Anda di halaman 1dari 12

MODERNISASI ISLAM INDONESIA : KH.

AHMAD DAHLAN
DAN MUHAMMADIYAH

Oleh : Nurhikmah (2200120014)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Modern
Dosen Pengampu :
Dr.Djojo Sukarjo, M.Si
Dr. Samsudin, M.Ag
Program Pasca Sarjana
Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

A. Pendahuluan

Modernitas merupakan sebuah tema umum yang merujuk pada proses‐


proses kultural dan politik yang ditandai dengan adanya integrasi ide‐ide atau
sistem baru kepada masyarakat sebagai cara untuk memahami dan menjalani
kehidupan kontemporer yang tengah berubah. Fenomena responsif umat Islam
terhadap modernitas tersebut, menurut 'Abd Allah Ahmadal‐Na'im,
sesungguhnya adalah sebuah kewajaran. Tentu tidak mengherankan apabila
umat Islam berupaya menegaskan identitas kulturalnya dan menggali kekuatan
dari kepercayaan dan tradisi yang dimilikinya untuk memberi jawaban solutif
atas persoalan sosial, ekonomi dan politik yang ada. Sehingga gerakan
semacam itu kemudian dapat dibaca sebagai upaya niscaya guna menegaskan
kemampuan Islam dalam melakukan reinterpretasi, mengakomodasi, bahkan
mendesakkan perubahan berhadapan dengan sejarah. Suatu interpretasi
strategis memang dibutuhkan untuk menyiapkan dasar pijakan yang
melegitimasi klaim bahwa Islam mampu beradaptasi dan berdialog sesuai
perkembangan zaman

1
Sekitar awal abad ke‐20, ide‐ide modernitas terlihat telah turut mewarnai
arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Melihat latar belakang
kehidupan Sebagian tokoh‐tokohnya, sangat mungkin diasumsikan bahwa
perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh ide‐
ide yang berasal dari luar Indonesia. Seperti misalnya Ahmad Dahlan
(Muhammadiya).

Muhammadiyahmerupakan organisasi yang lahir sebagai alternatif


berbagai persoalan yang dilanda umat Islam di Indonesia sekitar akhir abad 19
dan awal
abad 20. Muhammadiyah sebagai konskuensi logis munculnya pertanyaan
sederhana seorang muslim kepada diri dan masyarakatnya tentang bagaimana
mengamalakan dan memahami kebenaran Islam yang telah di imani, sehingga
pesan global Islam yaitu rahmatan lil ‘alamin atau kesejahteraan bagi seluruh
kehidupan dapat terwujud dalam kehidupan obyektif umat manusia.
erdasarkan hal ini maka kelahiran Muhammadiyah merupakan bagian dari
daya kreatif umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, sejarah perkembangan
Muhammadiyah adalah mekanisme dan dinamisme hubungan daya kreatif
para intlek umat muslim dan berbagai persoalan hidup dengan norma ajaran
Islam.1

Berdasarkan hal tersebut, maka dapatlah dipastikan bahwa dibalik


kelahiran
Muhammadiyah dan perkembangan terdapat karangka berfikir yang rasional
dan metodologis dalam menciptakan modernisasi umat Islam di Indonesia.
Satu kerangka berfikir yang merupakan pola sikap dan Tindakan para
pendukung organisasi tersebut. Selanjutnya, perkembangan Muhammadiyah
sebagai organisasi gerakan Islam, da’wah serta tajdidi mengandaikan
persambungan historis antara dimensi normatif (wahyu) dengan dunia

1
Abdul Munir, 1990, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan Dan Muhammadiyah Dalam Perspektif
Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 04

2
obyektif berupa daya kreatif manusia. Hubungsn tersebut telah mendorong
dinamika sejarah yang selalu berkembang dan berubah.2

Pemahaman KH. Ahmad Dahlan terhadap wahyu khususnya Surah Ali


Imron ayat 104 dan realitas sejarah telah mendorong KH Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah. Ayat tersebut mengandung makna agar setiap
muslim berusaha menyatukan diri dalam gerakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar untuk membebaskan manusia dari kebodohan, ketertinggalan dan
kesengsaraan,(nahi munkar).Gerakan da’wah sebagaimana yang dilakukan
Muhammadiyah adalah merupakan upaya kreatifitas pola perilaku dalam
memenuhi panggilan wahyu untuk mengatasi berbagai persoalan hidup umat
manusia. Secara sosiologis, perjalanan Muhammadiyah tidak terlepas dari
berbagai perubahan tempat ia berkembang. Hancurnya kota Baghdad pada
abad ke-13 yang menandai berdampak pada surutnya umat Islam dalam
kepemimpinan dunia,disisi lain justru menciptakan kegiatan pemikiran Islam.
Dunia Islam mulai memasuki dunia era baru dengan tampilnya semangat
ijtihad dan lahirnya pemikir-pemikir Islam yang sebelumnya mengalami,
tertutup dan kebekuan serta tertindas3

Lahirnya Muhammadiyah sebagaimana telah dikemukakan diatas


berkaitan dengan gerakan pembaharuan tersebut. Dalam kondisi kehidupan
umat Islam maka tahun 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
di Kauman Yogyakarta. Perkembangan Muhammadiyah kemudian
menempatkan organisasi tersebut sebagai salah satu organisasi Islam yang
dianggap besar bahkan sangat modern.4

Kecenderungan inimenunjukkan bahwa masa depan Muhammadiyah dan


dengan demikian juga umat Islam pada masa yang akan datang akan
ditentukan oleh kemampuan menjawab persoalan dan tantangan.

2
Abdul Munir, 1990, Hlm. 06
3
Ma’arif, Ahmad Syafi’i, 1985, Islam dan Kenegaraan, Jakarta: LP3ES
4
Pengertian Perkembangan dan Sejarah Muhammadayiah, akses:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

3
Tersebut.Adakah Muhammadiyah memiliki kemampuan menyelesaikan
problem eksistensinya. Dalam memoderniasai Islam di Indonesia

B. Metode dan Teori

Dalam tahapan penelitian penulis menggunakan Teori Orang-orang Hebat


(Great Man Theories), teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa pemimpin
adalah orang-orang yang luar biasa, lahir dengan kualitas kepemimpinan dan
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.Teori ini menganggap pemimpin itu
dilahirkan (given), bukan karena faktor pendidikan dan pelatihan. Konsep
kepemimpinan dalam teori orang besar adalah atribut tertentu yang melekat
pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari
pengikutnya. Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang orang
besar atau pahlawan dengan pengaruh individualnya berupa karisma,
intelegensi, kebijaksanaan, atau dalam bidang politik tentang pengaruh
kekuasaannya yang berdampak terhadap sejarah dan untuk metode
penelitiannya penulis menggunakan metodologi penelitian sejarah berupa
Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.

C. Pembahasan

1. Biografi Kh. Ahmad Dahlan

Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta tahun 1869 M/ 1295 H. memiliki


nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya seorang Ulama’ yang bernama KH.
Abu Bakar bin KH. Sulaiman, merupakan pejabat khatib di masjid besar
kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim. Bin KH. Hassan,
seorang pejabat penghulu kesultanan. Melihat garis keturunannya, maka
Ahmad Dahlan merupakan orang yang tergolong berada dan berkedudukan
baik dalam masyarakat.5
5
Ahmad, Jaenuri, 1981, Muhammad Gerakan Reformasi Islam di Jawa pada awal abad ke-20,
Surabaya: Bina Ilmu. Hlm, 24.

4
Ahmad Dahlan mempunyai saudara sebanyak 7 orang, yaitu Nyai Nur,
Nyai Ketib Harun,Nyai Mukhsin, Nyai Haji Saleh, Ahmad Dahlan, Nyai
Abdurrahim, Nyai Muhammad Pakin dan Basir Tamar. KH.
Ahmad Dahlan pernah kawin dengan Nyai Abdullah, janda dari H. Abdullah. 6
Pernah juga menikah dengan Nyai Ramu (bibi Prof. A. Kahar Muzakar) adik
ajengan penghulu Cianjur, dan konon juga pernah menikah dengan Nyai
Salekhah yang merupakan putri kanjeng penghulu M. Syari’i adiknya Kyai
Yasin Pakualam Yogya .Dan terakhir menikah dengan Ibu Walidah binti Kyai
penghulu Haji Fadhil (terkenal dengan Nyai Ahmad Dahlan) yang
mendampinginya hingga meninggal dunia. KH. Ahmad Dahlan meninggal
padatanggal 25 Februari 1923 atau bertepatan dengan 7 Rajab 1340 H di
Kauman Yogyakarta, dalam usia 55 tahun

Semasa kecilnya, KH Ahmad Dahlan tidak mengeyam pendidikan formal,


hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu itu memberi larangan
kepada anak anaknya memasuki sekolah Gubernemen. Oleh karena itu sebagai
gantinya KH Ahmad Dahlan diasuh dan dididik langsung mengaji oleh
ayahnya sendiri. Kemudian ia meneruskan pelajaran mengaji tafsir dan hadits
dan Fiqh kepada beberapa Ulama’ di Yogyakarta dan sekitarnya. Setelah itu ia
dimasukkan ke sekolah dasar yang mempelajarinya materi-materi seperti
tersebut diatas.

Setelah KH Ahmad Dahlan menginjak usia dewasa, atas bantuan kakaknya


yang bernama Nyai Haji Saleh, pada tahun 1890 ia pergi ke Makkah untuk
memperdalam pengetahuannya tentang Islam, seperti seni membaca al-
Qur’an, ilmu hukum, tafsir, tauhid, dan ilmu falaq (perbintangan). Kh Ahmad
Dahlan sempat berstudi di Makah lebih kurang satu tahun. Selama berstudi di
makkah, ia memfokuskan belajar tafsir al-Manar yang dikarang oleh
Muhammad Abduh, serta mendapat perhatian serius dan yang paling
digemarinya. Tafsir ini pula yang memberikan cahaya terang dalam hatinya
serta membuka akalnya untuk berpikir jauh kedepan tentang eksistensi Islam

6
Solichin ,Salam, 1995, Riwayat KH. Ahmad Dahlan Muhammadiah setengah Abad, Jakarta:
Rajawali Pers. Hlm 146.

5
di Indonesia, yang pada waktu itu masih sangat tertekan dari penjajahan
Belanda. Ketika belajar di Mekkah itulah ia juga berkesempatan untuk dapat
bertukar pikiran langsung dengan Rasyid Ridha, yang dikenal sebagai seorang
pembaharu Islam. Pengalamannya inilah yang mendorong ia tertarik untuk
mengadakan perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan keagamaan
kaum muslimin di tanah airnya Indonesia. Sepulangnya dari Makkah, yang
pertama ia telah mengganti Namanya menjadi Haji Ahmad Dahlan, yang
diambil dari seorang mufti yang terkenal dari Mazhab Syafi’I di Mekkah,
yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan7.

Setelah wafat ayahnya,KH Ahmad Dahlan menggantikan kedudukannya,


dan diangkatlah oleh Sri Sultan menjadi khatib masjid besar kauman
Yogyakarta, dengan digelari khatib Amin. Disamping jabatan resmi itu ia
juga berdagang batik. Sambil berdagang, ia menyebarka agama dan
mengajar. Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun 1903, ia kembali ke
Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembali dari naik haji inilah ia
mendapatkan sebutan kyai dari masyarakatnya, dan semenjak itu dimanamana
ia terkenal dengan nama Kyai Ahmad Dahlan.

2. Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah terbentuk di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal


8 Dzulhijjah 1330H/ 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kh Ahmad Dahlan. Beliau
adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam
keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam
yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.8

7
Adi, Nugroho, 2009, Biorgafi Singkat KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta: garasi. Hlm 24.

6
Latar belakang terbentuknya Muhammadiyah diantara nya :
1) Umat Islam tidak memegang tuntutan al-Qur’an dan Hadits Nabi,
sehingga menyebabkan perbuatan syirik, bid’ah, dan khurafat makin
merajalela serta mencemarkan kemurnian ajarannya.
2) Keadaan umat islam sangat menyedihkan, sebagai akibat penjajahan
3) Kegagalan institusi pendidikan Islam muntuk memenuhi tuntutan
zaman, sebagai akibat dari mengisolasi diri.
4) Persatuan kesatuan umat Islam menurun, sebagai akibat lemahnya
organisasiIslamyangada.
5) Munculnya tantangan dari kegiatan misi dan zending yang dianggap
mengancam masa depanumat Islam.

Sedangkan motivasi lain, yang menjadi pendorong Ahmad Dahlan


adalah ide-ide Muhammad Abduh, yang termuat dalam tulisannya seperti
pada majalah al-Manar.9 Majalah ini juga menjadi salah satu bacaan Ahmad
Dahlan.terutama setelah kembali dari makkah. Perkumpulan Muhammadiyah
berusaha mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya, yaitu al-Qur’an
dan Hadits, seperti yang diamanatkan oleh Rasulullah SAW. Itulah sebabnya
tujuan organisasi ini adalah meluaskan dan mempertinggi pendidikan agama
Islam secara modern, serta memperteguh keyakinan tentang agama Islam,
sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.10

Karena itu dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan,


Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar hampir
diseluruh persada nusantara. Ditiap-tiap cabang didirikan sekolah-sekolah
Muhammaiyah. Sekolah tersebut terdiri dari sekolah diniyah yang
khususnya mengajarkan pendidikan agama, dan sekolah-sekolah model
pemerintah yang memberikan pengajaran agama dan pengajaran umum.
Tetapi sekolah Diniyyah Muhammadiyah berbeda dengan model

9
Hadikusumo, Djarnawi, tt: 67, Dari Jamal ad-Din al- Afghani sampai KH. AhmadDahlan,
Yogyakarta: Persatuan. Hlm 220
10
Wirjosukarto, Amir Hamzah, 1968, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran
Islam,Yogyakarta: Pustaka SM. Hlm, 66.

7
pembelajaran dengan halaqah, model pesantren Muhammadiyah ini
mengambil sistem pendidikan barat, yaitu dengan sistem klasikal.11

Sementara itu usaha-usaha Muhammadiyah yang lain adalah seperti


memperluas pengajian-pengajian, menyebarkan bacaan-bacaan agama,
mendirikan masjid-masjid dan sebagainya. Muhammadiyah bukan hanya
bergerak pada bidang pengajaran, tapi juga lapangan-lapangan lain,
terutama menyangkut sosial umat Islam. Sehubungan dengan itulah
Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan mempunyai cirikhas sebagai
berikut:

a.) Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, muhammadiyah dalam


melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita
organisasinya berasaskan Islam. Menurut muhammadiyah, bahwa
dengan muhammadiyah bahwa dengan Islam bisa dijamin kebahagiaan
yang hakiki hidup di dunia dan akhirat, material dan spiritual.
b.) Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, untuk mewujudkan
keyakinan
cita-cita muhammadiyah yang berdasarkan islam, yaitu amar ma’ruf
nahi munkar. Dakwah dilakukan menurut cara yang dicontohkan oleh
nabi muhammad saw. Dakwah islam dilakukan dengan hikmah
kebijaksanaan, nasehat, ajakan, dan jika perlu dilakukan dengan
berdialog.
c.) Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, usaha-usaha yang dirintis dan
dilakukan menunjukkan bahwa muhammadiyah selalu berusaha
memperbaharui dan meningkatkan pemahaman islam secara rasional
sehingga Islam lebih mudah diterima dan dihayati oleh segenap lapisan
masyarakat

Demikianlah latarbelakang dan tujuan didirikan oleh muhammadiyah


oleh KH. Ahmad Dahlan yang jelas organisasi muhammadiyah sangat
besar

11
Ma’arif, Syafi’i Ma’arif, 1994, Peta Bumi Intlektual Muslim, Bandung: Mizan, Hlm. 66.

8
jasanya bagi dakwah Islamiyah serta bentuk modernisasi bagi Agama
Islam diIndonesia, terutama dengan predikat yang disandangnya sebagai
organisasi modernis indonesia. Peran ini akan terlihat
lebih jelas, ketika kita lihat kiprahnya dalam dunia pendidikan yang
sekarang tersebar dimana-mana. Dengan keuletan yang dilakukan oleh
KH.
Ahmad Dahlan, dengan gerakan yang tak pernah luput dari amal, dengan
kelenturan dan kebijakan dalam membawa misinya telah mampu
menempatkan posisi aman baik pada zaman penjajahan maupun pada masa
kemerdekaan. 12

3. Pemikiran KH Ahmad Dahlan

Tidak banyak literasi yang ditulis dan dokumen yang dapat


dijadikan bahan untuk mengkaji dalam merumuskan pemikiran KH.
Ahmad Dahlan.13 Naskah agak lengkap terdapat dalam penerbitan
Hoofbestuur taman pustaka pada tahun 1923 sesaat setelah Kyai wafat.
Majlis taman pustaka menyatakan bahwa naskah diatas sebagai buah
pikiran KH. Ahmad Dahlan. Sesuai dengan sumber dan bahan yang ada,
pokok-pokok pikiran dan
pandangan KH. Ahmad Dahlan sebagaimana uraian dibawah ini:

a.) Dalam bidang aqidah, KH. Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan
dan pemikiran ulama’ Salaf.
b.) Menurut pandangan KH. Ahmad Dahlan, beragama itu adalah
beramal,
artinya berkarya dan berbuat sesuatu, melakukan tindakan sesuai
dengan pedoman al-Qur’an dan as-Sunnah. Orang yang beragama
adalah orang yang menghadapkan hidupnya dan jiwanya hanya kepada
Allah SWT,yang dibuktikan dengan perbuatan dan tindakan, seperti

12
Hadikusumo, Djarnawi, tt: 67, Dari Jamal ad-Din al- Afghani sampai KH. AhmadDahlan, Hlm
225.
13
M Dahlan, M Kh Ahamad Dahlan sebagai Tokoh Pembesar,  Vol 14, No 2 2014) 
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/368

9
rela berkurban baik harta benda dan dirinya, serta bekerja dalam
hidupnya untuk Allah SWT.
c.) Dasar pokok hukum Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika dari
keduanya tidak ditemukan qaidah hukum yang eksplisit maka
ditentukan berdasarkan kepada penalaran dengan menggunakan
kemampuan berfikirlogis (akal pikiran) serta ijma’ dan qiyas.
d.) Terdapat lima jalan untuk memahami al-Qur’an yaitu: mengerti
artinya,
memahami maksudnya (tafsir), selalu bertanya kepada diri sendiri,
apakah larangan dan perintah agama yang telah diketahui telah
ditinggal dan perintah agamanya telah dikerjakan, tidak mencari ayat
lain sebelum isi ayatsebelumnya dikejakan,
e.) Kyai Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud
kongrit dari penerjemahan al-Qur’an, dan organisasi adalah wadah dari
tindakan nyata tersebut. Untuk memperoleh pemahaman demikian,
orang Islam harus selalu memperluas dan mempertajam kemampuan
akal pikiran dengan ilmu mantiq dan logika.
f.) Strategi menghadapi perubahan sosial akibat modernisasi adalah
merujukkembali al-Qur’an, menghilangkan sikap fatalisme, sikap
taqlid.Strategi tersebut dilaksanakan dengan menghidupkan jiwa dan
semangat ijtihad melalui peningkatan kemampuan berfikir logis
rasional dan mengkaji realitas sosial.

D. Kesimpulan

Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pad tahun 1869 M/ 1295 H. Dengan


nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya seorang Ulama’ bernama KH. Abu
Bakar bin KH. Sulaiman, pejabat khatib di masjid besar kesultanan
Yogyakarta.
Pendirian Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan mempunyai dimensi
keagamaan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Dengan kondisi umat Islam
saat ini yang sangat tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi,

10
pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan politik akan memberi semangat bagi
sekelompok golongan maupun organisasi untuk terus berjuang membangun
suatu kemasyarakatan yang utama yang memerlukan pengorbanan yang besar
dan baik segi materi maupun segi yang lain.

Terbentuk Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta, pada


tanggal 8 Dzulhijjah 1330H/ 18 Nopember 1912 sebagai jembatan untuk
persoalan yang sedang dihadapi oleh umat Islam pada waktu itu, mengalami
ketertinggalan dan kemerosotan, membentuk Muhammadiyah dan menjadi
titik focus pada pembangunan ilmu pengetahuan dan Pendidikan sebagai
sarana perwujudan moderenisasi dalam Islam. Beberara pemikiran
KH.Ahmad Dahlan 1). Dalam bidangaqidah,sejalan dengan pandangan dan
pemikiran ulama’ Salaf. 2). Beragama itu adalah beramal, artinya berkarya
dan berbuat sesuatu, melakukan Tindakan sesuai dengan pedoman al-Qur’an
dan as-Sunnah. 3). Dasar pokok hukum Islam adalah al-Qur’an dan as-
Sunnah. 4). Terdapat lima jalan untuk memahami alQur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir, 1990, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan DanMuhammadiyah


Dalam Perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Adi, Nugroho, 2009, Biorgafi Singkat KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta: garasi

Ahmad, Jaenuri, 1981, Muhammad Gerakan Reformasi Islam di Jawa pada awal
abad ke-20, Surabaya: Bina Ilmu

Hadikusumo, Djarnawi, 1997, Dari Jamal ad-Din al- Afghani sampai KH.
AhmadDahlan, Yogyakarta: Persatuan.

Ma’arif, Syafi’i Ma’arif, 1994, Peta Bumi Intlektual Muslim, Bandung: Mizan

Ma’arif, Ahmad Syafi’i, 1985, Islam dan Kenegaraan, Jakarta: LP3ES

11
Solichin ,Salam, 1995, Riwayat KH. Ahmad Dahlan Muhammadiah setengah
Abad, Jakarta: Rajawali Pers

Wirjosukarto, Amir Hamzah, 1968, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran


Islam,Yogyakarta: Pustaka SM

M Dahlan, M Kh Ahamad Dahlan sebagai Tokoh Pembesar,  Vol 14, No 2 2014) 


http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/368

Pengertian Perkembangan dan Sejarah Muhammadayiah, akses:


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y

12

Anda mungkin juga menyukai