Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

AKUNTANSI UNTUK PERSEKUTUAN

OLEH :

INKKA VICTORYA NDOEN

2010020057

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

L...................................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB 2...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Persekutuan...................................................................................................................6
2.2. Karakteristik Persekutuan...............................................................................................................6
2.3. Bentuk-bentuk Organisasi dengan Karakteristik Persekutuan.......................................................7
2.4. Perjanjian Persekutuan Akuntansi Dasar Persekutuan...................................................................8
2.5. Pendirian Sebuah Persekutuan........................................................................................................8
2.6. Pembagian Laba Bersih atau Rugi Bersih......................................................................................10
2.8. Pembelian Kepemilikan dalam Persekutuan.................................................................................25
2.9. Investasi Aset dalam Persekutuan Keluarnya Sekutu...................................................................27
2.10. Pembayaran dengan Harta Pribadi Sekutu.................................................................................28
2.11.Pembayaran dengan Aset persekutuan.......................................................................................28
2.12.Meninggalnya Sekutu...................................................................................................................29
BAB III........................................................................................................................................................30
PENUTUP...................................................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................30
3.2 Saran...............................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................32

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
juga karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
perkuliahan Pengantar Akuntansi.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Kupang, … April 2020

Penulis

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai masalah akuntansi timbul didalam perusahaan yang dibentuk persekutuan.


Perlakuan dan presedur akuntasi yang spesifik dan tidak bisa dijumpai pada perusahaan yang
dibentuk perseroan terbatas, merupakan problema tersendiri sesuai dengan karakteristik
persekutuan di dalam perseroan terbatas dimana terdapat pemisahaan yang tegas antara pemilik
dengan menejemen, dipakai sebagai dasar landasan untuk meletakkan prinsip-prinsip akuntansi
yang lazim.
Didalam persekutuan pemisahan antara pemilik dengan manajemen demikian itu hampir
tidak ada, namun demikian penyelanggaran akutansinya harus berpedoman pada ketentuan-
ketentuan yang diatur oleh prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.
Dari segi akuntansinya persekutuan sebagai unit usaha harus dianggap mempunyai
kedududkan terpisah dengan pemilik-pemiliknya.
Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan diantara dua orang (badan) atau lebih
untuk memiliki bersama-sama dan menjalankan suatu perusahaan guna mendapatkan keuntungan
atau laba.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Persekutuan?
2. Apa Pengertian Karakteristik Persekutuan ?
3. Apa Pengertian Bentuk-bentuk Organisasi dengan Karakteristik Persekutuan?
4. Apa Pengertian Memahami Perjanjian Persekutuan Akuntansi Dasar Persekutuan?
5. Apa Pengertian  Pendapatan Pendirian Sebuah Persekutuan?
6. Apa Pengertian Pembagian Laba Bersih atau Rugi Bersih ?

4
7. Apa Pengertian  Laporan Keuangan Persekutuan Likuidasi Persekutuan ?
8. Apa Pengertian Pembelian Kepemilikan dalam Persekutuan ?
9. Apa Pengertian Investasi Aset dalam Persekutuan Keluarnya Sekutu ?
10. Apa Pengertian Pembayaran dengan Harta Pribadi Sekutu ?
11. Apa Pengertian Pembayaran dengan Aset persekutuan?
12. Apa Pengertian Meninggalnya Sekutu ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Persekutuan!


2. Mengetahui Dan Memahami Karakteristik Persekutuan!
3. Mengetahui Dan Memahami Bentuk-bentuk Organisasi dengan Karakteristik
Persekutuan!
4. Mengetahui Dan Memahami Perjanjian Persekutuan Akuntansi Dasar Persekutuan!
5. Mengetahui Dan Memahami Pendirian Sebuah Persekutuan !
6. Mengetahui Dan Memahami Pembagian Laba Bersih atau Rugi Bersih!
7. Mengetahui Dan Memahami Laporan Keuangan Persekutuan Likuidasi Persekutuan !
8. Mengetahui Dan Memahami Pembelian Kepemilikan dalam Persekutuan !
9. Mengetahui Dan Memahami Investasi Aset dalam Persekutuan Keluarnya Sekutu!
10. Mengetahui Dan Memahami Pembayaran dengan Harta Pribadi Sekutu !
11. Mengetahui Dan MemahamiPembayaran dengan Aset persekutuan !
12. Mengetahui Dan Memahami Meninggalnya Sekutu !

5
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persekutuan

Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan diantara dua orang (badan) atau
lebih untuk memiliki bersama-sama dan menjalankan suatu perusahaan guna mendapatkan
keuntungan atau laba.
Pengertian persekutuan (Patnership) menurut Para Ahli Yaitu : Menurut Suparwoto
(1997, hal 1) persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau asosiasi dari dua
individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Persekutuan dapat didirikan oleh baik oleh dua orang atau lebih
yang semuanya mempunyai usaha atau pun belum memiliki usaha. Firma merupakan salah satu
bentuk dari persekutuan dan pendiri-pendirinya merupakan pemilik dari firma tersebut yang
disebut dengan anggota-anggota atau sekutu-sekutu firma.
Tujuaan pendirian persekutuan biasanya adalah untuk memperluas usaha dan menambah
modal agar lebih dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain serta meningkatkan laba.

2.2. Karakteristik Persekutuan 
 
Karakteristik Persekutuan adalah merupakan sifat utama atau ciri khas persekutuan yang
meliputi:
1.Mutual Agency Perwakilan bersama  :   Masing-masing sekutu menjadi agen/wakil dari
persekutuan untuk tujuan usaha
2.Limited Life Umur terbatas  : persekutuan berlangsung selama individu-individu  yang
mengadakan persekutuan masih ada dan menghendaki
3.Unlimited Liability Tanggung jawab tak terbatas  : tanggung jawab anggota tidak
terbatas  pada jumlah investasi dalam persekutuan
4. Ownership of an Interset in a Partnership Kekayaan yang telah disetor ke dalam
persekutuan sudah bukan lagi milik sekutu penyetor, melainkan milik semua sekutu.

6
5. Participation on Partnership Profit Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam
pembagian laba atau rugi persekutuan.
6. Right to Dispose of a Partnership Interest Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk
menjual atau memindahkan haknya atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada
anggota sekutu maupun bukan.
7. Mutual Liabiliy Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan. Jadi utang
persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu.    

2.3. Bentuk-bentuk Organisasi dengan Karakteristik Persekutuan

Persekutuan dapat diklasifikasikan ke dalam :


1. Persekutuan Perdagangan
Adalah persekutuan yang usaha pokoknya adalah pembuatan, pembelian, dan penjualan barang
dagangan.
2. Persekutuan Jasa-jasa
Adalah persekutuan yang bertujuan untuk memberikan jasa-jasa karena keahliannya, misalnya
persekutuan antara akuntan, advokat dll.
Selain itu persekutuan dapat pula dibedakan antara :
3. Persekutuan Umum
Adalah suatu bentuk persekutuan dimana semua anggotanya dapat bertindak atas nama
perusahaan dan kepadanya dapat diminta pertanggung jawaban atas kewajiban-kewajiban
persekutuan. Masing-masing anggota disebut sekutu umum.
4. Persekutuan Terbatas
Suatu persekutuan dimana aktivitas angota tertentu dibatasi dan sebaliknya tanggung jawab
masing-masing anggota akan dibatasi samapi jumlah tertentu, yang mungkin sejumlah investasi
yag telah diberikannya. Anggota tersebut disebut sekutu terbatas.
5. Join Stock Companies
Adalah bentuk persekutuan dimana struktur modalnya berupa saham-saham yang dapat dipindah
tangankan. Perpindahan hak atas saham-saham tersebut tidak boleh mengganggu kontinuitas

7
usaha persekutuan. Tanggung jawab para anggota tidak terbatas seperti halnya pada persekutuan
umum.

2.4. Perjanjian Persekutuan Akuntansi Dasar Persekutuan 

Dalam persekutuan tentu harus ada perjanjian sebagai dasar pijakan pembentukan
persekutuan tersebut. Pada perjanjian persektuan berisi tentang, nama persekutuan, anggota,
tanggal berdiri, sifat serta bidang usaha, dan beberapa hal yang harus ada yaitu ;
1. Besarnya investasi dari masing-masing anggota
2. Hak dan kewajiban anggota
3. Buku-buku catatan dan laporan keuangan
4. Pembagian keuntungan
5. Hal-hal khusus yang  menyangkut masalah pembebanan dan penerimaan imbalan jasa tertentu
diantara para anggota.
6. Penarikan kembali modal yang disetor
7. Asuransi jiwa kematian salah satu anggota
8. Penyelesaian apabila ada perselisihan ddiantara para anggota dan lain-lain. 

2.5. Pendirian Sebuah Persekutuan

Dalam pendirian suatu persekutuan, biasanya dibuat suatu kesepakatan atau perjanjian yang
tertuang dalam akta pendirian yang berikut tentang:

1. Nama dan alamat persekutuan

2. Jenis usaha persekutuan

3. Hak dan kewajiban masing-masing anggota

4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh masing-masing anggota

5. Perjanjian pembagian laba/rugi

6. Syarat-syarat pengambilan modal / prive / penarikan kembali modal dan penambahan modal

8
7. Prosedur penerimaan anggota baru persekutuan

8. Prosedur keluarnya anggota persekutuan

9. Prosedur pembentukan Perseroan Terbatas dari persekutuan tersebut

10. Prosedur likuidasi

11. Uraian lainnya yang dianggap penting dan membutuhkan penjelasan lebih rinci

1. Akuntansi pendirian persekutuan berbentuk Firma

   Firma biasanya didirikan oleh beberapa anggota untuk berusaha bersama-sama guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Masing-masing anggota yang mendirikan firma dapat terdiri dari
beberapa kemungkinan sebagai berikut:

a) Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum mempunyai usaha (semua
anggota baru)

b) Firma didirikan oleh anggota yang sudah memiliki usaha sebelumnya dan anggota
yang belum memiliki usaha

2. Firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum memiliki usaha

       Jika firma didirikan oleh sekutu-sekutu yang semuanya belum memiliki usaha, maka
setoran-setoran langsung dicatat dalam buku firma yang baru. Jika setoran-setoran meliputi
aktiva non-kas, maka aktiva non-kas tersebut terlebih dahulu dinilai menurut harga pasar atau
nilai wajarnya. Apabila nilai wajarnya atau harga pasarnya tidak dapat ditentukan maka aktiva
non-kas tersebut dinilai menurut perjanjian sekutu-sekutu firma tersebut.             

9
2.6. Pembagian Laba Bersih atau Rugi Bersih
Para angota persekutuan dapat membuat persetujuan pembagian laba bersih (rugi bersih)
yang dianggap sesuai dengan kontribusi masing-masing anggota di dalam persekutuan. Terdapat
berbagai cara yang dapat dipakai sebagai dasar pembagian laba bersih (rugi bersih) di dalam
persekutuan. Dasar pembagian laba bersih (rugi bersih) yang dipilih harus dinyatakan di dalam
perjanjian persekutuan. Adapun berbagai cara pembagian laba bersih (rugi bersih) yang akan
dikemukakan disini adalah:

1. Dibagi sama.

2.Dengan perbandingan atas dasar perjanjian.

3.Dengan perbandingan penyertaan modal.

4.Mula-mula ditentukan bunga modal dari masing-masing anggota, selebihnya dibagi atas dasar
perjanjian.

5. Mula-mula diberikan gaji sebagai pemilik dan bonus kepada anggota yang aktif bekerja,
sisanya dibagi atas dasar perjanjian.

6. Mula-mula diterapkan bunga untuk modal dari anggota, kemudian gaji sebagai pemilik dan
bonus untuk anggota-anggota yang dianggap berjasa dan sisanya dibagi atas dasar perjanjian
bersama.

Contoh :

            Tuan F, G dan H telah mendirikan sebuah persekutuan dan pada tahun 1980 mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 150.000,00. Pada akhir tahun1980, diketahui posisi rekening pribadi
(prive/personal/current account) dan rekening “modal” masing-masing anggota adalah sebagai
berikut :

•         Apabila disetujui laba (rugi) yang diperoleh dibagi sama :

Rugi & Laba               Rp 150.000,00

10
            Pribadi, F                          Rp 50.000,00

            Pribadi, G                               Rp 50.000,00 

            Pribadi, H                               Rp 50.000,00

Apabila  pembagian laba/rugi  dengan 

perbandingan  Tuan F : G : H = 3 : 5 :7

Rugi & Laba            Rp 150.000,00

            Pribadi, F                                  Rp 30.000,00

            Pribadi, G                                  Rp 50.000,00 

            Pribadi, H                                  Rp 70.000,00

   Perhitungan:  

Bagian laba Tuan F = 3/15 x 150.000       =  Rp  30.000,00

 Bagian laba Tuan G = 5/15 x 150.00        =  Rp   50.000,00

 Bagian laba Tuan H = 7/15 x 150.000      =  Rp   70.000,00

                           Total                                      Rp 150.000,00

Apabila  pembagian laba (rugi) sesuai perbandingan penyertaan modal dari masing-masing
anggota

       Dalam hal ini ada 3 kemungkinan yang bias ditempuh, yaitu :

11
•         Sesuai dengan perbandingan modal awal.

           Rugi & Laba                    Rp 150.000,00

            Pribadi, F                                        Rp 37.500,00

            Pribadi, G                                       Rp 50.000,00 

            Pribadi, H                                       Rp 62.500,00

•         Sesuai dengan perbandingan modal akhir.

         Rugi & Laba                    Rp 150.000,00

                     Pribadi, F                                        Rp 40.000,00

                     Pribadi, G                                       Rp 50.000,00 

                     Pribadi, H                                       Rp 60.000,00

                         

•         Sesuai dengan perbandingan modal rata-rata tahunan

             Rugi & Laba                  Rp 150.000,00

                     Pribadi, F                                        Rp 33.750,00

                     Pribadi, G                                       Rp 41.250,00 

                     Pribadi, H                                       Rp 75.000,00

Masalah Gaji Pemilik, dan Bunga Modal.

         Di dalam akuntansi gaji pemilik dan bunga modal (sendiri) tidak diakui sebagai biaya
(usaha) bagi perusahaan, karena pada umumnya ditentukan sepihak (oleh pemilik sendiri) dan

12
bukan atas transaksi yang obyektif. Namun jika dapat diidentifikasikan dengan jasa dan bunga
modal maka harus diperlukan sebagai biaya yang sebenarnya.

            Bagi manajemen lebih bermanfaat untuk memperlakukan gaji pemilik dan bunga modal
(sendiri) sama halnya dengan biaya usaha. Untuk itu informasi laba (rugi) periodiknya lebih
menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang sebenarnya.

contohnya sebgai berikut :

A dan B adalah anggota-anggota persekutuan yang membagi laba (rugi) dengan


perbandingan yang sama. Kepada mereka sebagai pemilik diberi gaji masing-masing sebesar Rp.
75.000,00 per bulan untuk A dan Rp. 100.000,00 per bulan untuk B. menurut Laporan
Perhitungan Rugi-laba dalm periode tahun buku 1980, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.
2.500.000,00.

Apabila gaji yang diberikan kepada A dan B diperlakukan sebagai faktor pembagian laba,
maka laba sebesar Rp. 2.500.000,00 menurut laporan Perhitungan Rugi-Laba tersebut, akan
mamberikan hak atas laba kepada masing-masing anggota sebagai berikut :

Akan tetapi apabila gaji yang dibayarkan kepada A dan B diperlakukan sebagai biaya
usaha, maka pembagian laba sebesar Rp. 2.500.000 akan memberikan hak atas laba kepada
masing-masing anggota sebesar Rp. 1.250.000

Dengan demikian jerlas B akan memilih untuk memperlakukan gaji yang telah
diterimanya itu sebagai pembagian laba. Sedang bagi A lebih untung apabila gaji pemilik
diperlakukan sabagai biaya usaha bagi perusahaan.

Gaji Pemilik dan atau Bunga Modal di atas jumlah laba bersih

Contohnya :

A dan B adalah anggota persekutuan mempunyai saldo modal masing-masing    

sebesar  Rp. 100.000,00 untuk A. dan Rp. 200.000,00 untuk B. pembagian  

laba diatur dengan ketentuan sebagai berikut :

Mula –mula di perhitungkan bunga modal sebesar 6% per tahun, sedang di

13
bagi dengan perbandingan yang sama.

Apabila dalam tahun 1980, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp.

50.000,00 maka pembagian laba tersebut adalah :

Apabila laba dalam tahun 1980 sebesar Rp. 10.000 atau Rp. 8.000 (lebih kecil dari bunga modal)
maka pembagian laba tersebut adalah :

Apabila  perusahaan rugi sebesar Rp. 4.000,00 dalam tahun 1980, maka bunga modal harus
diperhitungkan terlebih dahulu sehingga diperoleh pembagian laba sebagai berikut :

Karena perusahaan  mengalami kerugian dan barang tidak membagikan laba kepada
anggotanya, kecuali untuk bunga modal yang telah dibayarkan. Perhitungan pembagian
laba(rugi) dalam tahun yang bersangkutan di bebankan langsung kepada saldo modal masing-
masing anggota. Meskipun B masih berhak menerima pembagian laba Rp. 1.000 menurut
perhitungan pembagian laba (rugi), tetapi tidak mungkin ia menagihnya kepada A. penurunan
perhitungan kekayaan bersih persekutuan sebesar Rp. 22.000 (rugi usaha Rp. 4.000 di tambah
bunga modal Rp. 18.000 akan diikuti dengan berkurangnya saldo modal masing-masing anggota
sebesar Rp. 11.000 seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Dengan demikian ada sebagian modal A sebesar Rp. 1.000 (yaitu selisih lebih rugi usaha
dengan jumlah kerugian yang ditanggung oleh A = Rp. 4.000 – Rp. 5.000 ) terserap dan
berpindah  menjadi haknya B sebagai partnernya. Hal ini juga terbukti dari jumlah uang yang
telah diterima B sebesar Rp. 12.000 dari perusahaan, akan tatapi saldo modalnya hanya
berkurang sebesar Rp. 11.000 dalam tahun buku 1980

Untuk menghindari keadaan sperti itu, maka biasanya di dalam perjanjian pembagian
laba ditegaskan adanay pembatasan terhadap jumlah minimum laba yang di dapat. Berdasarkan
ketentuan jumlah minimum laba tersebut biasanya di tentukan jumlah gaji pemilik dan bunga
modal yang diperhitungkan sebagai faktor pembagian laba. Apabila diadakan batasan, berarti
laba di bawah jumlah minimum yang ditetapkan atau jumlah kerugian harus dibagi berdasar
ketentuan lain yang di tetapkan dalam perjanjian.

Misalnya dalam perjanjian pembagian laba(rugi) persekutuan A&B pada contoh di atas ditambah
ketentuan sbb :

14
•         >laba di bawah jumlah bunga modal yang diperhitungkan dibagi sesuai   

dengan perbandingan modal, sedang kerugian yang dibagi dengan perbandingan yang sama.

•         >Kerugian yang diderita Rp. 4.000,00 dalam tahun 1980. dibagi rata jadi Rp. 2.000.

•         >Penurunan kekayaan sebesar Rp. 22.000 diikuti berkurangnya saldo masing-masing


anggota.

 Koreksi atas L / R tahun-tahun yang lalu

            Di dalam persekutuan, masalah yang dihadapi dalam koreksi laba (rugi) ialah
pengaruhnya terhadap hak pemilikan dan bagian atas laba (rugi) kepada masing-masing pribadi
anggota (pemilik). Hal ini menyangkut masalah koreksi dan penyesuaian terhadap alokasi laba
(rugi) kepada msing-masing anggota pemilik.

Pada umumnya tiga alternatif berikut ini dapat dipakai untuk menyelesaikan penyesuaian
alokasi atas laba (rugi) tahun-thaun yang lalu :

1. Jumlah koreksi laba (rugi) yang relatif kecil, cukup ditutup atau dibebebankan kepada
laba (rugi) tahun yang berjalan, asal tidak mempengaruhi secara material terhadap hak-
hak pemilikan (saldo modal) dari masing-masing anggota pemilik.

2. Apabila jumlah koreksi cukup besar,dan sulit diidentifikasikan,dapat dibebankan


kepada laba (rugi) tahun yang berjalan atau dialokasikan sebagian kepada laba (rugi)
tahun-tahun yang lalu sesuai dengan kehendak para anggota pemilik.

3. Apabila koreksi laba (rugi) cukup besar,dan dapat diidentifikasikan.Misalnya ada


kesalahan perhitungan beban penyusutan aktiva tetap,  maka perhitungan dan alokasi
kembali laba (rugi) kepada masing-masing pemilik harus dilakukan.

•         Neraca

          Sebagian besar ketentuan di dalam penyusunan neraca pesekutuan tidak berbeda dengan
neraca perusahaan pada umumnya. Kecuali penyajian pada sisi passive di dalam neraca
persekutuan menggunakan dasar “konsep pemilik (proprietary concept)”, dengan menonjolkan
hak pemilikan tiap-tiap anggota melalui rekening modalnya secara terpisah.

Perubahan Ratio Pembagian Laba (rugi)


15
            Apabila para anggota pemilik bersepakat untuk mengadakan perubahan ketentuan
pembagian laba (rugi) perusahaan, maka terlebih dahulu harus diadakan penilaian kembali
terhadap aktiva perusahaan sebelum ketentuan yang baru mulai berlaku. Hal ini dianggap
penting agar perimbangan hak-hak pemlikan setelah berlakunya ketentuan yang baru tetap dapat
dipertahankan. Peubahan ketentuan pembagian laba (rugi) tanpa diikuti penilaian kembali aktiva,
kemungkinan akan mengakibatkan keuntungan pada sebagian pemilik dan kerugian bagi
sebagian pemilik lainya dari posisi aktiva sebelum ketentuan baru itu mulai berlaku. Dengan kata
lain perubahan ketentuan pembagian laba, kemungkinan berlaku surut.

                                                                                                                                          

2.7. Laporan Keuangan Persekutuan Likuidasi Persekutuan

Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara


keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua utang
pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan
rasio laba / rugi.

Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis


persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan mencakup
konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi,
pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan
keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang meringkas
seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan
sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan. 

Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas sebelum
distribusi dilakukan kepada sekutu. Ketika persekutuan dilikuidasi dengan pendistribusian
bertahap kepada sekutu, kas didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi
sebelum untung ataupun rugi likuidasi diakui. Untuk mencegah pembayaran yang berlebihan
kepada sekutu, jumlah kas yang didistribusikan dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh sekutu
secara pribadi tidak likui dan seluruh aktiva bukan kas rugi. Dengan asumsi ini ada dua
pendekatan utama untuk menghitung jumlah pembayaran aman kepada sekutu pada tiap tahap
distribusi. Pendekatan pertama ialah menyiapkan skedul pembayaran aman untuk setiap tahap

16
distribusi dan pendekatan kedua adalah menyiapkan rencana distribusi kas yang digunakan
selama proses likuidasi. 

Disolusi

Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya sekutu
lama akan mengakibatkan disolusi (pembubaran) persekutuan. Tetapi disolusi tidak selalu terjadi
dengan berhentinya operasi persekutuan atau berhentinya usaha dan akuntansi persekutuan.
Disolusi persekutuan menurut Undang-undang adalah "perubahan pada hubungan sekutu ketika
ada sekutu yang tidak lagi terlibat dalam menjalankan usaha yang berbeda dengan penyelesaian
(winding up) usaha tersebut (Bagian 29 Undang-undang).

Disolusi persekutuan adalah berubahnya para hubungan sekutu yang menyebabkan


berhentinya persekutuan sebagai entitas hukum. Pada disolusi, entitas persekutuan bisa berjalan
terus jika ada perjanjian baru.

Ketika persekutuan secara hukum resmi disolusi, baik dengan masuknya sekutu baru atau
dengan pengunduran diri atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan baru
perlu dibuat untuk kelanjutan usaha persekutuan. 

PROSES LIKUIDASI

Pada umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal:

- Mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas.

- Mengakui keuntungan dan kerugian dan biaya likuidasi yang timbul selama masa
likuidasi.

- Menyelesaikan seluruh kewajiban.

- Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir kas mereka.

17
Penjelasan umum mengenai proses likuidasi mengasumsikan bahwa persekutuan mampu
membayar hutang-hutangnya, dengan kata lain aktiva yang dimiliki melebihi kewajiban.

Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai
prioritas:

- Jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu

- Jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba

- Jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya

Seluruh saldo laba atau rugi dan prive harus ditutup ke perkiraan modal sebelum
distribusi dilakukan. Kekayaan persekutuan tidak boleh didistribusikan kepada sekutu yang
memiliki saldo modal negative. Maka dari itu saldo pinjaman sekutu harus ditutup dengan saldo
modal untuk menentukan jumlah yang dibagikan kepada sekutu. Ketika jumlah yang akan
dibagikan kepada sekutu tertentu telah ditentukan, saldo pinjaman sekutu itu harus dikurangi
sebelum perkiraan modalnya dikurangi.

Likuidasi Persekutuan Sederhana

Likuidasi persekutuan yang sederhana mengkonversi seluruh aktiva sekutu menjadi kas
dan mendistribusikan kas kepada sekutu pada penyelesaian akhir persekutuan. Jumlah kas yang
didistribusikan kepada sekutu sama dengan saldo modal masing-masing setelah seluruh kerugian
yang terjadi dari likuidasi diakui. Kerugian selama likuidasi dibebankan langsung ke perkiraan
modal. Rasio pembagian laba dan rugi digunakan selama likuidasi kecuali jika perjanjian
persekutuan menyebutkan metode pembagian laba dan rugi yang lain  selama likuidasi. Jika
dalam perjanjian menyebutkan penyisihan untuk gaji dan bunga, maka rasio pembagian sisal aba
dan rugi yang digunakan selama likuidasi. Ini dikarenakan keuntungan dan kerugian atas
likuidasi merupakan penyesuaian atas laba sebelumnya yang akan dibagikan dengan rasio
pembagian laba sisa, jika telah diakui sebelum disolusi.

Saldo Modal Debit dalam Persekutuan yang Likuid

Dalam melikuidasi persekutuan yang likuid, sumber dana yang tersedia dipakai untuk
membayar kreditur dan sisanya dibagikan untuk sekutu. Tetapi proses likuidasi bisa saja
menghasilkan kerugian yang menyebabkan perkiraan modal sekutu menjadi bersaldo debit. Jika

18
ini terjadi, sekutu yang memiliki saldo debit tersebut mempunyai kewajiban terhadap sekutu
yang modalnya bersaldo kredit, dan mereka diminta untuk menggunakan harta pribadi mereka
untuk menyelesaikan kewajibannya. Apabila sekutu yang memiliki saldo debit tidak memiliki
harta ppribadi, maka sekutu yang masih memilikii kekayaan diasumsikan rugi sebesar saldo
debit. Kerugian ini dibagi berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.

Apabila Jaya secara pribadi mampu membayar untuk menutupi saldo debitnya, maka ia harus
membayar sebesar Rp 3.000.000 kepada persekutuan. Pembayarannya akan menaikkan kas
menjadi Rp 28.000.000, yang nantinya akan didistribusikan kepada Joko dan Joni pada akhir
likuidasi. Jika Jaya tidak mampu membayar untuk menutupi saldo debitnya, maka jumlah itu
dianggap rugi dan dibebankan ke Joko dan Joni menurut rasio pembagian laba dan rugi. Rugi
yang dibebankan ke Joko adalah sebesar Rp 2.000.000 (Rp 3000.000 X 0,4/0,6), dan untuk Joni
sebesar Rp 1.000.000 (Rp 3.000.000 X 0,2/0,6). Dalam hal ini, kas sebesar Rp 25.000.000
dibagikan kepada Joko sejumlah Rp 14.000.000 dan Joni sejumlah Rp 11.000.000.

PEMBAYARAN AMAN UNTUK SEKUTU

Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas
mungkin akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi
sebelum aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk
mendistribusikan kas yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum
keuntungan atau kerugian diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak kas
yang bias didistribusikan secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah
distribusi yang bias dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang
didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak perlu
dikembalikan kepada persekutuan. 

Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini: 1.
Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada perusahaan),
2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas harus dipertimbangkan
rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman). Selain itu, ketika mengkalkulasi

19
pembayaran yang aman persekutuan juga memegang sejumlah tertentu kas untuk menutupi biaya
likuidasi, kewajiban, yang belum tercatat dan kontijensi lainnya.   

LIKUIDASI BERTAHAP

Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa
bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodik, cicilan/bertahap,
kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas
kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Berikut panduan  yang dapat
digunakan untuk membantu akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada
para sekutu :

1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan
beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum
menentukan jumlah uang tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu :
1. Asumsikan bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan
dihapuskan sebagai kerugian, yaitu bahwa tidak ada lagi yang
dapat direalisasikan dari penghapusan aset.
2. Asumsikan bahwa defisit timbul pada akun modal para sekutu
akan didistribusikan kepada sekutu yang tersisa, asumsi bahwa
defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal
tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit
pada akun modal menunjukkan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat
didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu,
pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi aset tersisa di masa depan.
Sebelum melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran
aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk.

20
Skedul ini dimulai dengan saldo modal dan pinjaman secara logika menggunakan akun-akun
modal yang berasal dari persamaan akuntansi : Aset – Kewajiban = Saldo Modal Sekutu. Skedul
pembayaran aman kepada para sekutu ini mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar para
sekutu mengetahui berapa besar kas yang akan diterima pada setiap tanggal distribusi kas.

Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas aset nonkas dan beban likuidasi,
menimbulkan total pembebanan yang harus didistribusikan terhadap akun modal para sekutu.
Jika asumsi ini menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal salah satu sekutu, maka itu
bukan defisit aktual yang harus ditutup. Hal tersebut hanyalah hasil dari penerapan asumsi kasus
terburuk.

RENCANA DISTRIBUSI KAS

Rencana Distribusi Kas

Skedul pembayaran aman merupakan metode efektif untuk menghitung jumlah


pembayaran aman kepada sekutu dan mencegah pembayaran yang berlebihan kepada sekutu.
Tetapi pendekatannya tidak efisien jika distribusi bertahap dilakukan berkali-kali karena skedul
pembayaran aman harus disiapkan untuk tiap distribusi sampai saldo modal sesuai dengan rasio
pembagian laba dan rugi. Skedul pembayaran aman juga tidak cukup baik sebagai alat
perencanaan karena tidak memberikan informasi yang membantu sekutu ketika mereka
mengharapkan mendapatkan pembagian kas. Kekurangan dari pendekatan skedul pembayaran
aman ini bias diatasi dengan menggunakan rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi.

Urutan Kerentanan

Pada awal proses likuidasi, Dono, Kasino, Indro memiliki saLdo modal masing-masing
Rp 340.000.000, Rp 340.000.000 dan Rp 200.000.000 tetapi ekuitas mereka masing-masing
adalah Rp 340.000.000, Rp 360.000.000 dan Rp 160.000.000. Untuk menentukan kerentanan
atau kemungkinan rugi ekuitas tiap sekutu dibagi dengan rasio pembagian laba untuk
mengidentifikasi rugi maksimum yang bisa ditanggung oleh sekutu tanpa menyebabkan ekuitas
mereka berkurang sampai dibawah nol.

Urutan kerentanan menunjukkan bahwa Dono adalah yang paling rentan terhadap rugi
karena ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi persekutuan Rp

21
680.000.000. Sebaliknya, kasino paling tidak rentan karena ekuitasnya cukup untuk menanggung
bagian kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp 1.200.000.000. Interpretasi ini membantu
menjelaskan mengapa Kasino mendapatkan seluruh kas yang didistribusikan kepada sekutu pada
tahap awal likuidasi.

Kerugian yang dapat ditanggung

Skedul ini diawali dengan ekuitas sebelum dilikuidasi dan mengurangi ekuitas masing-
masing sekutu dengan bagian kerugiannya yang secara tepat mengeliminasi ekuitas sekutu yang
paling rentan. Langkah berikutnya adalah mengurangkan sisa ekuitas masing-masing sekutu
dengan bagian ruginya yang secara tepat mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan
selanjutnya. Proses ini berlanjut terus sampai seluruh ekuitas sekutu yang paling tidak rentan
berkurang sampai nol. Skedul kerugian yang diasumsikan yang bisa ditanggung untuk Dono,
Kasino, Indro, adalah berikut ini.

Kerugian persekutuan yang benar-benar mengeliminasi ekuitas Dono ialah Rp


680.000.000 jumlah yang didapat dari perhitungan urutan kerentanan. Setelah ekuitas Dono
menurun sampai nol pada tahap pertama kerugian dibagi 60% untuk Kasino dan 40% untuk
Indro sampai ekuitas Indro menjadi nol. Tambahan kerugian persekutuan yang menurunkan
ekuitas Indro menjadi nol adalah Rp 60.000.000 – ekuitas Indro Rp 24.000.000 dibagi dengan
40% rasio pembagian laba setelah Dono dikeluarkan dari perhitungan atau tidak mampu
membayar. Setelah ekuitas Indro dikurangkan menjadi nol, ekuitas Indro tinggal Rp
120.000.000.

Rencana Distribusi Kas

Kasino harus menerima Rp 120.000.000 yang didistribusikan pertama kali kepada sekutu.
Rencana distribusi kas untuk persekutuan Dono, Kasino, Indro, dibuat dari skedul asumsi
kerugian yang bisa ditanggung sebagai berikut.

Dalam membuat rencana distribusi kas, kas yang tersedia paling pertama untuk
didistribusi diberikan kepada kreditur bukan sekutu. Ini terdiri dari Rp 300.000.000 utang dagang

22
dan Rp 200.000.000 wesel bayar persekutuan Dono, Kasino, dan Indro tanggal 31 Desember
19X1. Selanjutnya Rp 20.000.000 dibayarkan kepada Kasino atas pinjaman yang diberikan
kepada persekutuan karena pinjaman sekutu lebih tinggi prioritasnya daripada modal sekutu.
Kemudian sejumlah Rp 100.000.000 yang tersedia didistribusikan kepada Kasino dengan
mempertimbangkan saldo modalnya. Distribusi ini melengkapi penyesuaian seluruh saldo modal
dan rasio pembagian laba. Sisa distribusi dilakukan berdasarkan rasio pembagian laba.

Kasino dapat menganalisa rencana distribusi, kas pada 1 Januari 19X2 dan menentukan
bahwa dia akan mulai menerima kas setelah Rp 500.000.000 dibayarkan kepada kreditur. Begitu
pula Kasino dan Indro dapat menggunakan rencana ini untuk melihat kesempatan mereka dalam
memperbaiki ekuitas persekutuan mereka.

Skedul Distribusi Kas

Penerapan lebih lanjut dari rencana distribusi kas dapat didistribusikan dengan
mengasumsikan bahwa persekutuan Dono, Kasino, Indro dilikuidasi dengan dua tahap. Pada
tahap pertama kas sebesar Rp 550.000.000 didistribusikan dan sebesar Rp 250.000.000 pada
tahap kedua dan terakhir. Dengan asumsi ini rencana distribusi kas akan digunakan dalam
menyiapkan skedul distribusi kas seperti di  bawah ini.

Kas yang didistribusikan pada tahap pertama dialokasikan Rp 500.000.000 untuk


kewajiban bukan sekutu dan Rp 20.000.000 untuk membayar kembali pinjaman dari Kasino.
Sisa Rp 30.000.000 dibayarkan kepada Kasino untuk mengurangi saldo perkiraan modalnya.
Pada distribusi tahap kedua, Kasino mendapat Rp 70.000.000 pertama untuk menyesuaikan
perkiraan modalnya dengan Indro. Kemudian Rp 60.000.000 dialokasikan kepada Kasino dan
Indro berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi 60:40, dan terakhir Rp 120.000.000
dialokasikan kepada Dono, Kasino dan Indro berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi
50:30:20. Informasi dari skedul distribusi kas digunakan dengan cara yang sama seperti
informasi dari skedul pembayaran aman, yaitu pembayaran kas yang diindikasikan dengan
skedul distribusi kas dimasukkan dalam laporan likuidasi persekutuan dan dalam catatan
persekutuan sebagai distribusi kas yang benar-benar dilakukan.

23
Pembuatan rencana distribusi kas lebih banyak memakan waktu dibandingkan pembuatan
skedul pembayaran aman. Tetapi seperti yang diperlihatkan disini, rencana distribusi kas
memberikan arti yang fleksibel dan efisien untuk menentukan pembayaran yang aman kepada
sekutu. Lagipula, rencana distribusi kas memberikan fungsi perencanaan yang sama baiknya
dengan fungsi perhitungan.

SEKUTU DAN PERSEKUTUAN YANG TIDAK LIKUID

Untuk sekutu yang tidak likuid aturan yang berlaku untuk mengklaim harta dari sekutu yang :

1.      Jumlah terutang kepada kreditur luar.

2.      Jumlah terutang kepada kreditur persekutuan.

3.      Jumlah terutang kepada sekutu dari kontribusi.

Persekutuan Likuid-Satu atau Lebih Sekutu tidak Likuid

    Dalam likuidasi persekutuan, kreditur persekutuan mendapatkan penggantian atas klaim


mereka dari harta persekutuan. Persekutuan harus hati-hati untuk tidsak mendistribusikan harta
persekutuan kepada sekutu yang tidak likuid karena kreditur pribadi mereka mengklaim aktiva
persekutuan atas ketidaksanggupan sekutu membayar hutangnya. Sebagai ilustrasi Wina, Yoke,
dan Zena adalah sekutu dengan pembagian laba 30%,30% dan 40%. Wina tidak likuid secara
pribadi, dengan harta pribadi Rp 50.000.000 dan kewajiban pribadi Rp 100.000.000.

Kasus A  Kasus B  Kasus C 

Kas 60.000.000dr  -  - 

Modal Wina  18.000.000kr  18.000.000kr  21.000.000dr 

Modal Yoke  18.000.000kr  27.000.000kr  9.000.000kr 

Modal Zena  24.000.000kr  9.000.000kr  12.000.000kr 

24
Kasus A, ekuitas persekutuan Wina 18.000.000 tidak boleh dibayar langsung kepada wina
karena kreditur pribadi mempunyai klaim atas kepemilikan dalam aktiva persekutuan sebesar
18.000.000. sedangkan Kasus B, kreditur wina memiliki klaim atas aktiva pribadi Yoke karena
Yoke mempunyai hutang pribadi kepada wina sebesar 18.000.000. zena juga memiliki klaim atas
yoke sebesar 9.000.000. dan pada Kasus C, wina memiliki saldo pada perkiraan modalnya dan ia
tidak likuid. Yoke dan Zena tidak boleh mengambil aktiva pribadi wina. Mereka membagi rugi
sebesar 21.000.000 berdasarkan rasio pembagian laba 3/7 dan 4/7.

Persekutuan Tidak Likuid

Rosi, Fani, dan Koni adalah sekutu yang membagi laba secara merata dan persekutuan mereka
sekarang dalam proses likuidasi. Setelah dikonversi menjadi kas, akan digunakan untuk
membayar kewajiban,dengan rincian:

Kewajiban          90.000.000kr          Modal Fani (1/3)    30.000.000dr

Modal Rosi (1/3)     30.000.000dr         Modal Koni (1/3)    30.000.000dr

Diketahui seluruh sekutu memiliki sumber daya pribadi paling sedikit 30.000.000, tiap sekutu
harus membayar 30.000.000 ke persekutuan. Tetapi jika kreditur menagih 90.000.000 dari Rosi,
maka saldo persekutuan yang tersisa menjadi, Modal Rosi, Fani, Koni masing – masing
60.000.000kr, 30.000.000dr,30.000.000dr. Apabila fani dan Koni hanya dapat membayar
masing-masing 30.000.000, maka desakan kreditur kepada rosi tidak beralasan. Tetapi jika
desakan terhadap rosi karena koni secara pribadi tidak likuid dan aktiva bersih fani hanya
35.000.000, situasinya akan berubah. Dalam hal ini rosi dan fani membagi kerugian Koni sebesar
30.000.000, dimana setelah itu rosi memiliki saldo modal kredit 45.000.000 dan fani saldo debit
45.000.000. Jadi, karena aktiva pribadi fani hanya 35.000.000, rosi menagih dari 35.000.000 dari
fani dan sisa 10.000.000 dalam saldo debit modal fani dihapuskan sebagai kerugian rosi.

                              

2.8. Pembelian Kepemilikan dalam Persekutuan


Perkembangan dunia usaha saat ini sulit untuk diprediksi,  baik dalam proses
pertumbuhan maupun dalam proses penyesuian dengan kondisi ekonomi. Demikan juga dalam

25
persekutuan yang sudah berjalan dengan perjanjian yang sudah dibuat adakalnya harus
mengalami perubahan.perubahan dalam persekutuan sudah menjadi hal biasa. Hanya saja
perubahan tersebut mempunyai perlakuan khusus dalam akuntansinya. Perubahan-perubhan
dalam persekutuan akan mengakibatkan persekutuan tersebut.

Dari sisi yuridis persekutuan dinyatakan bubar apabila perjanjian yang telah disepakati
untuk menjalankan usaha bersam-sama (sesuai dengan karakteristik persekutuan) telah berakhir.
Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya salah satu skutu
atau adanya sengketa diantara skutu baik permintaan anggota sekutu tersebut atau lewat
pengadilan, maka persekutuan tersebut dinyatakan dibubarkan.

Ketika persekutuan secara yuridis dinyatakan dibubarkan dengan alasan-alasan di atas, maka
perjanjian baru perlu dibuat lagi untuk kelanjutan usaha tersebut. Jadi pembubaran yang
dimaksud dalam pokok bahasan ini pembubaran dari sisi yuridis bukan pembubaran operasional
perusahaan.

 Permasalahan timbul sehubungan dengan pembubaran ini adalah penilaian kembali terhadap
aset-aset persekutuan. Ada pendapat yang menyatakan karena pembubran persekutuan lama,
maka seluruh aktiva yang ditransfer persekutuan yang baru harus dinilai ulang dengan cara yang
sama seperti kalau persekutuan tersebut dijual keperusahaan lain. Atau pendapat lain tidak harus
dinilai seperti itu. Kedua pendapat itu mempunyai nilai masing-masing. Hanya saja dalam bab
ini tidak membahas tentang pendapat tersebut, tetapi poko bahasan bab ini terfokus pada sisi
akuntansi perubahan persekutuan dengan alasan-alasan diatas dan bagaimana goodwill atau
bonus diberikan kepada anggota-anggota persekutuan. Kondisi-kondisi yang menyebabkan
pembubaran terjadinya persekutuan adalah:

1.   Pembubaran karena tindakan sekutu.

a.   Tidak tercapainya tujuan atau jangka waktu yang telah ditentukan berakhir.

b.   Kesepakatan bersama. Anggota-anggota sekutu dapat menyetujui secara timbal balik


perubahan setiap saat dalam keanggotaan persekutuan atau untuk membubarkan
persekutuan mereka.

26
c.  Pengunduran dari salah seorang anggota sekutu. Seorang sekutu mempunyai hak
untuk mengundurkan diri dari persekutuan. Pengunduran diri ini akan mengakibatkan
pembubaran persekutuan.

2.  Pembubaran karena keputusan pangadillan

a. Ketidakmampuan anggota sekutu untuk memenuhi kewajiban nya terhadap perjanjian


persekutuan.

b.  Perselisihan antar anggota sekutu

c.  Operasional perusahaan tidak mungkin lagi untuk diteruskan, karena perusahaan
mengalami kerugian terus menerus.

d.   Tindakan anggota sekutu yang mengakibatkan tidak adanya keserasian dalam usaha
yang sedang berjalan.

e.  Atau alasan-alasan lain yang menyebabkan pengadilan menyatakan persekutuan


tersebut dibubarkan, misalnya kecurangan atau kekeliruan dalam pembentukan formasi
persekutuan.

3.  Pembubaran menurut undang-undang.

a.  Meninggal salah seorang sekutu.

b.  Bangkrutnya salah seorang atu lebih anggota sekutu.

c. Kejadian-kejadian tertentu yang dilakukan oleh salah seorang anggota sekutu yang
membawa nama persekutuan.

d. Adanya bencana, perang yang mengakibatkan persekutuan tidak dapat diteruskan.

                                                                                                                               

27
2.9. Investasi Aset dalam Persekutuan Keluarnya Sekutu      
Masuknya sekutu baru melalui investasi aset ke dalam persekutuan merupakan transaksi
yang terjadi antara sekutu baru dengan persekutuan. Transaksi ini sering kali disebut sebagai
penerimaan melalui investasi (Admission by investment), dimana baik aset bersih maupun total
modal persekutuan akan bertambah.

Pada kasus masuknya sekutu melalui investasi, akan timbul kerumitan ketika investasi sekutu
baru berbeda dari ekuitas modal yang diperoleh. Ketika nilai tersebut tidak sama, maka selisih
yang timbul merupakan bonus yang akan diberikan untuk sekutu lama atau sekutu baru.

Bonus untuk sekutu lama 

Untuk alasan pribadi maupun bisnis, sekutu lama tidak akan mau menerima sekutu baru
tanpa menerima bonus.

Dua faktor akuntansi menjadi alasan dalam bisnis, pertama, total modal sekutu sama
dengan nilai buku aset bersih yang dicatat oleh persekutuan. Pada saat sekutu baru masuk, nilai
pasar wajar aset seperti tanah an bangunan mungkin lebih tingi dari pada nilai bukunya. Bonus
pembantu menutupi selisih yang timbul antara nilai pasar wajar dengan nilai buku.

Kedua, pada saat persekutuan mengalami laba, maka akan ada goodwill. Namun,
goodwill yang timbul tersebut tidak akan dicatat atau masuk sebagai bagian dari total modal
sekutu. Bonus tersebut akan menambah saldo modal para sekutu lama. Nilai bonus akan
dialokasikan berdasarkan rasio laba sebelum masuknya sekutu baru.

Bonus untuk sekutu baru

Bonus untuk sekutu baru biasanya timbul ketika investasi yang dilakukan oleh sekutu
baru kurang dari besarnya modal yang akan dikreditkan di persekutuan.

                  

2.10. Pembayaran dengan Harta Pribadi Sekutu        

28
Keluarnya sekutu dengan pembayaran mrnggunakan harta pribadi sekutu
merupakan transaksi antar sekutu sebagai orang pribadi. Hal tersebut berlawanan dengan
masuknya skutu baru dengan membeli kepemilikan sekutu. Aset persekutuan tidak terganggu

                                                      
2.11.Pembayaran dengan Aset persekutuan
Keluarnya sekutu dengan pembayaran dari aset  persekutuan merupakan transaksi yang
melibatkan persekutuan.baik aset bersih maupun total modal persekutuan sama-sama berkurang.
Menggunakan aset persekutuan untuk membayar hak kepemilikan sekutu yang keluar merupakan
kebalikan dari penerimaan sekutu baru melalui investasi aset ke dalam persekutuan.

Kebanyakan perjanjian persekutuan menyebutkan bahwa besarnya nilai aset yang


dibayarkan seharusnya berdasarkan nilai pasar yang wajar pada saat keluarnya sekutu. Ketika
dasar penggunaan ini digunakan maka selisih yang timbul antara saldo nilai aset yang tercatat
dalam persekutuan dengan nilai pasar wajar seharusnya (1) dicatat dengan jurnal penyesuaian (2)
dialokasikan kepada seluruh sekutu dengan menggunakan dasar rasio laba.

2.12.Meninggalnya Sekutu
     Pada saat sekutu meninggal dunia maka akan membubarkan persekutuan. Ketika sekutu
meninggal biasanya akun-akun persekutuan ditutup untuk menentukan ekuitas suku pada tanggal
kematian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan(1) menentukan laba atau rugi bersih hinggal
tanggal kematian (2) menutup buku persekutuan (3) menyusun laporan keuangan.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan diantara dua orang (badan) atau
lebih untuk memiliki bersama-sama dan menjalankan suatu perusahaan guna mendapatkan
keuntungan atau laba.

Pengertian persekutuan (Patnership) menurut Para Ahli Yaitu : Menurut Suparwoto (1997, hal 1)
persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih
untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk
memperoleh laba. Persekutuan dapat didirikan oleh baik oleh dua orang atau lebih yang
semuanya mempunyai usaha atau pun belum memiliki usaha. Firma merupakan salah satu
bentuk dari persekutuan dan pendiri-pendirinya merupakan pemilik dari firma tersebut yang
disebut dengan anggota-anggota atau sekutu-sekutu firma.

Tujuaan pendirian persekutuan biasanya adalah untuk memperluas usaha dan menambah
modal agar lebih dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain serta meningkatkan laba.

Persekutuan dapat diklasifikasikan ke dalam : Persekutuan Perdagangan , Persekutuan


Jasa-jasa. Selain itu persekutuan dapat pula dibedakan antara : Persekutuan Umum, Persekutuan
Terbatas , Join Stock Companies.

Dalam persekutuan tentu harus ada perjanjian sebagai dasar pijakan pembentukan
persekutuan tersebut. Pada perjanjian persektuan berisi tentang, nama persekutuan, anggota,
tanggal berdiri, sifat serta bidang usaha.
30
Proses  akuntansi yang spesifik pada persekutuan adalah masalah pencatatan pengakuan
dan pengukuran milik atau penyertaan (hak) masing-masing anggota dalam persekutuan. Hak
masing-masing anggota diikhtisarkan dalam rekening modal masing-masing anggota sekutu.

3.2 Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini bersifat sangat sederhana dan simpel.
Pembuatan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi ini. Maka
saran dan kritikan dari teman mahasiswa sangat kami butuhkan untuk perbaikkan makalah ini
menjadi lebih baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

1.      Kieso Donald E., dkk. 2008. Accounting Principles buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Empat

2.      Soemarso. 1991. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

32

Anda mungkin juga menyukai