Anda di halaman 1dari 2

Renungan Mingguan

Minggu, 9 September 2018

Bacaan hari ini banyak berpesan kepada kita agar dapat menjadi pribadi yang
membawa harapan seperti pada bacaan pertama ( Yes 35:4-7a ) dimana Yesaya berkata
bahwa “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli
akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu
akan bersorak-sorai.” Maksud dari warta nabi Yesaya ini adalah akan datangnya zaman baru,
yakni zaman tokoh sang Terurapi. Zaman itu merupakan kesempatan untuk membangun
kehidupan bersama secara megah dan meriah. Harapan seperti inilah yang mesti tetap
bergema dalam kehidupan jemaat. Dalam bacaan Injil (Mrk 7:31-37) nubuat itu terdengar
lagi dimana Yesus membuka telinga orang yang tuli dan lidahnya bisa berkata-kata. Dari sini
kita seharusnya terpanggil bahwasanya hidup kita ini bukan hanya membawa harapan kita
masing-masing tetapi kita diajak membangkitkan atau membantu harapan-harapan orang di
sekitar kita, karena di luar sana banyak orang jatuh karena kehilangan harapan, putus asa.
Seperti dalam kehidupan rumah tangga, bagaimana anda membangkitkan harapan anak-anak
anda agar semangat belajar, dan mampu menyelesaikan masalah.

Dalam bacaan kedua (Yak 2:1-5) lebih banyak mengingatkan kepada diri kita untuk
tidak membeda-bedakan seseorang dari penampilannya karena kedudukan setiap orang di
mata Tuhan adalah sama. “Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh
dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman, dan ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya
kepada siapa saja yang mengasihi Dia?”

Berbicara tentang harapan membuat kita teringat akan St. Vincentius A Paulo.
Dimana diatas makam/peti St. Vincentius A Paulo tertulis “Ia menjadikan segala-galanya
baik.” St. Vincentius A Paulo merupakan pendiri dari romo-romo CM dimana artinya
St.Vincentius A Paulo memberi harapan bagi orang-orang yang terpilih menggembalakan
umat-Nya untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, selain itu hidup St. Vincentius
juga memberikan harapan bagi banyak orang, dimana pada waktu itu Gereja telah menutup
mata terhadap masalah kemiskinan, terhadap penderitaan sesama. Namun , St. Vincentius
mampu membuka mata Gereja dan membuka mata orang lain lewat satu kisah yang
disampaikan St.Vicentius dimana ada seorang ibu yang meninggal karena pada waktu itu ada
wabah PES, tidak ada yang berani masuk ke rumahnya karena takut tertular. Namun satu hal
yang orang banyak tidak ketahui bahwa Ibu itu meninggal bukan karena penyakitnya
melainkan karena tidak ada kasih sayang, tidak ada yang mengunjungi, tidak ada yang
membangkitkan harapan ibu itu. Kisah ini membuka mata orang banyak yang tidak peduli
dan sifatnya acuh tak acuh. Semoga sebagai orang beriman kita dapat memberikan harapan
dan kasih pada orang di sekitar kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai