincin retraksi patologis bandl, yaitu

pembentukan cincin retraksi yang berlebihan. Cincin ini sering

timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan

dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus

b. Janin

Partus lama itu sendiri dapat merugikan. Apabila panggul

ibu sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi

intrauterus, risiko janin dan ibu muncul. Infeksi intrapartum bukan

saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga

penyebab penting kematian janin dan neonatus. Hal ini disebabkan

bakteri di dalam cairan amnion menembus selaput amnion dan

menginvasi desidua serta pembulu korion, sehingga terjadi

bakteremia pada ibu dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi

cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi yang serius.


23

Efek pada janin yang lainnya adalah:

1) Terjadinya kaput suksedaneum, apabila panggul sempit

sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang

besar di bagian bawah kepala janin.

2) Molase kepala janin, akibat tekanan his yang kuat, lempeng–

lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama

lain di sutura–sutura besar, suatu proses yang disebut molase.

3. Senam Hamil

a. Pengertian

Pada ibu hamil sangat dibutuhkan tubuh yang sehat dan

bugar, di upayakan dengan makan dan tidur, cukup, istirahat dan olah

tubuh sesuai takaran. Dengan tubuh bugar dan sehat, ibu hamil dapat

menjalankan tugas rutin sehari–hari, menurunkan stress akibat rasa

cemas yang dihadapi menjelang persalinan.

Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah

senam hamil. Gerakan senam hamil disesuaikan dengan banyaknya

perubahan fisik seperti pada organ genital, perut tambah membesar,

dan lain lain. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur dan

intensif, ibu hamil dapat mengikuti dapat menjaga kesehatan tubuh

dan janin yang dikandung secara optimal. Aktif berolahraga senam

kehamilan, jalan pagi atau sore selama kehamilan akan membantu


24

seorang wanita hamil merasa lebih mudah melalui masa–masa 9 bulan

kehamilannya dan membantu melancarkan saat proses persalinan

((Maryunani dan Sukarti, 2011, p. 47; Ayu, Sekar. S. 2012, p.13-14).

Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan

bagi ibu hamil. Senam hamil merupakan suatu usaha untuk mencapai

kondisi yang optimal dalam mempersiapkan proses persalinan dengan

cara dirancang latihan–latihan bagi ibu hamil (Mufdlilah, 2009, p. 55;

Maryunani dan Sukarti, 2011, p. 47).

b. Alasan Senam Hamil

Senam hamil sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil dengan

alasan antara lain:

1) Senam hamil merupakan salah satu cara untuk membuat ibu hamil

nyaman dan mudah dalam persalinan.

2) Senam hamil mengakibatkan peningkatan norepinefrin di dalam

otak, sehingga meningkatkan daya kerja dan mengurangi rasa

tegang (Maryunani dan Sukarti, 2011, p. 49).

c. Tujuan

1) Persalinan yang fisiologis (alami) dengan ibu dan bayi sehat.

2) Persiapan mental dan fisik untuk ibu hamil.

3) Kontraksi dengan baik, ritmis dan kuat pada segmen bawah rahim,

serviks, otot–otot dasar panggul.


25

4) Relaksasi.

5) Informasi kesehatan (termasuk) tentang kehamilan kepada ibu,

suami, keluarga atau masyarakat (Mufdlilah, 2009, p. 55).

d. Manfaat Senam Hamil

Berikut ini adalah beberapa manfaat Senam Hamil antara lain:

1) Menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga beban

kehamilan.

2) Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan.

3) Membangun daya tahan tubuh.

4) Memperbaiki sirkulasi dan respirasi.

5) Menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat badan dan

perubahan keseimbangan.

6) Meredakan ketegangan dan membantu relaks.

7) Membentuk kebiasaan bernafas yang baik.

8) Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik (Maryunani

dan Sukarti, 2011, p. 50).

e. Indikasi

1) Semua kasus kehamilan yang sehat.

2) Usia kehamilan 4–6 bulan dan keluhan–keluhan sudah berkurang

atau hilang. Tidak dimulai saat hamil lebih dari 8 bulan (kurang

bermanfaat).
26

3) Senam hamil yang aman yang sekarang di ajarkan adalah senam

pilates dengan teknik pernapasan (Mufdlilah, 2009, p. 56; Subakti

dan Anggrani, 2010, p. 242).

f. Kontraindikasi

1) Anemia gravidarum.

2) Hyperemesis gravidarum.

3) Kehamilan ganda.

4) Sesak nafas.

5) Tekanan darah tinggi.

6) Nyeri pinggang, pubis, dada.

7) Tidak tahan dengan tempat panas atau lembab.

8) Mola hydatidosa.

9) Perdarahan pada kehamilan.

10) Kelainan jantung.

11) PEB (Pre eklamsia berat) (Mufdlilah, 2009, p. 56).

g. Peralatan

1) Kaset.

2) Tape recorder.

3) Alas/matras.

4) Baju senam.

5) Ruangan aman nyaman.


27

h. Persyaratan

1) Setiap kelas di ikuti 6–12 orang dengan umur kehamilan yang

sama.

2) Jauh dari keramaian.

3) Tenang, bersih, dan warna cat yang terang.

4) Ventilasi cukup.

5) Dekat kamar mandi.

6) Ruang dilengkapi cermin.

7) Ada tiang besi yang kuat tertanam di tembok setinggi panggul ibu.

8) Terdapat gambar yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,

menyusui, perkembangan janin, dsb.

9) Besar ruangan sesuai keadaan, jarak antara kasur 0,5 m.

10) Ukuran kasur 80 x 200 m.

11) Bantal tipis dan selimut (kalau perlu).

12) Pakaian senam: longgar dan tertutup.

i. Lama Senam

Pelaksanaan senam hamil sedikitnya seminggu sekali dalam

waktu sekitar 30–60 menit. (Jannah, 2012, p. 160; Mufdlilah, 2009, p.

55-57).
j. Metode Senam Hamil

Berikut ini adalah tahapan–tahapan Latihan Senam Hamil yakni:

1) Latihan I

a) Duduk rileks dan badan ditopang tangan dibelakang.

b) Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.

c) Gerakan latihan:

(1) Gerakan kaki kanan dan kaki kiri kedepan dan kebelakang.

(2) Putar persendian kaki melingkar kedalam dan keluar.

(3) Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua

tangan dan ujung kedua telapak kaki.

(4) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

(5) Kerutkan dan kendorkan otot dubur.

Gambar 2.1 Gerakan latihan 1

d) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali setiap gerakan.


29

2) Latihan II

a) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan

dibelakang badan.

b) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.

c) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal

saat persalinan.

(2) Meningkatkan peredaran darah alat kelamin bagian dalam

sehingga sirkulasi menuju plasenta makin sempurna.

d) Bentuk latihan:

(1) Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah kiri, silih

bergantian.

(2) Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut bagian

bawah.

(3) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(4) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali.

Gambar 2.2 Gerakan Latihan 2 Untuk Otot Dasar Panggul


30

3) Latihan III

a) Sikap duduk bersila dengan tegak.

b) Tangan di atas bahu sedangkan siku disamping badan.

c) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot perut bagian atas.

(2) Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan untuk

membantu persalinan.

d) Bentuk latihan:

(1) Lengan diletakkan didepan (dada).

(2) Putar keatas dan kesamping, kebelakang dan selanjutnya

kembali kedepan badan (dada).

(3) Lakukan latihan ini sedikitnya 8–10 kali.

Gambar 2.3 Latihan 3 untuk melatih otot perut

4) Latihan IV

a) Sikap duduk bersila dengan tumit bersekatan satu sama lain.


31

b) Badan tegak rileks dan paha lemas.

c) Kedua tangan di persendian lutut.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot punggung agar berfungsi dengan baik.

(2) Meningkatkan peredaran darah kealat kelamin bagian

dalam.

(3) Melatih agar persendian tulang punggung jangan kaku.

e) Bentuk latihan:

(1) Tekanlah persendian lutut dengan berat badan sekitar 20

kali.

(2) Badan diturunkan kedepan semaksimal mungkin.

5) Latihan V

a) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.

b) Tangan di samping badan.

c) Tungkai bawah di tekuk pada persendian lutut dengan sudut

tungkai bawah bagian bawah sekitar 80–90 derajat.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung bagian atas.

(2) Melatih otot perut dan otot tulang belakang.

e) Bentuk latihan:

(1) Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kedua

kaki dan bahu.


32

(2) Pertahankan selama mungkin di atas dan selanjutnya

turunkan perlahan–lahan.

Gambar 2.4 Latihan 4 untuk melatih otot tulang belakang

6) Latihan VI

a) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.

b) Badan seluruhnya rileks.

c) Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.

(2) Meningkatkan peredaran darah menuju alat kelamin bagian

dalam.

(3) Meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui

plasenta.

e) Bentuk latihan:

(1) Badan dilemaskan pada tempat tidur.


33

(2) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus.

(3) Pinggul di angkat kekanan dan kekiri sambil melatih otot

liang dubur.

(4) Kembang dan kempeskan otot bagian bawah.

(5) Lakukan latihan ini sedikitnya 10–15 kali.

Gambar 2.5 Latihan 5 untuk melatih persendian panggul

k. Latihan Pernapasan

1) Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur yang datar.

2) Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk pada

lutut dan santai.

3) Satu tangan di letakkan di atas perut.

4) Tujuan latihan pernapasan:

a) Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin.

b) Menghilangkan rasa takut dan tertekan.

c) Mengurangi nyeri saat kontraksi.


34

5) Bentuk latihan:

a) Tarik nafas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam paru

beberapa saat.

b) Bersamaan dengan tarikan nafas tersebut, tangan yang berada

di atas perut ikut serta di angkat mencapai kepala.

c) Keluarkan napas melalui mulut perlahan.

d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan.

e) Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8–10 kali dengan tangan

silih berganti.

6) Bentuk gerakan lain:

a) Tangan yang berada di atas perut di biarkan mengikuti gerak

saat di lakukan tarikan dan saat mengeluarkannya.

b) Tangan tersebut seolah–olah memberikan pemberat pada perut

untuk memperkuat diafragma (sekat rongga badan ).

Gambar 2.6 latihan pernapasan


35

l. Latihan relaksasi

Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot

tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama

sekali relaksasi total.

Gambar 2.7 Latihan relaksasi

1) Latihan Relaksasi Kombinasi

a) Sikap tubuh seperti merangkak.

b) Bersikap tenang dan rileks.

c) Badan disangga pada persendian bahu dan tulang belakang.

d) Tujuan latihan kombinasi:

(1) Melatih melemaskan persendian pinggul dan persendian tulang

paha.

(2) Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut, dan otot liang

dubur.
36

e) Bentuk latihan:

(1) Badan disangga persendian bahu dan tulang paha.

(2) Lengkukan dan kendorkan tulang belakang.

(3) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

(4) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(5) Lakukan latihan ini 8–10 kali.

f) Bentuk latihan yang lain:

(1) Tidur miring dengan kaki membujur.

(2) Telentang dengan disangga bantal pada bagian bawah lutut.

(3) Tidur terlentang dengan kaki ditekuk.

(4) Tidur miring dengan kaki ditekuk.

Gambar 2.8 Latihan relaksasi kombinasi

2) Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup

a) Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi.

b) Kedua tangan disandaran kursi.

c) Kepala diletakkan di atas tangan.


37

d) Tujuan relaksasi:

(1) Meningkatkan ketenangan.

(2) Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar.

(3) Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.

(4) Latihan ini dapat dilakukan pada kala pertama (masa pembukaan

pada proses persalinan) sehingga mengurangi nyeri.

e) Bentuk latihan:

(1) Tarik napas dalam dan perlahan.

(2) Dilakukan pada kala pertama.

Gambar 2.9 Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup

3) Latihan Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke Pintu Atas

Panggul.

Untuk mengusahakan agar kepala janin masuk pintu atas panggul

dapat dilakukan latihan sebagai berikut:

a) Sikap badan berdiri tegak dan jongkok.


38

b) Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau kursi

dan jongkok.

c) Tujuan latihan:

(1) Dengan jongkok selama beberapa waku diharapkan tulang

panggul melengkung, sehingga rahim tertekan.

(2) Sekat rongga badan menekan rahim sehingga kepala janin

dapat masuk pintu atas panggul.

d) Bentuk latihan:

(1) Lakukan berdiri dan jongkok, tahan beberapa saat sehingga

tekanan pada rahim mencapai maksimal untuk memasukkan

kepala janin ke pintu atas panggul.

Gambar 2.10 Latihan memasukkan kepala janin ke pintu atas panggul.

e) Bentuk latihan lain:

(1) Membersihkan lantai dengan tangan sambil bergerak sehingga

tekanan sekat rongga badan dan tulang belakang menyebabkan

masukknya kepala janin kedalam pintu atas panggul.


39

4) Latihan Koordinasi Persalinan

Urutan latihan adalah:

a) Sikap badan dengan dagu diletakkan kearah dada sampai

menyentuhnya.

b) Tulang punggung di lengkungkan.

c) Pinggul ditarik keatas.

d) Paha ditarik kearah badan dengan jalan menarik persendian lutut

dengan tangan mencapai siku.

e) Badan melengkung demikian rupa sehingga terjadi hasil akhir

kekuatan his untuk mengejan.

Gambar 2.11 Latihan koordinasi persalinan

Sumber: Manuaba, 1999, p. 117–123

5) Latihan Anti Sungsang

a) Tujuan: Agar letak bayi normal, yaitu letak bayi dengan kepala di

bawah dan kaki di atas.

b) Posisi: ibu hamil merangkak


40

c) Kegiatan:

(1) Kepala diletakkan di antara kedua telapak tangan melihat ke

samping.

(2) Siku diturunkan dibawah dan bergeser sejauh mungkin

kesamping sehingga dada menyentuh kasur selama setengah

menit.

d) Anjuran: buatlah 6 kali gerak dalam satu kali latihan dalam sehari.

Gambar 2.12 Latihan anti sungsang

m. Senam yang harus dihindari

1) Menaikkan kedua kaki bersamaan

Gambar 2.13 Menaikkan kedua kaki secara bersamaan.


41

2) Sit – up dengan kaki lurus

Gambar 2.14 Sit – up dengan kaki lurus

Sumber: Ester, 2008, p. 119–120

n. Metode senam pilates

Senam kehamilan sangat bermanfaat untuk menjaga dan

meningkatkan kebugaran anda. Kebugaran ini dapat diperoleh karena

latihan senam pilates melatih napas, merilekskan pikiran, dan

melancarkan peredaran darah. Prinsip senam kehamilan ini pertama

kali dirumuskan oleh Joseph Pilates pada tahun 1920 dengan metode

pengontrolan kosentrasi dan kebugaran tubuh. Pilates memadukan

gerakan yoga dan senam. Banyak ibu hamil yang memilih olahraga.

Dengan latihan pilates tubuh akan menjadi lebih kuat dan segar,

karena olahraga ini memang melatih otot–otot tubuh serta elastisitas

(Subakti dan Anggrani, 2010, p. 242; Naviri, 2012, p.173–174).


42

o. Hal – hal yang perlu diperhatikan

1) Gerakan senam jangan dipaksakan tetapi sesuai dengan

kemampuan klien.

2) Setelah senam klien di anjurkan untuk minum air putih.

(Maryunani dan Sukaryati, 2011, p. 63).

4. Berat Badan Janin

Pada setiap kehamilan atau persalinan yang dialami seorang

wanita, yang dapat berubah adalah berat badan janin. Besar atau berat

janin ini dapat ditentukan dengan pengamatan berdasarkan pengalaman

atau dengan alat ultrasonografi. Kesalahan penafsiran berat anak yang

paling besar sebaiknya tidak melebihi 10% berat anak yang sesungguhnya

(Yanti, 2010, p. 176).

Janin (bayi) aterm mempunyai tanda cukup bulan, Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dengan berat badan sekitar

2500 sampai 3000 gram dan panjang badan sekitar 50 sampai 55 cm

Normal berat anak yang dilahirkan seseorang ibu adalah antara 2500-

4000 gram. Bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram disebut

makrosomia. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram

disebut bayi berat lahir rendah. Antara 3500–4000 gram digolongkan bayi

besar, antara 3000–3500 gram termasuk sedang dan 2500–3000 gram


43

termasuk kecil (Manuaba, 1998, p. 121; Saiffudin, 2008, p. 89; Yanti,

2010, p. 174).

Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram memiliki

kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya

kepala atau besarnya bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin

adalah kepala, sehingga besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan

janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan

(BB) janin (Mochtar, 1998, p. 65).

Ada beberapa perkiraan berat janin:

a. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus Naegle).

b. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen. Sudah

tentu untuk mendapat kecakapan ini diperlukan latihan dan

pengalaman yang agak lama. Suatu penaksiran dianggap baik jika

kesalahanya tidak melebihi 10%.

c. Perhitungan menurut Poulsson–Langstadt yaitu uterus dianggap

sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk elips

jika letak janin memanjang. Volume tergantung dari diameter

transversa dan diameter longitudinal dari uterus, yang diukur

menggunakan jangka boudeloque. Kemudian secara empirik dibuat

suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara BB dan jumlah

kedua diameter itu.


44

d. Rumus Johnson-Toshack.

Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antar

simfisis pubis dan batas antara fundus uteri melalui konveksitas

abdomen:

BBJ = (MD - 12) × 155


gram

BBJ = Berat badan janin dalam gram.

MD = ukuran Mac Donald dalam cm.

Kepala belum masuk Hodge III : (MD–13)

Kepala di Hodge III : (MD–12)

Kepala lewat Hodge III : (MD–11)

e. Dengan menggunakan alat–alat canggih, seperti ultrasonografi,

diameter biparietalis dapat di ukur.

5. Pengaruh Senam Hamil Terhadap Lama Persalinan Kala II Ditinjau

Berdasarkan Berat Badan Janin

Kelenturan jalan lahir merupakan perineum yang lunak dan

elastis serta cukup lebar, umumnya tidak memberikan kesukaran dalam

kelahiran kepala janin. Alat genital perempuan mempunyai sifat yang

lentur. Jalan lahir akan lentur pada perempuan yang rajin berolahraga atau

rajin bersenggama. Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil
45

adalah senam hamil. Gerakan senam hamil disesuaikan dengan

banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital, perut tambah

membesar, dan lain lain. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur

dan intensif, ibu hamil dapat mengikuti dapat menjaga kesehatan tubuh

dan janin yang dikandung secara optimal (Mochtar, 1998, p. 127;

Maryunani dan Sukarti, 2011, p. 47).

Senam hamil merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan

selama kehamilan atau prenatal care. Senam hamil akan memberikan

suatu hasil produk kehamilan atau outcome persalinan yang lebih baik

dibandingkan pada ibu–ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil.

Kegunaan senam hamil di dalam prenatal care di laporkan akan

mengurangi terjadinya berat badan bayi lahir rendah dan mengurangi

terjadinya persalinan premature. Secara keseluruhan senam hamil akan

berdampak sebagai suatu peningkatan kesehatan wanita hamil menjadi

lebih baik (Indiarti, 2006, p. 136). Terjadinya berat bayi lahir rendah

karena suplai darah dan oksigen yang membawa nutrisi kurang diserap

oleh plasenta terhadap janin (Depkes RI, 2002, p. 31). Hal ini dipengaruhi

oleh status nutrisi yang digolongkan menjadi kurus (underweight),

normal, gemuk (overweight), sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

berat bayi lahir rendah (< 2500 gram) (Brown et al, 1981; Kramer, 1987).

Menurut penelitian dari Novi Hastanti (2011) menyebutkan

bahwa Ada hubungan yang signifikan antara berat badan janin dengan
46

kala II lama pada ibu bersalin primiparitas dan pada ibu bersalin

multiparitas. Berat badan janin > 3000 gram merupakan salah satu faktor

resiko terjadinya lama kala II pada proses persalinan. Multiparitas dengan

berat badan janin > 3000 gram merupakan salah satu faktor resiko kala II

lama. Berat badan janin > 3000 gram rata–rata lama kala II adalah 121

menit dan berat badan janin < 3000 gram rata–rata kala II adalah 23

menit.

Wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur

dilaporkan memperoleh keuntungan persalinan yaitu masa aktifnya (Kala

II) menjadi lebih pendek, mengurangi insiden section cesaria,

mengurangi pengeluaran mekonium didalam cairan amnion, dan

mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan. Program

senam hamil membuktikan bahwa ternyata senam hamil sangat

membantu selama proses melahirkan anak pertamanya (Indiarti, 2006, p.

136).
47

B. Kerangka Teori

Besar Janin
Psikis
Status
anemia Penolong
Nutrisi

Kontraksi Uterus Lama


Power (kekuatan) kala II

Kebugaran Aktivitas Kelenturan Jalan


Ukuran Panggul
Tubuh Seksual Lahir

Umur Senam Hamil Paritas

Bagan 2.1 Skema kerangka teori penelitian.


48

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Senam Lama Kala


Hamil II

Berat Badan
Janin

Variabel Pengganggu

Bagan 2.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian.

D. Hipotesis

Ha: Ada pengaruh senam hamil terhadap lama kala II persalinan pada ibu

bersalin primipara.

Ada pengaruh senam hamil terhadap lama kala II persalinan pada ibu

bersalin primipara, yang dibedakan berdasarkan berat badan janin

Ho: Tidak ada pengaruh senam hamil terhadap lama kala II persalinan pada

ibu bersalin primipara.

Tidak ada pengaruh senam hamil terhadap lama kala II persalinan pada

ibu bersalin primipara, yang dibedakan berdasarkan berat badan janin

Anda mungkin juga menyukai