(Hakikat Fungsi dan Sifat Naskah Lakon. Struktur dan Tekstur Naskah Lakon.
Macam-Macam Jenis dan Bentuk Naskah Lakon, Teknik Penulisan Naskah
Lakon. Teknik Penggarapan Laskah lakon)
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
PENDAHULUAN
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada
hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra
pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon berdasarkan apa yang
dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh
orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian kejadian, semakin lama
semakin rumit, sehingga pada puncaknya masuk ke dalam penyelesaian cerita.
Penting sekali bahwa dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
seorang penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian
lain dalam suatu perkembangan yang logis, tetapi semakin lama semakin gawat
sehingga akhirnya ia sampai ke puncak yang disebut klimaks.
PEMBAHASAN
Drama Sebagai Seni Pertunjukan
Berdasarkan etimologi (asal usul bentuk kata), kata drama berasal dari
bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik pemain (akting) di panggung. Percakapan
dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan
demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus
membayangkannya Drama sering disebut sandiwara atau teater.
Kata sandiwara berasal dari bahasa jawa sandi yang berarti rahasia atau
warab yang berarti ujaran. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara
rahasia dan tidak terang-terangan. Karena lakon drama sebenarnya mengandung
pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya.penonton menemukan
ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama. Misalnya, orang yang menebar
kejahatan dan menuai kehancuran.
Kata teater dipungut dari bahasa Inggris theater yang berarti gedung
pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theater dalam bahasa Inggris itu berasal
dari bahasa Yunani theatron yang artinya takjub melihat. Mungkin, banyak
penonton merasa takjub dan puas menyaksikan tontonan drama yang dipentaskan
di panggung itu. (dalam Wiyanto, 2002:1).
Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni
drama terkandung seni-seni yang lain. Seni drama sebagai tontonan merupakan
perpaduan sejumlah cabang seni, yaitu
Tema yang bagus, kaya akan pesan, tetapi jika teknik penyampaian
pesan tidak digarap dengan baik, yang terjadi seperti dakwah,
khotbah, atau indoktrinasi. Hal ini bertentangan dengan hakikat
drama, yaitu konflik atau tikaian.
b. Alur (plot)
Alur cerita adalah jalinan peristiwa (baik linier maupun
nonlinier) yang disusun berdasarkan hukum kausal (sebab-akibat).
Jadi, alur drama adalah alur yang menganut hukum dramatik.
Artinya, tiap-tiap tahap dalam teknik pengaluran merupakan
konsekuensi yang menimbulkan gerak atau lakuan dramatik dalam
lakon. Semua gerak atau lakuan yang terjadi di atas pentas
hendaknya dilakukan dengan wajar.
Naskah lakon yang baik hendaknya memiliki alur dramatik.
Struktur alur dramatik sebuah lakon umumnya memiliki lima
tahapan:
1. Eksposisi, perkenalan, atau introduksi.
2. Penggawatan atau perumitan (complication).
3. Klimaks atau puncak.
4. Peleraian (resolution).
5. Penutupan atau kesimpulan.
c. Penokohan
Tokoh sentral dalam sebuah lakon merupakan perwujudan
dari gerak dramatik yang membangun suatu struktur dramatik.
Lewat penokohan pula kita bisa mengetahui watak diri, watak
tokoh lain, peristiwa-peristiwa yang mendahului, peristiwa-
peristiwa yang sering terjadi, dan peristiwa-peristiwa yang akan
datang.
Tarigan (1984:76) menyebutkan bahwa suatu lakon perlu
singkat dan padat, maka sang dramawan haruslah dapat memotret
para pelakunya dengan tepat dan jelas untuk menghidupkan
impresi. Demi tujuan itulah maka sang pengarang mempergunakan
beberapa jenis pelaku atau aktor yang biasa dipergunakan dalam
teater. Beberapa diantaranya adalah :
a. The foil: tokoh yang kontras dengan tokoh lainnya, tokoh yang
membantu menjelaskan tokoh lainnya.
b. The type character: tokoh yang dapat berperan dengan tepat
dan tangkas. Kemampuan tokoh serba bisa, inilah yang
membuat tokoh individual yang sebenarnya itu semakin
menjadi luar biasa, semakin menarik hati.
c. The static character: tokoh statis, yang tetap saja keadaannya,
baik pada awal maupun pada akhir suatu lakon. Dengan kata
lain tokoh ini tidak mengalami perubahan.
d. The character who develops in the course of the play: tokoh
yang mengalami perkembangan selama pertunjukan.
d. Setting
Istilah setting sering diterjemahkan latar, tapi pengertian
setting tidak hanya mencakup latar, tetapi mencakup aspek ruang,
waktu, dan dalam keadaan apa action ditempatkan. Aristoteles
mengemukakan “trilogi kesatuan” dalam lakon, yaitu kesatuan
ruang, waktu, dan gerak (terjadinya peristiwa).
Teknik penggambaran ruang atau latar berbeda antara
drama panggung, radio, televisi, dan film. Teknik penulisan naskah
lakon, dekorasi, teknik panggung, dan teknik perlengkapan atau
penunjang panggung yang lain, harus disesuaikan dengan kekhasan
dan situasi serta kondisi media pementasan yang akan
dipergunakan.
2. Tekstur Naskah Lakon
Prinsip struktur naskah memberi kesan adanya satu kesatuan.
Naskah lakon yang aspek teateralnya menonjol mengesankan adanya
suatu kesan seperti ini hanya dapat ditimbulkan oleh prinsip tekstur,
yaitu prinsip keselarasan bagian-bagian atau unsur-unsur yang
mendukungnya.
Menurut Satoto (2012:16) unsur-unsur pendukung aspek tekstur
dalam lakon, yang dapat memberi keselarasan teateral misalnya musik,
koor, gerak, tari, dan diksi.
A. Musik
Pengertian musik disini tidak hanya sebagai pengiring atau
ilustrator, tetapi termasuk juga bunyi-bunyi yang memberi dampak
musikalitas, dapat berupa suara angin, suara burung, suara katak,
suara hujan rintik-rintik, suara rumput yang bergoyang, suara
langkah sepatu kaki berjalan, suara tepuk tangan, dan sebagainya.
B. Koor
Koor memberikan penekanan pada inti “gestik” (isyarat
atau gerak tangan, gesture), yaitu harapan yang harus disikapinya
oleh seluruh tokoh dalam lakon.
C. Gerak
Struktur lakuan dramatik atau gerak dramatik diwujudkan
oleh tokoh sentral. Hal ini tidak hanya bersifat fisik atau visual.
Yang penting, gerak dramatik harus berakibat pada tokoh sentral
yang membina kesatuan alur dramatik. Disini berfungsi membina
keselarasan dramatik.
D. Tari
Musik dan gerakan-gerakan geografis merupakan
pengalaman ekspresi yang sulit diucapkan lewat media bahasa.
Dalam hal demikian, teater memanfaatkan “gestik” (gerak dan
isyarat).
E. Diksi
Dalam arti luas, diksi bukan hanya pilihan kata, tetapi
meliputi juga bahasa kias, citraan, saran-saran retorika, dan saran
apa saja yang berhubungan dengan penggunaan kata dalam bahasa
secara tepat guna dan berdaya guna.
Dalam drama, diksi sering diartikan kemampuan tokoh
(pemain) memberi isi yang terkandung dalam naskah lakon melalui
media bahasa, wacana, kalimat, kelompok kata, kata dengan
intonasi yang tepat, sesuai dengan suasana dan nada dasar naskah
lakon. Dalam hal ini, penulis naskah lakon hendaknya
memperhitungkan pemanfaatan dan kmungkinan pelaksanaan diksi
tersebut.
KESIMPULAN
Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni
drama terkandung seni-seni yang lain. Drama sebagai karya seni, yaitu seperti
dibawah ini.
1. Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama karna
didalamnya terdapat berbagai keindahan yang dapat dinikmati penonton.
2. Drama adalah satu-satunya jenis seni yang paling kompleks karena untuk
mewujudkannya perlu melibatkan berbagai seniman, seperti sastrawan,
pemain, komponis, dan pelukis.
3. Drama merupakan perpaduan berbagai jenis seni yang membentuk satu
kesatuan yang utuh.
1. Drama panggung
Drama panggung lebih menekankan pada aspek pendengaran,
penglihatan, dan bauan atau tiga dimensi.
2. Drama Radio
3. Drama Televisi
Beberapa naskah lakon drama televisi yang menjadi pemenang dan
disajikan dalam lomba penulisan naskah lakon drama televisi tersebut
kini telah didokumentasikan kedalam buku yang berjudul Serba Serbi
Penyelenggaraan Ceramah, Diskusi dan Sayembara Penulisan Drama
Televisi Tahun 1980.
4. Drama Film
Naskah lakon drama film sering disebut skenario film. Setiap penulis
skenario film berbeda teknik dari gaya penulisannya. Namun, pada
dasarnya ada aturan atau pedomannya. Untuk mengetahui bermacam-
macam teknik dan gaya penulisan skenario film, tidak mungkin hanya
melihat pemutaran filmnya.
REFERENSI
Luxemburg, Jan Van. Dkk. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Satoro, Satoto. 2012. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta: Ombak Dua.