Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................2

B. Tujuan.......................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Infeksi.......................................................................6

2. Hazard Radiasi.........................................................6

3. Hazard Fisik Kimia..................................................6

4. Hazard Psikososial...................................................7

5. Hazard Argonomik...................................................8

BAB III PEMBAHASAN

1. Infeksi.......................................................................10

2. Hazard Radiasi.........................................................11

3. Hazard Fisik Kimia..................................................12

4. Hazard Psikososial...................................................14

5. Hazard Argonomik...................................................17

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................20

B. Saran.........................................................................20

Daftar Pustaka

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang

menyerang jaringan yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme

inang,dan bersifat membahayakan inang.

Potensi bahaya atau hazard merupakan keadaan yang memiliki potensi untuk

merugikan manusia karena mengandung bahayabyang dapat menimbulkan

insiden seperti kecelakaan. Hazard dapat ditemukan di mana saja,terutama

dari hal-hal yang berada di lingkungan kita. Secara garis besar ,factor yang

dapat menimbulkan hazard adalah biologi (berasal dari makhluk hidup),

kimia (berasal dari cairan kimia beracun), ergonomic (berasal dari

kegiatan/pekerjaan yang tidak ergonomis), fisik (berasal dari kondisi fisik

yang tidak ideal), dan psikologi (berasal dari kondisi psikologi yang

terganggu), selain itu ada juga hazard yang berasal dari factor manusia

baik itu dari faktor kesengajaan maupun ketidaksengajaaan yang dapat

menimbulkan bahaya.

Implementasi K3 adalah salah satu hal paling mendasar yang harus dilakukan

oleh semua pekerja yang melakukan pekerjaan,tidak hanya di bidang

busana namun juga bidang-bidang lainnya,sebab seluruh kegiatan

memiliki hazard masing-masing dalamkadar yang berbeda. Implementasi

K3 yang paling mudah dilakukan adalah mengikuti seluruh aturan yang

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 2


berlaku di tempat kerja dan menggunakan alat pelindung diri (APD)

sebagai bentuk pertahanan diri dari kecelakaan maupun sakit akibat kerja

yang tidak diinginkan. Kurangnya kesadaran mengenai pentingnya

implementasi K3 dapat berdampak pada meningkatnya jumlah kecelakaan

dan sakit akibat kerja, sehingga pekerja yang mengalami insiden

kecelakaan/sakit menjadi tidak produktif.

Hazad radiasi

Radiologi diagnostic merupakan bentuk pemanfaatan sinar-X di dunia medic

untuk menegakkan diagnosis atau melakukan kegiatan intervensional,

yang dapat memeberikan bahaya radiasi terhadap berbagai pihak,termasuk

pekerja radiologi. Pengoprasian sumber radiasi pengion pada unit

radiologi membutuhkan perhatian khusus karena dalam penggunaannya

ada bahaya radiasi baik terhadap pekerja,pasien,maupun lingkungannya.

Hazard Fisik Kimia

Peneliti hanya mengamati para penyelam kompresor sebagai subjek penelitian

dengan menggunakan metode indentifikasi bahaya yaitu Job Hazard

Analysis. Bahaya keselamatan dan kesehatan kerja pada tahapan aktivitas

penangkapan ikan terdiri atas tahapan persiapan, tahapan penyelaman, dan

tahapan penanganan hasil penangkapan. Bahaya yang dihadapi

dikelompokkan menjadi bahaya bagi keselamatan dan bahaya kesehatan,

bahaya bagi keselamatan pekerja meliputi ombak,lantai licin,duri

ikan,terjepit. Bahaya kesehatan seperti kebisingan,temperature

dingin,temperature panas, sengatan ikan dan karang beracun.

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 3


Hazard Psikososial

Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2014:27), hazard psikologi menyebabkan

pekerja mengalami tekanan atau gangguan mental. Meskipun termasuk

klasifikasi bahaya yang agak baru,sangat penting bahwa bahaya psikologi

secara menyeluruh diidentifikasi dan dikendalikan. Wowo menyebutkan

contoh bahaya psikologi antara lain :

1. Kekerasan di tempat kerja, 2. Kecepatan kerja, 3. Bekerja sendiri, 4.

Kelebihan beban kerja/kekurangan beban kerja, 5. Fobia pekerja, 6.

Kepemimpinan yang kurang baik; 7. Kurangnya motivasi, 8. Tidak

ada prosedur yang jelas, 10. Bullying dan pelecahan; 11. Agen

klien/pasien, 12. Kelelahan,13. Shif kerja. Berdasarkan pendapat di

atas, hazard psikologi adalah hazard yang berupa tekanan atau ganguan

mental sehingga berdampaka pada psikis seseorang.

Hazard Argonomik

Ergonomik berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos

berarti hukum. Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

mendefinisikan ergonomic sebagai hubungan manusia dengan lingkungan

kerja yang tidak mengakibatkan satu ganguan. Ergonomik juga dapat

diartikan sebagai suatu kondisi terciptanya system kerja yang sehat , aman,

dan nyaman bagi manusia.

B. TUJUAN

1. Mengetahui resiko infeksi dan pencegahannya

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 4


2. Mengetahui pencegahan hazard

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 5


1) Infeksi

Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme yang

menyerang jaringan yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme

inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit infeksi menular yaitu

proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agent penyakit

(mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan . Penyakit infeksi

menular di bagi menjadi 2 kelompok,yaitu:

1. Infeksi Menular Seksual (IMS) : HIV & AIDS

2. Virus Hepatitis B (HBV)

2) Hazard Radiasi

Pengoprasian sumber radiasi pengion pada unit radiologi membutuhkan

perhatian khusus karena adalam penanganannya ada bahaya radiasi baik

terhadap pekerja, pasien, maupun lingkungannya. Upaya perlindungan

perlu dilakukan untuk melindungi radiographer dan pasien dari bahaya

yang ada di tempat kerja . Upaya pengendalian bahaya pada unit radiologi

terdiri dari upaya pengendalian secara teknik, administrative, dan alat

pelindung diri ( APD ).

3) Hazard Fisik Kimia

Perkembangan dan pertumbuhan sector industry selalu didiringi dengan

masalah besar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu

aktivitas pekerjaan yang mempunyai bahaya K3 adalah kegiatan

menyelam yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 6


menggunakan peralatan, untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas

menyelam mengandung resiko bahaya K3 jika pelaksanaan menyimpang

dari prosedur. Pencegahannya yaitu pemerintah sebaiknya perlu

mempunyai tenaga ahli tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam

lingkungan pemerintahan setempat. Perlu dibentuknya pengawas khusus

mengenai aktivitas kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh

nelayan muroami.

4) Hazard Psikososial

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang

bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik.

Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale

balik,sebagai akibat terjadinya perubahan social dan gejolak social dalam

masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011) .

Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2014:27), hazard psikologi

menyebabkan pekerja mengalami tekanan atau gangguan mental.

Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru,sangat penting

bahwa bahaya psikologi secara menyeluruh diidentifikasi dan

dikendalikan. Wowo menyebutkan contoh bahaya psikologi antara lain :

1.Kekerasan di tempat kerja, 2. Kecepatan kerja, 3. Bekerja sendiri, 4.

Kelebihan beban kerja/kekurangan beban kerja, 5. Fobia pekerja, 6.

Kepemimpinan yang kurang baik; 7. Kurangnya motivasi, 8. Tidak ada

prosedur yang jelas, 10. Bullying dan pelecahan; 11. Agen klien/pasien,

12. Kelelahan,13. Shif kerja. Berdasarkan pendapat di atas, hazard

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 7


psikologi adalah hazard yang berupa tekanan atau ganguan mental

sehingga berdampak pada psikis seseorang.

Pencegahannya dengan cara menyarankan jangan melihat iklan atau film yang

kurang layak untuk di tonton. Diharapkan untuk bisa lebih berfikir positif

dan membuka diri serta mau menceritakan masalah-masalah yang sedang

dirasakan kepada keluarga maupun kerabat terdekat,sehingga dapat

mengetahui perasaan yang sedang dialami oleh subjek dan dapat member

bantuan yang sedang dibutuhkan.

5) Hazard Agronomik

Ergonomik juga dapat di artikan sebagai suatu kondisi terciptanya system

kerja yang sehat , aman, dan nyaman bagi manusia. Posisi tubuh yang

ergonomis dapat mencegah dokter gigi terkena gangguan musculoskeletal,

tetapi pada umumnya dokter gigi tidak sadar akan pentingnya system

ergonomic dengan posisi yang baik saat merawat pasien.

BAB III

PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 8


1. Infeksi

Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikro organisme yang

menyerang jaringan yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme

inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit infeksi menular yaitu

proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agent penyakit

(mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan .

contoh infeksi melalui virus

Penyakit infeksi menular di bagi menjadi 2 kelompok,yaitu:

1) Infeksi Menular Seksual (IMS) : HIV & AIDS

Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang dapat menular dari

satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Infeksi Menular

Seksual (IMS) lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan

berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. IMS yang

popular di Indonesia antara lain gonore dan sifilis. Salah satu penyakit

dari IMS yang belum dapat disembuhkan adalah HIV/AIDS. Faktor

terjadinya penyebaran HIV/AIDS disebabkan karena perilaku seks bebas,

merosotnya nilai agama, gaya hidup, pekerjaan, dan gagalnya membina

rumah tangga (Naila Kamila, 2009; Dewi Rohkmah, 2014).

Sebagian besar WPS telah memanfaatkan media cetak maupun media

elektronik untuk mencari informasi tentang IMS. Media cetak sering

digunakan berupa leaflet dan selebaran fotocopian materi IMS (50%)

sedangkan media elektronik yang dipakai berupa browsing melalui

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 9


handphone (33%) dan AIDS. Hal ini bertentangan dengan penelitian

Hafrida dkk (2008) yang menyebutkan bahwa media promosi berupa

poster,stiker, booklet, folder kurang diminati karena tulisan dan isi pesan

dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan di lokalisasi. Aktifnya WPS dalam

membaca media cetak sebagai media promosi kesehatan dapat membawa

perubahan perilaku positif terhadap pencegahan IMS. Akses informasi

menjadi factor pemungkin dalam perubahan perilaku seksual positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Elly N, dkk (2009) menyatakan bahwa

informasi yang diterima berpengaruh dengan prilaku berisiko tertular.

Yang menyatakan bahwa pendekatan individual kepada WPS oleh petugas

kesehatan dapat mengubah sikap dan prilaku WPS dalam menawarkan dan

menggunakan kondom serta memeriksa kesehatan reproduksinya. Sabun

pembersih kewanitaan dan pasta gigi tidak seharusnya digunakan untuk

vagina bagian dalam karena dapat merusak vagina, serta merusak

keseimbangan pH sehingga flora normal yang berada di kelamin wanita

bisa mati dan mebuat pathogen penyebab IMS justru berkembangbiak.

Frekuensi mengganti celana dalam dan pembalut merupakan salah satu

bagian dari vaginal hygiene. Informan utama sudah memenuhi frekuensi

minimal dalam mengganti celana dalam dan pembalut, yaitu minimal 2

kali dalam sehari untuk celana dalam dan minimal 3 kali dalam sehari

untuk penggantian pembalut. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari

alat kelamin dalam keadaan lembab dan tidak membuat bakteri pathogen

menyebabkan IMS berkembangbiak (Ditjen PPM&PL, 2013)

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 10


2) Virus Hepatitis B (HBV)

Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi dari cairan

tubuh. Penularan ibu ke anak adalah rute transmisi utama dan member

kontribusi bermakna terhadap infeksi HBV. Pengindap infeksi HBV sering

tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis karena infeksi

HBV bisa tidak menimbulkan gejala hingga dalam jangka panjang yang

disebabkan adanya fase imun toleran (HBsAg dan DNA HBV yang positif

tanpa gejala dan tanda, serta alanine transferase dalam batas normal)

dalam perkembangan infeksi HBV kronis. Hampir 90% dari bayi-bayi ini

akan terinfeksi HBV kronis pada saat lahir jika tidak ada pencegahan.

Semua wanita hamil harus di uji HBV untuk mencegah infeksi . Jika

seseorang hamil positif mengindap HBV, maka dia harus dirujuk ke dokter

spesialis untuk evaluasi lebih lanjut. Meskipun sebagian besar wanita tidak

memiliki komplikasi kehamilan sebagian akibat dari infeksi HBV, mereka

masih memerlukan pemeriksaan spesialis karena efek jangka panjang

HBV pada bayi yang akan dilahirkan.

2. Hazard Radiasi

Pengoprasian sumber radiasi pengion pada unit radiologi membutuhkan

perhatian khusus karena adalam penanganannya ada bahaya radiasi baik

terhadap pekerja, pasien, maupun lingkungannya. Upaya perlindungan

perlu dilakukan untuk melindungi radiographer dan pasien dari bahaya

yang ada di tempat kerja . Upaya pengendalian bahaya pada unit radiologi

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 11


terdiri dari upaya pengendalian secara teknik, administrative, dan alat

pelindung diri ( APD ). Penggunaan APD sebagai upaya terakhir wajib

dilakukan oleh radiographer untuk mencegah penyakit akibat kerja.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik tenaga kerja dan

menganalisis upaya pengendalian bahaya radiasi yang telah diterapkan

melalui penggunaan dan pengadaan APD di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit. Semua responden selalu menggunakan film badge dan mengetahui

dosis serap film badge setiap bulannya. Keluhan yang paling banyak

dirasakan radiographer adalah mudah capek. Penggunaan APD tyroid

protesi sangat jarang digunakan , sementara untuk sarung tangan tidak

disediakan. Jumlah APD belum mencukupi untuk didistribusikan ke

seluruh ruangan .

3. Hazard Fisik Kimia

Perkembangan dan pertumbuhan sector industry selalu didiringi dengan

masalah besar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu

aktivitas pekerjaan yang mempunyai bahaya K3 adalah kegiatan

menyelam yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa

menggunakan peralatan, untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas

menyelam mengandung resiko bahaya K3 jika pelaksanaan menyimpang

dari prosedur. Pencegahannya yaitu pemerintah sebaiknya perlu

mempunyai tenaga ahli tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam

lingkungan pemerintahan setempat. Perlu dibentuknya pengawas khusus

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 12


mengenai aktivitas kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh

nelayan muroami. Pada tahapan persiapan yang dilakukan oleh nelayan

pada saat menuju lokasi penangkapan meliputi pengecekan bahan bakar,

oli mesin kompresordan tabung kompresor, mengecek alat lengkap dan

kerincingan, pengecekan sambungan selang udara dan meluruskan selang

yang menggelintir dan pemasangan mouth piece pada selang udara.

Apabila lokasi penangkapan sudah dekat, maka juragan laut dan 1 orang

anak buah kapal melakukan pengecekan arus dengan cara penyelaman,

yang perlu dipersiapkan oleh juragan laut dan anak buah kapal (ABK)

adalah memakai baju kerja biasanya baju dan celana panjang, pemakaian

teropong semacam penutup kepala dan bagian wajah, peletakkan posisi

selang penyalur udara, penggunaan pemberat dari timah, sepatu karet dan

pemasangan masker pada wajah. Bahaya yang berdampak bagi kesehatan

nelayan diantaranya kebisingan, tekanan ekstrim, temperature dingin dan

panas. Bahaya yang berdampak pada keselamatan nelayan diantaranya

cuaca ekstrim (ombak),terpeleset/tergelincir(lantai kapal yang licin),

mekanik (tertusuk duri ikan), kimiawi(bahaya oli dan bahab bakar). Untuk

menghilangkan atau meminimalisasi bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan pekerjanya, yaitu pemerintah sebaiknya perlu mempunyai

tenaga ahli tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan

pemerintah setempat. Mengingat pekerjaan ini mempunyai bahya dan

resiko yang besar bagi nelayan muroami, maka sebaiknya perlu

dibentuknya pengawas khusus mengenai aktivitas kegiatan penangkapan

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 13


ikan yang dilakukan muromi. Untuk paraa nelayan sebaiknya dilakukan

perubahan teknik penggiringan, yang biasanya dilakukan di dalam laut

dengan teknik penggiringan ikan yang dilakukan di atas permukaan air.

Hal ini bertujuan untuk membatasi waktu terpaparnya atau lamanya

melakukan aktivitas menyelam. Mengganti sepatu karet dengan

menggunakan fin (kaki katak). Penggantian fin ini bertujuan untuk

menambah efisiensi nelayan di dalam air serta menambah laju pergerakkan

dengan usaha yang seminimal mungkin.

4. Hazard Psikososial

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang

bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik.

Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale

balik,sebagai akibat terjadinya perubahan social dan gejolak social dalam

masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011) .

Menurut Wowo Sunaryo Kuswana (2014:27), hazard psikologi

menyebabkan pekerja mengalami tekanan atau gangguan mental.

Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru,sangat penting

bahwa bahaya psikologi secara menyeluruh diidentifikasi dan

dikendalikan. Wowo menyebutkan contoh bahaya psikologi antara lain :

1.Kekerasan di tempat kerja, 2. Kecepatan kerja, 3. Bekerja sendiri, 4.

Kelebihan beban kerja/kekurangan beban kerja, 5. Fobia pekerja, 6.

Kepemimpinan yang kurang baik; 7. Kurangnya motivasi, 8. Tidak ada

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 14


prosedur yang jelas, 10. Bullying dan pelecahan; 11. Agen klien/pasien,

12. Kelelahan,13. Shif kerja. Berdasarkan pendapat di atas, hazard

psikologi adalah hazard yang berupa tekanan atau ganguan mental

sehingga berdampak pada psikis seseorang.

Pencegahannya dengan cara menyarankan jangan melihat iklan atau film yang

kurang layak untuk di tonton. Diharapkan untuk bisa lebih berfikir positif

dan membuka diri serta mau menceritakan masalah-masalah yang sedang

dirasakan kepada keluarga maupun kerabat terdekat,sehingga dapat

mengetahui perasaan yang sedang dialami oleh subjek dan dapat member

bantuan yang sedang dibutuhkan.

Bekerja di dalam laboratorium busana juga memiliki bahaya dari segi

psikologi. Hazard psikologi yang mungkin ada di laboratorium busana

adalah yang berasal dari hubungan kerja, motivasi belajar, bullying,

kelelahan fisik, dan stress kerja.

a). Hubungan kerja

Hubungan kerja sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil kerja

seseorang. Hubungan kerja yang buruk dapat dilihat dengan tingkat

kepercayaan yang rendah serta minat untuk memecahkan masalah yang

rendah dalam suatu organisasi (Cecep, 2014:66). Hubungan kerja yang

tidak baik dapat berakibat pada komunikasi yang buruk, ketegangan

psikologi, dan penurunan hasil kerja.

Hubungan kerja yang dimaksud di laboratorium busana adalah hubungan

antarsiswa dan juga guru dengan siswa. Hubungan yang buruk dapat

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 15


menimbulkan komplikasi dan lemahnya komunikasi, ketegangan

psikologis dan jga hasil yang tidak maksimal.

b). Beban kerja

Beban kerja di laboratorium busana dapat berupa tugas yang menumpuk,

deadline yang semakin dekat, dan pekerjaan yang sulit diselesaikan oleh

siswa. Seperti beban kerja antara lain satu siswa dengan siswa lainnya

tidak sama, tergantung dari masing-masing siswa dan bagaimana cara

menghadapinya. Cara mengatasinya adalah dengan lebih mengorganisir

pekerjaan, menetapkan skala prioritas kerja, dan istirahat yang cukup saat

mengalami kelelahan.

c). Motivasi belajar

Motivasi adalah suatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau

sekelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Anton

Irianto, 2005:53).

d). Bullying

Bullying di area sekolah juga kerap terjadi. Dampaknya bisa lebih buruk dan

menimbulkan trauma kepada anak-anak dibandingkan orang dewasa yang

sudah bekerja,oleh karena itu bullying perlu diwaspadai karena berdampak

buruk terhadap psikologis, fisik, maupun produktivitas kerja.

5. Hazard Argonomik

Ergonomik juga dapat di artikan sebagai suatu kondisi terciptanya system

kerja yang sehat , aman, dan nyaman bagi manusia. Posisi tubuh yang

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 16


ergonomis dapat mencegah dokter gigi terkena gangguan musculoskeletal,

tetapi pada umumnya dokter gigi tidak sadar akan pentingnya system

ergonomic dengan posisi yang baik saat merawat pasien.

1. Kriteria postur yang ergonomis:

a. Sudut antara paha dan betis harus membentuk sudut yang besarnya

110º atau lebih (Gbr. 8A)

b. Dokter gigi harus simetris ke depan dan punggung sejauh mungkin dari

sandaran tempat duduk, atau badan dimiringkan ke depan maksimal

hingga 20º, hindari memutar dan miring condong ke samping (Gbr. 8A

dan 9B).

c. Kepala dokter gigi dapat dimiringkan ke depan hingga 25º (Gbr. 8A

dan 9A)

d. Pedal drive harus diposisikan/ditempatkan dengan salah satu kaki

(Gbr. 8D)

e. Lengan diangkat hingga 10-25º dari sumbu horizontal (Grb.8B dan 9E)

f. Jarak antara area kerja (mulut pasien) ke mata (atau kacamata

pelindung) adalah 35-40 cm (Gbr. 8C)

g. Instrumen harus diposisikan dengan area penglihatan dari dokter gigi

pada jarak antara 20-25 cm (Gbr. 8C)

2. Postur tubuh yang tidak ergonomis:

a. Fleksi leher >25º (Gbr. 9A)

b. Fleksi punggung >20º (Gbr.9B)

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 17


c. Elevasi bahu yang berlebihan (Gbr. 9C)

d. Abduksi lengan atas> 20º (Gbr. 9D)

e. Fleksi lengan bawah < 60º dari sumbu vertikel (Gbr.9E)

f. Posisi pergelangan tangan yang salah (Gbr. 9F)

Musculoskeletal Disease yang pada umumnya berkaitan dengan petugas

kesehatan gigi (dokter gigi dan mahasiswa program studi profesi dokter

gigi) adalah nyeri leher,nyeri bahu, dan nyeri punggung/low back pain.

Hayes, dkk. (2009) menemukan frekuensi olahraga seseorang sangat

berhubungan dengan resiko MSD berupa low back pain. Morse, dkk.

(2007) menemukan nyeri bahu sangat terkait dengan pekerjaan yang

dilakukan di atas bahu dan gejala nyeri leher terkait dengan posisi kerja

yang melibatkan postur leher tertekuk. Peningkatan durasi kerja dalam

kurun waktu seminggu juga terkait dengan MSD berupa nyeri bahu,

sedangkan peningkatan jumlah pasien yang dirawat oleh dokter gigi

selama satu hari merupakan factor resiko yang signifikan untuk prevalensi

yang lebih besar dari gejala MSD berupa carpal tunnel syndrome.

Sejumlah factor teknis seperti rancangan kursi dokter gigi serta lampu kerja

juga merupakan factor resiko yang berperan penting untuk terjadinya MSD

pada dokter gigi. Kursi dokter gigi dikategorikan ergonomis ketika dapat

membuat dokter gigi duduk secara tegak. Bentuk sandaran dari kursi

dokter gigi diharapkan dapat mendukung punggung agar otot punggung

bagian bawah tetap tegak dan lengkungnya dipertahankan. Lampu dari

dental chair harus diposisikan di atas kepala dokter gigi sebelum dan saat

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 18


dokter gigi bekerja, sehingga cahaya yang dihasilkan terpancar lurus

searah pandangan langsung ke dokter gigi (Gbr. 9C)

Selain kursi dokter gigi dan posisi lampu kerja, penempatan instrument juga

perlu diperhatikan untuk mencegah dokter gigi bekerja dengan postur

tubuh yang tidak ergonomis. Letak instrument yang jauh dari jangkauan

mengharuskan dokter gigi memutar badannya tanpa diikuti perputaran

sumbu tubuh. Oleh karena itu, instrument harus ditempatkan pada jarak

yang benar secara vertical maupun horizontal. Kondisi instrument yang

digunakan oleh dokter gigi seperti handpiece juga perlu diperhatikan: 1).

Permukaan handpiece yang halus, 2). Tangkai handpiece membentuk

sudut 15º dengan permukaan daerah kerj, 3). Jarak minimal 26 mm dari

ujung handpiece yang masuk dalam mulut pasien, dan 4). Peralatan

tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya.

BAB IV

PENUTUP

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 19


A. Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan bebas dari cidera fisik dana psikologis yang

menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional,

meminimalisasi terjadinya kesalahan,mengurangi rasa tidak aman pasien

dalam system perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang

optimal.

Hazar merupakan suatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini

dapat mencakup substansi, proses kerja, danaspek dari lingkungan kerja.

Bahaya hazard tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan

sehari-hari, jika seseorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya

inidengan baik maka karyawan akan terjatuh dalam kondisi bosan,jenuh,

stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta

menurunkan produktivitas kerja karyawan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis

akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas.

Dan diharapkan dengan adanya makalah ini semoga pembaca dapat

memahami tentang upaya mencegah hazard untuk lebih menambah

wawasan bagi si pembaca.

UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 20


UNIVERSITAS MALAHAYATI Page 21

Anda mungkin juga menyukai