Anda di halaman 1dari 8

INTUISI 9 (3) (2017)

INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Terindeks DOAJ: 2541-2965

HUBUNGAN KUALITAS MANAJEMEN WAKTU DAN WORK FAMILY BALANCE PADA PEKERJA WANITA

Muhammad Afiz Maulana

Staf Human Capital Departemen Sipil Umum 2, PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel: Terlepas dari hal apa yang melatar belakangi wanita bekerja, ada konsekuensi yang sering kali
Diterima 20 September 2017 muncul. Konsekuensi tersebut adalah adanya second shift yang berpotensi menimbulkan role-
Disetujui 25 Oktober 2017 overload pada wanita. Padahal jika role-overload ini muncul akan berpotensi mengganggu work
Dipublikasikan 1 November 2017 family balance yang dimiliki. Berdasar studi awal dijumpai pandangan bahwa kualitas manajemen
waktu berpotensi memainkan peran pentingnya dalam mempengaruhi work family balance. Tujuan
Keywords: penelitian ini adalah: 1) mengetahui gambaran kualitas manajemen waktu pekerja wanita, 2)
Time Management Quality, Work
family balance, Female Workers. mengetahui gambaran work family balance pekerja wanita, 3) mengetahui hubungan kualitas
manajemen waktu dan work family balance pada pekerja wanita; yang sudah menikah di PT. Sai
Apparel Industries Semarang. Penelitian ini dilakukan pada 183 orang pekerja wanita PT. Sai
Apparel Industries bagian produksi. Sampel dimbil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan dua buah skala psikologi, yaitu skala work family balance (30
aitem) dan skala kualitas manajemen waktu (26 aitem). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
gambaran kualitas manajemen waktu dan work family balance pekerja wanita berada pada kategori
sedang. Koefisien korelasi rxy = -0,109 dengan p = 0,140 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Ditolaknya hipotesis penelitian ini
diduga disebabkan besarnya alokasi waktu yang digunakan untuk bekerja di luar rumah dan waktu
pelaksanaan kerja yang berkesinambungan menjadikan sebagian besar waktu (selain digunakan
untuk tidur) digunakan untuk bekerja di luar rumah . Sebaik apapun kualitas manajemen waktu
apabila sebagian besar waktu telah tersita untuk pekerjaan maka tetap akan sulit untuk mengatur
waktu guna menjalankan tugas lainnya di dalam setting rumah tangga.

Abstract
Being a housewife who also works is a phenomenon commonly encountered today. This is done to
help the family economy and as a means of self-actualization. Regardless of what the background
of working women, there are consequences that must be lived. The consequence is the existence of
secondshift that potentially lead to role overload. It takes a strategy to allow every activity to get all
work done. Work family balance is the degree or level of achievement of balance in the role of work
and family. This study aims to: 1) find out the description of the quality of time management of
women workers, 2) description of work family balance of female workers, 3) to know the relation
between time management quality and work family balance on married women workers at PT. Sai
Apparel Industries Semarang. This research was conducted on 183 female workers of PT. Sai
Apparel Industries parts production. Samples were taken by using purposive sampling technique.
Data collection used two psychological scales, namely work family balance scale (30 valid aitem)
and time quality management scale (26 valid items). The results of this study indicate that the
description of quality management time and work family balance of female workers are in the
medium category. Coefficient of correlation rxy = -0.109 with p = 0,140 (p> 0,05). These results
indicate that the hypothesis proposed by the researcher is rejected. The rejection of the hypothesis
of this study is suspected to be due to the dense working hours and sustainable working system. No
matter how good the quality of time management is when most of the time has been consumed for
the job it will still be difficult to manage the time for other tasks.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Staf Human Capital Departemen Sipil Umum 2, e-ISSN 2541-2965
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Email: afeezmaula@gmail.com

243
PENDAHULUAN disbanding manfaat yang diperoleh. Peran
Pada era modern sekarang ini, banyak ganda cenderung digambarkan akan
dijumpai di lapangan jenis pekerjaan atau menimbulkan konflik bagi individu yang
profesi yang biasanya dikerjakan oleh pria menjalaninya. Pengalaman sehari-hari dalam
kini mulai banyak dikerjakan oleh wanita. pelaksanaan peran pekerjaan dan keluarga
Wanita kini tidak lagi dianggap sebagai sosok akan berdampak pada individu yang bekerja
yang hanya bertugas mengurus anak, suami, di luar rumah sekaligus terlibat dalam
dan rumah tangga saja. Perubahan pandangan kehidupan berkeluarga, sehingga isu tentang
terhadap peran wanita yang semula hanya penyeimbangan antara peran pekerjaan dan
bertugas mengurus rumah tangga terjadi salah keluarga menjadi penting dan menarik untuk
satunya karena adanya anggapan bahwa dijadikan sebuah pembahasan dalam
sekarang pekerjaan di luar rumah bagi wanita penelitian. Hal ini akan menjadi semakin
tidak hanya dipandang sebagai sebuah pilihan, menarik mengingat upaya untuk
namun sudah menjadi bagian dari aktualisasi menyeimbangkan antara kedua hal tersebut
potensi diri (Ananda, 2013: 41) menyatakan merupakan suatu hal yang relatif sulit untuk
bahwa karier dan pekerjaan bagi ibu rumah direalisasikan. Dewi (2012: 14) mengatakan
tangga saat ini dipandang bukan lagi sebagai bahwa dalam kehidupan orang dewasa,
pilihan, tetapi sudah merupakan aktualisasi pekerjaan dan kehidupan keluarga, merupakan
diri. realisme dwi tunggal yang tidak dapat
Keterlibatan wanita dalam dunia kerja dipisahkan satu dengan yang lainnya.
dapat memberikan hal positif ataupun negatif. Individu, terutama yang berada dalam suatu
Terlepas dari latar belakang apapun yang ikatan perkawinan, mau tidak mau, harus
membuat wanita bekerja, dalam praktiknya mengupayakan perimbangan untuk
wanita yang bekerja akan mengalami menghindari terjadinya konflik antara dua
secondshift dan selanjutnya akan mengalami kepentingan tersebut. Wanita memiliki rasa
role overload yang membutuhkan banyak tanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah
energi. Melaksanakan semua tugas tersebut tangga yang lebih besar dibandingkan pria
akan menjadi lebih berat bagi wanita yang (Tingey, dkk, 1996). Oleh karenanya, menjadi
sudah menikah. Handayani (2013: 91) wajar bila wanita merasa lebih terikat dengan
mengatakan bahwa perempuan yang bekerja perannya didalam keluarga jika dibandingkan
lebih mengalami konflik dibanding laki-laki, dengan pria. Survei di Inggris menunjukkan
karena perempuan mempunyai peran yang bahwa wanita yang bekerja lebih sering
berbeda dalam keluarga. mengalami kesulitan dalam menjalankan
Role overload dapat memicu timbulnya tanggung jawabnya di keluarga dan pekerjaan
konflik ketika seorang wanita yang sudah (Ayuningtyas, 2013: 2).
menikah tidak dapat memposisikan dirinya Wanita yang sudah menikah yang
dalam masing-masing peran yang dijalani mengambil keputusan untuk bekerja dituntut
dengan baik. Kinnunen dan Mauno (dalam untuk memiliki work family balance
Handayani, 2013: 91) menyatakan bahwa (keseimbangan antara waktu untuk bekerja
konflik yang dialami akan berdampak pada dan waktu untuk keluarga) yang baik,
kepuasan sebagai individu, kepuasan sehingga semua tugasnya dapat berjalan
perkawinan, kepuasan pekerjaan yang rendah, dengan lancar. Work family balance
dan terjadinya gangguan psikosomatik. memainkan peranan yang penting karena
Sebagian besar riset mengenai hal ini karyawan atau bawahan menginginkan untuk
menyatakan bahwa peran ganda lebih banyak mencapai dan memenuhi antara kewajiban
mengarah pada kerugian yang ditimbulkan pada pekerjaan dan kewajiban di luar

244
pekerjaan (keluarga). Dengan work family METODE
balance yang baik, konflik dan ketegangan di Pada penelitian ini, peneliti
masing-masing peran dapat diminimalisir. menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain
Frone (2003: 145) mengatakan bahwa work penelitian ini adalah penelitian korelatif.
family balance direpresentasikan oleh Populasi dari penelitian ini adalah seorang
kurangnya konflik atau intervensi yang wanita yang bekerja di PT. Sai Apparel
muncul karena menjalankan peran di dalam Industries, sudah menikah, berusia 20-43
keluarga dan pekerjaan. Selanjutnya tahun, dan memiliki anak berusia dibawah 10
Greenhaus, Collins dan Shaw (2003) tahun. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
mendefinisikan work family balance sebagai 200 subjek. Teknik sampling yang digunakan
keadaan dimana individu merasa terikat dan adalah teknik purposive sampling. Teknik
puas terhadap perannya di keluarga purposive sampling adalah cara mengambil
maupun pekerjaan. Krichmeyer (dalam subjek bukan berdasarkan strata, random, dan
Ayuningtyas, 2013: 3) menjelaskan bahwa: daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
―work family balance adalah tercapainya tertentu (Arikunto, 2010: 183). Variabel
kepuasan disemua aspek kehidupan dan hal dalam penelitian ini adalah work family
tersebut membutuhkan tenaga, waktu dan balance yang merupakan variabel independen
komitmen yang didistribusikan dengan baik dan variabel kualitas manajemen waktu yang
kesemua bagian. Odle (2012: 332) meruakan variabel dependen.
mengatakan work family balance menekankan Instrumen yang digunakan untuk
kesetaraan perilaku dan keterlibatan mengumpulkan data dalam penelitian ini
psikologis dalam domain pekerjaan dan adalah skala work family balance yang
keluarga. Kemudian ditambahkan oleh Allen disusun berdasakan dimensi yang
(2012: 373) mendefinisikan work family dikemukakan oleh Fisher dkk (2009: 442-443)
balance sebagai penilaian keseluruhan dan skala kualitas manajemen waktu yang
mengenai efektivitas dan kepuasan seseorang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan
dengan pekerjaan dan kehidupan keluarga. oleh Madura (2007: 419). Analisis validitas
Selanjutnya Shiva (2013: 1) mengatakan dan reliabilitas mengunakan software
bahwa work family balance adalah istilah pengolah data. Skala work family balance
yang digunakan untuk mempunyai 30 aitem dengan reliabilitas
menggambarkan praktek dalam sebesar 0, 829. Adapun skala kualitas
mencapai keseimbangan antara tuntutan manajemen waktu mempunyai 26 aitem
karyawan dalam keluarga dan kehidupan dengan reliabilitas sebesar 0, 772. Uji
kerja. Clark (2000: 751) menambahkan bahwa hipotesis menggunakan teknik korelasi
work family balance adalah keseimbangan, product moment dengan bantuan software
kepuasan dan fungsi yang baik di tempat kerja pengolah data.
dan di rumah, dengan minumum konflik
peran. Handayani (2013: 95) menjelaskan HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa work family balance adalah ketika Hasil penelitian menunjukan bahwa
seseorang mampu berbagi peran dan tingkat work family balance pekerja wanita
merasakan adanya kepuasan dalam peran- secara umum berada pada kategori sedang
perannya tersebut, walaupun tetap ada konflik dengan persentas sebesar 98,4%. Berdasarkan
yang minimal. hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0,109 dengan p
sebesar 0,140. Nilai p > 0,05 membuktikan
bahwa hipotesis penelitian ―ada hubungan

245
antara work family balance dan kualitas terjadinya gangguan psikosomatik. Williams
manajemen waktu‖ ditolak sehingga antara dan Alliger (dalam Dewi, 2012: 15)
kedua variable tidak berhubungan. mengatakan berbagai riset mengenai peran
Berdasarkan hasil uji linieritas variabel work ganda, dalam hal ini peran pekerjaan dan
family balance dan kualitas manajemen waktu keluarga, menunjukkan hasil yang dapat
diperoleh nilai p sebesar 0,176. Dapat dilihat dikategorikan ke dalam dua kelompok utama.
bahwa p > 0,05, sehingga hubungan antara Pertama, pelaksanaan peran ganda
variabel work family balance dan kualitas memungkinkan individu untuk mendapat
manajemen waktu adalah tidak linier. manfaat psikologis berupa perolehan status,
Berdasarkan hasil uji normalitas data kualitas gratifikasi ego, dan peningkatan kepercayaan
manajemen waktu diperoleh koefisien K-SZ diri. Kedua, pelaksanaan peran ganda dapat
sebesar 0,686 dengan nilai signifikansi menimbulkan biaya potensial berkaitan
sebesar 0,734 (p>0,05) sehingga sebaran dengan akumulasi peran, seperti ketegangan
data skala kualitas Manajemen waktu peran, gangguan psikologis, dan gangguan
berdistribusi normal. Kemudian berdasarkan somatik. Akan tetapi, meski terdapat dua
hasil uji normalitas data work family balance aliran, kebanyakan hasil riset menggambarkan
diperoleh koefisien K-SZ sebesar 0,665 bahwa peran ganda lebih banyak mengarah
dengan nilai signifikansi sebesar 0,768 (p > pada biaya yang ditimbulkan dibandingkan
0,05) sehingga sebaran data skala work family manfaat yang diperoleh. Dengan perkataan
balance juga berdistribusi normal. lain, peran ganda cenderung digambarkan
Gambaran secara umum menunjukkan akan menimbulkan konflik bagi individu yang
tingkat work family balance pekerja wanita menjalaninya.
berada pada tingkat sedang dengan persentase Skala work family balance tersusun
sebesar 98,4% dengan nilai mean empiris berdasarkan empat dimensi yaitu, (1) work
108,56. Mean empiris yang dihasilkan berada interference personal life, (2) personal life
pada interval skor 8 ≤ X < 132 yang berarti interference work, (3) personal life
mean empiris masuk dalam kategori sedang. enhancement of work, (4) work enhancement
Hal ini menunjukkan bahwa pekerja wanita of personal life. Berdasarkan hasil
memiliki keseimbangan yang biasa-biasa saja perhitungan statistik deskriptif, setelah
pada pekerjaan dan kehidupan keluarganya dilakukan analisis pada masing-masing
sehingga memungkinkan akan timbul konflik dimensi tersebut menghasilkan bahwa untuk
pada kedua peran yang dijalani. Sebagai work interference personal life sebagaian
seorang ibu rumah tangga yang bekerja besar individu berada pada kondisi sedang
dituntut untuk memiliki work family balance dengan angka 73,23%. Untuk dimensi
yang baik karena wanita yang bekerja akan personal life interference work sebagaian
mengalami keadaan secondshift yang akan besar individu berada pada kondisi sedang
berdampak pada timbulnya keadaan role dengan angka 62,3%. Untuk dimensi personal
overload, keadaan role overload tersebut akan life enhancement of work ebagaian besar
menimbulkan konflik, apabila konflik terjadi individu berada pada kondisi tinggi dengan
maka akan menjadikan ketidak puasan dalam 83,06%. Kemudian untuk dimensi work
menjalani peran. enhancement of personal life sebagaian besar
Kinnunen dan Mauno (dalam individu berada pada kondisi sedang dengan
Handayani, 2013: 91) mengatakan bahwa angka 60,1%. Berdasarkan perbandinangan
konflik akan berdampak pada kepuasan mean empiris yang tersaji dalam tabel 4.13
sebagai individu, kepuasan perkawinan, dapat diketahui bahwa dimensi work
kepuasan pekerjaan yang rendah, dan interference personal life memiliki mean

246
empiris yang paling tinggi jika dibandingkan didapatkan dalam skala menggambarkan
dengan keempat dimensi lainnya dengan nilai kondisi kualitas manajemen waktu rendah.
sebesar 37,14. Hal ini berarti dalam penelitian Gambaran secara umum
yang dilakukan pada pekerja wanita yang menunjukkan tingkat kualitas manajemen
sudah menikah, dimensi work interference waktu pekerja wanita berada pada tingkat
personal life lebih mempengaruhi terhadap sedang dengan persentase sebesar 78,7 %
kondisi work family balance individu. dengan nilai mean empiris 102,02. Mean
Semakin individu merasa beban pekerjaan empiris yang dihasilkan berada pada interval
yang diberikan berat, maka tingkat work skor 70 ≤ X < 110 yang berarti mean empiris
family balance individu semakin rendah. masuk dalam kategori sedang. Hal ini
Paling tingginya mean empiris dimensi menunjukkan bahwa pekerja wanita memiliki
work interference personal life dan paling kualitas manajemen waktu yang biasa-biasa
rendahnya mean empiris work enhancement saja. Penggunaan strategi manajemen waktu
personal life pada pekerja wanita yang sudah yang tidak efektif menyebabkan seseorang
menikah dikarenakan wanita yang bekerja akan mengalami stress. Jamal (dalam Grissom
akan cenderung mengalami konflik dkk, 2011: 6) mengatakan bahwa manajemen
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai waktu yang efektif juga dapat mengurangi
dengan penelitian yang dilakukan oleh stres kerja, yang dapat menjadi penghalang
Handayani (2013: 9) yang mengatakan bahwa penting untuk kinerja pekerjaan. Strategi
perempuan yang bekerja lebih mengalami manajemen waktu dilakukan seseorang agar
konflik dibanding laki-laki, karena perempuan dapat menentukan mana pekerjaan yang
mempunyai peran yang berbeda dalam paling penting yang harus didahulukan dan
keluarga. Adanya perbedaan tersebut karena mana pekerjaan yang bisa ditunda. Ojo dan
pekerjaan laki-laki dalam keluarga lebih Olaniyan (2008: 401) mengatakan bahwa
fleksibel, sedangkan pekerjaan perempuan manajemen waktu bukan tentang melakukan
lebih bersifat rutinitas. Selain itu Tingey banyak hal dalam satu hari. Ini adalah tentang
(1996: 143) juga mengatakan bahwa melakukan hal-hal yang paling penting.
perempuan lebih memiliki tanggung jawab Dalam penenlitian ini skala kualitas
terhadap tugas-tugas rumah tangga yang lebih manajemen waktu tersusun berdasarkan lima
besar dibandingkan dengan pria, oleh karena aspek yaitu, (1) menyusun tujuan, (2)
itu menjadi wajar bila wanita merasa lebih menyusun prioritas, (3) membuat jadwal, (4)
terikat dengan perannya di dalam keluarga meminimalisasi gangguan, (5)
jika dibandingkan dengan pria. Kualitas mendelegasikan tugas. Berdasarkan hasil
manajemen waktu adalah tingkatan baik- perhitungan statistik deskriptif, setelah
buruknya dilakukan analisis pada masing-masing aspek
kemampuan seseorang dalam mengatur waktu tersebut menghasilkan bahwa untuk
guna mencapai sebuah tujuan. Kualitas menyusun tujuan sebagaian besar individu
manajemen waktu diungkap menggunakan berada pada kondisi sedang dengan angka
skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek 57,38%. Untuk aspek menyusun prioritas
manajemen waktu. Skala kualitas manajemen sebagaian besar individu berada pada kondisi
waktu digunakan untuk menghimpun skor sedang dengan angka 68,85%. Untuk aspek
yang menggambarkan tingkat kualitas membuat jadwal sebagaian besar individu
manajemen waktu. Skor tinggi yang berada pada kondisi sedang dengan 51,37%.
didapatkan dalam skala menggambarkan Untuk aspek meminimalisasi gangguan
kondisi kualitas manajemen waktu tinggi sebagaian besar individu berada pada kondisi
begitu juga sebaliknya skor rendah yang tinggi dengan angka 51,37%. Kemudian untuk

247
aspek mendelegasikan tugas sebagian besar dimana hasil tersebut tidak tergolong dalam
individu berada pada kondisi sedang dengan tabel data pemberian interpretasi korelasi.
angka 89,62%. Berdasarkan perbandinangan Dengan kata lain diantara kedua variabel
mean empiris yang tersaji dalam tabel 4.27 tersebut tidak memiliki hubungan.
dapat diketahui bahwa aspek meminimalisasi Tidak adanya hubungan antara kedua
gangguan memiliki mean empiris yang paling variabel disebabkan beberapa faktor, diantara
tinggi jika dibandingkan dengan keempat faktor yang mempengaruhi menurut peneliti
aspek lainnya dengan nilai sebesar 21,29. Hal adalah jumlah jam kerja yang padat sehingga
ini berarti dalam penelitian yang dilakukan mengharuskan pekerja wanita menghabiskan
pada pekerja wanita yang sudah menikah, sebagian besar waktunya di tempat kerja
aspek meminimalisasi gangguan lebih sebaliknya waktu untuk mengurus hal-hal lain
mempengaruhi terhadap kondisi kualitas akan terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen waktu seseorang. Semakin sebaik apapun kualitas manajemen waktu
individu tidak bisa meminimalisasi gangguan, pekerja wanita apabila sebagian besar
maka tingkat kualitas manajemen waktu waktunya tersita untuk pekerjaan maka akan
individu semakin rendah. Macan (1994: 381) sulit untuk mengatur waktu guna menjalankan
mengatakan faktor manajemen waktu tugas lainnya sehingga akan menimbukan
memiliki tiga faktor. Ketiga faktor tersebut konflik pada ranah yang lain di luar pekerjaan.
adalah penetapan tujuan dan skala prioritas, Narulita (2009) menjelaskan tentang
mekanisme manajemen waktu, dan pilihan hubungan manajemen waktu dengan work
untuk berorganisasi. Pada faktor mekanisme family conflict dimana work family conflict
manajemen waktu misalnya seperti membuat adalah salah satu komponen dari work family
list kegiatan. Membuat list kegiatan ini dapat balance. Dalam penelitian tersebut work
membuat seseorang mampu menentukan family conflict salah satunya dilihat dari aspek
kegiatan apa saja yang perlu dilakukan. jam kerja yang berlebih. Adanya jam kerja
Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang yang berlebih akan menimbukan konflik pada
tidak perlu dilakukan bisa dihindari sehingga ranah lain di luar pekerjaan (termasuk
tidak menjadi gangguan untuk melakukan keluarga). Pada perusahaan garment pada
kegiatan yang sudah masuk dalam list. umumnya menerapkan sistem kerja shift yang
Menurut penulis hal ini adalah salah satu dapat menyita sepertiga waktu pekerja dalam
penyebab mengapa aspek meminimalisasi kurun waktu 24 jam. Apabila sepertiga (8
gangguan memiliki mean empiris paling jam) dari 24 jam telah digunakan untuk
tinggi yang berarti meminimalisasi gangguan bekerja, sepertiganya lagi digunakan untuk
adalah aspek yang paling mempengaruhi istirahat, maka sisanya adalah sepertiga
kualitas manajemen waktu seseorang. terakhir yang digunakan untuk berbagai
Hasil analisis statistik inferensial yang macam aktivitias selain kedua aktivitas
menghasilkan nilai p >0,05 memberikan bukti tersebut (bekerja dan istirahat). Sisa 8 jam
statistik bahwa hipotesis ―ada hubungan yang ada digunakan untuk berbagai macam
antara kualitas manajemen waktu dan work aktivitas termasuk mengurusi keluarga.
family balance‖ ditolak. Hasil uji korelasi Terbatasnya waktu yang dimanfaatkan untuk
menunjukkan adanya korelasi sebesar -0,109 berbagai macam aktivitas membuat porsi
(tabel 4.30) antara kualitas manajemen waktu mengurus keluarga semakin berkurang
dan work family balance. Berdasarkan data sehingga bisa menimbulkan konflik.
pedoman pemberian interpretasi korelasi Kemungkinan timbulnya konflik menjadi
(pada bab 3) koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar karena keadaan tersebut dialami
dari hasil perhitungan statistik sebesar -0,109 oleh seorang wanita pekerja. Handayani

248
(2013) mengatakan bahwa perempuan yang 1. Gambaran kualitas manajemen waktu
bekerja lebih mengalami konflik dibanding berada pada kategori sedang. Aspek yang
laki-laki, karena perempuan mempunyai peran paling
yang berbeda dalam keluarga. Adanya berkontribusi pada tinggi rendahnya
perbedaan tersebut karena pekerjaan laki-laki kualitas manajemen waktu adalah aspek
dalam keluargalebih fleksibel, meminimalisasi gangguan.
sedangkan pekerjaan perempuan lebih bersifat 2. Gambaran work family balance pada
rutinitas. kategori sedang. Dimensi yang paling
Selain karena padatnya jam pekerjaan, berkontribusi pada baik-buruknya work
peneliti menduga penyebab tidak adanya family balance adalah dimensi work
korelasi antara work family balance dan interference personal life.
kualitas manajemen waktu dikarenakan sistem 3. Tidak ada hubungan antara kualitas
jam kerja yang berkesinambungan secara manajemen waktu dengan work family
terus menerus. Hasil yang didapat akan balance. Hal ini dimungkinkan karena ada
berbeda bila padatnya jam kerja diimbangi faktor lain, diantaranya adalah padatnya
dengan adanya jeda waktu yang diberikan jam kerja yang ditetapkan perusahaan dan
(selain waktu istirahat) mengingat wanita jam kerja yang berkesinambungan seacara
yang bekerja memiliki peran ganda yang terus menerus.
dapat menyebabkan timbulnya konflik.
Adanya jeda waktu tersebut misalnya bisa DAFTAR PUSTAKA
dimanfaatkan pekerja wanita untuk mengurus Allen, T.D.K., Kaitlin, M. (2012). Trait
keluarga misalkan menjemput anak pulang mindfulness and work-family balance
sekolah, menyiapkan makan siang untuk among working parents: The
keluarga, dan melakukan aktivitas-aktivitas di mediating effects of vitality and sleep
luar pekerjaan lainnnya. quality. Journal Of Vocational
Selain itu tidak adanya hubungan antara Behavior. 80. 372-379.
kedua variabel sejalan dengan penelitian yang Ananda, M.R. (2013). Self Esteem Antara Ibu
dilakukan oleh Bley (2015: 43) pada 347 Rumah Tangga Yang Bekerja Dengan
pengajar musik yang menghasilkan angka Yang Tidak Bekerja. Jurnal
korelasi sebesar -0,192. Hasil penelitian Psikologi. Vol. 1 No. 1.
tersebut menunjukkan adanya hubungan yang Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian:
negatif antara manajemen waktu dengan work Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
family balance. Data ini menunjukkan bahwa Rineka Cipta.
individu yang menghabiskan banyak waktu di Ayuningtyas, L., Septarini, B.G. (2013).
luar hari sekolah (kegiatan lain) telah Hubungan Family Supportive
mengembangkan kuat keterampilan Supervision Behaviors Dengan Work
manajemen waktu sebagai mekanisme Family Balance Pada Wanita Yang
untuk menangani kelebihan beban Bekerja. Jurnal Psikologi Industri dan
kerja akan tetapi konsekuensi yang didapat Organisasi Vol. 2 No. 1.
adalah work family balance yang rendah. Bley, S. (2015). An Exemination Of The Time
Management Behaviour And Work
SIMPULAN Life Balance Of K-12 Music
Berdasarkan hasil analisis data Educator. Thesis. Bowling Green
penelitian, maka diperoleh simpulan sebagai State University.
berikut:

249
Clark, S.C. (2000). A New Theory Of Macan, T.H. (1994). Time Management: Test
Work/Family Balance. Human of a Process Model. Journal of
Relation 53. Applied Psychology. Vol. 79. No. 3,
Dewi, I .G.A.M. (2012). Sopistikasi Teori 381-391.
Konflik Pekerjaan-Keluarga : Sebuah Madura, J. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta:
Kajian Kritis. Jurnal Kependudukan Salemba Empat.
dan Pengembangan Sumber Daya Narulita, E. (2009). Hubungan Antara Antara
Manusia. Vol. 8 No. 1. 747. Manajemen Waktu Dengan Work
Fisher, G.G., Smith, C.S., Bulger, C.A. Family Conflict Pada Wanita yang
(2009). Beyond Work and Family: A Bekerja. Naskah Publikasi.
Measure of Work/Nonwork Universitas Islam Indonesia.
Interference and Enhancement. Odle, H.N. et al. (2012). Work Family
Journal of Occupational Health Balance, Well Being, And
Psychology Vol.14 No.4, 441-456 Organizational Outcomes:
Frone, M.R. (2003). Work-Family Balance. Investigating Actual Versus
Inj.C.Quick,& L.E.Tetrick(Eds.) Desired Work /Family Time
Handbook Of Occupational Health Discrepancies. Journal Bussines
Psychology (2nd ed.,143- Psychology. 27: 331-343.
162).Washington DC: American Ojo, L.B., Olaniyan, D.A. (2008). Effective
Pychological Association. Time Management in
Greenhauss, J.H., Collins, K.M., Shaw, J.D. Organization Panacea or Placebo.
(2002). The Relation Of Work-Family Euro Journals Publishing, Inc. 24:
Balance and Quality of Life. Journal 127-133.
of Vocational Behavior 63. 510-531. Shiva, Mr. G. (2013). A Study on Work
Grissom, J.A. et.al. (2011). Principal Time Family Balance and Challenges Faced
Management Skills: Explaining by Working Women. Journal of
Patterns in Principals’ Time Use and Business and Management. Vol. 14.
Effectiveness. American Educational Issue 5
Research Journal. 48(5), 1091–1123. Tingey, H., Kiger, G., & Riley, P.J. (1996).
Handayani, A. (2013). Keseimbangan Kerja Juggling Multiple Roles:
Keluarga pada Perempuan Bekerja: Perceptions of Working Mothers.
Tinjauan Teori Border. Buletin The Social Science 33: 183-191
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Vol. 21 No. 2.

250

Anda mungkin juga menyukai