Anda di halaman 1dari 41

KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT PARA

MUFASSIRIN AL-QUR’AN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Tafsir Tarbawi”
Dosen pengampu:
Abdul Ghofur S. Ag, M.A.

Disusun oleh:

Salsabila (11200110000117)
Ulya Safira (11200110000120)
Umi Fadhillah (11200110000121)
Zahra Labyba Aly (11200110000123)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Tafsir
Tarbawi dengan tema: “Konsep Pendidikan Anak menurut Para Mufassirin al-Qur'an".
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah,
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penyusun mengakui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 11 Maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. 1
DAFTAR ISI………………………………………………..………….…. 2
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….……... 3
A. Latar Belakang………..……………………………………….….……. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………..…….. 3
C. Tujuan Makalah………………………………………………….…….. 3
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………….. 4
A. Pendidikan Anak………………………………………………………. 4
B. Menurut QS. Al-Isra : 23-28…………………………………….……... 4
C. Menurut QS. Luqman : 12-19………………………………….……… 14
D. Menurut QS. An-Nisa : 9………………………………………...……. 32
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………...… 39
A. Kesimpulan……………………………………………………..…...… 39
B. Saran…………………………………………………………………… 39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…. 40

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan untuk anak sangatlah penting. Anak merupakan amanat bagi kedua
orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari
pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja
yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh
dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga
setiap gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang
ternak, niscayaakan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh guru dan
walinya. Maka hendaklah guru dan walinya memelihara mendidik dan membina serta
mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak
membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan,
sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.Untuk
dapat menjaga dan memelihara amanah Allah S.W.T berupa anak ini, maka setiap
orang tua harus mengupayakan agar anak-anaknya tetap dalamfitrahnya sewaktu awal
pertama kali ia diciptakan Allah S.W.T, yaitu menjadi jiwa-jiwa yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya serta tunduk pada segala ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an?

C. Tujuan Makalah
Agar kita mengetahui bagaimana Konsep Mendidik Anak dalam Al-Qur’an menurut
para Mufassirin.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN ANAK
Menurut Imam Al-Gozali pendidikan anak merupakan sesuatu yang urgen untuk
diperhatikan, karena anak terlahir dengan memiliki potensi yang perlu untuk
ditumbuh kembangkan dan anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses
pertumbuhan manusia. Berkualitas atau tidaknya ia dimasa dewasa sangat dipengaruhi
oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanaknya. Oleh
karena itu pendidikan anak berarti perencanaan peradaban dan kemajuan bangsa.
Sehingga tanpa pendidikan anak sesungguhnya tidak akan pernah ada peradaban dan
kemajuan bangsa.
Al-Ghazali memiliki konsep pendidikan anak yang holistik yaitu mencakup aspek
spiritual, moral, sosial, kognitif dan fisik. Tujuan pendidikannya pun tidak terbatas
pada taqorrub ila Allah tapi juga pengembangan potensi jasmani dan rohani.
Hal itu karena Al-Ghazali memandang anak sebagai pribadi yang dilahirkan
dengan potensi-potensinya dan mempunyai kecenderungan fitrah ke arah baik dan
buruk sehingga sangat memerlukan pendidikan. Adapun materi pendidikan anak yang
ditetapkan Al-Ghazali adalah berdasarkan aspek-aspek pendidikan yang
dirumuskannya. Sedangkan metode pendidikan yang ditetapkannya adalah bervariasi
dantentunya hal itu disesuaikan dengan periodisasi anak. Adapun implikasinya
terhadap Pendidikan Agama Islam adalah hendaknya pendidikan selalu disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik seperti perkembangan kognitif dan
moralnya. Karena pendidikan merupakan proses sinergis antara pendidik, peserta
didik, metode dan materi dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.

B. QS. AL-ISRA AYAT 23-28


1. QS. Al-Isra Ayat 23-28

䝘夈̧‫ﭠ‬ḍ䁰 Ϧ˴ϐ̧˵Ϡ ḍ ‫ﭠ‬Ϩ̧Իḍ ḍϦ̧Ϡ夈ḍ˴ ̧˴ ḍ΍˴ ϩ Ϡḍ Rḍ ̧˴夈˵̧ Rm ˵΍˸ ˴


Ŗ ˴ ̧͉ ˴ ̧ ̧‫ ﭠ‬R˴ Rm ˴ ̧͉ϟ Rm ϐḍ ̧˴m 夈Իm ˵ḍΒ̧˴
̧Ϡḍ

4
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik.” (QS. Al-Isra : 23)

̧ϲḍ‫ﭠ‬Ϩ΍˸ ̧ Ի̧˸ R˸ ̧͉ ˴ ḍΔ ̧Ի ˴ Ϧḍ Σ͉˴ Ρ ‫ﭠ‬ ˴ ̧ξḍ˶̧ϔ ˴


̧Ϩḍ˴
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil." (QS. Al-Isra : 24)

Ϧ̧Ϩḍ΍ ˴̧΍ḍ˴ ϥ Ϫ͉ḍϧm Ϧ̧Ϩḍϴḍϐ ̧ ̧͉ Β ̧ϥḍ ̧ Βḍ ̧ ˶͉ ̧ϲḍm ḍ΍ ϐ̧䁰m ̧ Β΍˸


˸̧ ˶
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang yang baik,
maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat.” (QS. Al-Isra :
25)

̧Ϡḑ̣͉˵ ̧˸͉˵ R˴ ḑ̣͉Ϩḍ˵Ϩ˴ Ϧ̧΍ ˴ Ϧ̧ϨḍΒ̧Ϩḍ ̧˴ ˴ ϪϟԻ ΍̧ ϟ̧˴ o ḍ˵ ˴


“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.” (QS. Al-Isra : 26)

˸̧ ˶ Ϫ΍ ḍ˴ ϦԻ̧Ϩ˸˴ ϥ ˴ ḍϦϨḍϴ Ϩ˸˴ ϥ ̧ϔḍ ̧ ͉ Ϧ̧Ϡḍ˸͉˵ ̧˴ ϥḍ


“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra : 27)

5
Ŗ ̧ ˴ ̧͉ϟm ̧ ̧ ˵΍˸ ̧Ϧ Δ ̧Ի˸ ˯ ˴ḍ ̧΍ ̧‫ﭠ‬䁰 Ϧ˴ḍ ̧ ḍ˴
˸̧ Ϩ̧Ϩ
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.”
(QS. Al-Isra : 28)

2. Asbabunnuzul QS. Al-Isra Ayat 23-28


Menurut bahasa “Asbabun Nuzul” berarti sebab-sebab turunnya suatu
ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang
berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap
pertanyaan tertentu. Surah ini mempunyai beberapa nama, antara lain
yang paling populer adalah surah Al-Isra’ dan surah Bani Isra’il.
Imam Al-Biqa’i berpendapat bahwa tema utama surah ini adalah ajakan menuju
kehadirat Allah SWT dan meninggalkan selain-Nya, karena hanya Allah
pemilik rincian segala sesuatu dan Dia juga yang mengutamakan sesuatu
atas lainnya. Itulah yang dinamakan taqwa yang batas minimalnya adalah pengakuan
Tauhid/Keesaan Allah SWT. Banyak ayat al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah
tanpa adanya asbabun nuzul ayat.

a. QS. Al-Isra Ayat 23-28


Berdasarkan al-Qur’an, internet, buku tentang asbabun nuzul, pemakalah tidak
menjumpai tentang adanya asbabun nuzul mengenai ayat 23-25 dalam surah al-Israa’.
Dengan kata lain surah ayat 23-25 tidak memiliki sebab khusus, ketika ayat ini
diturunkan.

b. QS. Al-Isra Ayat 26-27


Khusus pada ayat 26-27 memiliki asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh
At-Tabrani yang bersumber dari Abu Said Al-Khudri dan dalam riwayat lain
bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika turus ayat ini, Rasulullah SAW memberikan
tanah di Fadak (tanah yang diperoleh rasulullah dari pembagian/rampasan perang)
kepada Fatimah.

6
c. QS. Al-Isra Ayat 28
Ayat 28 turun ketika Nabi saw, atau kaum muslimin menhindar dari orang yang
meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya. Allah swt, memberi
tuntunan yang lebih baik, agar tidak melukai hati, dan memutus silaturahmi,
melalui ayat ini yakni menghadapinya dengan menyampaikan kata-kata yang baik
serta harapan memenhi keinginan peminta dimasa datang.

C. Penafsiran QS. Al-Isra Ayat 23-28


1. QS. Al-Isra Ayat 23-25
Berikut ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter anak yang terkandung dalam
surat Al-Isra’ ayat 23-28 yang dijelaskan dalam Tafsir Al-Misbah.
Dalam QS. Al-Isra ayat 23-25 terdapat nilai pendidikan karakter tanggung jawab
yaitu:
a. Berbakti kepada orang tua
Berbakti kepada orang tua dalam Tafsir Al-Misbah menurut peneliti termasuk dalam
nilai pendidikan karakter tanggung jawab yakni:

‫ﭠ‬Ϩ̧Իḍ ḍϦ̧Ϡ夈ḍ˴ ̧˴ ḍ΍˴


Artinya: “..Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya...” (QS. Al-Isra’ ayat 23).
Berbakti kepada orang tua yang diperintahkan agama Islam, adalah bersikap
sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai adat kebiasaan
masyarakat, sehingga mereka (kedua orang tua) merasa senang terhadap anak, dan
bila keduanya sudah mencapai ketuaan (usia lanjut) dan dalam keadaan lemah, maka
sebagai anak kita harus berbakti kepada mereka dengan mencukupi
kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai kemampuan kita (sebagai
seorang anak).
Dalam hubungannya antara anak dan kedua orang tua, Allah tidak
menghendaki adanya jarak antara anak dan kedua orang tua, walau sedikit
dalam hubungan antara keduanya, seharusnya anak yang selalu mendekat dan
merasa dekat kepada ibu dan bapaknya, bahkan kalau bisa seorang anak
hendaknya melekat kepada ibu dan bapaknya. Oleh karena itu al-Qur’an
menggunakan kata penghubung (R) bi ketika berbicara tentang berbakti
kepada ibu dan bapak (ϥ ϨԻ ϦϠ夈˴ ˴ ΍˴) yang mengandung arti (( ˴ ) ilshaq,

7
yakni kelekatan. Karena kelekatan itulah, maka bakti yang dipersembahkan oleh
anak kepada orang tuanya, pada hakikatnya kelekatan itu bukan untuk ibu dan
bapak, tetapi untuk diri sang anak sendiri untuk mendekatkan diri kepada
kedua orang tuanya. Sedangkan makna ( ͉ ϨԻ ) di peruntukkan dalam dua
hal. Pertama: memberi nikmat kepada orang lain, kedua: perbuatan baik, karena
itu kata “ihsan” lebih luar dari sekedar memberi nikmat atau nafkah. Maknanya
bahkan lebih tinggi dan dalam dari pada kandungan makna adil, karena adil
adalah memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya kepada anda,
sedangkan ihsan, memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya terhadap anda.

b. Larangan mengucapkan kata “ah”

̧ ̧‫ ﭠ‬R˴ Rm ˴ ̧͉ϟ Rm ϐḍ ̧˴m 夈Իm ˵ḍΒ̧˴ 䝘夈̧‫ﭠ‬ḍ䁰 Ϧ˴ϐ̧˵Ϡ ḍ


̧Ϡḍ Ŗ ˴ ̧͉ ˴
Artinya; “jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai
ketuaan, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang mulia.” ( QS. Al-Isra Ayat 23)
Surat al-Isra’ Ayat 23 dalam Tafsir Al-Misbah menurut peneliti termasuk
dalam nilai pendidikan karakter cinta damai. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya (kedua orang tua)
perkataan “ah” atau suara dan kata yang mengandung makna kemarahan,
pelecehan atau kejemuan, walau sebanyak dan sebesar apapun pengabdian dan
pemeliharaanmu kepadanya dan janganlah engkau membentak keduanya menyangkut
apapun yang mereka lakukan, apalagi melakukan yang lebih buruk dari membentak
dan ucapkanlah kepada keduanya dalam setiap percakapannya perkataan yang mulia
yakni perkataan yang baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan.
Ayat diatas menuntut agar apa yang disampaikan kepada kedua orang tua
bukan saja yang benar dan tepat, bukan saja juga yang sesuai dengan adat
kebiasaan yang baik dalam masyarakat, tetapi perkatan dan ucapan itu harus
yang terbaik dan yang termulia, dan kalaupun orang tua melakukan suatu
kesalahan terhadap anak, maka kesalahan itu harus dianggap tidak ada dan
terhapus dengan sendirinya. Demikian makna ( Ϡ ) yang disampaikan al-Qur’an

8
kepada anak dalam menghadapi orang tuanyapercakapan yang pantas
diucapakan kepada korang tua yakni perkataan yang baik, lemah lembut dan
penuh kebaikan serta penghormatan.

c. Rendah hati kepada orang tua


Rendah hati kepada orang tua dalam tafsir al-Misbah menurut peneliti termasuk
dalam nilai pendidikan karakter tanggung jawab yakni:

ḍΔ ̧Ի ˴ Ϧḍ Σ͉˴ Ρ ‫ﭠ‬ ˴ ̧ξḍ˶̧ϔ ˴


Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua didorong
karena rahmat”
Ayat ini memerintahkan anak bahwa: Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua didorong oleh karena rahmat kasih sayang kepada keduanya, bukan
karena takut atau dicela orang bila tidak menghormatinya. Ayat diatas tidak
membedakan antara ibu dan bapak. Memang pada dasarnya ibu hendaknya
didahulukan atas ayah, tetapi ini tidak selalu demikian. Thahir Ibn ‘Asyur menulis
bahwa Imam Syafi’i pada dasarnya mempersamakan keduanya, sehingga bila ada
salah satu yang hendak didahulukan, maka sang anak hendaknya mencari
faktor-faktor yang kuat guna mendahulukan salah satunya. Walaupun ada hadist
yang mengisyaratkan perbandingan hak ibu dengan bapak sebagai tiga dibanding satu,
namun penerapannya harus setelah memperhatikan faktor-faktor dimaksud.

d. Mendoakan kedua orang tua


Menurut peneliti ayat mendoakan kedua orang tua dalam tafsir al-Misbah
termasuk dalam nilai pendidikan karakter tanggung jawab yakni:

̧Ϩḍ˴ ̧ϲḍ‫ﭠ‬Ϩ΍˸ ̧ Ի̧˸ R˸ ̧͉ ˴


Artinya: “dan ucapkanlah: " Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik Aku waktu kecil.”

Doa kepada ibu dan bapak yang diperintahkan disini menggunakan alasan
( Ϩ˴ ϲ͉ Ϩ΍˸ ) dipahami oleh sementara ulama dalam arti disebabkan karena
mereka telah mendidikku waktu kecil, jika anda berkata sebagaimana, maka
rahmat yang anda mohonkan itu adalah yang kualitas dan kuantitasnya sama

9
dengan apa yang anda peroleh dari kedua orang tua anda, adapun jika anda
berkata disebabkan karena, maka limpahan rahmat yang anda mohonkan itu
anda serahkan kepada kemurahaan Allah swt. dan ini dapat melimpah jauh
lebih banyak dan besar dari pada apa yang mereka limpahkan kepada anda.
Dan sangatlah wajar dan terpuji jika kita bermohon agar keduanya memperoleh
lebih banyak dari yang kita peroleh, serta membalas budi kedua orang tua
yang telah membesarkan kita, memberi lebih banyak dari pada yang harus anda
beri, dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil.

Ayat diatas menuntun agar anak mendoakan orang tuanya. Hanya saja ulama
menegaskan bahwa doa kepada orang tua yang dianjurkan disini adalah bagi yang
muslim, baik orang tuanya masih hidup maupun telah wafat. Namun apabila ayah
dan ibu yang tidak beragama Islam telah wafat, maka terlarang bagi anak untuk
mendoakannya, Al-Quran mengingatkan bahwa ada suri tauladan yang baik bagi
kaum muslimin dari seluruh kehidupan Nabi Ibrahim as. Seperti yang firmankan
Allah dalam surat al-Mumtahanah ayat empat. Artinya: “Kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapaknya: ”Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi
kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”.

Firman Allah dalam surat al-Mumtahanah secara tegas Allah melarang untuk
meneladaninya, yaitu mendoakan ibu dan bapak yang sudah meninggal dalam
keadaankafir, seperti orang tua (ayahangkat) Nabi Ibrahim as. yang meninggal
dalam keadaan musyrik.

e. Allah mengetahui apa yang ada dihati

Ϧ̧Ϩḍ΍ ˴̧΍ḍ˴ ϥ Ϫ͉ḍϧm Ϧ̧Ϩḍϴḍϐ ̧ ̧͉ Β ̧ϥḍ ̧ Βḍ ̧ ˶͉ ̧ϲḍm ḍ΍ ϐ̧䁰m ̧ Β΍˸


˸̧ ˶
Artinya; “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu
orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya dia Maha Pengampun bagi orang-orang
yang bertaubat.” (al-Isra’ ayat 25).

10
Kata ( ‫ﭠ‬ϨϠ ˴ ) terambil dari kata (R˴䁓Ϡ-R ) yakni kembali. Al-awwabin adalah
orang-orang yang kembali melakukan kebaikan serta memperbaiki diri setelah
sebelumnya ia pergi menjauh dari tuntunan Allah dengan kedurhakaannya.
Sahabat Nabi saw, Ibn ‘Abbas menafsirkan kata ini dalam arti seseorang yang
ketika mengingat kesalahannya dia segera memohon ampun (bertaubat).

Thahir Ibn Asyur menulis bahwa karena tuntunan tentang berbakti kepada
orang tua dalam ayat sebelumnya harus didasari dengan keikhlasan, agar seorang
anak dapat melaksanakan tuntunan-tuntunan tersebut secara sempurna, maka
Allah menekankan bahwa dia mengetahui apa yang terbetik dihati seseorang.
Tuntunan ayat-ayat menyangkut ibu bapak yang dikemukakan sebelumnya,
mencemaskan perbuatan anak yang dilakukan terhadap ibu dan bapaknya didasari
rasa ikhlas atau hanya terpaksa. Oleh karena itu ayat ini menegaskan: Tuhan kamu
lebih mengetahui segala apa yang ada didalam hati kamu termasuk sikap dan upaya
kamu menghormati orang tua kamu.

2. QS. Al-Isra Ayat 26-27


Dalam QS. Al-Isra ayat 26-27 terdapat nilai pendidikan karakter peduli sosial
yaitu:
a. Membantu Kerabat dan selain mereka
Ayat 26 dalam tafsir al-Misbah menurut peneliti termasuk dalam nilai
pendidikan karakter peduli sosial yakni Allah swt. berfirman:

ḑ̣͉Ϩḍ˵Ϩ˴ Ϧ̧΍ ˴ Ϧ̧ϨḍΒ̧Ϩḍ ̧˴ ˴ ϪϟԻ ΍̧ ϟ̧˴ o ḍ˵ ˴


Artinya; “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” (Al-Isra’ ayat
26).
Ayat ini menjelaskan tuntunan kerabat dan selain mereka. Allah berfirman: Dan
berikanlah keluarga yang dekat, keluarga yang dekat yaitu baik dari pihak ibu
maupun bapak walapun keluarga yang jauh akan hak nya berupa bantuan, kebajikan
dan silaturahim, dan demikan juga kepada orang miskin walau bukan kerabat dan
orang yang dalam perjalanan baik dalam bentuk zakat maupun sedekah atau bantuan
yang mereka butuhkan.

11
Kata ( 쐨) yang bermakna Pemberian. Pemberian yang dimaksud yaitu bukan
hanya terbatas pada hal-hal materi tetapi juga immateri. Al-Qur’an secara tegas
menggunakan kata tersebut dalam konteks pemberian hikmah, seperti yang
dijelaskan diayat lain QS. al-Baqarah ayat 269. Dari sini tuntunan diatas tidak
hanya terbatas dalam bentuk bantuan materi tetapi mencakup pula immateri.
Dan mayoritas ulama menilai perintah ini sebagai anjuran, bukan
perintah wajib. Hanya Abu Hanifah yang menilai sebagai perintah wajib yang
mampu terhadap keluarga dekat.

b. Larangan menghambur-hamburkan harta


Allah swt. berfirman:

̧Ϡḑ̣͉˵ ̧˸͉˵ R˴
Artinya: “...dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al-Isra’ ayat 26, 27).

Setelah memberi tuntunan menyangkut pemberian kepada kerabat dan selain


mereka, ayat ini melanjutkan larangan menghambur-hamburkan harta: Dan janganlah
menghamburkan hartamu secara boros yakni pada hal-hal yang bukan pada tempatnya
dan tidak mendatangkan kemaslahatan. Sesungguhnya para pemboros yaitu yang
menghamburkan harta bukan pada tempatnya adalah saudara-saudara yakni sifat-sifat
sama dengan sifat-sifat setan-setan, sedaangkan setan terhadap Tuhanya adalah sangat
ingkar.

Kata ( Ϡ͉˵ ) pemborosan dapat dipahami dalam arti pengeluaran yang bukan haq,
karena itu jika seseorang menafkahkan/membelanjakan semua hartanya dalam
kebaikan atau haqnya, maka ia bukanlah seorang pemboros. Seperti dalam kisah
Sayyidina Abu Bakar ra. yang menyerahkan semua hartanya kepada Nabi saw.
dalam rangka berjihad dijalan Allah. dan Sayyidina Utsman ra., membelanjakan
separuh hartanya. Dari semua harta yang diberikan kepada Rasulallah saw.
beliau tidak menilai mereka sebagai para pemboros. Sebaliknya, membasuh
wajah lebih dari tiga kali dalam berwudhu’, dinilai sebagai pemboros, walaupun
ketika itu yang bersangkutan berwudhu’ dari sungai yang mengalir. Jika

12
demikian pemboros lebih banyak berkaitan dengan (tempat) bukan dengan
kuantitas.

3. QS. Al-Isra Ayat 28


Dalam QS. Al-Isra : 28 terdapat nilai pendidikan karakter cinta damai yaitu menolak
dengan perkataan halus. Allah swt. berfirman:

Ŗ ̧ ˴ ̧͉ϟm ̧ ̧ ˵΍˸ ̧Ϧ Δ ̧Ի˸ ˯ ˴ḍ ̧΍ ̧‫ﭠ‬䁰 Ϧ˴ḍ ̧ ḍ˴


˸̧ Ϩ̧Ϩ
Artinya; “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang
pantas”. (QS. Al-Isra:28).

Seseorang tidak selalu memiliki harta atau sesuatu untuk dipersembahkan


kepada keluarga mereka yang butuh. Namun paling tidak rasa kekerabatan dan
persaudaraan serta keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa manusia,
karena itu ayat diatas menuntun dan jika kondisi keuangan dan kemampuanmu
tidak memungkinkanmu membantu mereka sehingga memaksa engkau berpaling
dari mereka bukan karena enggan membantu, tetapi berpaling dengan harapan
suatu ketika engkau akan membantu setelah berusaha dan berhasil untuk memperoleh
rahmat dari Tuhan pemelihara dan yang selama ini selalu berbuat baik kepadamu,
maka katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah, tidak menyingung perasaan
dan yang melahirkan harapan dan optimisme.

Ayat ini turun ketika Nabi saw, atau kaum muslimin menhindar dari orang
yang meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya. Allah swt,
memberi tuntunan yang lebih baik, agar tidak melukai hati, dan memutus
silaturahmi, melalui ayat ini yakni menghadapinya dengan menyampaikan
kata-kata yang baik serta harapan memenhi keinginan peminta dimasa
datang. Kalimat (˵΍ ‫ ﭠ‬Δ Ի˸ ˯ ˴ ΍ ) untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu, bisa
juga dipahami berkaitan dengan perintah mengucapkan kata-kata yang
mudah, sehingga ayat ini bagaikan menyatakan, katakanlah kepada mereka
ucapan yang mudah untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu.

13
C. QS. LUQMAN AYAT 12-19
1. QS. Luqman Ayat 12-19

ḍϪḍϨ̧˶‫ﭠ‬ḍ˴ Β̧˸Ϡ ͉ḍϧm ̧ Β̧˸Ϡ ̧Ϧ ˴ ḍm ̧ Β̧Ϝ ḍϥm Δ ̧Βḍϴ̧˴ ϥ ̧ϟ˴ ‫̧ﭠ‬Ϩ 쐨 ̧夈ϟ˴˴
夈Ϩḍ Ի ϲḍ‫ ﭠ‬o ϥḍϧm ˶ ̧Ϧ ˴
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah
kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (QS. Luqman : 12)

̧ϐϠ˴ 䝘̧ ˸˴ ϥḍ ḍm ḍ΍ ̧䝘ḍ ̧˸ R ϲ‫ﭠ‬΍ Ϡ ϪϠḍ Ϡ ˴ ḍϪḍ‫̧ﭠ‬΍R ϥ ̧ϟ˴ Σ ̧oḍ ˴


ϨḍϠ䁰
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”(QS. Luqman : 13)

ϲḍm Ϫ˴ ḍm˴ Ϧ̧ ˴ ϐ䁰 ‫ ˴ ̧ﭠ‬Ϫ m Ϫ̧ ϐ Ի ḍϪ̧Ϡ夈ḍ˴ ḍ΍ ϥ Ϩ̧͉δ ‫̧ﭠ‬Ϩ ˴˴


Ϩḍ ̧˴ ϲ˴ḍ ˵̧Ϡ夈ḍ˴ ḍ˴˴ ϲḍ˴ ̧ Β̧Ϝ ḍϥm ḍϦ̧Ϩ 䁰
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. (648) Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu”. (QS.
Luqman : 14)

̧ ḍԻ Rm ̧ϐḍ䁰 ḍϪḍ΍ ˵˴ ˸̧Ϩ˴ ϲḍ΍ 䝘ḍ ̧˸ ̧ϥm ϐ䁰 䝘 夈 ̧ϥḍ ˴


ϲ˴ḍ m ϲ˴ḍ R ͉m ̧Ϧ ͉Ϩḍ˵ ̧ϊḍ˵ ˴ m˴ ̧ Ϩ̧͉夈˴ ϲḍm ̧˵ḍԻ ˴
ϥ ϐ ̧ ̧ ̧‫ﭠ‬ ḍ΍ ̧ ΒϜ˵͉͋m ̧ Β ḍ ̧

14
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman : 15)

ϲḍm ̧˴m Γ ̧ή ϲḍm ̧ϦΒ m Σ˴̧ ϔ ̧Ϧḍ Δ˵Ի Σ ϟ̧ ḍ ˵ ̧ϥḍ ͉ḍ ϲ‫ﭠ‬΍ Ϡ


Ϩḍ˵ϔ ϒϨḍԻ˴ o ϥḍ o ḍ΍ ḍ˵̧͋Ϡ ḍ˴̧˸ ϲḍm ̧˴m ḍ˵ ˴ Ϩ˴
“Luqman berkata, “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan
memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, (649) Mahateliti”. (QS.
Luqman : 16)

ϐ䁰 ̧ ḍ˵̧ ˴ ḍ Β̧‫ ˴̧ ﭠ‬ḍϦ䁰 Ϫ̧͉ ˴ ḍR˴ ̧ ̧˴ ḍ΍ ̧ ̧m˴ ΓR ˴ ḍ ḍ m ϲ‫ﭠ‬΍ Ϡ


ḍ˸ ḍϷ̧΍䁰 ̧Ϧḍ ˵ḍ˴o ϥḍ ˵΍ m
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf
dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (QS.
Luqman : 17)

ḍϴϠ R o ϥḍ Ի ḍ˴̧˸ ϲḍm ḍ˴̧ R˴ ḍα ‫ﭠ‬ϐḍ˴ 䝘夈ϔ ̧ R˴


˸ ήm Σ ̧ή ͉
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Luqman : 18)

˵̧ ˴ ḍ˵ ̧ Β̧͉m ϥḍ ˵ḍ ̧ ̧Ϧḍ ̧ξ ̧ ˴ ˵ḍϨ̧˸ ϲḍm ̧夈ḍ ̧ ˴


ḍ Ϩḍ ϴ̧˴

15
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan (650) dan lunakkanlah suaramu,
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 19)

2. Asbabunnuzul QS. Luqman Ayat 12-19


Secara etimologi, kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang
di turunkan oleh Allah Swt Kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur
bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, ahlak dan pergaulan manusia yang
sudah menyimpang dari kebenaran. Oleh sebab itu terjadinya penyimpangan dan
keruasakan dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya al-Qur’an. Asbab
al-nuzul disini dimaksudkan sebab-sebab secara husus berkaitan dengan turunnya
ayat-ayat tertentu.
Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Al-Luqman sejauh ini penelususran
yang penulis lakukan tidak di temukan adanya sebab-sebab yang melatar belakangi
turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir al-misbah, di riwayatkan
bahwa Suwayd ibn Ash-Shamit suatu ketika datang ke Mekkah, ia adalah seorang
yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Kemudian Rosulullah
mengajaknya untuk memeluk agama Islam. kemdian Suwayd berkata kepada
Rosulullah, “mungkin apa yang ada pada dirimu itu sama dengan apa yang ada
padaku.” Rosulullah berkata, “apa yang ada paamu?” lalu ia menjawab, “kumpulan
hikmah Lukman.” Kemudian Rosulullah berkata, “sungguh perkataan yang amat baik!
Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-qur’an yang diturunkan allah
kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya.” Rasulullah lalu membacakan
Al-Qur’an kepadanya dan mengajaknya memeluk agama Islam. Kemudian Sayid
Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang tauhid, inilah hakikat yang di tawarkan
oleh nabi Muhammad Saw kepada kaumnya. Namun mereka menentangnya dalam
perkara itu, dan meragukan maksud baik di balik tawarannya. Mereka takut dan
khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat ambisi nabi Muhammad Saw untuk
merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka.
Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini
menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung nan dahsyat. Seorang ibu yang
tabiatnya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun, luar
biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut
dan halus. Di riwayatkan oleh Hafidz Abu Bakar Al-Bazzar dalam musnadnya dengan
sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan

16
tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya
kepada nabi Muhammad Saw. “apakah aku menuanaikan haknya?” Rosulullah
menjawab, “tidak, walaupun satu tarikan nafas.”
Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini di turunkan berhubungan dengan Sa’ad bin Abi
Waqqas, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam ibuku bersumpah bahwa beliau tidak
akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada
hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau
menolaknya dan tetap dengan pendiriannya. Pada hari kedua, aku aku juga memohon
agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada
hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap
menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, “Demi Allah, seandainya ibu
mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai mati, aku
tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.” Setelah ibuku melihat keyakinan
dan kekuatan pendirianku, maka beliau pun mau makan.”

3. Biografi Luqman
Nama Luqman disebut dalam al-Qur’an hanya sekali sekaligus terabadikan dalam
al-Qur’an karena menjadi nama surat yang menjelaskan tentang pendidikan yang ia
lakukan kepada anaknya. Luqman adalah seorang penjahit baju dan ada yang
mengatakan Luqman adalah hamba sahaya dari negri habsi dan sebagai tukang kayu.
Sifat yang dimiliki Luqman adalah seorang hamba habsyi bibirnya tebal, tebal
telapak kakinya, hakim dimasa Bani Israil, suatu riwayat lain menyatakan bahwa
Luqman berkulit hitam dari negri Naubi.
Luqman adalah seorang nabi, namun ada juga yang mengatakan bahwa Luqman
seorang hakim bukanlah nabi, namun Luqman kebih tinggi dari derajat radiyaAllahu
‘anhu dan bukan seorang nabi. Masa hidup Luqman menurut ulama sekitar masa nabi
Isa dan nabi Muhammad SAW.
Menurut sejarah tentang umat-umat dan agamanya, maka bani Israil mengakui
bahwa Luqman termasuk dari golongannya. Ia hidup di masa Nabi Daud AS dan
memilih diberi hikmah dari pada kenabian. Sedangkan orang Yunani mengaku ia dari
golongannya dan memanggilnya Isyub dari desa Amartum yang dilahirkan sesudah
berdirinya kota Roma selang 200 tahun.

4. Penafsiran Surat Luqman Ayat 12-19

17
1. QS. Luqman Ayat 12
- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwasannya para ulama’ ahli tafsir
berbeda pendapat tentang siapakah Luqman yang termaksud dalam ayat ini?
Apakah ia seorang nabi atau hanya seorang yang saleh tanpa di beri kenabian?
Dan pendapat yang ke dua inilah, kebanyakan di anut oleh para ulama’, bahkan
para ulama’ megatakan bahwasannya Luqman adalah seseorang yang berkulit
hitam dari Afrika, seorang haba sahaya dari Sudan.
Dikisahkan suatu ketika ia diperintah oleh majikannya menyembelih seekor
kambing, kemudian setelah di sembelihnya ia disuruh mengeluarkan dua potong
yang paling enak dimakan dari anggota kambing itu, maka diberikanlah kepada
sang majikan hati dan lidah kambing yang di sembelih iti.
Selang beberapa waktu kemudian, Luqman di suruh lagi menyembelih seekor
kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang di sembelihnya
itu dua potong yang paling busuk, maka dikeluarkanlah oleh Luqman hati dan
lidah itu pula. Kemudian sang majikan menegur kepada Luqman: “aku
perintahkan kepadamu tempo hari untuk mengeluarkan yang paling baik, maka
engkau berikan kepadaku hati dan lidah, dan sekarang engkau berikan kepadaku
hati dan lidah juga, padahal aku meminta dua potong yang busuk”. Luqman
menjawab: “memang tidak ada yang lebih baik dari kedua anggota itu jika sudah
menjadi baik dan tidak ada anggota yang lebih busuk dari keduanya jika sudah
menjadi busuk.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa setelah Allah menjelaskan
kerusakan aqidah orang-orang musyrik karena mereka telah mempersekutukan
allah dengan sesuatu hal yang tidak bisa menciptakan sesuatu yang ada di dunia
ini. Setelah dia menjelaskan orang musyrik itu orang yang dholim lagi tersesat,
kemudian dia mengiringi hal tersebut dengan penjelasan, bahwa semua
nikmat-nikmatnya yang nampak jelas di langit dan di bumi dan semua nikmatnya
yang tidak nampak seperti ilmu dan hikmah semuanya menunjukkan kepada
keesaanya. Dan sesungguhnya Allah telah memberikan hal tersebut kepada
sebagian hamba-hambanya seperti Luqman yang mana hal-hal itu telah tertanam

18
secara fitroh di dalam dirinya tanpa ada seorang nabi yang membimbingnya dan
pula tanpa ada seorang rosul yang di utus kepadanya.
Dan sesungguhnya Allah telah memberikan hikmah kepada Luqman yaitu ia
selalu bersyukur dan memuji kepadanya atas apa yang telah diberikan
kepadanya dari karunianya karena sesungguhnya hanya kepada Allah lah yang
patut untuk mendapatkan puji dan syukur itu. Di samping itu Luqman selalu
mencintai kebaikan untuk manusia serta mengarahkan semua anggota tubuhnya
sesuai dengan bakat yang diciptakkan untuknya.
Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya manfaat dari
syukur itu kembali kepada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Allah akan
melimpahkan kepadanya pahala yang berlimpah sebagai balasan darinya atas rasa
syukurnya dan kelak akan menyelamatkan dirinya dari adzab sebagaimana telah
di ungkapkan didalam ayat.

- Tafsir M. Quraish Shihab


Menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa kelompok ayat ini menguraikan
tentang salah seorang yang bernama Luqman yang di anugrahi oleh Allah Swt
hikmah sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau katakan
kepada anaknya.
Hikmah di artikan sebagai sesuatu yang bila di gunakan atau di perhatikan
akan menghalangi datangnya mudhorot atau kesulitan yang lebih besar dan atau
mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini di tarik
dari kata hakamah yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan atau
kendaraanmengarah pada arah yang tidak di inginkan atau menjadi liar.memilih
perbuatan terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari perbuatan hikmah.Seseorang
yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan
yang diambilnya, sehingga dia akan tampil dengan penuh percaya diri, tidak
berbicara dengan ragu-ragu atau kira-kira dan tidak pula melakukan sesuatu
dengan coba-coba.
Kata syukur terambil dari kata syakara yang maknanya berkisar antara lain
pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada Allah di
mulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar
nikmat-Nya di sertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa

19
cinta kepada-Nya serta dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil
melaksanakan apa yang di kehendaki-Nya dari penganugrahan itu.

2. QS. Luqman Ayat 13


- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah Swt berfirman mengisahkan
Luqman tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada putranya yang bernama
Tsaran. Kemudian Luqman bertkata kepada putranya yang paling ia sayangi dan
ia cintai, “Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun karena sesungguhnya syirik itu adalah perbuatan dhalim yang paling
besar.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa sesudah Allah menjelaskan bahwa
Luqman telah di beri hikmah, karena itu Luqman bersyukur kepada Allah atas
semua ni’mat yang di berikan kepadanya. Dan dia sendiri meihat pengaruhya dari
ni’mat-ni’mat itu berada di seluruh cakrawala di dalam dirinya setiap siang dan
malam hari. Selanjutnya Allah mengiringi hal itu dengan penjelasan, bahwa
Luqman menasehati anaknya untuk melakukan hal-hal tersebut. Kemudian di
tengah-tengah nasihat ini Allah Swt menyebutkan wasiat yang bersifat umum di
tunjukkan kepada semua anak. Allah Swt mewasiatkan kepada mereka supaya
memperlakukan orang-orang tua mereka dengan cara yang baik dan selalu
menjaga hak-haknya sebagai orang tua.
Ingatlah, hai Rosul yang mulia kepada nasihat Luqman terhadap anaknya,
karena ia adalah orang yang paling belas kasihan kepada anaknya dan paling
mencintainya, karenanya Luqman memerintah kepada anaknya supaya
menyembah allah semata dan melarang berbuat syirik (menyekutukan allah
dengan lainnya).
Luqman menjelaskan kepada anaknya bahwa perbuatan syirik itu merupakan
kedzaliman yang besar. Syirik itu merupakan perbuatan yang dzalim, karena
perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan ia
dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berarti menyamakan kedudukan Allah
yang hanya Dia-lah segala ni’mat, yaitu Allah Swt. Dengan yang tidak memiliki
nikmat apa pun, yaitu berhala-berhala. Kemudian Luqman juga menjelaskan

20
kepada anaknya bahwa syirik adalah perbuatan yang paling buruk. Setelah itu
Allah Swt juga mengiringi ayat agar semua anak-anak agar berbuat baik kepada
kedua orang tuanya.

- Tafsir M. Quraisy Shihab


Menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa di dalam ayat ini menjelaskan tentang
pengalaman hikmah oleh Luqman serta pelestariannya kepada anaknya. hal ini
mencerminkan kesyukuran beliau atas anugrah yang di berikan kepadanya.
Kepada nabi Muhammad Saw, atau siapa saja di perintahkan untuk merenungkan
anugrah Allah Swt kepada Luqman serta mengingatkan orang lain. Ayat ini
berbunyi: Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya dalam keadaan
dia dari saat ke saat menasehatinya bahwa wahai anakku sayang! Janganlah
engkau mempersekutukan allah dengan sesuatu apapun dan jangan juga
mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan apapun lahir maupun batin.
Persekutuan yang jelas maupun tidak jelas sesungguhnya syirik, yakni
mempersekutukan Allah, adalah kedzliman yang sangat besar. Hal itu adalah
penempatan yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk.
Kata ϪϠ Ϡ ya’izhuhu terambil dari kata wa’zha yaitu nasihat menyangkut
berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikan
sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini
sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan
itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, akan tetapi penuh dengan kasih
sayang sebagai mana di pahami panggilan mensra kepada anaknya. kata ini juga
mengisyaratkan bahwa nasihat itu di lakukannya dari saat ke saat, sebagaimana di
pahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pda kata (ϪϠ Ϡ) ya’izhuhu.
Kata (ϲ‫ﭠ‬΍) adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah
( ‫ﭠ‬΍ ) yaitu dari kata (Ϧ΍ ) yaitu anak laki-laki. Pemungilan tersebut menunjukkan
kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat
bahwa mendidik hendaknya di dasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta
didik.
Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/mempersekutukan Allah. Larang ini sekaligus mengandung pengajaran
wujud dan keesaan Allah Swt. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan

21
jangan mempersekutukan Allah untuk menekankan perlunya meninggalkan
sesuatu yang buruk sebelum melakukan yang baik.

3. QS. Luqman Ayat 14


- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah memerintahkan kepada
hambanya agar berbakti dan bertaubat kepada kedua orang tuanya, karena
sesungguhnya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah di tambah
kelemahan si janin , kemudian setelah lahir, menyusuinya selama dua tahun,
maka hendaklah engkau bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua
orang tuamu. Luqman memberitahukan kepada anaknya agar ia selalu berbakti
kepada kedua orang tuanya apalagi dengan ibunya yang telah mengandungnya
selama sepuluh bulan dalam keadaan lemah. Dan juga mengingatkan agar selalu
bersyukur kepada Allah Swt dan kepada kedua orang tuanya

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa kami perintahkan kepada
manusia supaya berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya, serta memenuhi
hak-hak keduanya. Di dalam Al-Qur’an sering sekali di jelaskan taat kepada
Allah diikuti dengan bakti kepada orang tua, Selanjutnya Allah juga menyebutkan
jasa ibu secara khusus terhadap anaknya, karena sesungguhnya di dalam hal ini
terkandung masyaqqot yang sangat berat bagi pihak ibu.
Ibu telah mengandungnya, sedangkan ibu dalam keadaan lemah yang
bertambah di sebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia melahirkan,
kemudian sampai dengan selesai dari masa nifasnya. Dan juga Allah telah
menyebutkan lagi jasa ibu yang lain, yaitu bahwa ibu telah memperlakukannya
dengan penuh kasih sayang dan telah merawatnya dengan sebaik-baiknya
sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu apapun bagi dirinya.
Dan juga menyapihnya dari persusuan sesudah ia di lahirkan dalam langka
waktu dua tahun. Selama masa itu ibu mengalami berbagai masa kerepotan dan
masyaqot dalam mengurus anak. Allah swt telah memerintahkan supaya berbuat
baik kepada kedua orang tuanya akan tetapi allah hanya menyebutkan penyebab
dari pihak ibu saja, karena ibu mengalami lebih besar; ibu telah mengandung

22
anaknya dengan susah payah, kemudian melahirkannya dan merawatnya di
malam dan siang hari.

- Tafsir M. Quraisy Shihab


Menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa para ulama’ berbeda
pendapat tentang ayat ini, apakah kandungan ayat di atas merupakan nasihat
Luqman secara langsung atau tidak langsung, yang jelas, ayat di atas menyatakan:
Dan kami wasiatkan, yaitu berpesan dengan amat kukuh, kepada semua manusia
menyangkut kedua ibu-bapaknya; pesan kami di sebabkan karena ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan, yaitu kelemahan
berganda dari saat ke saat bertambah-tambah. Lalu dia melahirkannya dengan
susah payah, kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan di
tengah malam ketika saat manusia yang lain tertidur lelap.
Di antara hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas dengan ayat
sebelumnya yaitu masing-masing pesan disertai dengan argumennya; “Jangan
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukkan-Nya adalah
penganiayaan yang besar.” Sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang
tuanya di tekankannya bahwa “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
kelemahan di atas kelemahan dan
penyapihannya di dalam dua tahun.” Demikianlah seharusnya materi petunjuk
atau materi pendidikan yang di sajikan. Ia di buktikan kebenarannya dengan
argumentasinya yang di paparkan atau yang dapat di buktikan oleh manusia
melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa bahwa ia
ikut berperan dalam menemukan kebenarannya.

4. QS. Luqman Ayat 15


- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan ayat ini bahwa wajib bagi anak untuk berbakti kepada kedua
orag tuanya. Dan walaupun engkau berbakti kepada kedua orang tuamu dan
berlaku baik kepada keduanya namun jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan sesuatu dengan Allah Swt dan menyembah selain-Nya, maka
janganlah engkau mengikuti dan menyerah kepada paksaan mereka itu. Dan
dalam hal itu hendaklah engkau tetap menggauli dan menghubungi mereka
dengan baik, normal dan sopan dan ikutilah jalan orang-orang yang beriman

23
kepada Allah dan kembali taat dan bertobat kepada-Nya. Jadi apabila kedua
orang tuamu menyuruhmu atau memaksamu untuk keluar dari agama islam
janganlah engkau mengikutinya sehingga kamu tetap pada agama Islam. Akan
tetapi jangan sampai kamu membenci keduanya.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan di dalam tafsirnya menjelaskan, dan apabila kedua orang tua
memaksamu serta menekanmu untuk menyekutukan Aku dengan yang lain dalam
hal ibadah yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentang hal itu maka janganlah kamu taati apa yang diinginkan oleh keduanya.
Sekalipun keduanya menggunakan kekerasan supaya kamu mengikuti
kehendaknya, maka lawanlah keduanya dengan kekerasan juga jika keduanya
benar-benar memaksamu.
Dan pergaulilah keduanya di dalam urusan dunia dengan pergaulan yaang di
ridhai oleh agama, dan sesuai dengan watak yang mulia serta harga diri, yaitu
dengan memberi pangan dan sandang kepada keduanya, tidak boleh
memperlakukan keduanya dengan perlakuan kasar, menjenguknya apabila sakit,
serta menguburnya apabila mati.
Firman Allah fid dunya, mengisyaratkan bahwa mereka mempergauli
keduanya adalah suatu hal yang mudah. Karena sesungguhnya hal itu terjadinya
tidaklah terus menerus, sehingga tidak menjadi beban berat bagi orang yang
bersangkutan. Kemudia Allah kembali menyebutkan kelanjutan wasiat Luqman
melarang anaknya yang pembukaannya Luqman melarang anaknya berbuat
syirik.

- Tafsir M. Quraisy Shihab


Menjelaskan bahwa, setelah ayat yang lalu menekankan untuk berbakti
kepada orang tua, kini di uraikan hal-hal yang merupakan pengecualian menaati
perintah kedua orang tua, dan juga menggaris bawahi wasiat Luqman kepada
anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan
dan dimanapun. Ayat di atas menyatakan; Dan jika keduanya- apalagi kalau
hanya salah satunya, lebih-lebih kalau orang lain- bersungguh-sungguh
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuannya tentang itu, apalagi setelah Aku dan Rosul-Rosul menjelaskan

24
kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila
menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun
demikian, janganlah kamu memutuskan hubungan dengannya atau tidak
menghormatinya. Tetapi, tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak
bertentangan dengan ajaran agamamu dan pergaulilah keduanya di dunia,yaitu
selama ia masih hidup dan dalam urusan keduniaan-bukan akidah?dengan car
pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip
agamamu.
Kata ( m˴ ) mencakup segala hal yang di nilai masyarakat baik selama tidak
bertentangan dengan akidah islamiyah. Dalam konteks ini di riwayatkan bahwa
Asma’, putri Sayyidina Abu Bakar ra., pernah di datangi oleh ibunya yang ketika
itu masih musyrikah. Asma’ bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia
bersikap. Maka Rosulullah Saw, memerintahkannya untuk tetap menjalin
hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan
menyambut kedatangannya.
Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu bapak
menjadikan para ulama’ berpendapat bahwa seorang anak boleh saja membelikan
buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras kalau mereka terbiasa dan
senang meminumnya karena meminum-minuman keras untuk orang kafir
bukanlah sesuatu yang munkar.

5. QS. Luqman Ayat 16


- Tafsir Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan, bahwa beberapa nasihat dan wasiat Luqman kepada anaknya
yang di lukiskan oleh ayat-ayat di atas, sebagaimana yang di ucapkan oleh
Luqman kepada anaknya. berkata Luqman: “Hai anakku, perbuatan dosa dan
maksiat walau seberat biji sawi dan berada di dalam batu, di langit atau di bumi
akan di datangkan oleh Allah di hari kiamat nanti untuk memperoleh balasannya
yang setimpal.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan bahwa Luqman memberikan nasehat kepada anaknya. adapun
nasehat tersebut seperti halnya berikut “Hai anakku, sesungguhnya perbuatan
baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya hanya sebiji sawi, lalu ia berada

25
di temapt yang paling tersembunyi dan paling tidak kelihatan, seperti di dalam
batu besar atau di tempat yang paling tinggi seperti di langit, atau tempat yang
paling bawah seperti di dalam bumi, niscaya hal itu akan di kemukakan oleh
Allah Swt kelak di hari kiamat. Yaitu ada hari pembalasan ketika Allah
meletakkan timbangan amal perbuatannya, apabila amalnya baik, maka
balasannya pun juga baik, dan apabila amalnya buruk, maka balasannya pun juga
buruk.

- Tafsir M. Quraisy Shihab


Menjelaskan di dalam tafsirnya bahwa, Ayat di atas melanjutkan wasiat
Luqman kepada anaknya. kali ini yng di uraikan adalah kedalam ilmu Allah Swt
yang di isyaratkan pula oleh penutup ayat yang lalu dengan perintah-Nya; “....
maka Ku-berikan kepada kamu apa yang telah engkau kerjakan”. Lukman berkata;
“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik atau buruk walau
seberat biji sawi dan berada di tempat yang paling tersembunyi, misalnya di
dalam batu karang sekecil, sesempit dan sekokoh apapun batu itu, aatau di langit
yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam
dimanapun keberadaannya, niscaya Allah akan mendatangkannya lalu
memperhitungkan dan memberinya balasan.
Kata (ϒϨԻ˴) terambil dari kata (ϒԻ˴) yang memiliki ari lembut, halus, atau
kecil. Imam Al-Ghozali mejelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini
adalah yang mengetahui rincian kemaslahatan dan seluk beluk rahasianya yang
kecil dan halus. Kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada
yang berhak secara lemah lembut bukan dengan kekerasan.
Kata ( Ϩ˵ϔ ) memiliki dua makna antara kelemah lembutan dan pengetahuan.
Khobir dari segi bahasa dapat berarti yang mengetahui dan juga tumbuhan yang
lunak. Didalam ayat ini menjelaskan tentang kuasa Allah Swt dalam melakukan
perhitungan atas amal-amal perbuatan manusia di akhirat nanti.

6. QS. Luqman Ayat 17


- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan tentang ayat ini Bahawasannya Luqman berkata kepada
anaknya; Hai anakku dirikanlah sholat dan laksanakanlah shalat tepat pada
waktunya sesuai dengan ketentuan?ketentuannya, syarat-syaratnya, dan

26
rukun-rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar sekuat tenagamu dan
bersabarlah atas gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi engkau
meaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar itu.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan bahwasannya Luqman memberikan nasehat kepada anaknya
diantaranya yaitu:
Hai anakkku, dirikanlah sholat yaikni kerjakanlah shalat dengan sempurna
sesuai dengan cara yang diridhai, karena di dalam salat itu terkandung ridha Allah,
sebab orang yang mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya.
Dan di dalam shalat juga terkandung banyak hikmah di dalamnya, yaitu dapat
mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan munkar. Maka
apabila sesorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya
dan berserah diri kepada Allah Swt, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Sesudah Luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyempurnakan
dirinya demi memenuhi hak Allah yang di bebankan kepada dirinya, lalu Luqman
memerintahkan kepada anaknya supaya menyempurnakan pula terhadap orang
lain yaitu:
Dan perintahkanlah kepada orang lain supaya membersihkan dirinya sebatas
kemampuan. Masudnya supaya jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai
keberuntungan.
Kemudian dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka terhadap
Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang membinasakan
pelukannya serta menjerumuskannya ke dalam adzab neraka yang apinya
menyala-nyala, yaitu neraka jahanam dan seburuk-buruk tempat kembali adalah
neraka jahanam.
Dan bersabarlah terhadapa apa yang telah menimpa kamu dari orang lain
karena kamu membela jalan Allah, yaitu ketika kamu beramar ma’ruf atau
bernahi munkar kepada mereka. Wasiat ini di mulai dengan perintah mendirikan
shalat, kemudian di akhiri dengan perintah untuk bersabar, karena sesungguhnya
kedua perkara itu sarana pokok untuk dapat meraih ridho Allah.

- Tafsir M. Quraisy Shihab

27
Menjelaskan Kemudian Luqman melanjutkan nasehat kepada anaknya
nasehat yang dapat mejamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Allah Swt
dalam qolbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggil dengan panggilan
mesra. Wahai anakku sayang laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat,
rukun, dan sunah-sunahnya. Dan di samping itu engkau memperhatikan dirimu
dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurakan pula orang lain
berlaku serupa. Karena itu perintahkanlah secara baik-baik siapapun yang mampu
engkau ajak mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran.
Memang engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam
melaksanakan tuntunan allah karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apayang
menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu. Karena sesungguhnya yang
demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam
kebaikan yakni shalat, amar ma’ruf dan nahi munkar, atau kesabaran termasuk
hal-hal yang di perintah Allah agar di utamakan sehingga tidak ada alasan untuk
meninggalkannya.
Nasehat Luqman di atas meyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat serta amal-amal kebajikan yang
tercerin dalam amar ma’ruf dan nahi munkar juga nasehat berupa perisai yang
membentengi seseorang dari kegagalan, yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya
karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian
juga melarang kemungkaran menuntut agar yang melarang terlebih dahulu
mencegah dirinya. Hal itu yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak
memerintahkan anaknya melaksanakan ma’ruf dan menjauhi munkar, tetapi
memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Di sisi lain, membiasakan anak
melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta
kepedulian sosial.

7. QS. Luqman Ayat 18


- Tafsir Ibnu Katsir
Menjelaskan Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia
karena sombong dan memandang rendah orang yang berada di depanmu dan
janganlah engkau berjalan di muka bumi Allah dengan angkuh, karena Allah
sekali-kali tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.

28
- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan di dalam tafsirnya, Dan sesudah Luqman memberikan wasiat
kepada anaknya dengan berbagai macam hal, kemudian ia mengingatkan kepada
anaknya akan hal-hal lain di antaranya yaitu:
Janganlah kamu memalingkan muka kamu terhadap orang-orang yang kamu
berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi
hadapilah mereka dengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa
sombong dan tinggi diri.
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh dan
menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara jalan orang?orang
yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan
kekejaman di muka bumi dan suka berbuat dhalim terhadap orang lain. Akan
tetapi berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang
demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai pada
kebaikan.
Ada suatu riwayat yang menyatakan hal tersebut. Di riwayatkan Yahya ibnu
Jabir At-Tai’y di dalam sebuah asar melalui Ghudaif ibnu Haris yang telah
menceritakan, “pada suatu hari aku duduk di majlis Abdullah ibnu Amr ibnu Ash,
kemudian aku mendengar aia mengatakan, ‘sesungguhnya kuburan itu berkata
kepada seseorang hamba apabila ia di kubur di dalamnya, ‘hai anak adam, apakah
gerangan yang membuatmu lalai kepadaku? Dan tidakkah kamu mengetahui
bahwa aku adalah rumahmu yang haq (pasti)? Hai anak Adam, apakah gerangan
yang membuatmu lalai kepada ku? Sesungguhnya kamu dahulu berjalan di
sekitar ku dengan sikap yang angkuh dan sombong!”
Kemudian Luqman menjelaskan ‘illat dari larangan itu, sebagaimana yang
disebut dalam firma-Nya.

˸ ήm Σ ή ͉ ϴϠ Σ Rϐ ϥ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh yang merasa kagum
terhadap dirinya sendiri yang bersikap sombong terhadap orang lain”.
Adapun tafsiran ayat 18 di dalam terjemah tafsir M. Quraisy shihab di
jadikan satu dengan ayat 19 yang di paparkan oleh peneliti di ayat 19.

29
18. QS. Luqman Ayat 19
- Tafsir Ibnu Katsir
Menurut Ibnu Katsir Menjelaskan, dan hendaklah engkau berlaku sederhana
kalau berjalan, jangan terlampau cepat dan buru-buru dan jangan pula terlampau
lamban bermalas-malasan. Demikian pula bila engkau berbicara lunakkanlah
suaramu dan janganlah berteriak-teriak tanpa ada perlunya. Karena
seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.

- Tafsir Al-Maroghi
Menjelaskan, dan berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak
terlalu lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar
tanpa di buat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah diri atau sikap
tawadu’.
Sayyidah ‘Aisyah ra. Telah meriwayatkan, bahwa ia melihat seorang
laki-laki yang hampir mati karena terlau merendahkan diri. Lalu ia berkata,
“Apakah gerangan yang telah terjadi pada dirinya?” maka ada yang menjawab,
bahwa ia adalah termasuk ahli qura’ (ahli fiqih yang alim tentang kitabullah).
Maka siti ‘Aisyah ra. Menjawab, “Umar adalah pemimpin ahli qura’, dan apabila
ia berjalan langkahnya cepat dan apabila berbicara suaranya keras dan
berpengaruh, dan apabila memukul, maka sakit sekali.
Pada suatu hari Umar ra melihat seorang seakan-akan mati, lalu Umar
berkata, “Janganlah kamu membuat agama kita mati, lebih baik kamulah yang
mati. Dan suatu hari yang lainnya ia melihat seseorang yang kerjanya hanya
mengangguk-anggukkan kepalanya, maka ia berkata, “angkatlah kepalamu,
karena sesungguhnya Islam tidaklah sakit.
Kurangilah tingkat kekerasan suaramu bilamana tidak di perlukan sekali.
Karena sesunggunya sikap yang demikian itu lebih berwibawa bagi yang
melakukannya, dan lebih mudah di terima oleh jiwa pendengarannya serta
gampang untuk dimengerti.

- Tafsir M. Quraisy Shihab


Menjelaskan, bahwa nasehat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan
sopan santun dalam berinteraksi dengna sesama manusia. Materi pelaajaran
akidah, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta

30
didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan
.Beliau menasehati anaknya dengan berkata; dan wahai anakku, di samping
butir-butir nasihat yang lalu, janganlah juga engkau berkeras memalingkan
pipimu, yakni mukamu, dari manusia, siapapun dia di dorong oleh penghinaan
dan kesombongan. Tetapi tampilah kepada setiap orang dengan wajah berseri
penuh rendah hati. Dan apabila engkau melangkah janganlah berjalan di muka
bumi ini dengan angkuh, tetapai berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan anugrah kasih
sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yaitu jangan membusungkan dada dan
jangan juga menundukkan kepala seperti halnya orang sakit. Jangan belari-lari
tergesa-gesa dan juga jangan melambat sehinggmenghabiskan waktumu. Dan
lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai.
Demikianlah Luqman al-Hakim mengakhiri nasehat yang mencakup
pokok-pokok tuntuan agama. Di sana ada aqidah, syari’ah, dan akhlaq, tiga unsur
ajaran agama. Di dalam tafsir tersebut juga ada akhalq terhadap Allah, terhadap
pihak lain, dan terhadap diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan
ciri dari segala macam kebajikan serta perintah bersabar, yang merupakan syarat
mutlaq meraih kesuksesan, duniawi, dan ukhrawi.

5. Pokok-Pokok Isi Surat Luqman


1. Pendidikan Aqidah
Pendidikan aqidah ini di jelaskan oleh Luqman kepada anaknya didalam ayat 13
guna unutk membentuk pondasi keimanan anaknya sehingga anaknya tahu bahwa
perbuatan syirik itu di larang oleh agama.
2. Pendidikan sholat
Arti dari sholat adalah do’a. Dimana anak harus di ajarkan sejak ia kecil. Di
dalam sholat terdapat banyak kandungan do’a di setiap gerakannya, oleh sebab itu
anak harus di biasakan untuk melaksanakan sholat sejak ia masih kecil.
3. Pendidikan kesabaran
Arti dari kesabaran itu adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak di
sukai karena mengharap ridho Allah. Orang-orang yang memiliki sifat sabr akan
mendapatkan balasan dari Allah karena kesabaran mereka. Mendidik anak dengan

31
kesabran akan mengajarkan anak agar tahu bagaimana ia mengambil sikap ketika
harus mengantri dalam berbagai hal pembelajaran.
4. Pendidikan amar ma’ruf nahi munkar
Mengajarkan anak tentang perbuatan amar ma’ruf sangat dianjurkan sebab di
dalam perbuatan tersebut anak tahu perbuatan mana yang harus ia kerjakkan dan
perbuatan mana yang harus ia tinggalkan.

D. QS. AN-NISA AYAT 9


1. QS. An-Nisa Ayat 9

ϟ Ϩ̧ϐm ̧ ḍ ̧Ϩϐ䁰 m ϔ m ḍ˴ ΔϠ˸o ̧ ḍ ḍ˶̧ϐϔ ̧Ϧḍ ̧ ˴ ϦϠḍ͉˴ ˴̧ήϨ̧˴˴


夈Ϡḍ夈 Ŗ ˴ ϟϨ̧˴˴ o
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa : 9)

2. Asbabunnuzul QS. An-Nisa ayat 9


Mujahid ra. Menjelaskan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
permintaan Sa’ad bin Abi Waqqash ra yang suatu saat sedang sakit keras, kepada
Rasulullah saw. Kala Rasulullah saw datang menjenguk, Sa’ad ra. Berkata, ‘Wahai
Rasulullah, aku tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan. Aku boleh
mengifakkan dua pertiga dari hartaku ? ‘Tidak boleh, ‘Jawab Rasul saw. ‘Separuh, ya
Rasul ?’ ‘Tidak, Jawab Rasul saw. Lagi. ‘Jika sepertiga, ya Rasul ?’ ‘Rasul saw.
Mengizinkan, ‘’Ya, sepertiga juga sudah banyak. Rasul saw. Lalu bersabda, ‘Lebih
baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada miskin
yang meminta-minta kepada manusia.’ (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Penafsiran QS. An-Nisa ayat 9


- Tafsir M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab merupakan seorang mufassir kontemporer asal Indonesia,
corak tafsirnya menggunakan metode tafsir tahlili. Ia lahir di Rappang, Sulewesi
Selatan, pada 16 Februari 1944. Pakar tafsir ini meraih gelar M. A. untuk spesialisasi

32
bidang tafsir al-Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir pada tahun 1969. Pada
tahun 1982 meraih gelar doktor dibidang ilmu-ilmu al-Qur’an, ia merupakan lulusan
terbaik dan mendapat penghargaaan tingkat pertama di universitas yang sama.
Pada tahun 1992-1998, ia menjabat sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (semasa ia menjabat, masih berstatus IAIN). Kiprahnya tak terbatas dibidang
akademis, beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia
pusat (1985-1998); anggota MPR-RI (1982-1987 dan 1987-2002); dan pada tahun
1998, dipercaya menjadi Menteri Agama RI. Beliau juga dikenal sebagai penulis yang
legendaris, salah satu karya yang paling melegenda adalah kitab tafsir al-Misbah yang
digunakan penulis dalam karya ilmiah ini.
Di dalam tafsir Al-Misbah karangan M. Quraish Shihab menjelaskan tentang
QS. An-Nisa, ayat 9. Dalam tafsir Al-Misbah karangan M. QuraishShihab dijelaskan
penafsiran surat An-nisa ayat 9: ( ϦϠ ḍ͉˴ ˴̧ήϨ̧˴ ˴) Dan hendaklah orang-orang yang
memberi aneka nasihat kepada pemilik harta, agar membagikan hartanya kepada
orang lain sehingga anak-anaknya terbengkalai, hendaklah mereka membayangkan
( ̧ ˴) seandainyamerekaakan (̧ ḍ ḍ˶̧ϐϔ ̧Ϧḍ ) meninggalkan di belakang mereka, yakni
setelah kematian mereka ( ˶ ḍ˴ ΔϠ˸o) anak-anak yang lemah, karena masih kecil atau
tidak memiliki harta, ( m ϔ) yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan atau
penganiayaan atas (̧ ḍ ̧Ϩϐ䁰) mereka, yakni anak-anak yang lemah itu.Apakah jika
keadaan serupa mereka alami, mereka akan menerima nasihat-nasihat seperti yang
mereka berikan itu? Tentu saja tidak! Karena itu (̧ ḍ ̧Ϩϐ䁰 ̧ m ϔ) hendaklah mereka takut
kepada Allah, atau keadaan anak-anak mereka di masa depan. (o ϟ Ϩ̧ϐm) Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dengan mengindahkan sekuat
kemampuan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya ( 夈̧Ϡḍ夈 Ŗ ̧ ˴̧ ϟϨ̧˴˴) dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar lagi tepat.
Seperti terbaca di atas, ayat ini ditujukan kepada yang berada di sekeliling
seorang yang sakit dan diduga segera akan meninggal. Pendapat ini adalah pilihan
banyak pakar tafsir, seperti ath-Thabari, Fakhruddin Ar-Razi dan lain-lain.Ada juga
yang memahaminya sebagai ditujukan kepada mereka yang menjadi wali anak-anak
yatim, agar memperlakukan anak-anak yatim itu, seperti perlakuan yang mereka
harapkan kepada anak-anaknya yang lemah bila kelak para wali itu meninggal
dunia.Pendapat ini menurut ibn Katsir didukung pula oleh ayat berikut yang
mengandung ancaman kepada mereka yang menggunakan harta anak yatim secara
aniaya.

33
- Tafsir Sayid Qutub
Asy-Syahid Sayyid Quthb merupakan seorang ulama yang dilahirkan pada tahun
1906 di Negara Mesir. Ia berasal dari keluarga yang menitik-beratkan ajaran Islam
dan mencintai al-Qur’an dan ia telah bergelar hafizh sebelum berumur sepuluhtahun
dan memperoleh kesempatan masuk Tajhiziah Darul ‘Ulum. Tahun 1929 ia kuliah di
Darul ‘Ulum (nama lama Universitas Kairo) dan memproleh gelar sarjana muda pada
tahun 1933.
Pada tahun 1951, ia mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat ketika ia
bekerja sebagai pengawas di sekolah Departemen Pendidikan untuk memperdalam
pengetahuannya di bidang pendidikan. Ia membagi waktu studinya antara
Wilson’sTeacher’sCollege di Washington, GreeleyCollege di Colorado, dan
StanfordUniversity di California. Hasil studi ini meluaskan wawasan pemikirannya
mengenai problem sosial yang ditimbulkan oleh paham materialisme yang gersang
akan paham ketuhanan. Ketika kembali ke Mesir, ia bergabung dengan Ikhwanul
Muslimin dan menjadi salah satu orang yang berpengaruh. Ia juga pernah memimpin
redaksi harian Ikhwanul Muslimin, akan tetapi ketika dua bulan umur
kepemimpinannya, harian itu ditutup atas perintah presiden Mesir Kolonel Gamal
Abdul Nasser karena mengancam perjanjian Mesir-Inggris 7 Juli 1954.
Sayyid Quthb merupakan seorang ulama yang keluar masuk penjara kerena
dituduh berkomplot untuk menjatuhkan pemerintah. Bahkan kitab tafsir
FiZhilalilQur’an yang digunakan penulis dalam memahami kandungan QS. asy-Syam
ini, diselesaikan di dalam penjara. Pada hari senin, 13 Jumadil Awwal 1386 H/29
Agustus 1966 M, ia dan dua orang temannya (Abdul Fatah Ismail dan Muhammad
Yusuf Hawwasy) menyambut panggilan Rabb-Nya dan syahid di tali tiang gantungan.
Dalam tafsir FiZhilalilQur’an mengatakan bahwa maksud dari surat An-Nisa ayat
9. Demikianlah sentuhan pertama menyentuh lubuk hati, hati orang-orang tua yang
amat sensitif terhadap anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Digambarkannya anak
keturunan mereka patah sayapnya, dengan tidak ada orang yang menaruh kasih
sayang dan melindunginya. Dilukiskan demikian kepada mereka tentang anak-anak
yatim yang urusannya diserahkan kepada mereka setelah anak-anak itu kehilangan
(ditinggal) orang tuanya. Mereka sendiri tidak mengetahui kepada siapa anak-anak
mereka akan diserahkan sepeninggal mereka nanti, sebagaimana dulu urusan
anak-anak yatim itu diserahkan kepada mereka.

34
Di samping itu, dipesankan kepada mereka supaya bertakwa kepada Allah di
dalam mengurusi anak-anak kecil yang diserahkan pengurusnya oleh Allah kepada
mereka. Dengan harapan, mudah-mudahan Allah menyediakan orang yang mau
mengurusi anak-anak mereka dengan penuh ketakwaan, perhatian, dan kasih
sayang.Dipesankan juga kepada mereka supaya mengucapkan perkataan yang baik
kepada anak-anak yang mereka didik dan mereka pelihara itu, sebagaimana mereka
memelihara harta mereka.

- Tafsir Ibnu Katsir


Ia adalah Isma’il bin ‘Amr Al-Qurasyi bin Kasir Al- Basri Ad-Dimasyqi
‘Imaduddin abul Fida’ Al-Hafiz Al- Muhaddis Asy-Syafi’i. Di lahirkan pada tahun
705 H. Dan wafat pada tahun 774 H.,sesudah menempuh kehidupan panjang yang
sarat dengan keilmuan. Ia adalah seorang ahli fiqh yang sangat ahli, ahli hadis yang
cerdas, sejarawan ulung dan mufasir paripurna. Al-Hafiz Ibn Hajar menjelaskan, ‘Ia
adalah seorang ahli hadis yang faqih. Karangan-karangannya tersebar luas di berbagai
negeri semasa hidupnya dan di manfaatkan orang banyak setelah wafatnya.
Imaduddin Abul Fida Ismail bin Amr bin Kasir adalah seorang imam besar dan
seorang hafiz. Ia belajar kepada IbnTaimiyah dan mengikuti dalam sejumlah besar
pendapatnya. Para ulama mengakui keluasan ilmunya terutama dalam bidang tafsir,
hadis dan sejarah.
Kitab sejarahnya, al- Bidayah wan Nihayah merupakan rujukan utama mengenai
sejarah Islam. Dan kitab tafsirnya, TafsirulQur’anil Azim merupakan tafsir paling
terkenal di antara sekian banyak tafsir bilma’sur yang pernah ditulis orang dan
menduduki peringkat kedua sesudah kitab IbnJarir. Ibn Kasir menafsirkan
Kalamullah dengan hadis dan asaryang di sandarkan kepada pemiliknya, serta
membicarakan pula masalah jarh dan ta’dil yang diperlukan, mentarjihkan sebagian
pendapat atas yang lain, menetapkan ‘lemah’ pada sebagian riwayat dan menyatakan
‘sahih’ pada riwayat yang lain.
Keistimewaan Ibn Kasir terletak pada seringnya ia memperingatkan akan
riwayat-riwayat Isra’iliyat munkar (tertolak) yang terdapat dalam tafsir bil-ma’sur.
Juga pada pengukapan berbagai pendapat ulama tentang hukum fiqh yang
kadang-kadang, disertai pendiskusian atas mazhab dan dalil yang dikemukakan
mereka masing-masing.

35
Tafsir Ibn Kasir ini diterbitkan bersama (digabung) dengan Ma’alimut Tanzil,
karya Al-Bagawi juga diterbitkan secara terpisah dalam empat jilid berukuran besar.
Syaikh Ahmad Syakir menangani pula pernebitannya, sesaat menjelang wafat,
sesudah sanad-sanadnya (yang lemah) dibuang.
Menurut Ibnu Kasir di dalam kitabnya tentang surat An-Nisa ayat 9, “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka.” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Ayat ini
mengenai seorang laki-laki yang meninggal, kemudian seseorang mendengar bahwa
ia memberikan wasiat yang membahayakan ahli warisnya. Maka Allah
memerintahkan orang yang mendengarkan hal itu untuk bertakwa kepada Allah
dengan membimbing dan mengarahkan yang bersangkutan pada kebenaran. Maka
hendaklah ia berusaha memperhatikan ahli waris orangtersebut, sebagaimana ia
senang melakukannya kepada ahli warisnya sendiri tatkala ia takut mereka
disia-siakan. Demikianlah pendapat Mujahid dan yang lainnya.
Dalam Ash-Shahiihain ditegaskan bahwa ketika Rasulullah saw, menjenguk Sa’d
bin Abi Waqqash, ia bertanya kepada beliau ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
memiliki banyak harta dan tidak memiliki ahli waris kecuali seorang puteri, bolehkan
aku mensedekahkan dua pertiga hartaku?” Beliau menjawab, “Tidak.” Ia bertanya,
setengah? “Beliau menjawab, “Tidak.” Dia bertanya lagi, “Bagaimana kalau
sepertiga?” Beliau pun menjawab, “Ya, sepertiga boleh. Dan sepertiga itu banyak.”

- Tafsir Abdullah Yusuf Ali


Abdullah Yusuf Ali, cendekiawan muslim sekaligus mufasirberkebangsaan India.
Putra dari Yusuf Ali Allabus atau dikenal denganKhanbahadar Abdullah Yusuf Ali,
yang berprofesi sebagai anggota kepolisian surat. Yusuf Ali hidup ditengah keluarga
pedagang taat beragama yang menanamkan betapa penting dan agungnya Alquran. Ia
dilahirkan pada 14 April 1872 di Gujarat, India Barat.Hidup sezamandengan
tokoh-tokoh terkemuka India seperti, Muhammad Ali Jinnah, Muhammad Iqbal,
Ameer Ali, Fazl Husain, Sikandar Hayat Khan, dan Ali Jauhar.Abdullah Yusuf Ali
dikaruniai usia 81 tahun. Perjalanan hidupnya dilalui secara konstan antara Timur dan
Barat. Ia mengembara ke kota-kota besar Eropa dan kemudian menetap cukup lama di
London, Inggris. Hasilnya,ia benar-benar mengenal kebudayaan Barat beserta
filsafatnya.Yusuf Ali banyak berdialog dengan pemuka agama lain, termasuk kardinal

36
dan juga uskup. Ia banyakmendapat kesempatan mempelajari berbagai terjemahan
kitab suci mereka, bahkan ada beberapa yang mampu dihafalnya.
Menurut Abdullah Yusuf Ali didalam The Holly Quran tentang surat Ann-nisa
ayat 9 “ Biarlah mereka (yang membuang harta benda) memiliki ketakutan yang sama
dalam pikiran mereka seperti yang akan mereka alami sendiri jika mereka telah
meninggalkan keluarga yang tidak berdaya: Biarlah mereka takut kepada Allah, dan
mengucapkan kata-kata yang pantas (penghiburan)”.(QS. An-Nisa : 9)

- Tafsir Ahmad Musthafa Al-maraghi


Nama lengkap al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa al-Maraghi. Al- Maraghi
dilahirkan disebuah daerah yang bernama al-Maragho tahun 1298 Hijriyah bertepatan
dengan tahun 1881 Masehi. Dia mempelajari al-Qur’an dan bahasa Arab di tempat
kelahirannya. Setelah diterima sekolah di al-Azhar, diapindah ke Mesir dan belajar di
al-Azhar. Dia memperlihatkan kejeniusannya di sekolah dan terus mengikuti
materi-materi yang disampaikan gurunya, Muhammad ‘Abduh.Al-Maraghi wafat
pada bulan ramadhan tahun 1364 Hijriyah.
Dalam tafsir Al-Maraghi di jelaskan sebagai berikut:
Alquran Surat An-Nisa ayat 9 ini adalah masih berkisar tentang para wali (orang tua)
dan orang-orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anak- anak yatim. Juga
tentang perintah terhadap mereka agar mereka memperlakukan anak yatim dengan
baik, berbicara kepada mereka sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu
dengan halus, baik dan sopan, lalu memanggil mereka dengan sebutan anakku,
sayangku dan sebagainya (Al-Maraghi, 1993, p. 110).
Ayat di atas juga turun sebagai peringatan kepada orang-orang, yang berkenaan
dengan pembagian harta warisan agar tidak menelantarkan anak- anak yatim yang
dapat berakibat kepada kemiskinan dan ketidakberdayaan. Bagi orang-orang yang
beriman hendaklah bertakwa kepada Allah, dan hendaknya takut apabila
meninggalkan keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa, sehingga mereka
tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta-lunta. Ahmad Mustafa
Al-Maraghi (1993, p. 344) menjelaskan bahwa, orang- orang yang hidup pada zaman
jahiliyah tidak memperkenakan kaum wanita dan anak-anak kecil, untuk memperoleh
harta warisan. Kemudian mereka mengatakan dalam semboyannya, “Tidak boleh
mewarisi kecuali yang bisa menusuk dengan tombak dan memperoleh ganimah
(maksudnya sudah dewasa). Allah, memerintahkan agar memperlakukan dengan baik

37
anak-anak yatim, karena mereka sangat perasa tidak boleh tersinggung oleh perkataan
yang bernada menghina, terlebih lagi jika ibu bapaknya (yang telah tiada) disebutkan
secara jelek. Kenyataanya banyak sekali anak yatim yang terbentur dengan perlakuan
jelek dalam hal perkaataan.
Dari pemaparan di atas Allah memberi petunjuk kepada orang tua dan
orang-orang yang diwasiati (dititipi) anak-anak yatim, agar memiliki kekhawatiran
apabila di kemudian hari mereka menelantarkan anak dan tidak berdaya, sebagaimana
ia khawatir apabila hal itu terjadi kepada anak kandung mereka sendiri.
Ketidakberdayaan itu bukan hanya menyangkut soal ekonomi semata, tetapi kepada
seluruh aspek kehidupan anak. Banyak juga anak yang memiliki kedua orang tua,
tetapi mereka tidak mendapatkan kesejehteraan dari kedua orang tuanya, sehingga
anak mengalami penderitaan yang sama seperti anak yatim. Oleh karena itu setiap
orang tua bertanggung jawab terhadap mendidik anak, dan perkembangan masa depan
anak, jangan sampai termaginalisasi karena tidak memiliki pengetahuan, kemampuan
keterampilan, kesempatan, dan semua hal yang diperlakukan untuk kemajuan,
berkembang secara sehat, dan bermartabat serta diridhai Allah.

38
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan untuk anak sangatlah penting. Anak merupakan amanat bagi kedua
orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari
pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja
yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh
dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga
setiap gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang
ternak, niscayaakan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh guru dan
walinya. Maka hendaklah guru dan walinya memelihara mendidik dan membina serta
mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak
membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan,
sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.Untuk
dapat menjaga dan memelihara amanah Allah S.W.T berupa anak ini, maka setiap
orang tua harus mengupayakan agar anak-anaknya tetap dalamfitrahnya sewaktu awal
pertama kali ia diciptakan Allah S.W.T, yaitu menjadi jiwa-jiwa yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya serta tunduk pada segala ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Untuk itu diperlukan kritik dan saran guna membuat makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Dan diharapkan pembaca dapat memahami materi yang kami
paparkan dalam makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maroghi, Ahmad Mustafa. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang, PT.


Karya Toha Semarang.
Bahreisy, Salim & Bahreisy Said. 2006. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Singkat
6. Surabaya, PT. Bina Ilmu.
Huda, Miftahul. 2009. Idealitas Pendidikan Anak (Tafsir Tematik QS. Al-Lukman).
Malang: UIN- Malang Press
Shihab, M. Quraisy. 2012. Tafsir Al-Mishbah “Pesan, Kesan Dan Keseharian
Al-Qur’an” Cet V. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir,
Kairo Pustaka Imam Asy- Syafi’I, 2005.
Ali, Abdullah Yusuf. Tafsir Yusuf Ali, terj. Ali Audah. Bogor: Pustaka Litera
Ibrahim, Sulaiman. “Telaah The Holy Qur’an Karya Abdullah Yusuf Ali”. Hunafa,
Volume 7, nomor 1 (2010).
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-IlmuQur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa,
2011.
Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,(2006),
M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 2, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sayyid Quthb, Tafsir FiZhilalilQur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.
7, (Jakarta: Lentera Hati‟2002),

40

Anda mungkin juga menyukai