Etnosains Dan Kearifan Lokal Madura
Etnosains Dan Kearifan Lokal Madura
i
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
ii
ETNOSAINS KEARIFAN
LOKAL MADURA
Penyusun:
iii
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Copyright © Yunin Hidayati. S.Si., M.Si., Mochammad Yasir. S.Pd., M.Pd.,
Nur Qomaria, S.Pd., M.Pd., Aida Fikriyah, S.Pd., M.Pd.
CV OASE GROUP
Jalan Sumbing Raya No. 27 B, Mojonsongo, Kec. Jebres
Surakarta, Jawa Tengah 57127
Dicetak oleh
Percetakan CV Oase Group
Isi di luar tanggung jawab percetakan
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan kekuatan,
kesempatan, dan kasih yang telah dicurahkan-Nya kepada kami, akhirnya buku
“Etnosains Kearifan Lokal Madura” dapat kami rampungkan dan diterbitkan secara
nasional.
Buku “Etnosains Kearifan Lokal Madura” merupakan hasil penelitian kajian
etnosains kearifan lokal dari berbagai kabupaten di Pulau Madura. Buku ini dapat
dijadikan sebagai pegangan dan referensi yang akan dipergunakan dalam
perkuliahan maupun penelitian lanjutan terkait Etnosains.
Etnosains dalam proses pembelajaran merupakan bagian dari sarana dalam
upaya menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kearifan lokal serta budaya
suatu daerah melalui proses pendidikan. Mengintegrasi kebiasaan masyarakat,
budaya, adat istiadat, makanan, minuman tradisional, tanaman khas, pakaian daerah,
bahasa serta kesenian dalam pembelajaran akan menjadikan upaya untuk terus
menjaga kearifan lokal, terutama di wilayah Madura dalam proses pembelajaran. Di
sinilah komitmen, tanggung jawab, dan kerja keras dari seluruh elemen sangat
dibutuhkan untuk menanggulangi pengaruh budaya negatif dalam perkembangan era
globalisasi yang menyerang para generasi bangsa.
Kepada berbagai pihak yang terlibat dan turut membantu dalam penyusunan
dan penerbitan buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Harapan kami, semoga
buku ini dapat memberikan manfaat dan barokah bagi para dosen, guru, mahasiswa,
peneliti, pemerintah daerah, praktisi pendidikan dan budaya, serta para pengguna
lainnya dalam pengembangan dan pelestarian kearifan lokal Madura.
Selamat membaca.
Tim Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
KABUPATEN SUMENEP.................................................................................................. 110
Obat Tradisional Lenteng Sumenep................................................................................ 110
Kebiasaan di Kampung Pasir Sumenep ......................................................................... 120
Wisata Religi di Guluk-Guluk Sumenep ......................................................................... 124
Jamu di Kabupaten Sumenep ............................................................................................. 130
Tanean Lanjheng di Kabupaten Sumenep .................................................................... 135
Budaya Lokal Mitigasi Bencana di Kabupaten Sumenep ........................................ 140
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 146
vi
i
viii
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
1
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
A. Pengertian Etnosains
Istilah ‘sains’ atau ilmu pengetahuan dalam filsafat ilmu pengetahuan
dibedakan dengan pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode tertentu serta mengikuti tata
urutan tertentu dalam mendapatkannya. Setelah diperoleh, pengetahuan ini harus
dapat diuji kebenarannya oleh orang-orang lain dengan mendapatkan hasil yang
ajeg sehingga kebenaran pengetahuan ini tidak akan bersifat subjektif, tetapi
intersubjektif. Atas dasar pengertian semacam ini, maka etnosains dapat
didefinisikan sebagai perangkat pengetahuan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat/sukubangsa yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu
serta mengikuti prosedur tertentu yang merupakan bagian dari tradisi mereka,
dan kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Secara etimologi etnosains berasal dari kata Yunani yakni ethnos yang berarti
bangsa dan scientia yang berarti pengetahuan (Werner dan Fenton, 1970).
Etnosains adalah pengetahuan yang khas dimiliki oleh suatu bangsa. Sturtevant
(1964) mendefinisikan etnosains sebagai system of knowledge and cognition
typical of a given culture. Penekanan dalam etnosains adalah pada sistem atau
perangkat pengetahuan, yang merupakan pengetahuan yang khas dari suatu
masyarakat yang berbeda dengan pengetahuan masyarakat yang lain. Tujuan
etosains adalah melukiskan lingkungan sebagaimana dilihat oleh masyarakat yang
diteliti. Asumsi dasarnya adalah lingkungan bersifat kultural. Sebab, lingkungan
yang sama pada umumnya dapat dilihat dan dipahami secara berlainan oleh
masyarakat yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Dengan adanya
etnosains ini diharapkan kita akan mampu menebak perilaku masyarakat dalam
berbagai aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Pengaruh pendapat
masyarakat terhadap lingkungan merupakan bagian dari mekanisme yang
menghasilkan perilaku yang nyata dari masyarakat itu sendiri dalam menciptakan
perubahan dalam lingkungan mereka.
2
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
rather a set of principles for map making and navigation. Different cultures are like
different schools of navigation designed to cope with different terrain and seas.
Dari rumusan-rumusan tentang kebudayaan di atas, maka peneliti dapat
mengidentifikasi tiga hal yang kemudian menjadi topik kajian etnosains. Jenis
kajian etnosains yang pertama adalah memusatkan perhatian pada kebudayaan
yang didefinisikan sebagai the forms of things that people have in mind, their
models for perceiving, yang dalam hal ini ditafsirkan sebagai model-model untuk
mengklasifikasi lingkungan atau situasi sosial yang dihadapi. Penelitian etnosains
di sini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala materi mana yang dianggap
penting oleh warga suatu kebudayaan dan bagaimana warga tersebut
mengorganisasi berbagai gejala dalam sistem pengetahuan mereka. Bilamana hal
ini dapat diketahui maka akan terungkap pula berbagai prinsip yang mereka
gunakan untuk memahami lingkungan dan situasi yang dihadapi, yang menjadi
landasan bagi tingkah laku mereka (Tyler, 1969).
Setiap masyarakat, suku bangsa atau kelompok sosial tertentu pada dasarnya
membuat klasifikasi yang berbeda atas lingkungan yang sama. Dengan mengetahui
pengkategorisasian berbagai macam gejala dalam lingkungan ini akan dapat
diketahui juga ‘peta kognitif‘ dunia dari suatu masyarakat tertentu (Frake, 1962).
Dari pengategorisasian tersebut, dapat diungkap juga struktur-struktur yang
digunakan untuk mengklasifikasikan lingkungan, baik itu fisik maupun sosial.
Contohnya dapat diketahui hal yang mendasari klasifikasi tumbuh-tumbuhan,
klasifikasi berbagai jenis binatang, klasifikasi jenis-jenis penyakit, klasifikasi
warna, dan sebagainya.
Jenis kajian etnosains yang kedua mengarahkan perhatian pada kebudayaan
sebagai whatever it is one has to know or believe in order to operate in a manner
acceptable to its members, yang diinterpretasikan sebagai hal-hal yang harus
diketahui oleh seseorang untuk mewujudkan perilaku atau melakukan sesuatu
dengan cara yang dapat diterima oleh pendukung kebudayaan tersebut. Hal yang
menjadi perhatian utama adalah cara-cara, aturan-aturan, norma-norma, nilai-
nilai, yang memperbolehkan atau melarang, serta mengarahkan atau
menunjukkan bagaimana sesuatu hal (berupa pengembangan teknologi yang
sudah dimiliki) harus atau sebaiknya dilakukan dalam konteks suatu kebudayaan
tertentu. Misalnya, cara membuat rumah yang baik menurut pandangan orang
Asmat di Papua; cara bersawah yang baik dalam pandangan orang Jawa, cara
membangun sebuah kampung yang tepat menurut pandangan orang Batak, cara
membuat bendungan yang baik menurut pandangan orang Bali, cara membuat
perahu yang benar menurut orang Bugis dan sebagainya.
Jenis kajian etnosains yang ketiga, yaitu memusatkan perhatian pada
kebudayaan sebagai a set of principles for creating dramas, for writing scripts, and
of course, for recruiting players and audiences atau seperangkat prinsip-prinsip
untuk menciptakan, membangun peristiwa, untuk mengumpulkan individu-
individu atau orang banyak. Penelitian mengenai prinsip-prinsip yang mendasari
berbagai macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari ini penting sebagai upaya
untuk memahami struktur yang tidak disadari namun mempengaruhi atau
menentukan perwujudan perilaku dan tindakan sehari-hari. Penelitian dengan
fokus pada prinsip-prinsip ini memang agak dekat dengan jenis kajian yang kedua
3
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
namun tetap memiliki berbeda. Prinsip-prinsip yang ditemukan dalam studi ketiga
ini, pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip yang tidak disadari keberadaannya
atau berada pada tataran nirsadar.
Tiga jenis penelitian yang telah diuraikan di atas merupakan jenis penelitian
yang banyak dilakukan dalam Etnosains. Hasil-hasil penelitian semacam ini
tampaknya memang teoretis. Meskipun demikian, tidak sedikit di antaranya yang
kemudian sangat besar manfaat praktisnya, terutama dalam kaitannya dengan
upaya untuk memasukkan unsur-unsur teknologi dan pengetahuan baru ke dalam
suatu masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan teknologi dan hasil
aktivitas ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
4
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
5
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
di ramu dari tumbuhan yang berpotensi sebagai obat atau jamu yang tumbuh di
daratan Madura yang beriklim kering. Pada kondisi tersebut memunculkan
vegetasi yang spesifik dibanding daerah-daerah yang beriklim basah. Diduga
kondisi kekeringan atau iklim kering memunculkan senyawa-senyawa bioaktif
yang khas atau spesifik (Zuchri, 2008).
Tak hanya jamu yang dapat di temukan di pulau Madura, namun banyak
keunikan yang ada di pulau Madura. Ada banyak keunikan yang terdapat di
berbagai kabupaten dan daerah-daerah yang ada di pulau Madura. Penelitian kali
ini difokuskan pada etnosains dan kearifan lokal pulau Madura.
6
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
KABUPATEN BANGKALAN
1. Deskripsi Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura
Kamal merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten
Bangkalan, Madura, Provinsi Jawa Timur.
7
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
8
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kecamatan Socah. Kamal memiliki luas wilayah 41,40 km2. Kamal juga memiliki
tinggi dari permukaan laut sebesar 5,00 meter. Kecamatan Kamal memiliki 10
desa, di antaranya desa Tellang, Pendabah, Tanjung Jati, Kebun, Banyuajuh, Kamal,
Gili timur, Gili Barat, Tajungan, dan Gili Anyar (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bangkalan, 2018). Kamal juga dikenal memiliki pelabuhan yang berhubungan
langsung dengan pelabuhan Ujung di Surabaya. Kamal merupakan satu-satunya
Kecamatan yang memiliki pelabuhan di Kabupaten Bangkalan. Pelabuhan Kamal
sampai saat ini masih beroperasi dan menghubungkan antara Pulau Madura
dengan Surabaya.
Pada zaman dahulu, tepatnya pada tahun 1898 Kecamatan Kamal memiliki
stasiun kereta api yang terletak di pelabuhan Kamal. Stasiun ini terintegrasi
langsung dengan pelabuhan Kamal sehingga para penumpang yang hendak
melanjutkan perjalanan ke Jawa dapat langsung menggunakan kapal Fery menuju
Surabaya tanpa harus berjalan kaki jauh. Stasiun ini berfungsi untuk transportasi
lintas Madura. Namun, pada tahun 1984 stasiun ini resmi ditutup dengan alasan
kalah bersaing dengan mobil pribadi dan anngkutan umum.
Masyarakat di daerah Kamal lebih terbuka daripada di daerah Madura
lainnya, seperti di Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Hal ini
dikarenakan Kamal menjadi lalu lintas perpindahan masyarakat dari luar Pulau
Madura, yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Kamal cenderung lebih
maju. Jumlah penduduk di Kecamatan Kamal per 2016 sebanyak 50.763 jiwa.
Sarana kesehatan di Kecamatan Kamal cukup memadai. Dari 10 desa yang ada,
Kecamatan Kamal memiliki puksesmas berjumlah 1, Pustu (puskesmas pembantu)
berjumlah 5, dokter praktik berjumlah 6, dan polindes berjumlah 7. Namun, dari
adanya sarana kesehatan tersebut, masyarakat Kamal masih ada yang
menggunakan pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit, mencegah
penyakit, hingga pengaturan pola hidup sehat.
9
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
10
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
1531 ia membangun sebuah kraton yang dinamakan Kraton Lemah Duwur. Pada
saat masa pemerintahan Ki Pratanu banyak mengalami kepesatan, terutama
penyebaran agama Islam dan hubungan baik antara Ampel, Gresik, dan Tuban
semakin lancar. Hubungan dengan kerajaan Pajang daerah Jawa Tengah menjadi
semakin erat setelah Ki Pratanu menikah melalui perkawinan Triman dengan
seorang Putri Pajang. Masa kejayaan Ki Lemah Duwur (Ki Pratanu) di Madura
Barat dengan pusat pemerintahan yang terletak di Arosbaya pada tahun 1531
menjadi momentum yang paling tepat untuk dijadikan sebagai hari jadi Bangkalan
(Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangkalan, 2017).
Sejarah nama Kamal konon menurut masyarakat desa Kamal, dari nenek
moyang, kata Kamal berasal dari kotak amal. Hal ini dipercaya bahwa masjid di
pelabuhan Kamal berdirinya sudah lama dan dibangun dari dana kotak amal serta
dana yang berasal dari masyarakat setempat. Dahulu, masyarakat Kamal
merupakan masyarakat maju, berkecukupan, dan dikenal dermawan. Kamal
berasal dari kata amal, yang dimaksud amal di sini adalah dahulu masyarakat
Kamal suka tolong menolong. Setiap orang yang berlayar atau menangkap ikan
selalu singgah di desa Kamal untuk mengambil air yang disediakan masyarakar
Kamal.
Filosofi hidup masyarakat Kamal seperti kebanyakan filosofi hidup orang
Madura. Karena sejatinya, masyarakat Kamal lahir dan dibesarkan di Pulau
Madura. Falsafah hidup yang pertama, yaitu Abantal sadhat, apajung Allah, asapo’
salawat artinya sejak bayi orang Madura telah berbantalkan syahadat,
berpayungkan perlindungan Allah, dan berselimutkan shalawat. Kedua, yaitu
Manossa coma darma, artinya manusia hidup di dunia sebagai pemimpin dan
pemelihara alam, maka dalam kehidupannya, mereka harus melakukan kebaikan-
kebaikan di dunia. Ketiga, yaitu Bhuppa’, Bhabu, Guru, Rato artinya pertama kita
harus ta’dhim kepada kedua orang tuanya, taat dan patuh kepada guru, kiai, ustaz
yang mengajarkan ilmu pengetahuan, dan mereka pun harus setia serta patuh
kepada pemerintah. Keempat, yaitu Ango’ poteah tolang etembheng poteah matah
artinya lebih baik putih tulang daripada putih mata. Maksudnya, yaitu lebih baik
mati daripada malu. Kelima, yaitu Rampak Naong Bringin Korong artinya jadi
orang besar itu harus bisa menaungi, seperti pohon beringin yang rimbun yang
memberi manfaat (keteduhan) bagi orang lain. Keenam, yaitu Lakonah dheging
bedeh obeddheh, lakonah ateh dhere tambenah artinya lukanya badan ada obatnya,
lukanya hati darahlah penawarnya. Hal ini berkaitan dengan sensitifnya orang
Madura. Ketujuh, yaitu Lakonah lakone, kennengnga kennengnge artinya kerjanya
kerjakan, tempatnya tempati. Maksudnya, orang Madura memiliki satu prinsip
hidup dan tujuan yang jelas dan tidak akan ikut campur urusan orang lain.
11
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
12
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
13
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
14
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
15
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
16
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
17
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
penyembuhan.
17. Ajamo Konye’ Mengatasi panas Kunyit memiliki kandungan
Accem dalam Metabolit sekunder, yaitu
Kaangghuy Kurkumin dan minyak atsiri.
Panas Delem Minyak atsiri berperan sebagai
Jamu Kunyit antibakteri dengan cara
Asam untuk membantu proses
Mengatasi terbentuknya membran atau
Panas Dalam) dinding sel sehingga tidak
terbentuk. Hal ini dapat terjadi
karena minyak atsiri memiliki
gugus hidroksil yang berkaitan
melalui proses absorbsi melalui
ikatan hidrogen. Kurkumin
merupakan salah satu jenis
metabolit sekunder jenis
Flavonoid. Aktivitas
farmakologi dari Flavonoid
adalah sebagai anti inflamasi,
antibakteri, analgesik, dan anti-
oksidan. Mekanisme anti-
inflamasi terjadi melalui efek
penghambatan pada jalur
metabolisme Asam arakhidonat,
pembentukan Prostaglandin,
pelepasan Histamin pada
radang.
Senyawa utama dalam
Metabolit sekunder dalam daun
asam jawa, yaitu berupa
Flavonoid, Tanin, Saponin, dan
Alkaloid membuat daun asam
jawa dapat berkhasiat
antibakteri.
18. Ajamo Berres Jamu untuk Bahan utama jamu beras
Kencor menambah nafsu kencur, yaitu beras yang
Kaangguy makan dihaluskan dan rimpang
Dhujan Ngakan kencur. Kombinasi antara beras
(Jamu Beras dan kencur banyak
Kencur untuk mengandung vitamin B yang
penambah dapat merangsang lambung
nafsu makan) memberikan rasa lapar. Selain
itu, jika jamu beras kencur
diminum secara rutin dapat
menebalkan dinding perut
untuk menyembuhkan penyakit
18
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
maag.
19. Ajamo Sinom Mengatasi panas Sinom berbahan dasar asam
Kaangghuy dalam, sariawan, dan jawa, daun asam jawa muda,
Lancaraghi memperlancar haid gula asli dan kunyit. Sinom
Deteng Bulen, berkhasiat untuk melancarkan
Panas Delem, haid, melangsingkan tubuh,
ban Sariawan mengurangi ngilu dan
(Jamu Sinom memperlancar sembelit. Daun
untuk asam jawa yang masih muda
Memperlancar dapat disebut sinom. Hal ini
Haid, Panas yang menjadi bahan utama
Dalam, dan pembuatan jamu sinom.
Sariawan) Senyawa utama dalam
metabolit sekunder dalam daun
asam jawa, yaitu berupa
Flavonoid, Tanin, Saponin, dan
Alkaloid membuat daun asam
jawa dapat berkhasiat
antibakteri. Dan pada kunyit
memiliki kandungan metabolit
sekunder yaitu kurkumin dan
minyak atsiri. Minyak atsiri
berperan sebagai antibakteri
dengan cara membantu proses
terbentuknya membran atau
dinding sel sehingga tidak
terbentuk. Hal ini dapat terjadi
karena minyak atsiri memiliki
gugus hidroksil yang berkaitan
melalui proses absorbsi melalui
ikatan hidrogen. Kurkumin
merupakan salah satu jenis
metabolit sekunder jenis
flavonoid. Aktivitas farmakologi
dari flavonoid adalah sebagai
anti inflamasi, antibakteri,
analgesik, anti-oksidan.
Mekanisme anti-inflamasi
terjadi melalui efek
penghambatan pada jalur
metabolisme asam arakhidonat,
pembentukan prostaglandin,
pelepasan histamin pada
radang
20. Ngenom Aeng Mengatasi perut Pada buah mengkudu terdapat
Koddhu’ kembung dan asam banyak kandungan yang
19
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
20
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
21
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
antioksidan, antitumor,
antikanker, antipikun,
menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah dan
hati, antimikroba, antiseptik
dan antiinflamasi.
22
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
dari pasar Tanah Merah, kemudian pengunjung berbelok arah ke kiri dan
melanjutkan kembali perjalanan sekitar 15 km hingga sampai di depan pintu
gerbang Bukit Geger. Jika ingin sampai pada anak tangga bukit, pengunjung harus
melanjutkan perjalanan sekitar 1,5 km dari pintu gerbang tersebut. Di Bukit Geger
terdapat hutan lindung. Hutan tersebut dilindungi oleh negara. Masyarakat sekitar
juga berpartisipasi dalam melindungi dan menjaga kelestarian hutan tersebut
mengingat fungsi dari hutan yang berada di bukit, terutama bagi masyarakat di
sekitar.
Terdapat keanekaragaman tumbuhan atau pepohon yang tumbuh dan
dijumpai dalam hutan, beberapa di antaranya, yaitu pohon Mahoni, Akasia, Jati
yang mendominasi di Hutan Geger. Selain itu, terdapat pula tumbuhan lain yang
dijumpai dalam hutan di bukit tersebut. Di hutan juga sering dijumpai
keanekaragaman hewan yang di antaranya kawanan monyet hutan, di sela
dedaunan pohon atau semak belukar juga sering dijumpai ular pecut, ular viper
hijau, ular bandotan puspa, serta binatang berbisa lainnya, seperti kala jengking,
ketonggeng (lipan), dan lainnya. Pada puncak pepohonan juga sering dijumpai
keanekaragaman burung seperti burung hantu, gagak, elang laut, rajawali laut, dan
lainnya. Bukit Geger selain kaya akan keanakaragaman hayatinya, juga terdapat
beberapa potensi di dalamnya seperti halnya gua alam yang menarik di bukit. Gua
yang terdapat di bukit terdiri dari 5 gua di antaranya Gua Petapan, Gua Potre, Gua
Pelanangan, Gua Pancong Pote, dan Gua Ular. Di atas bukit juga terdapat pasarean
(makam) dari tokoh yang disegani masyarakat sekitar seperti tokoh Potre Koneng,
Pangeran Jokotole, dan lainnya. Pasarean tersebut oleh masyarakat sekitar
dijadikan sebagai salah satu tempat ziarah, serta dapat dijadikan bukti dari
peninggalan sejarah yang berupa bangunan yang ada di Pulau Madura.
2. Filosofi Sejarah Hutan Daerah Geger
23
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
24
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
25
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kancah Penelitian
No. (tokoh, lokasi Sains Masyarakat Sains Ilmiah
dan masyarakat)
Pancong Pote, dan Gua
Ular.
4. Cara masyarakat Dalam menjaga Cara melestarikan hutan,
melestarikan hutan kelestarian Hutan Geger yaitu dengan melakukan
dapat dilakukan dengan reboisasi, menerapkan
cara sosialisasi dengan sistem tebang pilih,
masyarakat sekitar dan menerapkan sistem
melakukan tebang pilih tebang tanam,
atau tidak melakukan memberikan sanksi bagi
penebangan secara penebang yang
illegal. melakukan penebangan
sembarangan,
menumbuhkan sikap
peduli terhadap
lingkungan.
5. Dampak kerusakan Dampak kerusakan Dampak kerusakan hutan
hutan terhadap hutan seperti hutan dapat menimbulkan
masyarakat sekitar gundul tidak hanya perubahan iklim,
Hutan Geger merugikan masyarakat kehilangan berbagai
sekitar Desa Geger spesies, mengakibatkan
melainkan berdampak banjir dan erosi tanah.
pada pemukiman yang Selain itu, adanya dampak
berada di sekitar Hutan tersebut menumbuhkan
Geger. sikap bekerja sama dan
peduli terhadap
lingkungan sehingga
masyarakat dapat
mencegah terjadinya
kerusakan hutan dan
dampak yang
ditimbulkan.
6. Kehidupan Mayoritas masyarakat Pekerja keras dalam
masyarakat di sekitar yang tinggal di sekitar memenuhi kebutuhan
Hutan Geger Hutan Geger adalah hidupnya, yaitu dengan
bertani karena memiliki peduli lingkungan,
lahan yang subur untuk tanggung jawab, dan
ditanamkan berbagai ramah.
jenis tumbuhan, seperti
biji-bijian, ubi, dan lain
sebagainya.
7. Padatnya populasi Bertambahnya Bertambahnya penduduk
penduduk terhadap penduduk tidak berpengaruh terhadap
26
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kancah Penelitian
No. (tokoh, lokasi Sains Masyarakat Sains Ilmiah
dan masyarakat)
kelestarian hutan berpengaruh pada lingkungan di antaranya
Hutan Geger. ketersediaan udara bersih
karena semakin banyak
penduduk berarti
semakin banyak oksigen
yang dibutuhkan sehingga
oksigen yang dihasilkan
tumbuhan berkurang;
ketersediaan lahan;
kepadatan penduduk
mendorong peningkatan
kebutuhan lahan baik
lahan untuk tempat
tinggal; sarana penunjang
kehidupan (berjualan,
bertani); dan lain
sebagainya.
Pencemaran lingkungan
dan kepadatan populasi
manusia berpengaruh
terhadap kondisi
ekosistem. Aktivitas
manusia untuk memenuhi
aktivitas hidupnya sering
menimbulkan dampak
buruk pada lingkungan,
contohnya pembakaran
sampah.
27
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
28
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Nyai Ageng Budo inilah yang kemudian menikah dengan Ario Pojok.
Dengan demikian, keturunan Lembu Peteng menjadi satu dengan keturunan
Ario Damar. Dari perkawinan tersebut lahirlah Kiai Demang yang selanjutnya
menjadi cikal bakal Kota Baru. Kemudian disebut Plakaran Arosbaya dan
Ibukota Kota Baru (Kota Anyar) yang terletak di sebelah Timur Daya Arosbaya.
Dari perkawinannya dengan Nyai Sumerkar, ia mempunyai 5 orang anak, yaitu
Kiai Adipati Pramono di Madegan Sampang
Kiai Pratolo disebut juga Pangeran Parembusan
Kiai Pratali disebut juga Pangeran Pesapen
Pangeran Paningkan disebut juga Pangeran Suka Sudo
Kiai Pragalbo yang dikenal dengan nama Pangeran Plakaran karena
bertahta. Di Plakaran, setelah meninggal dikenal sebagai Pangeran Islam
Onggu’.
Namun, perkembangan Bangkalan bukan berasal dari legenda ini,
melainkan diawali dari sejarah perkembangan Islam di daerah itu pada masa
pemerintahan Panembahan Pratanu yang bergelar Lemah Dhuwur. Beliau
adalah anak Raja Pragalba, pendiri kerajaan kecil yang berpusat di Arosabaya,
sekitar 20 km dari Kota Bangkalan kearah utara. Panembahan Pratanu diangkat
sebagai Raja pada 24 Oktober 1531 setelah ayahnya, Raja Pragalba wafat. Jauh
sebelum pengangkatan itu, ketika Pratanu masih dipersiapkan sebagai
Pangeran, dia bermimpi didatangi orang yang menganjurkan dia memeluk
agama Islam. Mimpi ini diceritakan kepada ayahnya yang kemudian
memerintahkan Patih Empu Bageno untuk mempelajari Islam di Kudus.
Perintah ini dilaksanakan sebaik-baiknya, bahkan Bageno bersedia masuk
Islam sesuai saran Sunan Kudus sebelum menjadi santrinya selama beberapa
waktu lamanya. Ia kembali ke Arosbaya dengan ilmu keislamannya dan
memperkenalkannya kepada Pangeran Pratanu. Pangeran ini sempat marah
setelah tahu bahwa Bageno masuk Islam mendahului dirinya. Akan tetapi,
setelah dijelaskan bahwa Sunan Kudus mewajibkan masuk Islam sebelum
mempelajari agama itu, pangeran Pratanu menjadi maklum.
Setelah ia masuk Islam dan mempelajari agama Islam dari Empu Bageno, ia
kemudian menyebarkan agama itu ke seluruh warga Arosbaya. Namun.
ayahnya, Raja Pragalba belum tertarik untuk masuk Islam sampai wafat dan
digantikan oleh Pangeran Pratanu. Perkembangan Islam itulah yang dianut oleh
pimpinan di Kabupaten Bangkalan ketika akan menentukan hari jadi Kota
Bangkalan, bukan perkembangan kekuasaan kerajaan di daerah itu.
Jauh sebelum Pangeran Pratanu dan Empu Bageno menyebarkan Islam,
sejumlah kerajaan kecil di Bangkalan diawali dari Kerajaan Plakaran yang
didirikan oleh Kyai Demang dari Sampang yang diperkirakan merupakan
bagian dari Kerajaan Majapahit yang sangat berpegaruh pada saat itu. Kyai
Demang menikah dengan Nyi Sumekar yang di antaranya melahirkan Raden
Pragalba. Pragalba menikahi tiga wanita. Pratanu adalah anak Pragalba dari
istri ketiga yang dipersiapkan sebagai putra mahkota dan kemudian dikenal
29
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
sebagai Raja Islam Pertama di Madura. Pratanu menikah dengan putri dari
Pajang dan memperoleh 5 anak di antaranya
Pangeran Sidhing Gili yang memerintah di Sampang
Raden Koro yang bergelar Pangeran Tengah di Arosabaya, Raden Koro
menggantikan ayahnya ketika Pratanu wafat
Pangeran Blega yang diberi kekuasaan di Blega
Ratu Mas di pasuruan dan Ratu Ayu
Kerajaan Arosbaya runtuh diserang oleh Mataram pada masa
pemerintahan Pangeran Mas pada tahun 1624. Pada pertempuran ini, Mataram
kehilangan panglima perangnya, Tumenggung Demak, beberapa pejabat tinggi
kerajaan dan sebanyak 6000 prajurit gugur. Korban yang besar ini terjadi pada
pertempuran mendadak pada hari Minggu, 15 September 1624, yang
merupakan perang besar. Beberapa pejuang laki-laki sebenarnya masih
tertolong jiwanya. Ketika para wanita akan menolong mereka, para wanita
melihat luka laki-laki itu berada di punggungnya, mereka justru malah
membunuhnya. Luka di punggung itu menandakan mereka melarikan diri, yang
dianggap menyalahi jiwa kesatria.
Saat keruntuhan kerajaan Arosbaya, Pangeran Mas melarikan diri ke Giri.
Sedangkan Prasena (putra ketiga Pangeran Tengah) dibawa oleh Juru Kitting ke
Mataram, yang kemudian diakui sebagai anak angkat oleh Sultan Agung dan
dilantik menjadi penguasa seluruh Madura yang berkedudukan di Sampang dan
bergelar Tjakraningrat I. Keturunan Tjakraningrat I inilah yang kemudian
mengembangkan pemerintahan kerajaan baru di Madura, termasuk Bangkalan.
Tjakraningrat I menikah dengan adik Sultan Agung. Selama
pemerintahannya, ia tidak banyak berada di Sampang, sebab ia diwajibkan
melapor ke Mataram seka li setahun ditambah beberapa tugas lainnya.
Sementara kekuasaan di Madura diserahkan kepada Sontomerto. Dari
perkawinannya dengan adik Sultan Agung ini, Tjakraningrat I tidak mempunyai
keturunan sampai istrinya wafat. Baru dari pernikahanya dengan Ratu Ibu
(Syarifah Ambami, keturunan Sunan Giri), ia memperoleh 3 orang anak dan
beberapa orang anak lainnya diperoleh dari selirnya (tertera pada silsilah yang
ada di Asta Aer Mata Ibu).
Bangkalan mulai berkembang pada tahun 1891 sebagai pusat kerajaan di
Madura. Pada masa pemerintahan Pangeran Tjakraningrat II yang bergelar
Sultan Bangkalan II, Raja ini banyak berjasa kepada Belanda dengan membantu
mengembalikan kekuasaan Belanda di beberapa daerah di Nusantara bersama
tentara Inggris. Karena jasa-jasa tersebut, Belanda memberikan izin kepadanya
untuk mendirikan militer yang disebut “corps barisan” dengan berbagai
persenjataan resmi modern saat itu. Bisa dikatakan bahwa Bangkalan pada
waktu itu merupakan gudang senjata, termasuk gudang bahan peledak. Namun,
perkembangan kerajaan di Bangkalan justru mengkhawatirkan Belanda,
setelah kerajan itu semakin kuat, meskipun kekuatan itu merupakan hasil
pemberian Belanda atas jasa-jasa Tjakraningrat II membantu memadamkan
pemberontakan di beberapa daerah.
30
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
31
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Sampai saat ini, sumur-sumur tersebut masih dijadikan sebagai sumber air
minum, sebagian masih ada dan berfungsi dengan baik.
Batas wilayah Desa Sepulu sebagai berikut.
Sebelah Utara: Laut Jawa
Sebelah Selatan : Desa Kalabetan Kecamatan Sepulu
Sebelah Barat: Desa Maneron Kecamatan Sepulu
Sebelah Timur : Desa Prancak kecamatan Sepulu
Desa Sepulu terdiri dari 4 Dusun:
Dusun Jlauk
Dusun Pesisir
Dusun Candi
Dusun Lebak Barat
Berdasarkan data Desa Sepulu tahun 2013, jumlah penduduknya 6.018
orang. Dengan rincian jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 3.073 orang, perempuan sebanyak 2.945 orang, dan jumlah
penduduk tersebut terbagi menjadi 1.188 kepala keluarga. Berdasarkan data
Desa Sepulu tahun 2013 mata pencaharian di Desa Sepulu terbagi atas 3
macam mata pencaharian sebagai berikut.
Petani dan peternak sebanyak 1.041 orang
Wiraswasta/ pedagang sebanyak 802 orang
Nelayan sebanyak 297 orang
Keadaan pendidikan secara formal masyarakat Desa Sepulu saat ini
cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan kesadaran warga akan pentingnya
pendidikan untuk menunjang masa depan. Sarana dan prasarana sudah mulai
bisa menunjang kebutuhan pendidikan di Desa Sepulu. Terdapat sekolah TK
hingga SMA di Kecamatan Sepulu. Dengan demikian, masyarakat sudah tidak
lagi kesulitan dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Namun, untuk
pendidikan agama (nonformal) memang masih tergolong kurang. Meskipun
demikian, masyarakat di sana khususnya anak usia sekolah banyak yang belajar
ilmu agama di pondok pesantren seperti di Kota Bangkalan, Jombang, dan
Pasuruan. Hal ini terbukti dengan sarana pendidikan agama di sana masih
tergolong minim. Pondok pesantren atau lembaga pendidikan agama yang ada
di sana justru mayoritas santrinya berasal dari luar Desa Sepulu. Salah satu
faktornya adalah pengaruh perbedaan fanatisme terhadap guru atau seseorang
yang dianggap lebih berilmu dari masyarakat Sepulu. Kemudian kurangnya
kesadaran dari masyarakat Sepulu untuk belajar ilmu agama, khususnya kaum
muda. Mereka lebih suka mencari pekerjaan atau sesuatu yang bisa dibuat
sebagai mata pencaharian daripada belajar ilmu agama, walaupun semuanya
tidak demikian, hanya sebagian saja.
Pada Desa Sepulu terdapat 2 pondok pesantren, yaitu di Dusun Tanjung
dan PP. Baitun Hairus dimana keduanya banyak santri dari luar desa yang
belajar di sana, bukan dari masyarakat Sepulu sendiri. Pendidikan agama yang
32
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
dilakukan oleh masyarakat Sepulu untuk anak kecil biasanya hanya belajar
mengaji di musala yang tenaga pengajarnya ala kadarnya karena memang
materi yang diajarkan hanya sebatas untuk kebutuhan sehari-hari seperti salat,
mengaji, dan lain sebagainya.
33
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
34
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
35
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
digunakan
oleh nelayan untuk
berangkat mencari ikan ke
laut. Oleh karena itu, kita
sering melihat nelayan pergi
menangkap ikan malam hari
dan kembali dari menangkap
ikan siang hari
Menentukan Arah Angin “Nengngok aranah Kecepatan angin juga
angin polanah male mempengaruhi kegiatan
taoh jukok se ikan karena besar tidaknya
bennyak bedeh bun ombak adalah akibat dari
dhimmah. Pan angen tiupan angin. Dari tiupan
dhek dheret jukok angin akan mengakibatkan
bedheh e dheret bik adanya ombak dan juga bisa
sebeliggheh”. berpengaruh kepada ada
atau tidaknya awan. Jika
memancing di tengah teluk
Terjemahan: melihat yang curam pada saat ombak
arah angin untuk besar, ikan-ikan yang lebih
menentukan posisi kecil biasanya akan menuju
memancing yang ke teluk yang
memungkinkan mengakibatkan ikan-ikan
banyak ikan. Jika besar juga mengikuti ke
anginnya ke arah dalam teluk untuk mencari
daratan maka mangsa.
ikannya ada di darat
karena tertiup angin. Aliran angin juga tergantung
dari cuaca dan musim. Jika
mendung dan matahari
terhalang atau redup, ikan
laut biasanya akan berenang
lebih dalam air atau bahkan
ke dasar laut. Pada saat
hujan atau musim hujan,
ikan laut cenderung lebih
sedikit karena salinitas air
laut atau kadar garam pada
air laut berkurang. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya
air tawar yang terbuang ke
permukaan laut dan air
tawar terbuang ke tengah
laut. Hal ini mengakibatkan
ikan bergerak menuju ke
tengah laut, ke dasar laut,
atau bersembunyi di karang.
36
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
37
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
38
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Terjemahan:
menggunakan kawat
karena yang diincar
adalah ikan tengiri.
Menggunakan kawat
karena kawat sendiri
tidak ngambang di
air melainkan akan
lebih tenggelam. Dan
biasanya ikan tengiri
tersebut mempunyai
ukuran hingga 9 kg
dalam sekali
pancing. Maka dari
itu, nelayan
menggunakan kawat
agar tidak putus dan
lebih kuat ketika
mendapatkan ikan
yang ukurannya
besar.
Pemasaran “Jukok se mareh Mengonsumsi ikan memang
ekalak dheri tase’ bagus karena mengandung
ajuwah ejuwel protein yang mencegah
epasar lan bennyak penyakit kolesterol dan
pan egebey jukok omega 3 yang bagus untuk
kabbhi leggik perkembangan otak anak.
thobuk” Namun, ibu hamil tidak
Terjemahan: Hasil disarankan mengonsumsi
tangkapan ikan yang ikan setiap hari khususnya
telah didapatkan ikan laut dengan ukuran
sebagian dijual ke yang besar dengan usia yang
pasar karena kalau cenderung lama karena akan
hanya dikonsumsi merusak beberapa fungsi
semua tidak baik organ dan menurunkan
dan masyarakat fungsi neurologis.
bosan makan ikan
setiap hari.
Pengolahan “Biasanah reng- Pengawetan ikan
oreng pan jukok tradisional di Indonesia
bennyak bhik mode meliputi pengasinan,
eola deddih gerreng pemindangan, pembuatan
polanah male lebbi peda, terasi, petis, dan lain-
39
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
40
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
41
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
mengawetkan makanan
Terjemahan: Memberikan dan memberikan cita rasa
garam pada ikan bertujuan pada makanan.
untuk menghilangkan bau,
memberikan rasa asin pada
garam dan sebagai
pengawetan dari ikan.
Mengunakan garam “Ngangghuy buje panen juwah Menggunakan garam
besar polanah lebbhi mode tembeng karena masih primitif
buje e toko. Teros lebbi accen karena hasil panen
buje se asli tembheng se e tok” langsung yang masih
Terjemahan: menggunakan belum diolah akan lebih
garam panen langsung asin dibandingkan garam
dikarenakan lebih murah dan yang sudah di olah oleh
rasanya lebih asin daripada pabrik dan mudah
garam yang dijual di toko. dijangkau.
Mendiamkan ikan “Jukok se mareh eberrik buje Ikan yang sudah di kasih
selama kurang lebih marenah penneg 2 areh male garam didiamkan selama
2 hari bujenah nyerrep dek jukokeng” 2 hari supaya larutan
garam meresap pada
semua bagian ikan
Terjemahan: ikan yan sudah sehingga dapat
diberi garam didiamkan memperlambat bakteri
selama 2 hari agar garam yang dan membunuh mikroba
sudah diberikan tadi sehingga ikan asin
menyerap kedalam daging bertahan awet dan tidak
ikan. mudah busuk.
Meniriskan Ikan “Pan mareh epenneng 2 areh Meniriskan ikan asin
langsong kalak jukok eng male yang akan di awetkan
lok cen accen pan epenneng bik agar tidak ada air yang
buje nah tok bheuh degik lok menggenang yang
deddhih gerreng” menyebabkan tempat
tumbuhnya bakteri dan
mikroba pada ikan
Terjemahan: selanjutnya, tersebut dan penirisan
setelah ikan didiamkan 2 hari dapat mempercepat
ikan ditiriskan agar rasa dari proses pengeringan.
ikan tidak terlalu asin dan
biasanya jika terlalu lama ikan
akan menjadi busuk dan bau.
Mencuci ikan dengan “Mareh e kalak jukok eng pas Ikan yang tercampur
air becco ngangguy aeng male garam yang masih belum
jukok eng berse pas male lok larut dibersihkan
42
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
43
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
44
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
45
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
46
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
47
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
c. Topografi
a. Daerah Kabupaten Bangkalan berada diketinggian 2 – 200 M
1. Datar (0-2 Derajat) 56.738 Ha (45,43%)
2. Bergelombang (2 – 15 Derajat) 63.002 Ha (50,45%)
3. Curam (15-40 Derajat) 4.427 Ha (3,54%)
4. Sangat curam (>40 Derajat) 721 Ha (0,58%)
a. Kemiringan Tanah
1. 0% - 2% : 56.738 Ha (45,43%)
2. 2% - 15% : 63.002 Ha (50,45%)
3. 15% - 40% : 4.427 Ha (3,54%)
4. 40% Lebih : 721 Ha (0,53%)
2. Filosofi Daerah
Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang terletak paling barat di
Kepulauan Madura. Pulau Madura merupakan bagian dari Propinsi Jawa Timur
yang terpisah dari kabupaten-kabupaten lain yang masuk dalam Propinsi Jawa
Timur. Bangkalan sebagai bagian dari kota Surabaya Metropolitan Area, masuk
kategori kota Ordo Illa yang memiliki ketentuan sebagai wilayah dapat melayani
penduduk dengan kapasitas sebesar 150.000-500.000 jiwa.
Kota Bangkalan menjadi salah satu pusat kegiatan skala regional kabupaten
dalam SWP GKS plus dengan cre wilayah SWP di Kota Surabaya. Salah satu pusat
kegiatan untuk mendukung proses pembangunan dan pengembangan wilayah
kota Bangkalan adalah dengan adanya Jembatan Suramadu, juga pengembangan
pembangunan pascajembatan Suramadu bagian barat. Pengembangan tersebut
meliputi pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum
(transportasi, kesehatan, peribadatan, pendidikan dan lainnya) dengan skala
regional Kabupaten Bangkalan.
Adapun potensi pengembangan wilayah Bangkalan dapat berfungsi sebagai
kegiatan perdagangan skala regional dan lokal, pertanian, perkebunan,
peternakan, industri dan pergudangan, jasa transportasi angkutan darat, jasa
pemerintahan umum skala regional, perikanan pariwisata serta industri kecil dan
kerajinan rakyat. Sedangkan potensi unggulan dalam bidang pertanian, yaitu padi
dan jagung. Dalam bidang hortikultura, yaitu jambu mete, alpukat, durian,
blimbing, jambu biji, mangga, nangka, dan pisang. Sementara dalam bidang
perkebunan, yaitu kelapa, kapuk randu, siwalan, dan kencur. Potensi pariwisata
yang ada di Bangkalan, yaitu wisata Makam Syaihona Cholil, wisata Pesarean
Aermata, wisata Bukit Geger, wisata Taman Rekreasi Kota, wisata Mercusuar,
wisata Pantai Rongkang, wisata Taman Rekreasi Kota, dan wisata Pantai Siring
Kemuning.
48
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
49
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
50
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
51
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Tabel 9. Deskripsi Sains Masyarakat dan Sains Ilmiah Tentang Tata Ruang di
Kabupaten Bangkalan
No. Nama Lokal Nama Sains Masyarakat Sains ilmiah
Indonesia
1. Ghejjuk Dinding kayu Penggunaan kayu Kayu tersusun dari sel-
sebagai konstruksi sel yang memiliki tipe
bangunan bermacam-macam dan
mempermudah susunan dinding selnya
pembuatan rumah terdiri dari senyawa
pada jamannya. kimia berupa selulosa
Karena dan hemi selulosa
berdasarkan (karbohidrat) serta
bahannya sendiri, lignin
kayu sangat (nonkarbohidrat).
mudah didapatkan Semua kayu bersifat
pada zaman anisotropik, yaitu
dahulu karena memperlihatkan sifat-
banyak dikuasai sifat yang berlainan
oleh tukang lokal jika diuji menurut tiga
serta untuk arah utamanya
dibentuk sebagai (longitudinal, radial,
bahan bangunan tangensial). Kayu
rumah sangat merupakan bahan yang
mudah dibentuk. bersifat higroskopis,
Karena yaitu dapat menyerap
keterbatasan alat atau melepaskan kadar
pada zaman air (kelembaban)
dahulu sehingga sebagai akibat
bahan dasar kayu perubahan
digunakan sebagai kelembaban dan suhu
bahan utama udara di sekelilingnya.
pembuatan rumah
dan segala
perabotan rumah.
2. Ngadeppeh Arah hadap Pembuatan rumah Hal ini berhubungan
roma rumah menghadap ke langsung dengan
52
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
53
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
54
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
55
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
KABUPATEN SAMPANG
Hasil Laut Kota Sampang
1. Deskripsi Kepulauan Sampang
Kepulauan Sampang merupakan daerah yang berada di pulau Madura yang
terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Sampang terletak pada 113o 08’ -
113o 39’ Bujur Timur dan 06o 05’ - 07o13’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah
1.233,33 Km2. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah
sebanyak 1233,30 km2. Salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Sampang,
yaitu Kecamatan Camplong. Kecamatan Camplong berjarak sekitar 10 km dari Ibu
kota Kabupaten Sampang ke arah timur. Camplong merupakan kecamatan dengan
penduduk terpadat kedua di Kabupaten Sampang. Secara administrasi luas
wilayah dari kecamatan Camplong, yaitu 69,93 km2 di dalamnya terdapat 14
desa/kelurahan dan terdapat 81.812 jiwa.
2. Filosofi Daerah Sampang
Berawal dari masa kerajaan Majapahit di Sampang ditempatkan seorang
Kamituwo yang pangkatnya sebagai patih. Pada masa itu, dapat dikatakan sudah
terdapat kepatihan yang berdiri sendiri. Setelah Majapahit mulai mengalami
kemunduran, di Sampang berkuasa Ario Lembu Peteng atau terkenal dengan
sebutan Bondan Kejawan atau Ki Ageng Tarub II atau Prabu Brawijaya VI, putera
ke-14 dari Raja Majapahit Prabu Bhre Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V atau
Raden Alit dengan selirnya, yaitu Putri Champa yang bernama Ratu Dworo Wati
atau Puteri Wandan Kuning. Lembu Peteng akhirnya pergi memondok di Masjid
56
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Ampel dan meninggal di sana. Pengganti Kamituwo di Sampag adalah putera yang
tertua, yakni Ario Menger yang keratonnya tetap di Madekan. Menger memiliki 3
orang putra yaitu
1. Ario Langgar
2. Ario Pratikel (ia bertempat tinggal di Pulau Gili Mandangin atau Kambing)
3. Ario Panengah yang bergelar Pulang Jiwo bertempat tinggal di Karangantang.
Ario Pratikel mempunyai anak perempuan yang bernama Nyai Ageng Budo
yang menikah dengan Ario Pojok yang merupakan putra Ario kadut, Ario Kadut
sendiri merupakan putra dari Ario Timbul. Ario Timbul merupakan putra dari
hasil pernikahan antara Menak Senojo dengan Nyai Peri Tanjung Biru Bulan atau
yang bergelar Putri Tunjung Biru Sari. Pernikahan antara Nyai Ageng Budo dengan
Ario Pojok membuahkan keturunan yang bernama Kyai Demang (Demangan
adalah tempat kelahirannya). Informasi di atas merupakan silsilah dari raja-raja
yang memerintah di Sampang.
Masyarakat Madura merupakan orang berbasiskan pada tingkat religius yang
sangat tinggi dengan atribut-atribut budaya yang ada di dalamnya, misalkan
pondok pesantren, masjid, surau, dan kerajaan-kerajaan. Salah satu bentuk adanya
raja di Sampang yang memerintah pada suatu kerajaan di Sampang (Rachmad, T,H.
2017.p,121) , yaitu di temukannya:
1. Situs Makam Pangeran Santo Merto, beliau adalah pemangku pemerintahan di
Pulau Madura yang berkedudukan di Sampang pada masa Pemerintahan Raja
Cakraningrat I (Raden Praseno).
2. Situs Makam Bangsacara dan Rangapadmi terletak di Pulau Kambing.
3. Situs Pababaran Trunojoyo, situs ini berupa petilasan tempat lahirnya
pahlawan Trunojoyo yang di dalamnya terdapat tempat untuk menanamkan
ari-ari Pahlawan Trunojoyo.
4. Situs Rato Ebu merupakan objek wisata berupa makam para priyayi penguasaa
kerajaan pada zaman dahulu di antaranya adalah makam Ibu Raja Sampang
Raden Praseno.
Sampang merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Madura yang termasuk
dalam kawasan pesisir yang berada di sebelah utara bagian timur Pulau Jawa.
Kabupaten Sampang secara adminitrasi terletak dalam wilayah Provinsi Jawa
Timur yang mempunyai luas wilayah seluas 1.233,30 km2. Daerah Sampang juga
merupakan wilayah pesisir, yaitu daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut (Marliana, D., Sarwono
dan Mochammad, R. p.83).
57
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
58
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
59
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
60
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
hidup di Sokobanah malas untuk bertani maka hidup mereka akan kurang
sejahtera atau dalam artian sulit untuk makan. Objek bertani di Sokobanah
cukup beraneka ragam, seperti tembakau, cabe jamu, kacang mete, padi, dan
lain-lain. Masyarakat Sokobanah yang tidak memanfaatkan lahannya untuk
bertani dianggap sangat merugi karena potensi tanah di Sokobanah cukup
subur sebagai lahan pertanian.
b. Abecco Aeng Sprite (membasuh tangan dengan air sprite)
Potensi pertanian di daerah Sokobanah yang lumayan bagus membuat
masyarakat Sokobanah terkadang angkat kepala atau sombong. Namun,
sombong dalam artian yang positif. Semboyan orang Sokobanah “abecco aeng
seprite” merukapan semboyan yang dikatakan orang Sokobanah apabila hasil
panen pertanian bagus dan sangat menguntungkan sehingga seakan-akan air
sprite bukan lagi sebagai minuman akan tetapi sebagai air untuk membasuh
tangan. Namun, keadaannya terbalik saat panen gagal. Jangankan air sprite
sebagai membasuh tangan, untuk makanpun kadang susah.
c. Asongkok Areh (bertopi matahari)
Tidak dapat dipungkiri bagi seorang petani bahwa terik panas matahari
menjadi suatu hal yang biasa sehingga muncul semboyan atau filosofi
“asongkok areh” yang artinya bagi masyarakat Sokobanah tidak boleh takut
yang namanya terik panas sinar matahari saat bertani dan dianggap sebagai
topi. Semangat masyarakat Sokobanah yang kuat dan tak kenal lelah dalam
bertani menjadikan motivasi tersendiri untuk mereka agar terus maju.
3. Hasil Kajian Etonosains
Tabel 11. Pengertian Cabai Jamu
SAINS MASYARAKAT SAINS ILMIAH
“Cabbhi jhemoh jiah ghebey Cabai jamu adalah jenis rempah yang masih
camporennah jhemoh biasanah berkerabat dengan lada dan lengkuas,
epaalos” termasuk dalam suku sirih-sirihan
Terjemahan: cabai jamu itu buat
campuran jamu, biasanya dengan
dihaluskan.
61
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
62
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
63
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
64
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
65
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kepercayaan
No. Pertanyaan Sains Ilmiah
Masyarakat
2. Untuk apa Untuk tali pocong Katakanlah: “Aku berlindung
orang dijadikan santet, jimad kepada Tuhan Yang
mengambil atau pesugihan. Untuk Menguasai subuh, dari
tali pocong jasadnya, dijadikan sapi kejahatan makhluk-Nya, dan
atau jasad (jasad tersebut diubah dari kejahatan malam apabila
tersebut? menjadi sapi telah gelap gulita, dan dari
menggunakan ilmu kejahatan wanita-wanita
hitam) dan bumbu dapur tukang sihir yang
(sebagai panglaris). menghembus pada buhul-
Untuk jasad yang buhul, dan dari kejahatan
dijadikan sapi ada pendengki bila ia dengki” (Q.S
pengapesnya (seperti Al– Falaq: 1 – 5)
pembuktian asli tidaknya Buhul adalah benang
sapi tersebut) dengan halus/tali penghubung/
cara jika sapi dari jasad ikatan berupa kabel ghaib
itu dipukul 3 kali di yang menghubungkan antara
bokongnya bisa menjadi benda sihir sebagai pusat
mayat lagi. terhubung dengan target
3. Bagaimana Tidak ada cara khusus “Dan dari kejahatan malam
cara menjaga dalam penjagaan kuburan apabila telah gelap gulita” (Q.S
kuburan dari orang meninggal Al– Falaq: 3)
tersebut? dengan ciri yang telah Mujahid mengatakan bahwa
Apakah ada disebutkan. Orang makna yang dimaksud ialah
cara-cara menjaga di dekat bila matahari telah tenggelam.
tertentu yang kuburannya dan tidak Abu Mirzan mengatakan dari
khusus? tidur sampai terbitnya Abu Hurairah bahwa makna
fajar. Penjagaan yang dimaksud ialah bintang.
dilakukan mulai dari
terbenamnya matahari
sampai terbit fajar.
Karena orang musyrik
akan mengambil dari
terbenamnya matahari
sampai fajar terbit
66
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kepercayaan
No. Pertanyaan Sains Ilmiah
Masyarakat
4. Apakah ada Biasanya kalau di suatu Burdah merupakan suatu
ciri khusus desa ada kejadian- kasidah yang berisi syair
yang membuat kejadian aneh semua tentang pujian/selawat
masyarakat warga berkumpul dan kepada Nabi Muhammad
melaksanakan berkeliling desa sambil s.a.w.. Al-burdah menurut
burdah? membaca selawat. etimologi mengandung
banyak arti, antara lain, yaitu
baju (jubah) kebesaran
khalifah.
67
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kepercayaan
No. Pertanyaan Sains Ilmiah
Masyarakat
berbuat keburukan dan dosa
(Q.S. Al-A'raf :24-25). Tuyul
termasuk dalam kategori jin
yang jahat yang berkongsi
dengan manusia untuk
melakukan kejahatan.
Manusia memanfaatkan Tuyul
untuk berbuat jahat, yakni
mencuri uang sedangkan
Tuyul bersedia membantu
manusia karena mereka
senang dapat mengajak
manusia berbuat kejahatan.
Tuyul dalam hal ini termasuk
dalam kategori jin yang
disebut setan (Arab: syaiton) .
68
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
69
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Tabel 18. Deskripsi Sains Asli dan Ilmiah Kerapan Sapi di Sampang
No. Kancah Penelitian Sains Ilmiah
1. Pengertian Kata kerapan berasal dari kata kerap atau kirap
yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama
atau berbondong-bondong.
2. Jenis sapi Menurut Smith yang disitasi oleh Kosim (2007)
Sapi Madura merupakan hasil dari kawin silang
antara banteng lokal (bos javanicus) dengan Zebu
(bos indicus) yang sudah jinak dan secara genetik
memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan
lingkungan marginal serta tahan terhadap
serangan penyakit.
3. Pelatihan sapi Latihan merupakan suatu konsep seseorang dalam
melaksanakan suatu aktivitas fisik melalui
berbagai proses panjang karena dalam
kegiatannya, memerlukan waktu yang lama,
70
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
71
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
72
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
banjir yang terjadi di Sampang pada tahun 2016 sampai bulan Oktober dengan
lokasi terdampak masih sama, yaitu Desa Kamoning, Desa Tanggumung, Desa
Pasean, Desa Panggung, Desa Gunung Maddah, Kelurahan Dalpenang, Kelurahan
Rongtengah, Kelurahan Karangdalam, Kelurahan Polagan, Kelurahan Banyuanyar
dan Kelurahan Gunung Sekar. Dari wilayah itu, dua wilayah yang mengalami
ketinggian air tertinggi, yaitu Desa Gunung Maddah dan Kelurahan Dalpenang.
Banyak kerugian, seperti kerusakan jalan, kerugian ekonomi masyarakat, dll.
Kemudian mengenai masyarakat Sampang, mereka sudah mempunyai
kesadaran dan kesiapan menghadapi bencana melalui komunikasi dengan kerabat
dekat yang berada di Kecamatan Sokobanah dan sekitarnya. Dengan perkiraan
ketinggian air banjir dan waktu datangnya banjir. Tidak heran jika masyarakat
sudah terbiasa dengan keadaan banjir tersebut, bahkan tidak sedikit dari mereka
yang tetap mengamankan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi dan tidak
menatanya kembali. Karena jika curah hujan tinggi, banjir bisa saja terjadi dua kali
dalam satu minggu. Kemudian pada pascabanjir mereka akan senantiasa
melakukan gotong-royong membersihkan lingkungan sekitar atau saling
membantu mengamankan barang berharga ketika banjir datang lagi.
73
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
No Pertanyaan Jawaban
? Kedua karena Kota Sampang di bawah dataran
air laut sehingga ketika air masuk ke Sampang
dan laut pasang maka air tidak akan masuk,
karena Kota Sampang datarannya cekung. Selain
itu, di Sampang proses penghijauannya kurang
merat. Hal ini disebabkan banyak lahan atau
sawah warga yang saat ini menjadi ruko-ruko
bangunan sehingga daerah peresaapan air di
Sampang berkurang.
5. Apa dampak positif dan Dampak positifnya, yaitu (1) pemerintah sudah
negatif dari banjir melakukan langkah untuk mengurangi
tersebut ? terjadinya banjir; (2) menjadi pelajaran bersama
akan pentingnya merawat pohon dan (3)
bekerja sama merawat pentingnya kebersihan.
Dampak negatif, yaitu pendapatan dan
perekonomian masyarakat rendah karena jika
sudah banjir maka masyarakat yang di daerah
Omben tidak bisa berjualan akibat banjir yang
terjadi serta kerugian pada petani. ketika musim
padi kemudian terkena banjir maka padinya
rusak akibat lahan terkena banjir.
6. Siapa yang bertanggung Yang bertanggung jawab, yaitu 3 elemen segitiga
jawab ? antara lain pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha lainnya. Jadi, bukan hanya pemerintah
yang bertanggung jawab tetapi semua ikut serta
seperti pada dunia kesehatan dimana ketika ada
banjir dapat menyebabkan kesehatan
masyarakat terganggu, sehingga perlu adanya
badan kesehatan. Serta Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Bekerja sama
atau bersosialisasi dengan dunia kesehatan.
7. Siapa yang ikut andil dan Yang ikut andil dalam bencana yaitu relawan,
membantu pada saat tim reaksi cepat (TRC), dan tim trc ini yang akan
terjadi banjir ? memberikan pemberitahuan kepada
masayarakat dengan “woro-woro” bahwa akan
terjadi banjir sehingga masyarakat menaikkan
perekonomi yang dianggap sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, siap siaga untuk mengevakuasi
warga yang berusia dini. Dinas sosial, pada saat
banjir darurat memberikan bantuan seperi nasi
maupun makanan lainnya.
8. Apa solusinya saat Solusinya, yaitu sebelum: 1. bekerja sama
terjadi banjir ? (langkah dengan pemerintah dalam artian pembangunan
yang dilakukan sebelum, fisik seperti pembangunan pompa dan spen, 2.
74
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
No Pertanyaan Jawaban
pada saat bencana dan melakukan sosislisasi untuk mengurangi resiko
panca bencana) bencana dengan cara mengadakan gerakan
penghijauan, meninggikan banggunan rumah
agar terjauh dari bencana banjir yang masuk
rumah, dan 3. masyarakat paham agar tangguh
terhadap bencana. Pada saat bencana: 1.
melakukan stimulasi bencana, 2. menggungsi
jika banjirnya parah atau bahaya untuk
kesehatan, dan 3. meminta pertolongan kepada
tim sar atau masyarakat yang menjadi relawan
penolong lainnya dan pada saat pascabencana:
1. memberikan air bersih kepada sekolah-
sekolah yang terkena banjir, 2. memberikan
logistik yang diperlukan oleh masyarakat, dan 3.
sigap dan tanggap apabila ada bencana susulan
yang terjadi.
75
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
76
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
77
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
78
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
KABUPATEN PAMEKASAN
Pertanian Kota Pamekasan
1. Deskripsi Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 kabupaten yang ada di
Pulau Madura seperti Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. Kabupaten Pamekasan
terletak pada 113o19-113o58 Bujur Timur dan 6o51-7o31 Lintang Selatan,
memiliki luas 792.2 km2, dengan batas wilayah Utara: Laut Jawa, Selatan: Selat
Madura, Barat: Kabupaten Sampang, Timur: Kabupaten Sumenep. Kabupaten
Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi atas 18 desa, dan 11 kelurahan.
Jumlah penduduk di Kabupaten Pamekasan sebanyak 854.194 jiwa, yang terdiri
laki-laki sebanyak 415.217 jiwa dan perempuan 438.977 jiwa, dengan sex rasio
95,00%. Dengan kata lain, jumlah penduduk laki-laki adalah 95.00% dari jumlah
penduduk perempuan (Rahardjo, 2018).
Nashar (2014), dalam penelitiannya menyatakan bahwasanya pertanian
merupakan tulang punggung masyarakat Madura khususnya pada masyarakat
Pamekasan. Karakteristik pertanian di Pamekasan memiliki ciri khas yang berbeda
dengan wilayah-wilayah lain karena ada dua musim dalam pertanian, yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Pamekasan
bermata pencaharian di sektor pertanian, yang terdiri dari pertanian tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada tahun
2013, peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pamekasan mencapai
47,71 persen. Persentase tersebut terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun tergeser oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa. Dari penurunan ini maka
didapat secara kuantitatif mata pencaharian masyarakat Pamekasan, yaitu, 45 %
petani, 20.34 % pedagang, 11.86 % pegawai, 9.12 % karyawan swasta, 5.98 %
nelayan, dan selebihnya 7.70 % belum memiliki pekerjaan tetap.
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang
melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan
mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan
sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman. Lahan pertanian di Kabupaten
Pamekasan seluas 64.919 Ha atau 81,94% dari total luas wilayah, sedangkan
sisanya, yaitu 18,06 % berupa lahan bukan pertanian. Wilayah seluas 26.84%
berupa lahan sawah yang terdiri dari sawah tadah hujan 11.284 ha dan lahan
sawah teknis seluas 7.500 ha. Sebagian besar lainnya, yakni 73.55% areal
pertanian di Pamekasan, Pamekasan dalam Angka, 203.191 Kabupaten Pamekasan
berupa tegalan, ladang, perkebunan, hutan rakyat dan kolam/tebat/empang.
Sembilan Jenis tanaman pertanian yang umum diusahakan oleh petani di
Pamekasan, yaitu padi dan jagung dengan luas tanam untuk padi (sawah dan
ladang) 10.491 ha dan luas panen 17.876 ha, sedangkan luas tanaman jagung
adalah 6.038 ha dengan luas panen sekitar 8.725 ha. Kabupaten Pamekasan juga
termasuk salah satu wilayah penghasil gabah (Iswahyudi, 2018). Gabah adalah
butir padi yang sudah lepas dari tangkainya dan masih berkulit dan merupakan
bahan pangan pokok yang berasal dari padi dan digiling setelah kulitnya keluar
menjadi beras.
79
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
80
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Calon bibit dijemur Karena kalau tidak di Hal tersebut di lakukan untuk
± 5 hari (sampai jemur dulu calon bibit mencegah padi agar tidak mudah
benar benar tidak bisa tumbuh menjamur atau membusuk. Karena
kering). dengan maksimal. jamur atau patogen lebih menyukai
kondisi yang lembap. Pleh karena itu,
bibit dipanaskan menggunakan sinar
matahari.
81
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Bibit yang sudah Agar bibit tersebut Dalam proses pertumbuhan benih
dipilih tadi, mempunyai suhu membutuhkan suhu yang optimal
dimasukkan dalam yang hangat (optimal) dan perlindungan dari serangan
sak dan dibiarkan sehingga bibit mudah hama. Oleh karena itu, dimasukkan
selama 2 hari. tumbuh. dalam karung dan setelah masuk di
dalam karung suhu yang dihasilkan
bisa berubah menjadi hangat.
Setelah 2 hari maka Setelah bibit padi Karena setelah tunas muncul., tunas
akan muncul tunas bertunas akan mudah akan mudah beradaptasi pada tanah
dan siap untuk tumbuh di tanah saat yang disediakan dan mempercepat
ditanam di petak proses penanaman. proses pertumbuhan.
B. Pembuatan Petak Persemaian
Tanah Karena biar bisa Jika di gemburkan dengan traktor
digemburkan menghemat ekonomi kemungkinan bahan bakar traktor
dengan cangkul. keluarga dapat jatuh ke tanah dan
menghambat proses kesuburan
tanah. Alangkah lebih baiknya
menggunakan cara alami, yaitu
memakai cangkul.
Dibuat petak Karena jika terlalu Jika terlalu sempit akan menghambat
dengan ukuran luas atau terlalu proses pertumbuhan atau
panjang10 m dan sempit berpengaruh fotosintesis tanaman padi karena
lebar 1,5 m. pada pertumbuhan jumlah nutrisi yang di perlukan
bibit tersebut. tanaman tersebut kurang. Jika terlalu
luas juga tidak baik bagi tanaman
karena bisa jadi tanaman tersebut
mati.
Kemudian tanah Hal tersebut Pemberian pupuk dilakukan untuk
dipupuk dilakukan biar memberikan nutrisi yang cukup
menggunakan tanahnya subur. bagi bibit yang akan di tanam.
pupuk Sp dan di Dialiri air agar tanah semakin
aliri air selama 2 berlumpur dan racun tanah
82
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
83
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
84
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Terjemahan: biar
tidak terlalu dekat
kalau dekat-dekat dan
isi banyak tidak akan
besar-besar biji
padinya, lebih dari 1
biar ada cadangan
takunya ada bibt yang
mati
D. Perawatan
Setelah ± 7 hari dari Membantu tanaman Cara memupuk dengan menaburkan
penanaman awal agar tumbuh subur ini dilakukan karena pupuk berupa
85
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Setelah 1 bulan, Kalau tidak dicabut Rumput adalah tanaman liar yang
rumput yang nanti bisa lebih tumbuh di pertanaman padi sawah.
tumbuah dicabut/ banyak rumput dari Rumput termasuk pada kategori
dibuang pada padinya. Kita gulma, yakni tanaman yang tumbuh
kan mau makan beras, liar di antara tanaman utama. Jika
bukan rumput. Selain gulma harian tumbuh, akan menjadi
itu, juga pesaing tanaman utama memperoleh
memperlihatkan nutrisi tanah dan sinar matahari.
unsur estetika pada Selain itu, pencabutan rumput juga
tanaman agar terlihat berfungsi sebagai cara untuk
rapi dan terawat. pencegahan hama atau masalah lain
yang terkait dengan tanaman liar dan
memastikan tanaman tumbuh
dengan optimal tanpa memperoleh
gangguan dari rumput atau tanaman
liar.
Kondisi tanah harus Pengelolaan air Tanaman padi membutuhkan air
selalu cukup air berperan penting dan yang volumenya berbeda untuk
(basah) merupakan salah satu setiap fase pertumbuhannya.
kunci keberhasilan Produksi padi akan menurun jika
peningkatan produksi tanaman padi menderita cekaman air
padi di lahan sawah. (water stress).
Air merupakan sumber daya alam
yang vital karena keberadaanya
sangat dibutuhkan dan menjadi
basic-need bagi kehidupan makhluk
hidup. Air yang berasal dari alam
86
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
87
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
88
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
89
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
garam tidak menjadikan mereka sebagai beban pekerjaan yang berat, melainkan
pekerjaan yang menjajikan dan menjadi hobi serta kebiasaan masyarakat sekitar.
Hal ini dipicu oleh tempat tinggal mereka yang memang berada di daerah pesisir
sehingga menjadi petani garam merupakan salah satu tindakan positif dari
pemanfaatan alam, yakni air laut.
Garam yang dihasilkan dari Desan Pandan ini sudah banyak mendapatkan
apresiasi yang bagus dari para konsumen baik di Madura maupun di luar pulau
Madura. Tambak garam yang terdapat di desa Pandan kecamatan Galis ini tidaklah
sedikit. Setidaknya 60% lahan kosong di desa tersebut dimanfaatkan sebagai
tempat tambak garam. Luas tambak garam di kecamatan Galis adalah 458,6
hektare yang tersebar di empat desa, yakni Desa Lembung, Polagan, Konang, dan
Desa Pandan. Pantas saja julukan penghasil garam terbesar di Madura adalah
Pamekasan. Produksi yang dihasilkan pada masing-masing tambak garam di desa
Pandan ini dapat mencapai ribuan ton per musimnya.
Jenis garam pada tambak garam desan Pandan ini berbeda-beda. Petani
garam yang kreatif cenderung memanfaatkan garam untuk dimodifikasi menjadi
bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan selera konsumen yang paling banyak di
pasaran. Selain itu, tambak garam di desa Pandan kecamatan Galis ini sudah msuk
ke dalam ranah internasional. Garam-garam yang diproduksi oleh masyarakat
setempat tidak hanyak didistribusikan ke daerah-daerah yang ada di Indonesia,
melainkan juga di impor ke luar negeri. Dua diantaranya adalah Malaysia dan
Brunei Darussalam adalah konsumen tetap dari garam asli asal Indonesia ini.
Tidak hanya kedua negara tersebut, negara-negara tetangga seperti negara di
Kawasan Asia Tenggara juga kerap mengimpor garam dari Pamekasan Madura.
90
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
91
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
92
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
93
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
94
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
95
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
96
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
terlarut berupa elektrolit, antara lain natrium dan kalium, yang penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel (Santoso et al, 2012).
4. Zink dan Selenium
Zink berperan penting dalam pembentukan inti sel (DNA) dan protein,
perkembangan sel serta turut bekerja dalam 300 enzim manusia. Zink juga
penting bagi pertumbuhan dan saraf otak. Selain zink, zat selenium dapat
memperbaiki sistem imunitas (Santoso et al, 2012). Sebuah penelitian oleh
Ferencik et al pada tahun 2003 menekankan pentingnya peran kedua zat ini
dalam pembentukan sistem imun tubuh.
Dengan meminum air ini, para peziarah akan sedikit banyak mencukupi
kebutuhan airnya yang bagus untuk kesehatan tubuhnya. Para peziarah juga
akan merasa segar kembali setelah meminum air tersebut sehingga nantinya
menambah semangat mereka untuk berdoa kepada Tuhannya. Selain itu,
pengunjung disarankan menggunakan pakaian yang menutup aurat hakikatnya
memiliki nilai medis, yakni melindungi kesehatan manusia dari berbagai
penyakit atau gangguan hewan. Dengan mengenakan pakaian, tubuh manusia
akan lebih terlindungi dan terjaga dari terik matahari dan dinginnya suhu
udara. Hal lain pula menggunakan pakaian menutup aurat saat berziarah guna
sebagai rasa hormat kita saat berkunjung ke makam tersebut dan rasa hormat
terhadap orang meninggal yang dikunjungi. Apabila terdapat pengunjung
wanita sedang menstruasi maka tidak diperbolehkan masuk ke dalam area
makam dan dalam masjid karena dikhawatirkan darah kotor (haid) dapat
merembes dan mengotori (menyisakan darah) di lantai makam maupun dalam
masjid yang merupakan tempat suci. Hal tersebut diingat najisnya dari darah
kotor (haid) tersebut.
Gerakan-gerakan saat salat itu memiliki banyak sekali manfaat untuk
menyehatkan tubuh sebagai berikut.
1. TAKBIRATUL IHRAM.
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu
melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan
kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah
mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu
meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua
tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh
bagian atas.
2. RUKUK.
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus
sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah.
Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang
belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi
jantung sejajar dengan otak maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian
97
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot–otot bahu
hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah
gangguan prostat.
3. IKTIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah mengangkat
kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Iktidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud.
Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik.
Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran
secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
4. SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki,
dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen dan bisa mengalir
maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh
karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa–gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan
wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar
biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
5. DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk
(tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering
menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik
bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar
kelamin pria (prostat), dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar,
postur ini dapat mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy
dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan
kemudian relaks kembali.
6. SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran
darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan
kulit wajah.
Bertapa atau meditasi merupakan suatu kegiatan relaksasi dengan
melepaskan segala pikiran dari hal-hal yang menarik hingga yang membebani
hidup. Meditasi dilakukan selama jangka waktu tertentu. Biasanya meditasi
juga dilakukan di tempat tertentu. Untuk kedua syeh ini melakukan meditasi
atau bertapa di tempat yang berbeda, namun pada intinya tempat yang
digunakan ialah tempat yang sepi agar terhindar dari keramaian yang dapat
mengganggu kegiatan relaksasi dan kehilangan fokus. Selanjutnya, kedua
98
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
tempat yang dipilih sangatlah sejuk, yaitu di gunung dan juga di bawah pohon
sehingga akan menambah konsentrasi dalam proses meditasi yang dilakukan.
99
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
100
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
101
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
102
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
103
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
104
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Hujan adalah suatu hari dimana terjadi hujan dalam satu tahun. Data curah hujan
ditampilkan dalam bentuk intensitas curah hujan di setiap stasiun penakar hujan
per bulan selama dalam kurun waktu satu tahun pengamatan.
2. Filosofi Daerah Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah
Pamekasan sendiri baru dikenal pada abad ketiga-ke-16, kompilasi
Ronggosukowati mulai diatur pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke
Kraton Mandilaras. Memang tidak cukup bukti tertulis yang mengajukan proses
transisi pusat pemerintahan dilakukan perubahan nama wilayah ini. Begitu juga
mengenai sejarah pemerintahan di Pamekasan, sangat jarang ditemukan bukti-
bukti yang diterbitkan prasasti yang menjelaskan tentang kapan saja dan
bagaimana menjawabnya.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat
dipisahkan bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit, yaitu
pada saat daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis
berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit,
tentu tidak bisa dimungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit
juga harus sibuk dengan mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang
sangat besar, menghabiskan saat itu sastrawan-sastrawan memperoleh setingkat
Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya
sastra. Sementara pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, mendukung lebih
berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis.
Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diterbitkan sejarah pemerintahan
Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda dan
kemudian banyak menggunakan Bahasa Belanda. Kemudian tulisan tersebut mulai
diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah
atau Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis yang dikembangkan di
masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura. Meskipun
demikian, tulisan pada lipatan ini lebih banyak membahas sejarah kehidupan para
Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga agama dan pengajaran agama sebagai
salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas. Masa pencerahan
sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar abad ke-16, kompilasi pengaruh
Mataram mulai masuk di Madura, sebelumnya lagi kompilasi Ronggosukowati
mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja
ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang terang-terangan mulai
mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan
pembuatan jalan Se Jhimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan
mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum dapat
diketemukan ada inskripsi atau prasasti di beberapa situs peninggalannya untuk
menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia menyelesaikan
Pamekasan. yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid
Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum dapat diketemukan ada
inskripsi atau prasasti di beberapa situs peninggalannya untuk menentukan
kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia menyelesaikan
Pamekasan, yaitu jalan-jalan di Alun-Alun Kota Pamekasan dan mendirikan Masjid
Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum dapat ditemukan adanya
105
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
106
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
107
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
c. Keadaan penduduk
Kecamatan Tlanakan merupakan desa berklasifikasi desa swasembada
dengan luas wilayah 49,18 km2 dan penduduknya berjumlah 50.691 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 24.515 jiwa dan perempuan 26.176 jiwa. Sementara pada
desa Larangan Tokol luas desa 4,55 km2 dengan jumlah penduduk 8,177 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 4.043 jiwa dan perempuan 4.143 jiwa (hasil sensus
penduduk, 2003).
d. Hasil Observasi di Pedesaan Larangan Tokol
Berdasarkan hasil observasi di daerah Pamekasan tepatnya di daerah
pedesaan Larangan Tokol, menunjukkan bahwa penataan ruang dan posisi
bangunan rumah juga menggunakan prinsip-prinsip sains. Berikut hasil
wawancara kami terhadap penduduk Desa Larangan Tokol, Pamekasan.
108
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
109
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
KABUPATEN SUMENEP
Obat Tradisional Lenteng Sumenep
1. Deskripsi Desa Lenteng
Desa Lenteng Timur terbagi atas 6 teritorial atau dusun yang setiap dusun
memiliki batas-batas yang telah ditentukan. Curah hujan rata-rata cukup rendah,
sebesar 1.112,4 mm per tahun. Desa Lenteng Timur beriklim tropis dengan tingkat
kelembapan udara kurang dari 65% dan suhu udara rata-rata 23-32 ˚C. Desa
Lenteng Timur secara geografis berjarak ± 15 km dari Kabupaten Sumenep
dengan jarak tempuh 30 menit dan ± 5 Km dari Kecamatan Lenteng dengan jarak
tempuh 10 menit. Desa Lenteng Timur memiliki luas wilayah sekitar 413 hektar
atau 4.13 km2 dan 5.67% Luas kecamatan Lenteng. Dengan batas desa yang
meliputi sebelah utara berbatasan dengan Desa Ellak Laok, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Lembung Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Poreh, dan sebelah barat berbatasan dengan Lenteng Barat. Secara umum, mata
pencaharian warga masyarakat Desa Lenteng Timur dapat teridentifikasi ke dalam
beberapa bidang pencaharian, seperti petani, buruh tani, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), karyawan swasta, perdagangan, pedagang, pensiunan, transportasi,
konstruksi, buruh harian lepas, guru, nelayan, wiraswasta yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan konstribusi terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat Desa Lenteng Timur. Dalam perspektif agama,
masyarakat di Desa Lenteng Timur termasuk dalam kategori masyarakat yang
homogen. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Lenteng Timur 100%
penduduknya beragama Islam. Secara kultural, pegangan agama ini didapat dari
hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan yang kental di antara mereka. Selain
itu, perkembangan agama berkembang berdasarkan turunan orang tua ke anak ke
cucunya. Tak hanya agama, tetapi juga kebudayaan yang masih melekat erat di
masyarakat setempat desa Lenteng.
110
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
111
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
112
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Poreh, dan sebelah barat berbatasan dengan Lenteng Barat. Secara umum, mata
pencaharian warga masyarakat Desa Lenteng Timur dapat teridentifikasi ke dalam
beberapa bidang pencaharian, seperti petani, buruh tani, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), karyawan swasta, perdagangan, pedagang, pensiunan, transportasi,
konstruksi, buruh harian lepas, guru, nelayan, wiraswasta yang secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan konstribusi terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat Desa Lenteng Timur. Dalam perspektif agama,
masyarakat di Desa Lenteng Timur termasuk dalam kategori masyarakat yang
homogen. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Lenteng Timur 100%
penduduknya beragama Islam. Secara kultural, pegangan agama ini didapat dari
hubungan kekeluargaan ataupun kekerabatan yang kental di antara mereka. Selain
itu, perkembangan agama berkembang berdasarkan turunan orang tua ke anak ke
cucunya.
3. Hasil Kajian Etnosains
Pengetahuan masyarakat mengenai obat-obatan tradisional yang ada di Desa
Lentang Timur dapat dilihat dari penelitian ini dari tahap observasi dan tanya
jawab dengan salah satu masyarakat setempat yang asli dari Desa Lenteng
tersebut, sebagai subjek atau narasumber untuk mendapatkan data. Berikut
merupakan hasil dari penelitian yang kami lakukan yang berlangsung pada tanggal
3 Mei 2019.
113
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
114
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
115
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
116
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
117
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
118
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
119
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
120
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Timur. Wilayah Desa Legung Timur berada pada ketinggian 0-19 m dari atas
permukaan laut dan beriklim tropis dengan kelembaban udara kurang lebih 65%,
dan suhu udara rata-rata 24-32°C. Angka curah hujan rata-rata cukup rendah,
yaitu 93,00 mm per tahun dan curah hujan terendah terjadi antara bulan Juni
sampai bulan Oktober. Desa Legung Timur berbatasan dengan beberapa daerah,
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Dapenda, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nyabakan Barat, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Legung Barat.
2. Filosofi Daerah
Desa Legung berasal dari kata agung atau dalam bahasa madura memiliki art
bujhu’ (buyut). Pada masa penjajahan Belanda terdapat agung atau nenek moyang
Legung yang bernama Syafi’e (biasa disebut Gung Walli) yang menjadi panutan
masyarakat karena memiliki kesaktian dan merupakan seseorang yang sangat
menjunjung tinggi nilai sopan santun. Pada zaman dahulu, terjadi pertempuran
sengit antara Gung Walli dengan Raja Bali dalam perebutan Putri Mahkota yang
konon katanya putri tersebut akan dipersunting oleh Raja Bali. Namun, karena
faktor perbedaan kepercayaan menyebabkan sebuah permusuhan anatara Gung
Walli dengan Raja Bali. Pertempuaran antara kedua belah pihak tersebut
dimenangkan oleh Gung Walli. Kemenangan tersebut menjadi kebanggan
tersendiri bagi masyarakat, telinga Raja Bali putus ditangan Gung Walli. Hal
tersebut menjadi simbol kemenangan bagi masyarakat Legung sampai saat ini,
yaitu dengan dijadikan jajanan sesajen dalam beberapa acara-acara penting,
jajanan tersebut disebut kopeng beli (Telinga Raja Bali).
3. Hasil Kajian Etnosains
Berdasarkan hasil observasi pada masyarakat tentang kesehatan dan
pengobatan pada ibu hamil, berikut tabel perbandingan sains masyarakat dan
sains ilmiah dalam kesehatan dan pengobatan pada ibu hamil.
Tabel 27. Hasil Kajian Etnosains
Kajian Sains Masyarakat Sains Ilmiah
Makan nanas dan Ibu hamil tidak boleh makan Pada buah nanas
makan makanan nanas karena khawatir mengandung bromelain,
pedas menimbulkan rasa panas dan tidak disarankan
tidak boleh makan pedas dikonsumsi selama
karena khawatir bayinya kehamilan. Kandungan
sakit mata ini dapat memecah
protein dalam tubuh dan
pendarahan abnormal.
Duduk di pintu dan Ibu hamil tidak boleh duduk Duduk di tengah pintu
duduk di lantai di tengah pintu dan tidak terbuka akan
boleh duduk di lantai tanpa memperbesar potensi
alas tikar. Masyarakat masih ibu hamil untuk
percaya pada adanya terpapar penyakit yang
gangguan jin yang dapat ditularkan melalui
mengancam keselamatan udara, atau yang biasa
disebut dengan airborne
121
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
122
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
123
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
124
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
125
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
126
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
3. Nadzar
Q : Bagaimana dengan kebiasaan masyarakat di 3. Dalil tentang
desa ini dalam hal sering meletakkan uang di nadzar
atas kuburan saat berziarah? Dari ‘Aisyah radhiyallahu
A : Sebenarnya hal ini tidak diperbolehkan, akan ‘anha, dari Nabi shallallahu
tetapi biasanya orang yang meletakkan uang ini ‘alaihi wa sallam, beliau
punya nadzar, misalnya “Jika keinginan saya bersabda,
tercapai, maka saya akan meletakkan uang di ُُم ُن نُ ُذ ُر أُ ُن يُ ُطي ُع اللُُهُ ف
atas kuburan beliau” yang tujuannya bukan ُوُم ُن نُ ُذ ُر أُ ُن، ُُليُ ُط ُعه
diberikan kepada kuburan tapi diberikan kepada
ص ُه
ُ صي ه فُالُ ي ُع
ُ
ُ
ُ ُ يُ ُع
orang yang menjaga, merawat, membersihkan
kuburan tersebut. Jadi, setelah itu oleh penjaga “Barangsiapa yang bernazar
uang tersebut akan diambil. untuk taat pada Allah, maka
Terutama di desa ini terdapat pasarean atau asta penuhilah nazar tersebut.
atau kuburan dari K. Abdullah yang salah satu Barangsiapa yang bernazar
raja Sumenep. Beliau memiliki putra yang untuk bermaksiat pada Allah,
dikenal dengan nama Bindhere Saot yang maka janganlah memaksiati-
kuburannya ada di Asta Tinggi Sumenep. Nya. ” (HR. Bukhari no. 6696)
127
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
128
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal pada Syeikh Abi Al-Wafa Ali
yang halal." bin Aqil dan Abi Al-Khatab
Mahfud Al-Kalwajani. Kedua
ulama tersebut mengikuti
Ibu itu merasa malu oleh Syeh dan mohon maaf mazhab Hanbali. Sedangkan
atas prasangka yang buruk. Dengan keyakinan memperdalam hadis dan
bulat, ibu itu menyerahkan anaknya kepada ilmu hadis berguru pada
Syeikh untuk dididik. beberapa ulama, di
antaranya: Abi Ghalib
Tarbiyah itu adalah untuk membina dan melatih Muhammad bin Abi Al-Hasan
pikiran yang merupakan hal paling sulit. Itulah Al-Balaqalani.
yang diperlukan seseorang yang ingin senang Ilmu fiqih beliau dibimbing
tentu harus berusaha keras untuk mencapainya. oleh ulama-ulama
Demikian juga orang yang ingin berhasil maka ia bermazhab Hanbali dari Jilan
harus belajar dengan sungguh-sungguh yakni Abi Said Al-
sebagaimana dikatakan Syeikh Abdul Qodir Makharami. Mempelajari
Jailani. ilmu tasawuf dan
kerohaniyahan Syeikh Abdul
Qadir nyantri kepada
Muhammad Al-Dabbas.
Oleh karena itu, Syeikh sufi
besar ini menjadi salah
seorang ulama yang sangat
mumpuni dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan
Islam sehingga beliau
menjadi salah seorang ulama
yang sangat berpengaruh
dan menjadi tokoh panutan
umat Islam, dan Dikenal
banyak memiliki karamah-
karamah.
Salah satu contoh kisah
karamah beliau adalah kisah
yang disampaikan oleh
narasumber.
129
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
130
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
131
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
mengawinkan Jokotole dengan Putrinya ditarik kembali dan diganti dengan Dewi
Ratnadi yang pada waktu itu buta karena menderita penyakit cacat. Sebagai
seorang kesatria, Jokotole menerima saja keputusan Rajanya.
Setelah beberapa lama tinggal di Majapahit, Jokotole minta izin untuk pulang
ke Madura dan membawa istrinya yang buta itu. Dalam perjalanan kembali ke
Sumenep, sesampainya di Pantai Madura istrinya minta izin untuk buang air.
Karena di tempat itu tidak ada air,maka tongkat Istrinya diambil oleh Jokotole dan
ditancapkan ke tanah yang kebetulan mengenai mata istrinya yang buta itu. Akibat
dari percikan air itu, maka tiba-tiba Dewi Ratnadi dapat membuka matanya
sehingga dapat melihat kembali. Oleh karena itu, tempat itu dinamakan "Socah"
yang artinya mata.
Dalam perjalanannya ke Sumenep, banyaklah kedua suami istri itu
menjumpai hal-hal yang menarik dan memberi kesan yang baik. Misalnya
sesampainya mereka di Sampang, Dewi Ratnadi ingin mencuci kainnya yang kotor
karena ia menstruasi. Lalu, kain yang dicucinya itu dihanyutkan oleh kain sehingga
tidak ditemukan. Kain tersebut oleh orang Madura disebut "Amben." Setelah
istrinya kehilangan Amben maka Jokotole berkata mudah-mudahan sumber ini
tidak keluar dari desa ini untuk selama-lamanya. Sejak saat itu, desa itu disebut
desa "Omben". Ketika Jokotole menjumpai ayahnya di tempat pertapaan di
Gunung Geger, diberitahunya bahwa ia nantinya akan berperang dengan prajurit
yang ulung dan bernama Dempo Abang (Sampo Tua Lang), seorang panglima
perang dari negeri Cina yang menunjukkan kekuatannya kepada Raja-raja di tanah
Jawa, Madura, dan sekitarnya.
Pada suatu ketika, waktu Jokotole bergelar Pangeran Setyodiningrat III
memegang pemerintahan di Sumenep kurang lebih 14‒15 tahun, datanglah musuh
dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang dengan berkendaraan kapal
yang dapat berjalan di atas Gunung di antara bumi dan langit.
Di dalam peperangan itu Pangeran Setyoadiningrat III mengendarai kuda
terbang sesuai petunjuk dari pamannya (Adirasa). Pada suatu saat, ketika
mendengar suara dari pamannya yang berkata "pukul" maka Jokotole menahan
kekang kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh ke belakang
dan ia sendiri sambil memukulkan cambuknya yang mengenai Dempo Abang
beserta perahunya sehingga hancur luluh ke tanah tepat di atas Bancaran (artinya,
bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Abang jatuh di Ujung Piring
yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sementara itu,
jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.
Dengan kejadian inilah maka kuda terbang yang menoleh ke belakang
dijadikan lambang bagi daerah Sumenep. Sebenarnya sejak Jokotole bertugas di
Majapahit sudah memperkenalkan lambang kuda terbang.
Di pintu gerbang yang ikut dibuat oleh Jokotole terdapat gambar seekor kuda
yang bersayap dua kaki belakang ada di tanah sedang dua kaki muka diangkat ke
belakang. Demikian pula di Asta Tinggi Sumenep, di salah satu Congkop (koepel)
terdapat kuda terbang yang dipahat di atas marmer. Begitu pula pintu gerbang
rumah Kabupaten (dahulu Keraton) Sumenep, ada lambang kuda terbang. Di
Museum Sumenep juga terdapat lambang kerajaan yang ada kuda terbangnya.
132
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika pemerintahan Kota Sumenep memakai
lambang kuda terbang.
Perang Melawan Dempo Abang
Di negeri Kelleng ada seorang raja bernama Bermana yang sangat diberani
sampai-sampai tidak mempunyai musuh karena keberaniannya itu. Ia mempunyai
putra bernama Dempo Abang. Baginda Raja menyuruh putranya itu untuk segera
mencari istri. Akan tetapi, Dempo Abang menolak karena ia meminta untuk tidur
dengan gadis perawan tanpa harus menikahinya. Akhirnya permintaan Dempo
Abang dipenuhi oleh baginda raja. Dempo Abang juga meminta untuk dibuatkan
perahu terbang. Permintaan itu juga dikabulkan karena ia adalah putra
kesayangan raja.
Dempo Abang pun terbang ke negeri Cina. Di sana ia juga berniat untuk
merenggut semua perawan. Raja Cina menolak dan akhirnya terjadilah
peperangan yang hebat. Akan tetapi, Cina bisa dikalahkan dan keperawanan gadis
Cina bisa direnggutnya.
Dempo Abang melanjutkan perjalanan dan sampailah di Jawa. Sebagian
kerajaan berhasil dikuasai hingga sampailah di Majapahit. Ia menyuruh
pengawalnya untuk mengirim surat pada raja Sumenep. Dengan adanya surat itu,
Jokotole marah dan menyatakan perang.
Mendengar hal itu, Dempo Abang sangat marah dan bergegas ke Sumenep.
Melihat kedatangan Dempo Abang, Jokotole memanggil Megaremeng, kuda
pemberian Adipoday. Di angkasa Jokotole dan Dempo Abang berperang dengan
sangat dahsyat. Dalam peperangan itu, Adirasa dan Adipoday datang untuk
membantu Jokotole tetapi dalam keadaan tidak terlihat. Jokotole mengejar Dempo
Abang hingga berada di lauatan. Di sana ia melemparkan cemeti dan hancurlah
perahu Dempo Abang. Mendengar kekalahan putranya Raja, Bermana datang
dengan pasukannya untuk melawan Jokotole. Peperangan bertambah ramai, sekali
lagi Jokotole melemparkan cemetinya hingga terlemparlah Dempo Abang ke
lautan dan kemenangan di pihak Jokotole. Mendengar kemenangan ini, banyak
kerajaan yang bangga pada Jokotole karena bisa mengalahkan musuh yang sangat
berat.
3. Hasil Kajian Etnosains
Hasil observasi “JAMU”
1. Pengertian
Tabel 29. Hasil Kajian Etnosains Jamu (Pengertian)
Sains Masyarakat Sains Ilmiah
Jemuh adalah obat se e enom Jamu adalah obat tradisional yang berasal
ben ekagebey deri bu dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan,
tombhuen se bedeh e dan mineral dan atau sediaan galeniknya
sakalenglengah. atau campuran bahan-bahan tersebut
Terjemahan: Jamu adalah obat yang belum dibekukan dan dipergunakan
yang diminum dan terbuat dalam upaya pengobatan berdasarkan
dari tumbuh-tumbuhan yang pengalaman. Bentuk sediaan berwujud
ada di sekitar kita. sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk
seduhan dan sebagainya.
133
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
2. Proses
Tabel 30. Hasil Kajian Etnosains Jamu (Proses 1)
Jenis Racikan
dan Sains Masyarakat Sains Ilmiah
Manfaatnya
Pahitan Penurun kolesterol, gula Pahitan banyak
(godhongan) darah, cuci perut, dan mengadung senyawa
nambah nafsu makan flavonoid dan alkaloid
sebagai penurun
kolesterol dan gula darah
Beras Kencur Masuk angin, obat capek, Senyawa kurkumin dari
menambah daya tahan, kencur bermanfaat
batuk penambah stamina
Cabe Puyang Penyembuh pegal-pegal Cabe puyang
dan capek mengandung terpenoid
dan atsiri sebagai
karminatif untuk
mengatasi disentri,
mencret, kecapekan
Ekstrak Daun Keputihan, bau Ekstrak daun sirih
Sirih badan/keringat, dan gatal- mengandung terpenoid
gatal yang bermanfaat sebagai
pengurang bau badan,
gusi berdarah, dan sakit
gigi
Ekstrak Daun Penambah nafsu makan, Pepaya mengandung
Pepaya obat cacing, dan ASI. alkaloid papain sebagai
obat cacing dan
penambah nafsu makan,
sedangkan sebagai
penambah produksi ASI
belum ditemukan
peneliti
Ekstrak Penyembuh liver, nafsu Temulawak berkhasiat
Temulawak makan, kebugaran dan dalam mengatasi
bersih darah masalah empedu,
sembelit, dan ambeien
134
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
135
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
136
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
137
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kearifan
No Sains Masyarakat Sains Ilmiah
Lokal
memperlancar aliran
udara dan angin di dalam
rumah. Hawa di dalam pun
bebas pengap dan menjadi
lebih segar.
3 Posisi/hada Rumah di pedesaan Posisi rumah yang
p rumah umumnya menghadap menghadap ke utara
keselatan dan utara. Hal ini ataupun keselatan tidak
bertujuan untuk akan mendapatkan
menghindari sinar matahari pancaran sinar matahari
secara langsung supaya secara langsung sehingga
tidak panas. terbebas dari silau.
Dengan demikian, dapat
membuka pintu dan
jendela secara optimal
tanpa perlu cemas
kesilauannya. Begitupun
dengan sirkulasi udara
yang mudah berganti.
4 Model atap Dalam pembangunan Model atap rumah joglo
rumah rumah di daerah Madura desain agak tinggi dan
masih (Sumenep, Pamekasan, penggunaan genteng yang
terdapat Sampang, dan Bangkalan) bergelombang sehingga
model joglo masih terdapat beberapa bermodel ventilasi. Sistem
penduduk yang ventilasi atap digunakan
mempertahankan budaya pada daerah tropis lembap
atap rumah joglo. Atap karena dapat
rumah model joglo dibuat menghasilkan proses
dengan tujuan agar ruangan sirkulasi udara ke dalam
tidak panas. bangunan secara optimal.
Model atap rumah joglo
juga dibuat untuk
mengurangi perpindahan
di luar ruangan ke dalam
bangunan.
5 Langgar Setiap rumah berkonsep Setiap rumah pasti
Tanean Lanjhang pasti memilki langgar yang
memiliki langgar yang dibuat perkumpulan
terletak di ujung tengah keluarga, acara-acara, dll.
bagian barat rumah. Langgar sangat terbuka
Langgar dibuat sebagai tidak ada pintu dan
tempat berkumpulnya jendela dikarenakan agar
keluarga dalam acara-acara memperlancar aliran
besar, seperti hari raya, udara dan angin di dalam
138
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Kearifan
No Sains Masyarakat Sains Ilmiah
Lokal
tempat beribadah, dan langgar. Hawa di dalam
lainnya. pun bebas pengap dan
menjadi lebih segar.
6 Posisi/tata Dalam membangun rumah Pintu merupakan tempat
letak pintu masyarakat mempercayai keluar masuknya udara
bahwa tata letak pintu tidak pada rumah. Udara
boeh lurus dengan pintu ke mengandung beberapa
dapur. Hal tersebut dapat unsur yang berguna bagi
memberikan dampak buruk tubuh dan ada juga yang
dalam kehidupan keluarga berbahaya bagi tubuh,
tersebut seperti sakit- seperti debu,
sakitan. mikroorganisme (virus,
jamur, bakteri), dan zat-at
berbahaya lainnya.
Sedangkan dapur
merupakan tempat untuk
memasak dan banyak
bahan-bahan makanan
yang akan dikonsumsi.
Oleh karena itu, apabila
letak pintu lurus dengan
dapur maka unsur-unsur
udara yang tidak baik bagi
tubuh langsung menuju
kearah dapur sehingga
bahan-bahan makanan
akan terkontaminasi
dengan unsur yang tidak
baik tersebut.
7 Bagian Pada beberapa rumah Bagian depan rumah tidak
depan bagian depan rumah tidak menggunakan bata tetapi
rumah menggunakan bata tetapi menggunakan kayu ukir
menggunak menggunakan kayu ukiran. karena kayu merupakan
an kayu Hal tersebut dipercaya bahan insulator alami dan
ukiran masyarakat dengan merupakan materi yang
menggunakan kayu ukiran sangat efektif dalam
memerikan keindahan mencegah penghantaran
tersendiri bagi rumahnya panas. Artinya, dengan
dan dipercaya yang menggunakan kayu akan
menempati rumah akan menghemat banyak energi
diberi kesehatan. panas dibandingkan
dengan menggunakan bata
sehinga rumah akan lebih
sejuk tidak panas.
139
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
140
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
141
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
142
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
143
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
144
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
145
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Seno. (2013). Karakterisasi Bencana Banjir Bandang Di Indonesia. Jurnal Sain
Dan Teknologi Indinesia. Vol. 15. No. 1.
Alamsyah, V. K. (2014). Penciptaan Program Televisi Dokumenter “Manusia Pasir”
Dengan Gaya Expository. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Anggito, A. dan Johan S. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV. Jejak.
Arlianovita, D., Beni, S & Elok, S. (2015). Pendekatan Etnosains dalam Proses
Pembuatan Tempe terhadap Kemampuan Literasi Sains. Seminar Nasional
Fisika dan Pembelajarannya. p.103.
Amrullah, Afif. (2015). Islam di Madura. Jurnal Islamuna. Vol. 2(1). Diakses dari
ejournal.stainpamekasan.ac.id
Bappeda.jatimprov.go.id
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan. (2018). Kecamatan Kamal dalam Angka
2018. Bangkalan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan.
Creswell, W. J. (2009). Research Desaign (Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dianto, I et al. (2015). Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat pada Suku Kaili
Ledo Di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tenngah. GALENIKA. 1. 85-91.
Diakses dari http://jurnal.untad.ac.id.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangkalan. (2018). Statistik Daerah
Bangkalan 2017. Bangkalan: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Bangkalan.
Duitt, R. (2007). Science Education Research Internationally: Conception, Research
Methods, Domains of Reasearch. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 3(1), 3-15. Online: www.ejunste.com diakses tanggal 9
Mei 2019.
Endraswara, S. (2018). Penelitian Kebudayaan. Tangerang: PT Agromedia Pustaka.
Evizal, Rusdi. (2013). Status Fitofarmaka dan Perkembangan Agroteknologi Cabe
Jawa (Piper Retrofractum Vahl.). Jurnal Agrotropika, 18(1): 34-40.
Frake, C.O. (1962). The Ethnographic Study of Cognitive Systems, dalam Anthropology
and Human Behavior, T. Gladwin dan W.C. Sturtevant (eds.). Washington:
Anthropological Society Washington.
Fitria, dkk. (2017). Perubahan Perilaku Masyarakat Jawa dalam Penyelenggaraan
Resepsi Pernikahan di Kota Surakarta. Jurnal Analisa Sosiologi.Vol.6.No.1
Goodenough, W.H. (1964). Cultural Anthropology and Linguistics in Language in
Culture and Society, D. Hymes (ed.). New York: Harper and Row.
Haboddin, N. (2016). Dinamika Pilkada dan Demokrasi Lokal di Indonesia. Malang: UB
Press.
146
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
147
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
148
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
Rositawati, Agustina. (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat Dari Daerah Demak Untuk
Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, No. 4.
(217-225).
Rahayu, W. E., & Sudarmin. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis
Etnosains Tema Energi dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jika Konservasi
Siswa. Unnes Science Education Journal. 4 (2) : 919 – 926.
Rani, D.P. (2014). Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura,
Jawa Timur (Studi Kasus : Pantai Lombang).Jurnal Politik Muda. 3(3).P,412-421.
Rifai, M. A. (2007). Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan,
dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya. Yogyakarta : Pilar
Media.
Sari, F. M. W. & Annis, C. A. (2016). Ketahan Pangan dan Coping Strategy Rumah
Tangga di Pulau Terisolir Gili Labak Kabupaten Sumenep Madura. Jurnal Media
Gizi Indonesia. Vol. 11. No. 2. Hal:153-159. Diakses dari https://e-
journal.unair.ac.id
Sawiji,dkk. (2017). Petik Laut Dalam Tinjauan Sains dan Islam. Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol. 2. No.2.
Sudarmin, M.Z. dan Priyono. (2014). Model Pembelajaran Sains Ilmiah Berbasis
Etnosains (MPSBE) untuk Menanamkan Nilai Karakter Konservasi dan Literasi
Sains Bagi Siswa Sekolah Menengah. Laporan Penelitian Hibah PPs Unnes
Semarang.
Suharto, A. dan Sudirman. (2012). Sistem Latihan Gerak Refleks Berbasis
Mikrokontroler Studi Kasus Atlet Bulu Tangkis. Jurnal Teknologi Informasi
ESIT. Vol. 08, No. 02. 33-46.
Sudarmin. (2014). Pendidikan Karakter, Etnosains dan Kearifan Lokal (Konsep dan
Penerapannya dalam Penelitian dan Pembelajaran Sains). Semarang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Spradley, J.P. (1972). Adaptive Strategies of Urban Nomads; Beating the Drunk
Charge, dalam Culture and Cognition: Rules, Maps and Plas, J.P. Spradley (ed).
San Fransisco: Chandler.
Sturtevant, W.C. (1964). “Studies in Ethnoscience” dalam Transcultural Studies in
Cognition, A.K.Romney dan R.G.A.D’Andrade (eds.) American Anthropologist
Special Publication 66 (3). Part.2.
Sudarmin, Febu, R., Nuswowati, M., & Sumarni, W. (2017). Development of
Ethnoscience Approach in The Module Theme Substance Additives to Improve
the Cognitive Learning Outcome and Student's Entrepreneurship. Journal of
Physics: Conferebce Series, 824(1). doi:10.1088/1742-6596/824/1/012024.
Setyowati, Abidah Setyowati. (2008). Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan
& Kebijakan. Bogor: Pokja Kebijakan Konservasi.
Siswanto,A.D & Nugraha,W.A. (2016). Permasalahan dan Potensi Pesisir di Kabuoaten
Sampang (Sampang’s Coastal Problems And Potentials). Jurnal Kelautan, 9(1).
12-16.
149
ETNOSAINS KEARIFAN LOKAL MADURA
150