Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN HIV-AIDS

“ Askep penatalaksaan pasien dengan ARV “

Disusun oleh kelompok 5:


Muhammad Haritsah NIM : 131911009
Nordiana NIM : 131911015
Patia Andari NIM : 131911016

Dosen pembimbing :
Yusnaini Siagian,S.Kep, Ns,M.Kep

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
T.A.2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
ini dengan judul “Askep penatalaksaan pasien dengan ARV”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KEPERAWATAN
HIV-AIDS . Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Tanjungpinang, 02 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. latar belakang...................................................................................................... 1
B. rumusan masalah................................................................................................. 1
C. tujuan................................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Terapi ARV ( Anti Retro Viral )......................................................................... 2
B. Penatalaksanaan ARV ( Anti Retro Viral )......................................................... 2
C. Pemberian Terapi ARV ( Anti Retro Viral )....................................................... 3
D. Tujuan Terapi ARV ( Anti Retro Viral )............................................................ 4
E. Manfaat Terapi ARV ( Anti Retro Viral ).......................................................... 4
F. Jenis-Jenis Obat ARV ( Anti Retro Viral )......................................................... 5
G. Peran Perawat Dalam Meningatklan Adherence................................................ 5
H. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................. 7
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 10
B. Saran................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara global diperkiraan terdapat 35.5 juta orang hidup dengan HIV dan
AIDS. Di Indonesia pada tahun 2013 terdapat 20.413 penderita HIV dan 2.763
penderita AIDS. Dimana terdapat jumlah penderita baru sebanyak 10.203 penderita
HIV dan 1.983 penderita AIDS. Dengan angka kematian sebanyak 318 orang.
Sumatra Barat menduduki peringkat ke-12 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia.
Jumlah penderita HIV sebanyak 923 penderita 36 diantaranya merupakan penderita
baru dan 952 penderita AIDS. Padang menduduki urutan pertama dari 19 kota dan
Kabupaten yang terjangkit HIV di Sumatra Barat dengan jumlah penderita HIV
sebanyak 105 dan kasus AIDS sampai tahun 2013 sebanyak 322 orang (Ditjen PP &
PL Kemenkes RI, Desember 2013) . Cara terbaik untuk mencegah pengembangan
resistensi adalah dengan kepatuhan terhadap terapi. Kepatuhan adalah istilah yang
menggambarkan penggunaan terapi antiretroviral (ART) yang harus sesuai dengan
petunjuk pada 3 resep yang diberikan petugas kesehatan bagi pasien. Ini mencakup
kedisiplinan dan ketepatan waktu minum obat (Yayasan Spiritia, 2012 ) Kepatuhan
terapi ARV menuntut pasien untuk meminum obat sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan dosis yang diminum cara meminum obat. Keterlambatan minum obat
yang masih bisa ditolerir adalah 1 jam akan akan menyebabkan Virus bereplikasi dan
virus yang sudah resisten akan semakin unggul ( Yayasan spiritia, 2013).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi ARV ?
2. Apa penatalaksanaan terapi ARV ?
3. Bagaimana pemberian terapi ARV ?
4. Apa tujuan pemberian terapi ARV ?
5. Apa manfaat dari terapi ARV ?
6. Apa saja jenis-jenis obat ARV ?
7. Apa peran perawat dalam meningkatkan Adherence ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi terapi ARV
2. Untuk mengetahui penatalksanaan ARV
3. Untuk mengetahui pemberian terapi ARV
4. Utnuk mengetahui tujuan pemberian terapi ARV
5. Untuk mengetahui manfaat terapi ARV
6. Untuk mengetahui jenis-jenis obat ARV
7. Untuk mengetahu peran perawat dalam meningkatkan adherence

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terapi ARV ( Anti Retro Viral )
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi
pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini. Tujuan utama
pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga akan
meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi
oportunistik. Pada tahun 2015, menurut World Health Organization (WHO)
antiretroviral sudah digunakan pada 46% pasien HIV di berbagai negara. Penggunaan
ARV tersebut telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV/AIDS dari 1,5
juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015. Antiretroviral selain sebagai
antivirus juga berguna untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan seksual,
maupun penularan HIV dari ibu ke anaknya. Hingga pada akhirnya diharapkan
mengurangi jumlah kasus orang terinfeksi HIV baru di berbagai negara. ( dikutip dari
jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id )
ARV atau antiretroviral adalah obat anti HIV yang dapat menekan
perkembangan HIV dalam tubuh. Beberapa ARV yang biasa digunakan di Indonesia
antara lain Durival dan Neviral. Terapi ARV adalah pengobatan pada ODHA dengan
memakai ARV, tidak semua ODHA memerlukan ARV segera karena ODHA yang
diberikan pengobatan ARV adalah ODHA dengan stadium tertentu. Pemakaian ARV
harus sesuai petunjuk dokter. ARV berfungsi untuk menekan perkembangbiakan HIV
bukan membunuh HIV. Maka dari itu, terapi ARV harus dijalani seumur hidup. Bila
pemakaiannya dihentikan, HIV akan berkembang dan jumlahnya akan meningkat
dalam darah. Penghentian konsumsi ARV pada ODHA beresiko terjadinya resistensi
virus pada obat tersebut. Pada terapi ARV pun perlu dilakukannya follow up pada saat
pasien datang, pemeriksaan fisik juga dilakukan tiap bulan dan pemeriksaan lab tiap 3
bulan. ( dikutip dari kisara.or.id )

B. Penatalaksanaan Pasien dengan ARV ( Anti Retro Viral )


Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah
dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah
sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi
oportunistik. Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk
menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang
diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh 
penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4 untuk dapat
diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih
memerlukan penelitian lebih lanjut ( dikutip dari alomedika.com)
Studi HIV prevention trial network (HPTN) 052 membuktikan bahwa terapi
ARV merupakan pencegahan penularan HIV paling efektif saat ini. Pemberian ARV
lebih dini dapat menurunkan penularan HIV sebesar 93% pada pasangan seksual non-
HIV (pasangan serodiskordan). Supresi kadar viral load dengan menggunakan ARV
terbukti berhubungan dengan konsentrasi virus pada sekresi genital yang rendah
Upaya pencegahan dengan menggunakan ARV ini merupakan bagian dari treatment
as prevention (TasP). Sangat penting untuk disadari bahwa penurunan jumlah virus

2
akibat terapi ARV harus disertai dengan pengurangan perilaku berisiko, sehingga
penggunaan ARV secara konsisten dengan paduan yang tepat, penggunaan kondom
yang konsisten, perilaku seks dan NAPZA yang aman, pengobatan infeksi menular
seksual yang konsisten dengan paduan yang tepat, mutlak diperlukan untuk
pencegahan penularan HIV. Upaya ini yang disebut dengan positive prevention
( dikutip dari https://siha.kemkes.go.id/ ).

C. Pemberian ARV ( Anti Retro Viral )


Tujuan Memulihkan kekebalan tubuh dan mencegah penularan
Panduan pelaksanaan Panduan pelaksanaan :
1. Pastikan status HIV pasien.
2. Pasien dengan IO berat yang tidak dapat ditangani di
FKTP dirujuk ke FKRTL/RS agar penyulit ditangani
dan ARV diberikan di FKRTL/RS pada saat
penanganan IO.
3. Pastikan ketersediaan logistik ARV.
4. Pasien perlu diberikan informasi tentang cara minum
obat dengan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai
dengan latar belakang pendidikan dan budaya
setempat.
5. Petugas mendukung pasien untuk minum obat secara
patuh dan teratur dengan melakukan analisis faktor
pendukung dan penghambat.
6. Pemberian informasi efek samping obat diberikan
tanpa membuat pasien takut minum obat.
7. Obat ARV diminum seumur hidup.
8. Obat ARV perlu diberikan sedini mungkin setelah
memenuhi persyaratan terapi untuk mencegah pasien
masuk ke stadium lebih lanjut.
9. Terapi ARV pada kekebalan tubuh yang rendah
meningkatkan kemungkinan timbulnya Sindroma
Pulih Imun (SPI)
10. Pemberian ARV, khususnya pada daerah dengan
epidemi meluas, dapat dilakukan di tingkat puskesmas
oleh perawat/bidan terlatih di bawah tanggung jawab
dokter terdekat.
11. ARV diberikan kepada pasien sebulan sekali untuk
mengontrol kepatuhan minum obat. Pemberian obat
ARV dapat diberikan sampai tiga bulan bila pasien
sudah stabil dengan riwayat kepatuhan minum obat
yang tinggi.
12. Sebisa mungkin gunakan rejimen ARV yang mudah
untuk pasien seperti kombinasi dosis tetap (KDT
:Tenofovir-Lamivudin-Efavirenz atau Tenofovir-
Emtricitabine-Efavirenz)
13. Puskesmas dapat melatih tenaga kader kesehatan,
kelompok agama dan lembaga masyarakat lainnya
untuk menjadi pengingat minum obat.
14. Bila tersedia pemeriksaan laboratorium maka dapat
dilakukan pemeriksaan untuk menjadi dasar memulai
ARV, namun bila tidak tersedia, jangan menunda

3
terapi ARV. Untuk obat-obat ARV dengan efek
samping rendah seperti KDT maka pemeriksaan pra-
ARV tidak menjadi syarat dan dapat dilakukan
kemudian.
15. Informasi lebih lengkap tentang penggunaan ARV
dapat dilihat pada Pedoman Nasional Tatalaksana
klinis infeksi HIV dan terapi Antiretroviral.

Tabel di atas dikutip dari : https://siha.kemkes.go.id/

D. Tujuan ARV ( Anti Retro Viral )


Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi
pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini. Tujuan
utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga
akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi
oportunistik. Pada tahun 2015, menurut World Health Organization (WHO)
antiretroviral sudah digunakan pada 46% pasien HIV di berbagai negara. Penggunaan
ARV tersebut telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV/AIDS dari 1,5
juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015. Antiretroviral selain sebagai
antivirus juga berguna untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan seksual,
maupun penularan HIV dari ibu ke anaknya. Hingga pada akhirnya diharapkan
mengurangi jumlah kasus orang terinfeksi HIV baru di berbagai negara.
Pengobatan antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS
untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi
oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah
virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi. ( Permenkes No. 87 Tahun
2014 pedoman pengobatan antiretroviral )

E. Manfaat terapi ARV ( Anti Retro Viral )


Terapi ARV dapat menghambat perkembangan HIV sehingga jumlah HIV di
dalam tubuh akan menurun dengan cepat dan pada umumnya tidak terdeteksi lagi di
dalam darah setelah pemakaian 6 bulan. Namun, terapi ARV harus dijalani seumur
hidup, bila dihentikan maka perkembangbiakan HIV akan makin meningkat. Jika
jumlah virus menurun maka kekebalan tubuh (CD4) akan meningkat, terapi ARV
dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA dan memperpanjang masa hidup ODHA.
Berikut adalah manfaat ARV antara lain :
a) Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh
b) Meningkatkan jumlah CD4 dalam tubuh
c) Membuat tubuh menjadi mampu melawan infeksi
d) Mengurangi terjadinya infeksi oportunistik
e) Menghentikan progesifitas atau perjalanan HIV
f) Menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian)
karena infeksi HIV
g) Mencegah atau mengurangi resiko penularan vertikal dari ibu ke bayi
h) Mencegah atau mengurangi resiko penularan horisontal (dari orang ke orang
lainnya)
(dikutip dari repository Unimus ac.id)

4
F. Jenis-jenis obat ARV ( Anti Retro Viral )
jenis-jenis ARV serta dosis ARV:
a) Zidovudin (ZDV), tablet 300 mg, dosis 2 x 300 mg
b) Lamivudin (3TC), tablet 150 mg, 2×150 mg
c) Kombinasi tetap ZDV+3TC, tablet 300 mg ZDV dan 150 mg 3TC, 2×1tablet
d) Nevirapin (NVP), tablet 200 mg, 1x sehari pada dua minggu pertama
dilanjutkan dengan 2x sehari
e) Efavirenz (EFV), tablet 600 mg, berat badan 33--<40 kg: 400 mg 1x sehari,BB
40 kg atau lebih: 600 mg, 1x sehari.
f) Stavudin (d4T), tablet 30 mg, 2×30 mg
g) Abacavir (ABC), tablet 300 mg, 2x 300 mg
h) Tenofovir (TDF), tablet 300 mg, 1×300 mg (diberikan tiap 24 jam, jadi
sebaiknya jam meminum obat tetap sama)
i) Tenofovir + Emtricitabin (FTC), tablet 200 mg/300 mg, 1 kali sehari.
j) Lopinavir/ritonavir (LPV/r), 200 mg/50 mg, 2×2 tablet (tiap 12 jam)
( dikutip dari repository unimus ac.id)

G. Peran Perawat dalam Meningkatkan Adrehence


Adrehence adalah kepatuhan pasien sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh professional Kesehatan, sebagai upaya atau
teknik yang dilakukan oleh pemberi instruksi pengobatan dalam meningkatklan
kepatuhan pasien. Dalam kasus HIV/AIDS tingkat adherence sangat diperlukan
karena bentuk pengobatan terapi ARV sering mengalami kegagalan diakibatkan oleh
ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.

Peran /upaya perawat agar tercapai adherence


 Implementasi system monitoring dosis
 Adanya system alarm
 System refill
 Adanya penyederhanaan dosis
 Pemberian informasi obat dengan tepat, upaya tersebut harus selalu
dipantau dan dievaluasi secara teratur pada seiap kunjungan

Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku pasien


dalam minum obat secara benar tentang dosis, fruekensi, dan waktunya. Supaya patuh
pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak kepatuhan ini
sangat penting dalam ARV, karena :
a. Bila obat tidak mencapai konstrasi optimal dalam darah maka akan
memungkinkan perkembangannya resistensi.
b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminummnysecara benar
c. Derajat kepatuhan sangat berkoreasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan
supresi virus.

ARV sangat efektif bila diminum sesuai aturan hal ini berkaitan dengan

5
a. Resistensi obat, kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat juga sangat membantu
mencegah terjadinya resistensi.
b. Menekan virus secara terus menerus, untuk menekan virus secara terus menerus
dengan meminum obat secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk minum obat
dengan benar serta dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
c. Kiat penting untuk meningatkan waktu minum obat : minum obat pada waktu
yang sama setiap hari, bawa obat kemanapu pergi, gunakan alarm untuk
mengingatkan waktu minum obat

Factor-faktor yang mempengaruhi prediksi kepatuhan :


a. Karakteristik pasien :
1. Factor sesiodemografi
2. Factor psikososial
b. Paduan terapi ARV : jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk paduan,
dan jumlah pil yang diminum
c. Karakteristik penyakit penyerta : stadium klinis dan lamanya terdiagnosis HIV
d. Hubungan pasien – tenaga Kesehatan : kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap
tenaga Kesehatan dan staf klinik.

Kesiapan pasien sebelum memulai ARV :


Mempersiapkan pasien untuk memulai terapi ARV dapat dilakukan dengan cara :
a. Menguatkan manfaat minum obat dari pada membuat pasien takut minum obat
dengan semua kemungkinan efek samping dan kegagalan pengobatan
b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik

Unsur konseling untuk kepatuhan berobat :


a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu menemukan
seseorang sebagai pendukung berobat

Monitoring :
a. Monitoring berkala
b. Monitoring klinis
c. Pemeriksaan laboratorium dasar
d. Monitoring efektivitas

H. Konsep asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, no
registrasi dan diagnose medis.

2. Status Kesehatan
a. Alasann masuk rumah sakit
b. Keluhan utama : pasien mengeluhkan badan terasa lemah, sakit kepala,
susah tidur, diare, dan lain-lain.

6
c. Riwayat Kesehatan sekarang
d. Riwayat Kesehatan dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga.

3. Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.


4. Aktivitas/istirahat
Mengatakan susah tidur ( pola tidur terganggu )
5. Gejala
Mudah Lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise, perubahan pola tidur
6. Psikosial
Takut menghadapi kematian karena panyakitnya.

B. Diagnose keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
3. Gangguan pola tidur b.d efek samping obat
4. Ansietas b.d ancaman kematian

C. Intervensi
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Kekurangan volume NOC Fluid management :
cairan b.d kehilangan - Fluid balance - Pertahankan
cairan aktif ( diare ) - Hydration catatan intake dan
- Nutriotional status : output yang
food and fluid akurat
- Intake - Monitor status
hidrasi
Kriteria hasil : ( kelembapan
- Mempertahankan membrane
urine output sesuai mukosa, nadi
dengan usia dan adekuat, tekanan
BB, BJ urine darah ortotastik)
normal, HT normal - Monitor vital sign
- Tanda-tanda vital - Monitotr
dalam rentang masukkan
normal makanan/cairan
- Tidak ada tanda- dan hitung intake
tanda dehidrasi, kalori harian
elastisitas turgor - Kolaborasikan
kulit baik, pemberian cairan
membrane mukosa IV
lembap, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
Ketidakseimbangan NOC Nutrition management

7
nutrisi kurang dari - Nutriotonal status - Monitor jumlah
kebutuhan tubuh b.d - Nutriotional status : nutrisi dan
mual muntah food and fluid kandungan kalori
intake - Anjurkan pasien
- Nutriotional status : untuk
nutrient intake meningkatkan
- Weight control protein dan
vitamin c
Kriteria hasil : - Anjurkan pasien
- Tidak ada tanda- untuk
tandsa malnutrisi meningkatkan
- Tidak terjadi intake Fe
penurunan berat - Kolaborasi
badan yang berarti dengan ahli gizi
- Adanya peningkatan untuk
berat badan sesuai menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
Gangguan pola tidur NOC Sleep enhancement
b.d efek samping - Anxiety reduction - Ciptakan
obat - Comfort level lingkungan yang
- Pain level nyaman
- Rest : extent and - Diskusikan
pattern dengan pasien
- Sleep : extent and dan keluarga
pattern tentang teknik
tidur pasien
Kriteria hasil : - Determinasi efek-
- Jumlah tidur dalam efek medikasi
batas normal 6-8 terhadap pola
jam tidur
- Pola tidur, kualitas - Fasilitas untuk
dalam batas dalam mempertahankan
normal aktivitas sebelum
- Perasaan segar tidur ( membaca )
sesudah tidur atau
istirahat
- Mampu
mengidentifikasikan
hal-hal yang
meningkatkan tidur
Ansietas b.d ancaman NOC Anxiety reduction
kematian - Anxiety self-control - Gunakan
- Anxiety level pendekatan yang
- Coping menenagkan
- Nyatakan dengan
Kriteria hasil : jelas harapan

8
- Klien mampu terhadap perilaku
mengidentifikasi pasien
dan - Temani pasien
mengungkapkan untuk
gejala cemas memberikan
- Mengidentifikasi, keamanan dan
mengungkapkan mengurangi takut
dan menunjukkan - Instrusikan pasien
teknik untuk menggunakan
mengontrol cemas teknim relaksasi
- Vital sign dalam - Berikan obat
batas normal untuk
- Postur tubuh, mengurangi
ekspresi wajah, kecemasan
Bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi
pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini. Tujuan utama
pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga akan
meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi
oportunistik. Pada tahun 2015, menurut World Health Organization (WHO)
antiretroviral sudah digunakan pada 46% pasien HIV di berbagai negara. Penggunaan
ARV tersebut telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV/AIDS dari 1,5
juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015. Antiretroviral selain sebagai
antivirus juga berguna untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan seksual,
maupun penularan HIV dari ibu ke anaknya. Hingga pada akhirnya diharapkan
mengurangi jumlah kasus orang terinfeksi HIV baru di berbagai negara. ( dikutip dari
jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id )
Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah
dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah
sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi
oportunistik. Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk
menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang
diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh 
penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4 untuk dapat
diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih
memerlukan penelitian lebih lanjut ( dikutip dari alomedika.com)
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi
pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini. Tujuan
utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga
akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi
oportunistik. Pada tahun 2015, menurut World Health Organization (WHO)
antiretroviral sudah digunakan pada 46% pasien HIV di berbagai negara. Penggunaan
ARV tersebut telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV/AIDS dari 1,5
juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015. Antiretroviral selain sebagai
antivirus juga berguna untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan seksual,
maupun penularan HIV dari ibu ke anaknya. Hingga pada akhirnya diharapkan
mengurangi jumlah kasus orang terinfeksi HIV baru di berbagai negara

B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa untuk mendalami dan memahami materi tentang terapi
ARV, agar dapat menerapkan dan melaksanakan kepada klien penyakit HIV/AIDS

10
DAFTAR PUSTAKA

http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah-Pedoman_Nasional_ART_2011.pdf

Tang AM, Dong K, Deitchler M, Chung M, Maalouf-Manasseh Z, Tumilowicz A, dkk. Use of cut offs for
mid-upper arm circumference (MUAC) as an indicator or predictor of nutritional and health
related outcomes in adolescents and adults: a systematic review. Washington: FHI
360/FANTA; 2013.

https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf

http://preventcrypto.org/wp
content/uploads/2015/10/IndonesiaAdultARTguidelines20141432907982.pdf

https://prodikedokteran.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/07/HIV-AIDS.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai