Anda di halaman 1dari 66

SIMULASI PERENCANAAN JARINGAN PIPA PDAM

UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH


MENGGUNAKAN PROGRAM EPANET 2.0 DI DESA
KALIPAIT KECAMATAN TEGALDLIMO

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
REGI ARIS MUNANDAR
NIM. 361422401080

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII)


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2018
SIMULASI PERENCANAAN JARINGAN PIPA PDAM
UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH
MENGGUNAKAN PROGRAM EPANET 2.0 DI DESA
KALIPAIT KECAMATAN TEGALDLIMO

LAPORAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma III Teknik Sipil Dan Mencapai Gelar
Ahli Madya (A.Md)

Oleh :
REGI ARIS MUNANDAR
NIM. 361422401080

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII)


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2018

i
PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk :


1. Ibu Anjarwati dan Ayah Misdianto tercinta, yang telah mendoakan dan
memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.
2. Kedua kakak saya Reza Indrawan dan Rima Ulviana serta Ulfa Dwi
Jayanti dan segenap keluarga besarku untuk segala bentuk perhatian dan
cinta.
3. Guru-guruku sekolah sejak di SDN, MTs Silahul-Muslimin hingga di
SMAN 1 Purwoharjo maupun guru mengaji dan lainnya.
4. Almamater Program Studi Teknik Sipil dan Keluarga Besar Teknik Sipil,
Dosen, teknisi, staff administrasi, petugas kebersihan, teman-teman
angkatan 2014, teman-teman 3c, para alumni dan adik angkatan.
5. Kawan, Sahabat untuk semangat dan motivasi tiada henti.
6. Dinas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyuwangi
yang telah mendukung dan memberi semangat bekerja.
7. Semua orang yang telah mengkritik, membimbing, membantu dalam
setiap langkah hidupku, terimakasih untuk segalanya.

ii
MOTTO

Berusaha tanpa berdo’a akan sia-sia


Berdo’a tanpa berusaha tak akan mendapat apa-apa

*REGI ARIS MUNANDAR*

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Regi Aris Munandar
NIM : 361422402080
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul ”Simulasi
Perencanaan Jaringan Pipa PDAM Untuk Kebutuhan Air Bersih
Menggunakan Program EPANET 2,0 Di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan
sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya
jiplakan/ plagiat. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Banyuwangi,
Yang menyatakan,

Regi Aris Munandar


NIM. 361422401080

iv
SIMULASI PERENCANAAN JARINGAN PIPA PDAM
UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN
PROGRAM EPANET 2.0 DI DESA KALIPAIT
KECAMATAN TEGALDLIMO

TUGAS AKHIR

Tugas Akhir Ini Dibuat dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Program Studi Diploma III Teknik Sipil
dan Mencapai Gelar Ahli Madya (A.Md)

Oleh :

REGI ARIS MUNANDAR


NIM. 361422401080

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh dosen pembimbing


Pada tanggal ……........

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Zulis Erwanto ST., MT Yuni Ulfiyati, ST., MT


NIP. 198505172015041003 NIK. 2008.36.013

v
SIMULASI PERENCANAAN JARINGAN PIPA PDAM UNTUK
KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN PROGRAM EPANET 2.0
DI DESA KALIPAIT KECAMATAN TEGALDLIMO

Tugas Akhir disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Ahli Madya (A.Md) Program Studi Diploma III Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi

Oleh :

REGI ARIS MUNANDAR


NIM. 361422401080

Tanggal Ujian :

Menyetujui :

1. Pembimbing 1 : Zulis Erwanto, ST., MT. (.....................................)

2. Pembimbing 2 : Yuni Ulfiyati, ST., MT (.....................................)

3. Penguji 1 : Enes Ariyanto Sandi, ST., MM (.....................................)

4. Penguji 2 : Dadang Dwi Pranowo, ST., M.Eng (.....................................)

Mengesahkan, Mengetahui,
Direktur Ketua Program Studi
Teknik Sipil

Son Kuswadi, Dr, Eng Yuni Ulfiyati, ST., MT.


NIP. 196201151988031003 NIK. 2008.36.013

vi
SIMULASI PERENCANAAN JARINGAN PIPA PDAM UNTUK
KEBUTUHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN PROGRAM EPANET 2.0
DESA KALIPAIT KECAMATAN TEGALDLIMO

NAMA : Regi Aris Munandar


NIM : 361422401080
PEMBIMBING :1. Zulis Erwanto , ST., MT
2. Yuni Ulfiyati , ST., MT

ABSTRAK

Kondisi air bersih di Desa Kalipait memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi syarat sebagai air minum karena memiliki rasa asin atau payau saat
dikonsumsi. Salah satu solusi untuk memperoleh air bersih dengan kualitas yang
baik adalah dengan memanfaatkan pelayanan PDAM yang didistribusikan
keseluruh warga Desa Kalipait. Untuk mendistribusikan pelayaan PDAM perlu
adanya perencanaan jaringan pipa PDAM ke Desa Kalipait agar kebutuhan air
bersih seluruh warga Desa Kalipait dapat terpenuhi. Oleh karena itu perlu adanya
simulasi perencanaan jaringan pipa PDAM di Desa Kalipait menggunakan
EPANET 2.0.
Untuk menentukan kebutuhan air bersih perlu diketahui jumlah penduduk
Desa Kalipait dengan menggunakan metode proyeksi jumlah penduduk 10 tahun.
Sedangkan untuk menghitung perencanaan jaringan pipa induk dan debit
menggunakan metode Hardy Cross dan program EPANET 2.0 untuk simulasi
perencanaan jaringan pipa dan debit.
Kebutuhan air bersih di Desa Kalipait untuk air non domestik sebesar 9,96
lt/dt dan kebutuhan air domestik sebesar 25,30 lt/dt. Untuk kebutuhan total
didapat Qtotal = 74,25 lt/dt. Pada simulasi EPANET 2.0 pada jalur 1-2 kebutuhan
debit sebesar 33,74 lt/dt dengan Ø11”, debit pada jalur 2-4 sebesar 9,65 lt/dt
dengan Ø 6”, debit pada jalur 2-3 sebesar 15,63 lt/dt dengan Ø 6”, debit pada jalur
3-5 sebesar 0,86 lt/dt dengan Ø 2”, debit pada jalur 3-6 sebesar 6,52 lt/dt dengan
Ø 5”, debit pada jalur 6-7 sebesar 4,29 lt/dt dengan Ø 3”, dan debit pada jalur 6-8
sebesar 2,23 lt/dt dengan Ø 3”. Perlu adanya studi kelayakan secara finansial
untuk perencanaan jaringan pipa di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.

Kata kunci : Jaringan Pipa, Kebutuhan Air Bersih, Hardy Cross, EPANET 2.0

vii
SIMULATION OF PDAM PIPE NETWORK PLANNING FOR FRESH
WATER DEMAND USING EPANET 2.0 PROGRAM OF KALIPAIT
VILLAGE TEGALDLIMO DISTRICT

NAME : Regi Aris Munandar


NIM : 361422401080
SUPERVISOR : 1. Zulis Erwanto, ST., MT
2. Yuni Ulfiyati ST., MT

ABSTRACT

The condition of fresh water in Kalipait Village has water quality that
does not qualify as drinking water because it has salt or brackish taste when
consumed. One solution to obtain fresh water with good quality was to utilize the
service of PDAM that was distributed throughout Kalipait Village residents. To
distribute PDAM service, PDAM pipeline network planning for Kalipait Village
was needed to ensure that the fresh water demand of all Kalipait villagers can be
fulfilled. Therefore, it was necessary to simulate PDAM pipeline network planning
in Kalipait Village using EPANET 2.0.
To determine the need for clean water, it was necessary to know the
population of Kalipait Village by using the projection method of population 10
years. Meanwhile, to calculate the planning of pipe network and debit using
Hardy Cross method and EPANET 2.0 program for simulation of pipeline and
discharge network planning.
The need for fresh water in Kalipait Village for non-domestic water was
9,96 lt/sec and domestic water requirement was 25,30 lt / sec. For total demand
obtained Qtotal = 74.25 lt/sec. In EPANET 2.0 simulation on line 1-2 the
discharge requirement was 33,74 lt/sec with Ø11", the discharge on line 2-4 was
9,65 lt/sec with Ø6", the discharge on line 2-3 was 15,63 lt/sec with Ø6 ", The
discharge on line 3-5 of 0,86 lt/sec with Ø 2", the discharget on line 3-6 was 6,52
lt/sec with Ø5", the discharge on line 6-7 was 4,29 lt/sec with Ø3", and the
discharge on line 6-8 was 2,23 lt/sec with Ø3". There needs to be a feasibility
study of financially for pipeline network planning in Kalipait
Village, Tegaldlimo District.

Keywords : Pipe Network, Clean Water Needs, Hardy Cross, EPANET 2.0

viii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul “Simulasi Perencanaan Jaringan PDAM Untuk Kebutuhan
Air Bersih Menggunakan Program EPANET 2.0 Di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo” yang merupakan salah satu syarat guna lulus.
Dalam pelaksanaannya mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu disampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Bapak Son Kuswadi, Dr. Eng selaku Direktur Politeknik Negri
Banyuwangi.
2. Bapak Shofi’ul Amin, ST., MT selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil
3. Bapak Zulis Erwanto, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing 1
4. Ibu Yuni Ulfiyati, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing 2
5. Keluarga dan teman – teman yang telah memberi dukungan sehingga
Tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Tanpa bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak tersebut, maka tidak dapat terselesaikan penyusunan
Tugas Akhir ini.
Demikian kiranya Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi pembaca,
serta kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan dan penyusunan. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran, sebagai
bahan penyempurnaan penyusunan Tugas Akhir ini.

Banyuwangi, 14 Maret 2017

Penyusun

ix
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... ii
HALAMAN MOTTO .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................. 3
1.3 Tujuan...................................................................................... 3
1.4 Manfaat.................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah...................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 5


2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih ................................................. 5
2.2 Sistem Jaringan Air Bersih ...................................................... 5
2.2.1 Sistem Perpipaan ............................................................ 6
2.2.2 Sistem Non Perpipaan .................................................... 7
2.3 Pengaruh Jumlah Penduduk .................................................... 7
2.3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk ............................................ 7
2.3.2 Proyeksi Jumlah Fasilitas Sosial Ekonomi..................... 9
2.4 Kebutuhan Air Bersih.............................................................. 10
2.4.1 Kebutuhan Air Domestik ............................................... 10
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik........................................ 12
2.4.3 Kehilangan Air ............................................................... 13
2.4.4 Fluktuasi Kebutuhan Air ................................................ 14
2.5 Sistem Distribusi Air Bersih ................................................... 15
2.5.1 Sistem Jaringan Induk Distribusi ................................... 17
2.5.2 Sistem Perpipaan Distribusi ........................................... 18
2.6 Jaringan Pipa Metode Hardy Cross ........................................ 19
2.7 Simulasi EPANET 2.0............................................................. 21
2.7.1 Menggambar Jaringan .................................................... 23
2.7.2 Kemampuan Model Hidrolis .......................................... 25
2.7.2 Komponen Jaringan........................................................ 26
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................... 36

x
BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................... 39
3.1 Lokasi Penelitian……………………………………………. 39
3.2 Pengumpulan Data .................................................................. 40
3.3 Metode Simulasi Epanet2.0………………………………..... 40
3.4 Perhitungan Dengan Program Epanet 2.0 ............................... 40
3.5 Langkah-Langkah Pengoprasian Epanet 2.0 ........................... 41
3.5.1 Pengaturan Proyek.......................................................... 41
3.5.2 Alat (Tool) Untuk Menggambar Jaringan ...................... 43
3.6 Bagan Alir (Flowchart) Penelitan........................................ ... 46
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................... 47

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 49


4.1 Survei Lokasi........................................................................... 49
4.2 Perhitungan Jumlah Penduduk ................................................ 51
4.3 Koefisien Korelasi ................................................................... 62
4.4 Proyeksi Jumlah Penduduk ..................................................... 65
4.5 Analisa Kebutuhan Air Bersih ................................................ 71
4.5.1 Perhitungan Kebutuhan Air Non Domestik dan Air
Domestik di Desa Kalipait ............................................. 71
4.5.2 Perhitungan Loop ........................................................... 84
4.6 Analisa Distribusi Jaringan Pipa Metode Hardy Cross .......... 86
4.7 Simulasi EPANET 2.0............................................................. 92

BAB 5. PENUTUP .............................................................................. 107


5.1 Kesimpulan.............................................................................. 107
5.2 Saran ........................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 109


LAMPIRAN ..............................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Kategori Kota Dan
Jumlah Penduduk .................................................................... 10
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori
Kota ........................................................................................... 11
Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga .................................... 12
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik................................................... 12
Tabel 2.5 Conntoh Jaringan Node ............................................................. 24
Tabel 2.6 Contoh Jaringan Pipa................................................................. 24
Tabel 2.7 Formula Pipa Headloss Untuk Aliran Penuh ............................ 31
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Untuk Pipa Baru ...................................... 32
Tabel 2.9 Koefisien Kerugian Untuk Peralatan Yang Dipilih................... 33
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir............................... 48
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Elevasi .......................................................... 50
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Perencanaan Pipa ......................................... 51
Tabel 4.3 Data BPS Jumlah Penduduk Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo .............................................................................. 51
Tabel 4.4 Perhitungan Jumlah Penduduk 10 Tahun Desa Kalipait ........... 52
Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Pada Blok 1 Dusun Purworejo ............ 54
Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Pada Blok 2 Dusun Purworejo ............ 56
Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Pada Blok 3 Dusun Kutorejo ............... 57
Tabel 4.8 Data Jumlah Penduduk Pada Blok 4 Dusun Kutorejo............... 59
Tabel 4.9 Data Jumlah Penduduk Pada Blok 5 Dusun Purworejo ............ 61
Tabel 4.10 Metode Aritmatik .................................................................... 62
Tabel 4.11 Metode Geometrik................................................................... 63
Tabel 4.12 Metode Least Square ............................................................... 64
Tabel 4.13 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Kalipait............................... 65
Tabel 4.14 Proyeksi Jumlah Penduduk Blok 1 .......................................... 66
Tabel 4.15 Proyeksi Jumlah Penduduk Blok 2 .......................................... 67
Tabel 4.16 Proyeksi Jumlah Penduduk Blok 3 .......................................... 68
Tabel 4.17 Proyeksi Jumlah Penduduk Blok 4 .......................................... 69
Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Penduduk Blok 5 .......................................... 70
Tabel 4.19 Kebutuhan Air Non Domestik Blok 1 ..................................... 72
Tabel 4.20 Kebutuhan Air Non Domestik Blok 2 ..................................... 73
Tabel 4.21 Kebutuhan Air Non Domestik Blok 3 ..................................... 74
Tabel 4.22 Kebutuhan Air Non Domestik Blok 4 ..................................... 75
Tabel 4.23 Kebutuhan Air Non Domestik Blok 5 ..................................... 76
Tabel 4.24 Perhitungan Kebutuhan Air Domestik Tingkat Pelayanaan
100% Desa Kalipait Kec. Tegaldlimo ..................................... 79
Tabel 4.25 Perhitungan Debit Puncak Kebutuhan Air Domestik dan Non
Domestik Tingkat Pelayanan 100% ........................................ 83
Tabel 4.27 Perhitungan Diameter Pipa Induk Dan Debit Metode Hardy
Cross........................................................................................ 86
Tabel 4.28 Data Input EPANET 2.0 .......................................................... 99

xii
Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Simulasi 1 .................................................. 100
Tabel 4.30 Hasil Perhitungan Simulasi 2 .................................................. 101
Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Simulasi 3 .................................................. 102

xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 2.1 Contoh Jaringan Pipa ............................................................... 23


Gambar 2.2 Komponen Fisik Pada Sistem Distribusi Air ............................ 27
Gambar 3.1 Peta Lokasi DesaKalipait .......................................................... 33
Gambar 3.2 Peta Fasilitas Desa Kalipait ...................................................... 33
Gambar 3.3 Menu Awal Pada Epanet 2.0 .................................................... 29
Gambar 3.4 Dialog Map Option ................................................................... 30
Gambar 3.5 Dialog Map Dimension ............................................................ 30
Gambar 3.6 Pembuatan Title Pekerjaan ....................................................... 31
Gambar 3.7 Dialog Form Project Pekerjaan ................................................. 31
Gambar 3.8 Ikon Pada Menu Toolbar .......................................................... 32
Gambar 3.9 Peta Jaringan Setelah Ditambahkan Node ................................ 32
Gambar 3.10 Bagan Aliran Penelitian ........................................................... 33
Gambar 4.1 Pengukuran Ketinggian Menggunakan Alat GPS ..................... 49
Gambar 4.2 Pengukuran Jalan Menggunakan Alat Measuringwheel............ 50
Gambar 4.3 Peta Pembagian Blok Desa Kalipait .......................................... 54
Gambar 4.4 Peta Jaringan Loop .................................................................... 84
Gambar 4.5 Projek Pekerjaan ........................................................................ 92
Gambar 4.6 Mengatur Backdrop ................................................................... 93
Gambar 4.7 Menggambar Reservoir ............................................................. 93
Gambar 4.8 Menggambar Sambungan .......................................................... 94
Gambar 4.9 Penggambaran Pompa ................................................................ 94
Gambar 4.10 Jaringan Pipa ............................................................................. 95
Gambar 4.11 Elevasi Pada Reservoir ............................................................. 95
Gambar 4.12 Input Data Elevasi dan Demand ............................................... 96
Gambar 4.13 Input Flow dan Head Pada Curves Pompa ............................... 96
Gambar 4.14 Imput Data Speed dan Power ................................................... 97
Gambar 4.15 Imput Data Panjang dan Diameter Pipa ................................... 97
Gambar 4.16 Proses Runing EPANET 2.0 ..................................................... 98
Gambar 4.17 Ikon Running Pada Program..................................................... 98
Gambar 4.18 Proses Running Sukses ............................................................. 99
Gambar 4.19 Grafik Profil Kebutuhan Air ..................................................... 103
Gambar 4.20 Grafik Profil Pressure Pada Setiap Jarak Pipa .......................... 104
Gambar 4.21 Grafik Aliran Kebutuhan Air Berdasarkan Waktunya ............. 104
Gambar 4.22 Desain Gambar Jaringan Pipa .................................................. 105

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Kalipait yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo yang memiliki luas
wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 10.81 km² (BPS, 2013). Seiring berjalannya
waktu pertumbuhan jumlah penduduk di Desa Kalipait terus meningkat. Dengan
adanya pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat, maka akan terjadi
dinamika dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi,
sehingga kebutuhan air bersih pun akan meningkat. Selain itu faktor kondisi alam
juga mempengaruhi akses air bersih seperti kondisi kontur dan tanahnya yang
mempengaruhi kualitas air bersih.
Kondisi air bersih di Desa Kalipait memiliki kualitas air yang tidak
memenuhi syarat sebagai air minum karena memiliki rasa asin atau payau saat
dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya, pemerintah Desa
Kalipait yang dibantu oleh masyarakat membangun sumber mata air untuk
kebutuhan air bersihnya, akan tetapi sumber mata air tersebut masih memiliki rasa
payau jika dikonsumsi dan sumber mata air tersebut tidak bisa mengaliri
keseluruh bagian desa karena sumber mata air yang tidak terlalu besar. Untuk
mendapatkan air yang memiliki kualitas baik sebagian warga Desa Kalipait harus
membeli air bersih untuk memenuhi kebutahan air minumnya. Salah satu faktor
lainnya adalah tidak adanya pelayanan jaringan PDAM di Desa Kalipait. Oleh
karena itu perlu adanya pelayanan PDAM di Desa Kalipait untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dengan kualitas air yang baik untuk seluruh warga Desa.
PDAM diharapkan mampu untuk mendistribusikan dan memenuhi kebutuhan
air bersih masyarakat dengan baik dan merata, dengan sistem distribusi pipa
yang ada. Bila sistem distribusi yang terjadi kurang baik, maka akan
menimbulkan berbagai macam permasalahan diantaranya kurangnya tekanan
air sehingga aliran air tidak terdistribusikan secara merata. Sistem penyediaan
air bersih yang dikelola PDAM dalam memperoleh air bersih akan menghasilkan
kualitas dan kuantitas pelayanan yang berbeda dari satu kota/kabupaten dengan
kota/kabupaten lainnya.

1
Dalam permasalahan ini peneliti ingin merencanakan jaringan pipa dan
debit aliran yang dihasilkan pada sistem distribusi PDAM untuk kebutuhan air
bersih di Desa Kalipait dengan menggunakan metode Hardy Cross dan program
EPANET 2.0. Untuk menghitung kebutuhan air digunakanperhitungan proyeksi
jumlah penduduk dengan menggunakan 3 metode yaitu Metode Aritmati, Metode
Geometrik dan Metode Least Square. Sedangkan Metode Hardy Cross merupakan
metode yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan jaringan pipa, metode ini
digunakan untuk mengetahui diameter pipa induk yang digunakan dan debit aliran
untuk suatu perencanaan jaringan pipa. Perencanaan jaringan pipa bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan air minum yang diperlukan untuk suatu daerah pelayanan
ditentukan berdasarkan dua parameter yaitu jumlah penduduk dan tingkat
konsumsi air. Untuk umur rencana SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) adalah
10 tahunan (Widiyanto, 2010), maka untuk proyeksi kebutuhan air bersih di Desa
kalipait direncanakan 10 tahun. Sedangkan program EPANET 2.0 adalah sebuah
software yang dapat mensimulasikan sistem distribusi air minum pada wilayah
tertentu. Simulasi yang dimaksud adalah pada program EPANET 2.0 yang
memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan node yang dihubungkan
oleh link. Link yang dimaksud adalah pipa, pompa dan sambungan pada pipa.
Sehingga dengan demikian bisa dilakukan sebuah evaluasi terhadap sistem
perpipaan distribusi. (Rossman, 2000).
Maka dari permasalahan jaringan perpipaan yang akan direncanakan
jaringan pipa PDAM di Desa Kalipait maka dibutuhkan suatu model perencanaan
yang lebih efektif dan akurat untuk mendistribusikan kebutuhan air bersih. Oleh
karena itu perlu adanya simulasi perencanaan jaringan pipa PDAM untuk
kebutuhan air bersih dengan menggunakan program EPANET 2.0 di Desa
Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan dalam simulasi perencanaan distribusi jaringan PDAM
untuk kebutuhan air bersih di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut:

2
1. Berapa debit kebutuhan air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk
dan fasilitas umum di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo?
2. Bagaimana simulasi jaringan pipa PDAM di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo menggunakan program EPANET2.0 ?

1.3 Tujuan
Perencanaan pengembangan distribusi jaringan PDAM ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui debit kebutuhan air bersih yang memenuhi kebutuhan
penduduk dan fasilitas umum di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.
2. Untuk mensimulasikan jaringan pipa PDAM di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo menggunakan program EPANET2.0.

1.4 Manfaat
1. Memberi masukan kepada pihak PDAM untuk mengembangkan pelayanan
jaringan pipa distribusi air bersih di Desa Kalipait.
2. Memberikan arahan bagi masyarakat akan pentingnya dalam penggunaan
air bersih.

1.5 Batasan Masalah


1. Wilayah perencanaan pengembangan jaringan air bersih adalah Desa
Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.
2. Tidak membahas pengolahan air bersih dan instalasi jaringan air bersih.
3. Perhitungan kebutuhan air bersih didasarkan pada proyeksi jumlah
penduduk dan fasilitas umum sesuai umur rencana SPAM 10 tahun
kedepan dari tahun 2017.
4. Pada perencanaan diameter jaringan pipa induk air bersih ini
menggunakan metode Hardy Cross dan simulasi program EPANET 2.0.
5. Tidak melakukan penelitian dan penganalisaan tentang kualitas air bersih
di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.

3
-Halaman Sengaja DiKosongkan-

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara
lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi. (Triatmadja dan Radianta, 2007).
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih
yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil
dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan
yang diperlukan
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi
manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran
gravitasi atau pompanisasi.
4. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber
air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber
air yang ada.

2.2 Sistem Jaringan Air Bersih


Sistem jaringan air bersih adalah suatu sistem untuk menyalurkan air
bersih yang berawal dari pengambilan air baku, hingga sampai dipelanggan
sebagai air bersih yang memenuhi standar air bersih (Triatmadja dan Radianta,
2007).

5
Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan
dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada.
Didaerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem
perpipaan dan non perpipaan.

2.2.1 Sistem Perpipaan


Sistem ini menggunakan pipa sebagai sarana pendistribusian air. Unit
pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan
Halaman dan Sambungan Umum (Dirjen Cipta Karya DPU, 1990).
Untuk mendistribusikan air bersih dengan perpipaan terdapat beberapa
sistem pengaliran, tergantung pada keadaan topografi, lokasi sumber air
baku, beda tinggi daerah pengaliran atau daerah layanan. Sistem pengaliran
tersebut antara lain :
a. Pengaliran Gravitasi
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan memanfaatkan
tekanan akibat gaya gravitasi pada daerah tersebut. Diperlukan beda
elevasi antara sumber dan daerah layanan yang cukup besar supaya
tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.
b. Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir
Sebelum air didistribusikan ke daerah layanan terlebih dahulu dipompa
dan ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dengan
memanfaatkan tekanan akibat elevasi reservoir tersebut.
c. Pengaliran Pemompaan Langsung
Distribusi air ke daerah layanan dengan mengandalkan tekanan dari
pompa, yang disesuaikan dengan tinggi tekanan minimum.
Rangkaian pipa dalam distribusi air bersih/minum disebut jaringan
pipa. Pada dasarnya ada 2 sistem jaringan distribusi yaitu jaringan terbuka dan
tertutup.
a. Jaringan Terbuka
Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi tidak saling
berhubungan, air mengalir dalam satu arah dan area layan disuplai melalui
satu jalur pipa utama.

6
b. Jaringan Tertutup
Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi saling
berhubungan, air mengalir melalui beberapa jalur pipa utama,
sehingga konsumen disupplay dari beberapa jalur.
Sistem ini cenderung diterapakan pada daerah yang jalannya saling
berhubungan, perkembangan kota cenderung ke segala arah dan keadaan topografi
yang relatif dasar.

2.2.2 Sistem Non Perpipaan


Sistem non perpipaan dikelolah oleh masyarakat baik secara individu
maupun kelompok. Sistem distribusi ini tidak menggunakan pipa dan unit
pelayanannya adalah Sumur Umum, Hidran Umum (HU), kendaraan tangki air
(water tank/TA) serta mata air (Dirjen Cipta Karya DPU, 1990).

2.3 Pengaruh Jumlah Penduduk


Dalam penyusunan suatu perencanaan pembangunan, kependudukan
merupakan faktor penting karena pembangunan dilakukan dan ditujukan
untuk kepentingan penduduk sendiri. Demikian juga dengan perencanaan air
bersih, peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi peningkatan
kebutuhan fasilitas termasuk peningkatan pelayanan air bersih.

2.3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk


Data kependudukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses
penyusunan suatu rencana, mengingat bahwa setiap perencanaan dilakukan serta
ditujukan untuk kepentingan penduduk itu sendiri. Peningkatan jumlah penduduk
akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan fasilitas termasuk peningkatan
pelayanan air bersih.
Semua sistem penyediaan air bersih harus direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di waktu sekarang hingga beberapa tahun ke depan sesuai
dengan jumlah tahun proyeksi. Maka diperlukan proses perhitungan proyeksi
penduduk sebagai awal dari kegiatan perencanaan, dimana tingkat perkembangan

7
penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kelahiran (nartalitas), kematian
(mortalitas) serta perpindahan penduduk (migrasi).
Proyeksi penduduk adalah suatu metode yang dipakai untuk
memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang berdasarkan data
perkembangan penduduk pada tahun yang telah lalu.
Perhitungan proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan berbagai
metode. Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang akurat,
ditentukan dahulu nilai koefisien korelasi (r) dari masing-masing metode
proyeksi. Metode proyeksi jumlah penduduk yang nilai koefisien korelasinya
mendekati 1 adalah metode yang digunakan. Perhitungan koefisien korelasi dapat
dihitung dengan rumus seperti pada Persamaan 2.1 yaitu :

( ) ( ) ( )
[ ( ) ( ) ]
.................................................... (2.1)
[ ( ) ( ) ]

Dengan :
x = selisih tahun tiap data
y = selisih total data tiap tahun
Sedangkan metode untuk menentukan proyeksi penduduk antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Metode Geometrik
Rumus umum yang digunakan dalam metode Geometrik adalah :
( ) ................................................................................ (2.2)

[( ) ] ..................................................................... (2.3)

Dengan :
Pn = Jumlah penduduk pada proyeksi tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
t = Selang waktu tahun data
n = Jumlah tahun proyeksi
Nilai ’a’ diperoleh dari perhitungan yang ada
Nilai ’b’ diperoleh dari perhitungan yang ada

8
Setelah diketahui nilai a dan b maka didapat persamaan yang
merupakan persamaan proyeksi jumlah penduduk.
2. Metode Aritmatik
Rumus umum yang digunakan dalam metode Aritmatik tadalah :
..................................................................................... (2.4)
Dengan :
Pn = Jumlah penduduk pada proyeksi tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
n = Jangka waktu tahun proyeksi
3. Metode Least Square (kuadrat minimum)
Rumus umum yang digunakan dalam metode Least Square adalah :
........................................................................................... (2.5)
Dengan :
y = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi
x = Jumlah tambahan dari tahun dasar
a,b = Konstanta
( )
( )
................................................................................ (2.6)

( )
..................................................................................... (2.7)

n = Jumlah data

2.3.2 Proyeksi Jumlah Fasilitas Sosial Ekonomi


Fasilitas sosial ekonomi yang menggunakan air bersih juga harus
diperhitungkan dalam perencanaan instalasi distribusi air bersih. Fasilitas sosial
ekonomi tersebut antara lain adalah: tempat ibadah, perkantoran,
pendidikan/sekolah, sarana kesehatan, komersial, industri serta fasilitas umum
lainnya.
Perhitungan proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan
perbandingan jumlah penduduk.

............................... (2.8)

9
2.4 Kebutuhan Air Bersih
2.4.1 Kebutuhan Air Domestik
Pemenuhan kebutuhan air untuk domestik memiliki bagian terbesar dalam
kebutuhan dasar perencanaan unit pengolahan. Faktor kebiasaan, pola dan tingkat
kehidupan yang didukung oleh adanya perkembangan sosial ekonomi
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kebutuhan dasar air.
Dikenal dua kategori fasilitas penyediaan air minum, yaitu :
a. Fasilitas Perpipaan, terdiri dari :
1. Sambungan Rumah (SR)
2. Sambungan Halaman
3. Sambungan Umum
b. Fasilitas Non perpipaan, terdiri dari :
Sumur umum, kendaraan tangki air (water tank), mata air. Yang perlu diketahui
juga adalah jumlah kebutuhan rata-rata air bersih per orang per hari, dimana
dibedakan atas kategori kota.

Tabel 2.1. Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Kategori Kota Dan Jumlah
Penduduknya.
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Jiwa

>1.000.000 500.000 100.000 20.000 <20.000


No Uraian
s.d s.d s.d
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi Sambungan
1 Rumah (SR) 190 170 130 100 80
L/o/h
Konsumsi Unit Hidran
2 Umum (HU) 30 30 30 30 30
L/o/h
Konsumsi Unit Non
3 Domestik 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
L/o/h (%)
4 Kehilangan Air % 20-30 20-31 20-32 20-33 20-34
5 Factor Hari Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
6 Factor Jam Punca 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah Jiwa Per SR 5 5 5 5 5

10
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Jiwa

>1.000.000 500.000 100.000 20.000 <20.000


No Uraian
s.d s.d s.d
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 100
Sisa Tekan di
9 Penyediaan distribusi 10 10 10 10 10
(mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume Reservoir
11 20 20 20 20 20
(%max day demand)
50:50 50:50
12 SR : HU 80:20 70:30 70:30
80:20 80:20
13 Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70
Sumber : Dirjen Cipta Karya Departemen (PU), (1995) dalam Widiyanto, (2010).

Adapun standar yang digunakan dalam klasifikasi kebutuhan air rumah


tangga beserta besarnya jumlah kebutuhan air rumah tangga berdasarkan
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2003), dapat dilihat pada Tabel
2.3.

Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota
Jumlah Penduduk Kebutuhan
No. Kategori Kota
(jiwa) air(ltr/org/hari)
1 Metropolitan > 1.000.000 170 – 190
2 Kota besar 500.000 – 1.000.000 150 – 170
3 Kota sedang 100.000 – 500.000 130 – 150
4 Kota kecil 20.000 – 100.000 100 – 130
5 Kota Kecamatan < 20.000 90 – 100
Sumber : Direktorat Air Bersih, 1990

Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga


Kebutuhan air
No Jumlah Penduduk Jenis Kota Mutu Air
(l/hari)
1 >2.000.000 Metropolitan >210 Kelas Satu

11
2 1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210
3 500.000-1.000.000 Besar 120-150
4 100.000-500.000 Besar 100-120
5 20.000-100.000 Sedang 90-100
6 3.000-20.000 Kecil 60-90
Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2003

2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik merupakan tahap berikutnya dalam
perhitungan kebutuhan air bersih, besaran pemakaiannya ditentukan oleh jumlah
konsumen non domestik yang terdiri dari fasilitas-fasilitas yang telah
disebutkan. Kebutuhan air non domestik diasumsikan sebagaimana dalam tabel
berikut.

Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik


Pemakaian air rata-rata
No. Kategori Keterangan
per hari (liter)
1. Kantor 70-100 Tiap karyawan
2. Rumah Sakit 250-1000 Tiap pasien
3. Gedung Bioskop 10 Tiap pengunjung
4. Sekolah Dasar, SLTP 40-50 Tiap siswa
5. SLTA & lebih tinggi 80 Tiap siswa
6. Laboratorium 100-200 Tiap karyawan
7. Toserba 3 Tiap pengunjung
8. Industri/Pabrik 80 (pria) 100 (wanita) Tiap org/shift
9. Stasiun dan Terminal 3 Tiap penumpang
10. Restoran 30 Tiap tamu
11. Hotel 250-300 Tiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Tiap orang
13. Tempat Ibadah 10 Tiap jama’ah
Sumber : Direktorat Air Bersih, 1990

2.4.3 Kehilangan Air

12
Kehilangan air yaitu selisih antara jumlah air yang diproduksi di unit
pengolahan dengan jumlah air yang di konsumsi (jaringan distribusi). Berdasarkan
kenyataan dilapangan, kejadian akan kehilangan air ini selalu terjadi. Adapun
bentuk kehilangan dapat bersifat teknis dan non teknis (Al-Layla, dkk .1978) .
Terdapat 3 macam pengertian menyangkut istilah kehilangan air, yaitu :
1. Kehilangan air rencana
Kehilangan yang disebabkan oleh pengaruh operasional dan pemeliharaan
unit pengolahan.
2. Kehilangan air percuma
Meliputi segala aspek penggunaan fasilitas penyediaan air bersih dan
pengelolaannya. Kehilangan ini dapat dibagi dua, yaitu :
 Leakage; merupakan kehilangan air percuma pada komponen
fasilitas yang disebabkan oleh kurangnya pengendalian pengelola.
 Wastage; adalah kehilangan air yang terjadi pada tingkatan
konsumen.
3. Kehilangan air insidentil
Jika kehilangan air yang terjadi akibat hal-hal yang berada diluar
kemampuan manusia dan bersifat spontan seperti bencana dan sebagainya.
Namun secara umum dalam melakukan perencanaan unit pengolahan air
bersih, nilai kehilangan yang terjadi baik khilangan air percuma dan insidentil
sudah masuk dalam perhitungan. Besarnya nilai kehilangan air tersebut berkisar
antara 15 – 25 % dari total kebutuhan air bersih baik domestik maupun non
domestik.

2.4.4 Fluktuasi Kebutuhan Air


Fluktuasi adalah prosentase pemakaian air pada tiap jam yang
tergantung dari : aktivitas penduduk, adat istiadat atau kebiasaan penduduk
serta pola tata kota. Sehingga kebutuhan air tiap waktu menjadi
berubah/berfluktuasi. Konsumen air akan berubah sesuai dengan perubahan
musim dan aktivitas masyarakat. Pada hari tertentu di setiap minggu, bulan atau

13
tahun akan terdapat pamakaian air yang tersebut disebut pemakaian hari
maksimum (Al-Layla dkk, 1978)
Penentuan besaran kebutuhan air mengacu pada kebutuhan air harian
maksimum (Qmax.day) serta kebutuhan air jam maksimum (Q hour.max) dengan
referensi kebutuhan air rata-rata (Al-layla dkk, 1978).
a. Kebutuhan air rata-rata harian (Q av.day)
Adalah jumlah air yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan domestik,
non domestik dan kehilangan air.
b. Kebutuhan air harian maksimum (Q max.day)
Merupakan jumlah air terbanyak yang diperlukan pada satu hari dalam
kurun satu tahun berdasarkan nilai Q rata-rata harian. Diperlukan faktor
fluktuasi kebutuhan harian maksimum dalam perhitungannya.

................................................................ (2.9)

Dengan :
f = Faktor harian maksimum (1< f max.hour < 1.5)
Q av.day = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/dtk)
c. Kebutuhan air jam maksimum (Q max.hour)
Adalah jumlah air terbesar yang diperlukan pada jam-jam tertentu. Faktor
fluktuasi kebutuhan jam maksimum (F max.hour) diperlukan dalam
perhitungannya.

...................................................... (2.10)

Dengan :
f = Faktor fluktuasi jam maksimum (1,5 - 2,5)
Q max.day = Kebutuhan air harian maksimum
Q max.hour = Kebutuhan air jam maksimum (ltr/jam)
d. Kebutuhan air untuk pemadam kebakaran

14
.................................................................. (2.11)

Untuk penentuan besar pemakaian untuk pemadam kebakaran di Indonesia


belum ada standarisasinya, sehingga cenderung bersifat subyektif
tergantung dari kondisi dan kebijakan setempat. Menurut Al-layla, dkk
(1980) dapat diambil antara 10 -25 % dari kebutuhan harian maksimum.
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pemakaian air jam per jam,
dan untuk mendapatkan data fluktuasi ini diperlukan survey (penelitian)
terhadap aktivitas atau kebutuhan air konsumen. Selain penentuan
kapasitas produksi pada unit pengolahan, maka perlu diperhitungkan lagi
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap perencanaan unit
pengolahan.
e. Kebutuhan air total

....................................................... (2.12)

Kebutuhan air total adalah merupakan jumlah kebutuhan air domestik


ditambah dengan kebutuhan non domestik dan ditambah dengan jumlah
kebocoran serta kebutuhan untuk pemadam kebakaran.

2.5 Sistem Distribusi Air Bersih


Untuk mendistribusikan air bersih dapat dipakai salah satu sistem diantara tiga
sistem pengaliran, yaitu :
1. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada
jauh diatas elevasi daerah pelayanan dan sistem ini dapat memberikan
energi potensial yang cukup tinggi pada daerah pelayanan terjauh. Sistem
ini dalam pengoperasian dan pemeliharaannya mudah. Keuntungan sistem
ini adalah :
a. Sederhana dan ekonomis
b. Biaya peralatan murah
c. Tidak memerlukan pemompaan

15
d. Waktu pengalirannya secara menerus
2. Sistem pemompaan
Air yang akan didistribusikan akan dipompa langsung ke jaringan
distribusi. Sistem ini digunakan bilaelevasi antara sumber air atau instalasi
dan daerah pelayanan tidak dapat memberi tekanan air yang cukup. Sistem
ini efektif untuk daerah datar. Keuntungan sistem pemompaan yaitu waktu
pengaliran disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Sistem kombinasi
Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air bersih dari sumber
atau instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan dengan menggunakan
pompa dan reservoir yang dioperasikan secara bersama-sama atau
bergantian. Sistem ini dapat digunakan bila topografi memungkinkan
gravitasi, tetapi kebutuhan dan pemakaian besar.
Air yang disupply melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem,
yaitu:
1. Continous sistem
Dalam sistem ini air bersih yang ada disupply kepada konsumen terus -
menerus selama 24 jam. Keuntungan dari sistem ini adalah konsumen
dapat setiap saat mendapatkan air bersih, air yang diambil dari titik
pengambilan didalam jaringan pipa distribusi selalu didapatkan dalam
keadaan segar. Sedangkan kerugiannya adalah pemakaian air akan
cenderung boros dan bila ada sedikit kebocoran saja, jumlah air yang
terbuang akan besar.
2. Intermitten sistem
Dalam sistem ini, air bersih yang akan disupply ke konsumen hanya
beberapa jam dalam satu hari, biasanya 2 – 4 jam pada pagi hari dan 2 – 4
jam di sore hari. Kerugiannya adalah setiap rumah perlu menyediakan
tempat penyimpanan air, bila terjadi kebakaran maka pemadam kebakaran
akan sulit mendapatkan air, dan dimensi pipa yang digunakan akan lebih
besar karena kebutuhan air untuk sehari hanya disupply selama beberapa
jam saja.

16
2.5.1 Sistem Jaringan Induk Distribusi
Sistem jaringan induk distribusi ada dua macam yaitu :
1. Sistem cabang
ada sistem ini air hanya mePngalir dari satu arah dan pada setiap ujung
pipa akhir daerah pelayanan terdapat titik mati. Sistem ini biasanya
digunakan pada daerah dengan sifat – sifat sebagai berikut :
a. Perkembangan kota kearah memanjang
b. Sarana jaringan jalan tidak saling berhubungan
c. Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju ke satu
arah.
Kelemahan dari sistem cabang adalah :
a. Terjadinya endapan pada ujung pipa, sehingga perlu pembersihan
secara teratur.
b. Supply air terganggu jika ada kebakaran dan kerusakan pada salah
satu bagian sistem.
c. Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin terutama
terjadinya tekanan kritis pada bagian pipa yang terjauh.
Keuntungan dari sistem cabang adalah :
a. Jaringan distribusi relatife sederhana
b. Pemasangan pipa lebih mudah
c. Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya
dipasang pada daerah yang paling padat penduduknya.
2. Sistem melingkar
Pada sistem melingkar tidak terdapat titik mati dimana pipa akan selalu
berhubungan, sehingga air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui
beberapa arah. Sistem melingkar ini diterapkan pada :
a. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
b. Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah
c. Keadaan topografi yang relatife darat.
Kelemahan sistem melingkar adalah :
a. Sistem jaringan lebih rumit
b. Penggunaan pipa relatife lebih banyak

17
Keuntungan sistem melingkar adalah :
a. Jika terjadi kerusakan, perbaikan, atau pengambilan air untuk
pemadam kebakaran pada bagian sistem, maka supply air pada
bagian sistem lainnya tidak terganggu.
b. Air dapat disirkulasi dengan bebas tanpa menimbulkan genangan
atau endapan lumpur.

2.5.2 Sistem Perpipaan Distribusi


Macam – macam pipa yang umumnya ada dan akan direncanakan dalam
tugas distribusi air bersih adalah :
1. Pipa primer atau pipa induk (Supply Main Pipe)
Pipa primer adalah pipa yang mempunyai diameter relative besar yang
fungsinya membawa air bersih dari instalasi pengolahan atau reservoir
distribusi ke suatu zone.
2. Pipa sekunder (Arterial Main Pipe)
Pipa sekunder merupakan pipa yang mempunyai diameter sama atau
kurang dari pipa primer, yang gunanya disambungkan langsung pada pipa
primer.
3. Pipa tersier
Pipa tersier dapat disambung langsung ke pipa sekunder atau primer yang
gunanya melayani pipa service.
4. Pipa service
Pipa ini mempunyai diameter yang relative kecil dan disambungkan
langsung ke sambungan rumah (pelanggan).

2.6 Jaringan Pipa Metode Hardy Cross


Untuk memenuhi kebutuhan debit baik untuk penampungan sementara
maupun untuk ke sambungan langsung maka dipermudah dengan melalui
jaringan perpipaan. Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang
saling terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu
pipa mengalami perubahan debit aliran maka terjadi penyebaran pengaruh ke
pipa-pipa yang lain. Pengaruh ini dapat di deteksi dari segi tekanan yang ada di

18
dalam pipa. Jaringan pipa untuk menentukan distribusi debit aliran fluida dan
jatuh tekan dalam pipa pada suatu titik tertentu.
Untuk mendapatkan dimensi pipa yang tepat, efisien, dan ekonomis dan
sesuai dengan kriteria perencanaan yang dipakai, maka pada sistem jaringan ini
digunakan motede perhitungan yang disebut Metode Hardy Cross. Metode ini
dikembangkan oleh Hardy Cross di tahun 1936 (K.S.Y, Dua, 2009). Metode
Hardy Cross adalah salah satu metode yang banyak digunakan untuk
menyelesaikan persoalan jaringan pipa. Dengan metode ini dapat diketahui jumlah
pipa yang dibutuhkan, diameter pipa, panjang pipa dan debit aliran yang
dihasilkan. Metode ini dapat dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Keakuratan hasil perhitungan
b. Kemudahan dalam pemakaian
c. Umum dipakai
Beberapa persamaan yang dipakai adalah :
a. Persamaan Mass Balance, untuk mengasumsi arah aliran. Dengan
persamaan ini debit aliran masuk sama dengan debit aliran keluar.

Q1= Q3 + Q4
Q1= Q3 + Q2
Q5= Q2 + Q6
Q3= Q4 + Q6
b. Persamaan Kontinuitas : Q = A. V
c. Persamaan Hazen William :

[ ]
....................................................... (2.13)

19
d. Koreksi Debit :

................................................................................... (2.14)
| |

Dengan :
L = Panjang pipa (m)
Hf = Head loss (m)
D = Diameter pipa (cm)
Q = Debit (l/dt)
C = Koefisien Hazen William (dalam perencanaan C = 130)
Cara perhitungan :
1. Asumsikan arah, diameter, dan debit aliran untuk setiap pipa dalam
system. Jumlah debit masuk pada setiap sambungan harus sama dengan
debit keluar.
2. Hitung masing-masing loop headlossnya dengan rumus diatas,
berdasarkan debit asumsi dan perhatikan arah aliran, searah jarum jam “+”
dan jika berlawanan arah jarum jam “-“. Dari headloss tiap-tiap pipa untuk
satu loop kemudian dijumlahkan.
3. Headloss masing-masing pipa dibagi dengan debitnya kemudian
dijumlahkan pada setiap satu loop.
4. Hitung ∆Q untuk tiap-tiap loop, untuk tiap-tiap pipa yang tidak overlap.
∆Q tersebut merupakan debit koreksinya. Untuk pipa yang overlap, debit
koreksinya ialah ∆Q dari loop yang dianalisa dikurangi ∆Q dari loop
dimana pipa tersebut overlap.
5. Sesudah ∆Q masing-masing pipa diketahui, tambahkan pada debit asumsi,
maka akan dihasilkan debit yang telah terkoreksi untuk tiap-tiap pipa.
6. Debit yang telah dikoreksi tersebut digunakan untuk perhitungan trial
berikutnya dengan cara yang sama (langkah 2 s/d 5), demikian seterusnya
hingga didapat ∆Q yang kecil.
Dalam melakukan trial, dari trial pertama dan seterusnya ∆Q harus
semakin kecil. Bila membesar atau fluktuatif, ulangi dari langkah 1 dengan
merubah asumsi.

20
2.7 Simulasi EPANET 2.0
Simulasi merupakan penggambaran suatau sistem atau proses dengan
peragaan dalam betuk yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya (KBBI,
2008). Dalam simulasi dengan EPANET 2.0 adalah pada program Epanet 2.0
yang memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan node yang
dihubungkan oleh pipa, pompa dan sambungan pada pipa yang akan di
simulasikan.
EPANET 2.0 adalah program komputer yang menggambarkan simulasi
hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.
Jaringan itu sendiri terdiri dari Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan
tangki air atau reservoir. EPANET 2.0 menjajaki aliran air di tiap pipa, kondisi
tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang mengalir di
dalam pipa selama dalam periode pengaliran. Sebagai tambahan, usia air (water
age) dan pelacakan sumber dapat juga disimulasikan (Rossman, 2000).
EPANET 2.0 di design sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan
pemahaman tentang pergerakan dan nasib kandungan air minum dalam jaringan
distribusi. Juga dapat digunakan untuk berbagai analisa berbagai aplikasi jaringan
distribusi. Sebagai contoh untuk pembuatan design, kalibrasi model hidrolis,
analisa sisa khlor, dan analisa pelanggan. EPANET 2.0 dapat membantu dalam
mengatur strategi untuk merealisasikan kualitas air dalam suatu sistem. Semua itu
mencakup:
1. Alternatif penggunaan sumber dalam satu sistem
2. Alternatif pemompaan dlm penjadwalan pengisian/pengosongan tangki.
3. Penggunaan treatment, misal khlorinasi pada tangki penyimpan.
4. Pen-target-an pembersihan pipa dan penggantiannya.

Dibutuhkan beberapa item untuk dapat menjalankan Epanet sehingga


didapatkan hasil yang sesuai, antara lain :
1. Link : dapat berupa; pipa, pompa atau katup kontrol
2. Node : dapat berupa; junction, tank, atau reservoir.
3. Curve : menggambarkan grafik atau pola pengerjaan yang dapat
berupa, kurva pompa, kurva effisiensi.

21
Data yang dibutuhkan dalam pengerjaan program Epanet antara lain :
1. Peta jaringan : peta yang menunjukan jaringan
fasilitas yang ada di desa kalipait
dalam menunjang perencanaan
jaringan PDAM.
2. Peta topografi : peta yang menggambarkan bentuk
relief (tinggi rendahnya permukaan
bumi) yang ada di lokasi agar
mempermudah mengetahui
permukaan yang aada di lokasi.
3. Elevasi wilayah : menunjukan tinggi rendahnya
permukaan yang ada di suatu wilayah.
4. Node/Junction : titik pertemuan atau percabangan dari
perencanaan pipa untk jaringan
PDAM.
5. Panjang pipa : panjang pipa yang akan direncanakan
atau dibutuhkan untuk jaringan
PDAM.
6. Diameter pipa : diameter besarnya lubang pada pipa-
pipa yang kan dibutuhkan.
7. Jenis pipa : jenis pipa yang akan gunakan untuk
jaringan air bersih.
8. Besar debit masing-masing node : untuk menentukan besarnya debit air
pada setiap titik pertemuan pipa.
9. Faktor fluktuasi pemakaian air
Sedangkan data yang dapat dihasilkan antara lain :
1. Hidrolik head masing-masing titik
2. Tekanan air
3. Flow (aliran)
4. Velocity (kecepatan)
5. Unit headloss
6. Pipe status

22
EPANET 2.0 dijalankan dalam lingkungan windows, EPANET 2.0 dapat
terintegrasi untuk melakukan editing dalam pemasukan data, running simulasi dan
melihat hasil running dalam berbagai bentuk (format), sudah pula termasuk kode-
kode yang berwarna pada peta, tabel data-data, grafik, serta citra kontur.

2.7.1 Menggambar Jaringan


EPANET 2.0 merupakan program windows yang dapat mensimulasikan
jaringan pipa. Sebelum dapat mensimulasikan jaringan pipa, terlebih dahulu
menggambarkan jaringan pipa tersebut dengan bantuan program EPANET. Pada
saat menggambar Jaringan dengan program EPANET 2.0 bertujuan untuk
menggambar jaringan Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki
air atau reservoir pada setiap saluran yang akan di distribusikan serta perlu adanya
analisa distribusi yang mudah yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini :

Gambar 2.1 Contoh Jaringan Pipa (Rossman, 2000)

Pada Gambar 2.1 merupakan contoh jaringan pipa yang digambar dengan
bantuan program EPANET 2.0, jaringan pipa tersebut merupakan contoh jaringan
yang akan didistribusikan mulai dari sumber air (source) kemudian dialirkan
melalui pipa dan didistribusikan ke rumah penduduk. Dari gambar contoh jaringan
pipa dapat dijelaskan bahwa sumber air (source) dapat diperoleh dari sumber mata
air sumur bor, sungai, atau juga dapat diperoleh dari sumber PDAM. Jika letak
sumber air memiliki kontur lebih rendah dari letak kontur pada lokasi yang akan
didistribusikan maka dapat mengguanakan bantuan pompa (pump) untuk

23
mengambil air dari sumber tetapi jika letak sumber air lebih tinggi dari pada letak
lokasi yang akan didistribusikan maka tidak perlu menggunakan bantuan pompa.
Kemudian pipa-pipa disambung dengan node agar dapat mendistribusikan air
kepada masyarakat, pipa-pipa tersebut dirangkai pada sepanjang jalan utama
untuk saluran pipa induk, sedangkan untuk menyalurkan air ke rumah penduduk
menggunakan pipa yang memiliki diameter lebih kecil. Untuk kebutuhan contoh
jaringan node dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan untuk kebutuhan pipa uluran serta
panjang dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.5 Contoh Jaringan Node


Node Elevation (ft) Demand (gpm)
1 700 0
2 700 0
3 710 150
4 700 150
5 650 200
6 700 150
7 700 0
8 830 0
Sumber : Rossman, 2000

Tabel 2.6 Contoh Jaringan Pipa


Pipa Length (ft) Diameter (inches) C-Factor
1 3000 14 100
2 5000 12 100
3 5000 8 100
4 5000 8 100

24
Pipa Length (ft) Diameter (inches) C-Factor
5 5000 8 100
6 7000 10 100
7 5000 6 100
8 7000 6 100
Sumber : Rossman, 2000

2.7.2 Kemampuan Model Hidrolis


Fasilitas yang lengkap serta pemodelan hidrolis yang akurat adalah salah
satu langkah yang efektif dalam membuat model tentang pengaliran serta kualitas
air (Rossman, 2000). EPANET adalah alat bantu analisis hidrolis yang
didalamnya terkandung kemampuan seperti :

1. Kemampuan analisa yang tidak terbatas pada penempatan jaringan


2. Perhitungan harga kekasaran pipa menggunakan persamaan Hazen-
Williams, Darcy Weisbach, atau Chezy-Manning.
3. Temasuk juga minor head losses untuk bend, fitting, dsb.
4. Pemodelan terhadap kecepatan pompa yang konstant maupun variable.
5. Menghitung energi pompa dan biaya (cost).
6. Pemodelan terhadap variasi tipe dari valve termasuk shitoff, check,
pressure regulating, dan flow control valve.
7. Tesedia tangki penyimpan dengan berbagai bentuk (seperti diameter yang
bervariasi terhadap tingginya).
8. Memungkinkan dimasukkannya kategori kebutuhan (demand) ganda pada
node, masing-masing dengan pola tersendiri yang bergantung pada variasi
waktu.
9. Model pressure yang bergantung pada pengeluaran aliran dari emitter
(Sprinkler head).
10. Dapat dioperasikan dengan system dasar pada tangki sederhana atau
kontrol waktu, dan pada kontrol waktu yang lebih kompleks.

25
Simulasi hidrolis EPANET yang menghitung head junction dan aliran
dalam link secara tetap terhadap level reservoir, level tangki, dan kebutuhan air
selama periode waktu. Langkah waktu terhadap level reservoir dan kebutuhan
junction diperbaharui mengikuti pola waktu dimana tangki level diperbaharui
menggunakan aliran saat itu. Penyelesaian untuk head dan aliran pada titik yang
terpisah meliputi penyelesaian secara simultan dalam persamaan aliran untuk tiap
junction dan hubungan headloss pada setiap lingk pada jaringan. Proses tersebut
dikenal sebagai “hydraulic balancing”, menggunakan teknik iterasi yang
melibatkan persamaan nonlinear. EPANET menggunakan “Gradient Algorithm”
untuk kebutuhan tersebut.
Langkah –langkah hidrolis digunakan untuk memperpanjang periode
simulasi (Extended Period Simulation [EPS]) dapat diatur oleh pengguna.
Biasanya digunakan 1 jam. Langkah waktu yang pendek dari yang normal akan
muncul otomatis jika kondisi berikut muncul:

1. Periode waktu berikutnya dari pelaporan otuput muncul.


2. Pola periode waktu berikutnya muncul
3. Tanki menjadi penuh atau kosong
4. Simple control atau rule-based control aktif.

2.7.3 Komponen Jaringan


EPANET memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang
menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan
katub kontrol. Node menggambarkan sambungan, tangki, dan reservoir. Gambar
di bawah mengilustrsia bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu
dengan lainnya untuk membentuk jaringan (Rossman, 2000).

26
Gambar 2.2 Komponen Pada Sistem Distribusi Air (Rossman, 2000)

A. Sambungan (junction)
Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana garisgaris
bertemu dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang
dibutuhkan bagi sambungan (junction) adalah:
1. Elevasi pada semua referensi (biasanya rata-rata muka air laut)
2. Kebutuhan air
3. Kualitas air saat ini
Hasil computasi buat sambungan (junction) pada seluruh periode waktu simulasi
adalah:

1. Head Hidrolis ( energi internal per satuan berat dari fluida)


2. Tekanan (pressure)
3. Kualitas Air
Sambungan (junction) juga dapat :
1. Mengandung kebutuhan air (demand) yang bervariasi terhadap waktu
2. Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda
3. Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki
jaringan
4. Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki
jaringan

27
5. Memiliki lubang pengeluaran (atau sprinkler) yang menjadikan laju aliran
bergantung kepada pressure.
B. Reservoir
Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang terus
menerus mengalir ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti danau,
sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga dijadikan
titik sumber kualitas air.
Input utama untuk reservoar adalah head hidrolis (sebanding dengan
elevasi permukaan air jika bukan reservoar bertekanan) dan inisial kualitas air
untuk analisa kualitas air.
Karena sebuah reservoar adalah sebagai poin pembatas dalam jaringan,
tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi oleh apa yang terjadi di dalam
jaringan. Namun tekanan dapat dibuat bervariasi terhadap waktu yang di tandai
dengan pola.

C. Tangki
Tanki membutuhkan node dengan data kapasitas, dimana volume air yang
tersimpan dapat bervariasi berdasar waktu selama semulasi berlangsung .
1. Elevasi dasar (dimana level air adalah nol)
2. Diameter (atau bentuknya jika tidak silinder)
3. Level air maksimum dan minimum pada saat awal.
4. Kualitas air pada saat awal.

Hasil Keluaran berdasarkan waktu adalah :


1. Tekanan Hidraulik (elevasi permukaan air)
2. Kualitas air
Tangki membutuhkan level maksimum dan minimum untuk beroperasi.
EPANET akan menyetop air yang keluar jika tangki memiliki lever air minum,
begitu juga juga jika tangki memiliki level air maksimum.

D. Emitter

28
Emitters adalah peralatan yang berkaitan dengan junction yang merupakan
model dari aliran yang melalui nozzle atau orifice yang dilepaskan ke udara bebas.
Laju aliran melalui emitter bervariasi sebagai fungsi dari pressure yang tersedia
pada node :

.............................................................................................. (2.15)

Dengan :
q = Laju aliran
p = Pressure
C = Discharge
γ = Eksponensial tekanan.
Untuk head nozzle dan sprinkler γ sebanding dengan 0,5 dan hasilnya biasanya
disediakan nilai dari koefisien discharge dalam unit gpm/psi 0.5 (berdasarkan
aliran yang melalui peralatan pada 1 psi).
Emitter dapat digunakan untuk memodelkan aliran melalui sistem
sprinkler dan jaringan irigasi. Dapat juga untuk mensimulasikan kebocoran pada
pipa yang tersambung pada jaringan (jika koefisien discharge dan eksponen
pressure untuk retak kebocoran atau joint dapat diperkirakan) atau menghitung
pemadam kebakaran pada junction (aliran tersedia pada tekanan residual
minimum). Dalam kasus berikutnya gunakan nilai yang sangat tinggi dari
koefisien discharge (misal 100 kali lipat dari harga maksimum yang diperkirakan)
dan modifikasi elevasi junction termasuk head equivalen dari tekanan target.
EPANET menjaga emitter sebagai bagian dari junction dan tidak merupakan
bagian dari komponen jaringan.
E. Pipa
Pipa adalah penghubung yang membawa air dari satu poin ke poin lainnya
dalam jaringan. EPANET mengasumsikan bahwa semua pipa adalah penuh berisi
air setiap waktunya. Arah aliran adalah dari titik dengan tekanan hidrolik tertinggi
(Energi Internal per berat air) menuju titik dengan tekanan rendah. Input untuk
pipa adalah :
1. Data node awal dan akhir

29
2. Diameter
3. Panjang
4. Koefisien kekasaran (untuk menjelaskan hilang tekan)
5. Status (terbuka, tertutup, atau ada check valve)
Status parameter pipa yang lengkap mengandung shutoff (gate) valve, dan
check (non-return) valve (hanya mengalirkan air dalam satu arah) Input Kualitas
air untuk pipa mengandung :
1. Koefisien Bulk Reaction
2. Koefisien Wall Reaction
Perhitungan output untuk pipa termasuk antara lain :
1. Laju aliran
2. Kecepatan
3. Headloss
4. Faktor friksi Darcy-Weisbach
5. Rata-rata Laju reaksi (sepanjang pipa)
6. Rata-rata Kualitas air (sepanjang pipa)
Kehilangan tekanan hidrolis pipa karena pengaliran pipa karena factor gesekan
pipa dapat dihitung menggunakan tiga formula berbeda, yaitu :
1. Formula Hazen-Williams
2. Formula Darcy-Weisbach
3. Formula Chezy-Manning
Formula Hazen-Williams adalah formula yang umum digunakan di
Amerika Serikat. Formula tersebut tidak dapat digunakan untuk cairan selain air
dan hanya untuk aliran turbulen. Formula Darcy-Weisbach banyak digunakan
secara teoretis. Dapat diaplikasikan untuk semua kondisi cairan. Formula Chezy-
Manning banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka.
Setiap formula menggunakan persamaan untuk menghitung kehilangan tekan
diantara permulaan dan akhir pada sebuah pipa , yaitu :

........................................................................................... (2.16)
Dengan :
hL = Headloss (dlm satuan panjang)
q = Laju aliran (Volume/waktu)

30
A = Koefisien resistan
B = Faktor eksponen aliran.
Tabel 2.5 merupakan daftar untuk koefisien resisten dan harga untuk
faktor eksponen aliran untuk setiap formula. Setiap Formula menggunakan
koefisien pipa yang berbeda yang harus dijelaskan secara empiris. Tabel 2.6
merupakan daftar range untuk koefisien bagi tipe pipa baru yang berlainan. Perlu
diperhatikan bahwa koefisien kekasaran pipa dapat berubah mengikuti usia pipa.
Dengan formula Darcy-Weisbach, EPANET menggunakan metoda yang
berbeda untuk menghitung faktor friksi f bergantung pada tingkatan aliran :
1. Formula Hagen-Poisuille untuk aliran laminar (Re < 2.000)
2. Pendekatan Swamee dan Jain untuk persamaan Colebrook – White bagi
aliran turbulen penuh (Re>4.000)
3. Interpolasi dari Diagram Moody, digunakan untuk aliran transisi ( 2.000 <
Re < 4.000)

Tabel 2.7 Formula Pipa Headloss Untuk Aliran Penuh


Formula Koefesien Hambatan (A) Aliran Eksponen (B)
Hazen-Williams 1.852
Darcy-Weisbach ( ) 2
Chezy-Manning 2
Sumber : Rossman, 2000

Dengan :
C = Hazen-Williams koefisien kekasaran
Ɛ = Darcy-Weisbach koefisien kekasaran (ft)
f = Faktor gesekan (tergantung pada Ɛ, d dan q)
n = Koefisien kekasaran manning
d = Diameter pipa (ft)
L = Panjang pipa (ft)
q = Laju aliran (cfs)

31
Tabel 2.8 Koefisien KekasaranUntuk Pipa Baru
Material Hazen-Williams C Darcy-Weisbach Ɛ Manning’s n
(feet x 103)
Besi Cor 130-140 0.85 0.012-0.015
Beton atau Beton Dilapisi 120-140 1.0-10 0.012-0.017
Besi Berlapis Seng 120 0.5 0.015-0.017
Plastik 140-150 0.005 0.011-0.015
Baja 140-150 0.15 0.015-0.017
Vitrifikasi tanah liat 110 0.013-0.015
Sumber: Rossman, 2000

Pipa dapat di atur terbuka atau tertutup pada suatu waktu atau dalam kondisi yang
spesifik, misalnya ketika level jatuh dibawah atau diatas poin yang ditetapkan,
atau ketika tekanan nodal jatuh dibawah atau diatas nilai yang seharusnya.

F. Minor Losses
Head minor loses (juga dikenal dengan local losses) adalah disebabkan turbulensi
yang muncul pada bend dan fitting. Hal yang penting adalah loses juga bergantung
pada jenis layout dari jaringan dan derajat keakuratan dibutuhkan. Bisa dihitung
dengan menetapkan koefisien minor loses dari pipa. Minor Headlos menjadi
produk dari koefisien dan kecepatan head dari pipa.

( ) .......................................................................................... (2.17)

Dengan :
K = Koefisien minor loss,
v = Kecepatan aliran (panjang/waktu),
g = Percepatan grafitasi (panjang/waktu).

Tabel 2.9 Koefisien Kerugian Kecil Untuk Peralatan Yang Dipilih


FITTING LOSS COEFFICIENT
Globe valve, fully open 10.0
Angel valve, fully open 5.0

32
Swin check valve, fully open 2.5
Gate valve, fully open 0.2
Short-radius elbow 0.9
Medium-radius elbow 0.8
Long-radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Closed return bend 2.2
Standart tee-flow through run 0.6
Standart tee-flow through branch 1.8
Square entrance 0.5
Exit 1.0
Sumber : Rossman, 2000

G. Pompa
Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk menaikkan head
hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir, dan kurva pompa
(kombinasi dari head dan aliran dimana pompa harus memproduksinya). Sebagai
pengganti kurva pompa, pompa dapat direpresentasikan sebagai pompa yang
memiliki energi konstan, mensuplai konstan energi (horsepower atau kilowatt)
kepada fluida untuk seluruh kombinasi dari aliran dan head.
Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian head. Aliran
melalui pompa adalah langsung dan EPANET tidak akan membolehkan pompa
untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.
Pompa dengan kecepatan variabel dapat juga mengikuti pengaturan
kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi yang sama. Didefinisikan kurva pompa
asli pengaturan kecepatan relatif adalah 1. Jika kecepatan pompa ganda,
pengaturannya haruslah 2; jika berjalan dengan kecepatan setengahnya,
pengaturan relatif adalah 0,5 dan begitulah seterusnya. Mengubah kecepatan
pompa dan posisi serta bentuk dari pompa kurva (lihat bagian dari Pump Curve
dibawah).
Seperti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati dalam pengaturan
waktu atau dalam kondisi yang pasti muncul dalam jaringan. Operasional pompa
dapat juga dijelaskan dengan menetapkannya dalam pola waktu atau relatif
terhadap pengaturan kecepatan. EPANET dapat juga menghitung konsumsi energi

33
dan biaya pompa. Setiap pompa dapat ditetapkan dengan kurva efisiensi dan
skedul harga energi. Jika tidak disuplai, maka pengaturan energi global dapat
digunakan.
Aliran melalui pompa adalah tidak langsung. Jika pengkondisian sistem
membutuhkan lebih banyak head daripada yang dihasilkan pompa, EPANET
mematikan pompa. Jika kebutuhannya melebihi meksimum aliran, EPANET
mengekstarpolasi kurva pompa kepada aliran yang dibutuhkan, jika tidak akan
menghasilkan head negatif. Dalam kedua kasus pesan peringatan akan muncul.

H. Valves (Katup)
Valve adalah link yang membatasi tekanan atau flow pada titik yang
spesifik pada jaringan. Parameternya termasuk :
1. Node awal dan akhir
2. Diameter
3. Pengaturan
4. Status
Output yang dihitung bagi valve adalah Laju Aliran dan Headloss
Perbedaan tipe valve dalam EPANET adalah :
1. Pressure Reducing Valve (PRV)
PRV membatasi tekananpada titik pada jaringan pipa. EPANET
menghitung tiga perbedaan status dari PRV, yaitu :
a. Terbuka Sebagian (aktif) untuk mencapai tekanan itu pengaturan pada
sisi hilir ketika sisi hulu diatas pengaturan.
b. Terbuka Penuh jika tekanan di hulu dibawah pengaturan.
c. Tertutup jika tekanan di sisi hilir melebihi dari sisi hulu ( aliran
kebalikan tidak dibolehkan)
2. Pressure Sustaining Valve (PSV)
PSV menjaga pengaturan tekanan pada titik yang spesifik pada jaringan
pipa. EPANET menghitung tiga kondisi yang ditetpkan untuk PSV, yaitu:
a. Sebagian terbuka (aktif) untuk menjaga pengaturan pressure pada
bagian sisi hulu ketika tekanan di bagian hilir dibawah nilainya.
b. Terbuka penuh jika tekanan di hilir diatas pengaturan

34
c. Tertutup jika tekanan pada hilir melebihi pada hulu (misal aliran
kebalikannya tidak dibolehkan)
3. Pressure Breaker Valve (PBV)
PBV memaksa tekanan yang spesifik yang hilang supaya muncul melalui
valve. Aliran melalui valve dapat dari arah sebaliknya. PBV tidak berupa
alat yang nyata, tapi dapat menggunakan situasi model dimana penurunan
tekanan yang terpisah diketahui dan nyata.
4. Flow Control Valve (FCV)
FCV membatasi aliran dalam harga yagn spesifik. Program membuat
pesan peringatan jika aliran tidak dapat dijaga tanpa menambah tekanan
pada valve (aliran tidak dapat menjaga jika valve dibuka penuh)
5. Trottle Control Valve (TCV)
TCV mensimulasikan tertutup sebagian dengan mengatur koefisien
kehilangan minor dari valve. Hubungan antara derajat ketika valave
tertutup dan akibat koefien head loss biasanya tersedia dair pabrik valve.
6. General Purpose Valve (GPV)
GPV digunakan untuk merepresentasikan link dimana pengguna
mensuplai aliran khusus – hubungan head loss selain dari formula standard
hidrolis. Dapat digunakan untuk memodelkan turbin., sumur bor, atau
pengurangan /valve pencegah aliran balik.
Setiap tipe valve memiliki perbedaan dari pengaturan parameternya yang
menjelaskan titik operasi (tekanan utuk PRV,PSV, dan PBV; aliran untuk FCV;
koefisien loss untuk TCV, dan kurva headloss untuk GPV)
Valve dapat dikontrol operasionalnya,pengaturan status selama simulasi diatur
dalam statemen.
Ada beberapa aturan dalam menambahkan jenis valve dalam jaringan pipa :
1. PRV dan PSV atau FCV tidak dapat secara langsung dihubungkan ke
reservoir atau tangki (gunakan pipa untuk membaginya menjadi dua)
2. PRV tidak dapat dibagi ke node yang sama di hilirnya atau dalam
rangkaian seri.
3. PRV tidak dapat digabungkan ke node yang sama di hulunya atau dalam
rangkaian seri.

35
4. PSV tidak dapat dihubungkan ke sebuah node PRV di hilirnya.

2.8 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah
“Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Di Kabupaten Maros dengan
Menggunakan Software Epanet 2.0” (Andry Sudirman, 2012). Air bersih
merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika
sektor air bersih mendapatprioritas dalam penanganan dan pemenuhannya.
PDAM sebagai perusahaan daerah pengelola air bersih seharusnya mampu
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sistem pengolahan dan sistem
jaringan perpipaan yang ada, PDAM diharapkan mampu untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di Kabupaten Maros. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah perlu penambahan produksi air untuk
memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan PDAM Maros saat ini, melakukan
simulasi jaringan pipa distribusi air bersih di Kabupaten Maros dengan
menggunakan software EPANET 2.0, dan membandingkan hasil simulasi
jaringan pipa distribusi air bersih dengan menggunakan software EPANET 2.0
dengan hasil perencanaan sistem jaringan pipa distribusi kondisi eksisting saat ini.
Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan rata-rata harian sebesar 116,926
liter/detik masih dibawah produksi air IPA Bantimurung dan Patontongan
sebesar 130 liter/detik. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai tekanan
untuk jam puncak pemakaian air yaitu pada pukul 06.00 WITA sebesar 68,3
m untuk tekanan tertinggi sedangkan tekanan terendah sebesar 1,08 m. Selain
itu dilakukan pula perbandingan nilai tekanan hasil simulasi dengan hasil
pengukuran lapangan di Perumahan Tumalia. Dari perbandingan tersebut
diperoleh nilai tekanan hasil simulasi sebesar 6,06 msedangkan nilai tekanan
pengukuran lapangan yang dilakukan oleh tim NRW PDAM Ma ros di perumahan
ini sebesar 6,11 m. Adanya perbedaan nilai tekanan disebabkan oleh faktor
umur pipa, kebocoran air, dan data penelitian yang terbatas (Andry Sudirman,
2012).
Penelitian kedua adalah penelitian yang berjudul “Perencanaan Sistem
Penyediaan Air Bersih PDAM Kota Salatiga” (Arif Kurniawan, dkk, 2014).

36
Pelayanan penyediaan air minum PDAM kota Salatiga masih dihadapkan pada
berbagai masalah teknis, keuangan dan kelembagaan. Untuk mengatasi berbagai
masalah tersebut dibutuhkan suatu strategi bagaimana memperbaiki
permasalahan yang ada berdasarkan aspek teknis, finansial dan kelembagaan.
Dengan penyusunan strategi tersebut diharapkan, peningkatan pelayanan air
minum kepada masyarakat, agar mendapat akses dan penurunan tingkat
kehilangan air hingga mencapai 25% dapat tercapai target 85%. Hasil evaluasi
aspek teknis menunjukan bahwa ketersediaan sumber air baku wilayah kota
salatiga belum memenuhi untuk kebutuhan air minimum penduduk hingga
10 tahun kedepan, cakupan pelayanan yang masih rendah, tingkat kebocoran
masih tinggi dan kondisi eksisting jaringan pipa transmisi dan distribusi masih
perlu dibenahi. Sedangkan hasil kinerja PDAM kota Salatiga yang lebih baik
diperlukan beberapa strategi terkait bidang keuangan, manajemen dan teknik.
Kemudian penelitian ketiga dilakukan oleh Kharnia Hardina D, dkk,
(2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Kehilangan Air Pada Pipa
Jaringan Distribusi Air Bersih Pdam Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo”, air
merupakan salah satu elemen alam yang sedikit banyak mempengaruhi
setiap peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk lainnya di
alam ini. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga
menjadi hal yang utama jika sektor air bersih mendapat prioritas dalam
penanganan dan pemenuhannya. PDAM sebagai perusahaan daerah pengelola air
bersihseharusnya mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sistem
distribusi pipa yang ada, PDAM diharapkan mampu untuk mendistribusikan
dan memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat dengan baik dan merata.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui jumlah
kebutuhan air bersih pelanggan PDAM Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan mengetahui tingkat kehilangan air
serta penurunan tekanan yang terjadi dipipa distribusi. Sehingga PDAM
Kecamatan Baki, KabupatenSukoharjo dapat melayani agar aliran air bersih
mampu terdistribusi secara merata, guna memenuhi kebutuhan air bersih
masyarakat di wilayah tersebut. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif evaluatif.
Penelitian untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih pelanggan PDAM,

37
tingkat kehilangan air serta penurunan tekanan dilakukan untuk lingkup
Kecamatan Baki dengan menganalisis dengan menggunakan program Epanet 2.0.
Dari hasil analisis diperoleh kebutuhan pelangganair bersih PDAM Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 adalah
95,80 lt/det, 96,70 lt/det, 97,87 lt/det, dengan kebutuhan total pelanggan terbanyak
pada tahun 2012 adalah 97,87 lt/det. Persentase angka kenaikan rata-rata
kehilangan air yang terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 sebesar
28,81%. Hasil analisis simulasi pressure dengan program Epanet 2.0 diperoleh
untuk jam puncak pemakaian air pada jam 04:00 AM, pressure tertinggi yaitu
268,69 m sedangkan pressure terendah yaitu 238,94m. Adapun untuk jam
terendah pemakaian air pada jam 02:00 AM, pressuretertinggi yaitu 140,60 m
sedangkan pressure terendah yaitu 71,46 m.

38
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Kalipait adalah sebuah nama desa di wilayah Kecamatan Tegaldlimo,
Kabupaten Banyuwangi. Desa ini terletak di wilayah paling Selatan kecamatan
Tegaldlimo dengan titik koordinat Lintang: -8.559506 dan Bujur: 114.340382.

Gambar 3.1 Peta Fasilitas Desa Kalipait (Dinas Pemerintahan Desa Kalipait,
2016)

39
Gambar 3.2 Peta Desa Kalipait (Google Map, 2017)

Keterangan:
Sumber air 1
Sumber air 2
Balai Desa

3.2 Pengumpulan Data


Data-data sekunder yang diperlukan untuk menyelesaikan studi sesuai
dengan batasan dan perumusan masalah tersebut antara lain :
1. Peta Jaringan Air Bersih : Dinas PDAM
2. Peta Topografi : Dinas BAPPEDA
3. Peta Administratif Desa
4. Data Jumlah Penduduk
5. Data Fasilitas Umum Desa Kalipait

3.3 Metode Simulasi Epanet 2.0


Simulasi dilakukan menggunakan software Epanet 2.0 untuk
memodelkan keadaan jaringan distribusi pipa di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo. EPANET di design sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan
pemahaman tentang pergerakan dan nasib kandungan air minum dalam jaringan
distribusi. Juga dapat digunakan untuk berbagai analisa berbagai aplikasi jaringan
distribusi.

40
Dijalankan dalam lingkungan windows, EPANET dapat terintegrasi untuk
melakukan editing dalam pemasukan data, running simulasi dan melihat hasil
running dalam berbagai bentuk (format), sudah pula termasuk kode-kode yang
berwarna pada peta, tabel data-data, grafik, serta citra kontur.

3.4 Perhitungan Dengan Program Epanet 2.0


Epanet 2.0 adalah program komputer berbasis Windows yang
merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dengan profil hidrolis
dan perlakuan kualitas air besih dalam suatu jaringan pipa distribusi maupun
transmisi, yang didalamnya terdiri dari titik / node / junction pipa, pompa,
valve (accessories) dan reservoir baik ground reservoir maupun elevated
reservoir.

3.5 Langkah-Langkah Pengoperasian EPANET 2.0


3.5.1 Pengaturan Proyek
1. Install software Epanet 2.0
2. Jalankan software Epanet 2.0 kemudian pilih File>>New (dari menu bar)
untuk menciptakan proyek baru.

Gambar 3.3 Menu Awal Pada Epanet 2.0 (Rossman, 2000)

3. Kemudian pilih View>>Option untuk menyampaikan dialog Map Option.


Pilih halaman Notation pada form tersebut, dan check pilihan yang terlihat

41
dalam Gambar 3.4 Dibawah. Kemudian pindah ke halaman Symbol dan pilih
semua kontak. Klik tombol OK untuk menerima piliha dan tutup dialog.

Gambar 3.4 Dialog Map Option (Rossman, 2000)

4. Sebelum menggambar jaringan harus yakin bahwa pengaturan skala bisa


diterima. Pilih View>>Dimension untuk menampilkan dialog Map
Dimension. Dimensi standard digunakan untuk proyek baru. Atur sesuai
dengan dimensi yang akan digunakanseperti feet, meter dan derajat kemudian
tekan tombol OK.

Gambar 3.5 Dialog Map Dimension (Rossman, 2000)

42
5. Pilih Project>>Summary untuk membuat judul pekerjaan kemudian klik OK
stelah selesai membuat judul.

Gambar 3.6 Pembuatan Tittle Pekerjaan (Rossman, 2000)

6. Kemudian pilih Project>>Default untuk membuka form dialog yang terlihat


pada Gambar 3.7. Kita akan menggunakan dialog itu agar EPANET 2.0
secara otomatis memberi label pada objek barunya secara berurutan dimuali
dari 1 sebanyak yang ditambahkan pada jaringan. Pada halaman dialog ID
Label, hapus semua awalan ID dan atur pertambahan ID dengan 1. Kemudian
pilih halaman Hidraulics dan atur pilihan dari Flow Unit menjadi GPM
(gallon per minute). Sebagai implikasi pilihan unit US tersebut, dakan
digunakan untuk seluruh kuantitas (panjang dalam feet, diameter pipa dalam
inches, tekanan dalam psi, dll) Juga pilih Hazen-Wiliam (H-W) sebagai
formula headloss. Jika anda intin menyimpan pilihan tadi untuk proyek
selanjutnya, anda harus menandai kotak save pada dasar form sebelum
menerima itu semua dengan mengklik tombol OK.

43
Gambar 3.7 Dialog Form Project Pekerjaan (Rossman, 2000)

3.5.2 Alat (Tool) Untuk Menggambar Jaringan


Menggambar jaringan dengan menggunakan mouse dan tombol yang
terkandung pada Map toolbar yang diperlihatakan di bawah. (Jika toolbar tidak
muncul pilihlah View>>toolbar>>Map).

Gambar 3.8 Ikon Pada Menu Toolbar (Rossman, 2000)

1. Ikon reservoir

Mula-mula hal yang akan dilakukan dengan menambah reservoir. Klik


tombol Reservoir . Kemudian klik mouse pada peta dimana akan
diletakkan reservoir (dimanapun pada peta).

44
2. Ikon junction

Selanjutnya kita akan menambah junction node. Klik tombol Junction dan
kemudian klik pada peta pada lokasi dari node 2 hingga 7.
3. Ikon tangki

Akhirnya tambahkan tangki dengan mengklik tombol tangki dan klik peta
dimanapun akan diletakkan tangki. Pada saat ini pada peta harus nampak
sesuatu seperti pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Peta Jaringan Setelah Ditambah Node (Rossman, 2000)

4. Ikon pipa

Selanjutnya kita akan menambah pipa. Cobalah mulai dengan pipa 1 yang
menghubungkan node 2 dan node3. Mula-mula klik tombol pipa pada
toolbar. Kemudian klik mouse pada node 2 pada peta dan pada node 3.
Ulangi prosedure tersebut untuk pipa 2 hingga 7. Pipa 8 merupakan kurva.
Untuk menggambarnya, mula-mula klik mouse pada node 5. Kemudian
gerakkan mouse menuju node 6 klik pada titik dimana akan ada perubahan

45
arah yang dibutuhkan untuk menjaga bentuk yang diharapkan. Akhiri
proses tersebut dengan mengklik node 6.
5. Ikon pompa

Selanjutnya akan menambahkan pompa. Klik tombol pompa, klik pada


node 1 dan kemudian node 2.
6. Ikon Teks dan select object

Selanjutnya kita alan memberi label pada reservoir, pompa dan tangki.
Pilih tombol teks pada Map Toolbar dan klik dimanapun dekat dengan
reservoir (node 1). Sebuah kotak edit akan muncul. Tulis kata-kata
SOURCE dan tekan Enter. Klik juga pada pompa dan isilah labelnya, dan
lakukan hal yang sama untuk tangki. Kemudian klik tombol pilihan (select
object) pada Toolbar untuk mengambil peta ke dalam mode Object
Selection diluar mode Test Insertion.

Pada langkah ini telah melengkapi contoh menggambar jaringan. Jaringan


pipa yang terbentuk seharusnya seperti terlihat pada Gambar 2.1. Jika node
berada di luar posisi, dapat dipindahkan dengan mengklik node tersebut, dan geser
dengan menahan tombol kiri mouse menuju posisi yang baru. Pipa yang
terhubung dengan node tersebut akan mengikuti nodenya. Label dapat diposisikan
juga. Untuk mengatur kembali kurva pipa 8 :
1. Mula-mula klik pada Pipa 8 untuk memilihnya dan kemudian klik tombol
select vertex pada Map Toolbar untuk menyimpan peta ke dalam mode
Vertex Selection.
2. Pilih point vertex pada pipa dengan mengkliknya dan geser ke posisi yang
baru dengan tombol kanan mouse tertahan.
3. Jika diperlukan, vertice dapat ditambahkan atau dihapus dari pipa dengan
mengklik kanan mouse dan pilih pilihan appropriate dari popup menu
yang muncul.

46
4. Ketika selesai, klik tombol select object untuk kembali ke mode Object
Selection.

3.6 Bagan Alir (Flowchart) Penelitian

47
Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Data Ketinggian Elevasi di 1. Peta Jaringan Air Bersih
Desa Kalipait eksisting
2. Dokumentasi Pengukuran 2. Peta Topografi
Ketinggian 3. Peta Administratif Desa
4. Data Jumlah Penduduk dan
fasilitas umum Desa Kalipait
5. Data Fasilitas Sosial
6. Data Kondisi Wilayah
7. Data Perencanaan Air Bersih

Proyeksi jumlah penduduk

Analisa kebutuhan air bersih

Analisa distribusi jaringan pipa


dengan metode hardy cross

Simulasi EPANET 2.0

Hasil simulasi dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

48
Gambar 3.10. Bagan Alir Penelitian ( Hasil pengolahan,2017 )

3.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Selama jangka waktu pelaksanan Tugas Akhir dilakukan kegiatan
pembuatan proposal dan asistensi pada bulan ke-1, setelah pembuatan proposal
selesai kemudian dilanjutkan dengan seminar proposal pada akhir bulan ke-1.
Untuk kegiatan survey lokasi dan pengumpulan data dilakukan pada bulan ke-2,
selanjutnya dalam proses pengolahan data dan simulasi menggunakan program
EPANET 2.0 dan hasil serta pembahasan dilaksanakan pada bulan ke-2 minggu
ke 3 sampai bulan ke-3 minggu ke-3.untuk selanjutnya dilakukan pembuatan
laporan dan bimbingan Tugas Akhir pada bulan ke 3 minggu ke 3 sampai bulan ke
4 minggu ke 2, kemudian dilaksankan seminar dan sidang Tugas Akhir pada
bulan ke 4.

49
Adapun rincian jadwal pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir


Bulan
No Keterangan Februari Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Januari
2 3 4 1 2-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 3-4 1 2
1 Studi Pustaka
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Survey Lokasi Dan Pengumpulan Data
5 Proyeksi Jumlah Penduduk
48

6 Analisa Kebutuhan Air Bersih


Analisa Distribusi Jaringan Pipa Dengan
7
Metode Hardy Cross
8 Simulasi Epanet 2.0
9 Hasil Simulasi Dan Pembahasan
10 Pembuatan Laporan Akhir Ta
11 Seminar Hasil Ta
12 Sidang Ta
Sumber : Pengolahan Data, 2017
Keterangan :
Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir

50
51

Anda mungkin juga menyukai