Anda di halaman 1dari 3

BAB III

DATA

A. ZAKAT DI INDONESIA

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk
oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan
fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin
mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama.

Kegiatan pengumpulan zakat di Indonesia oleh BAZNAS mengalami tren peningkatan dalam
beberapa tahun terakhir. Dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

Grafik Pertumbuhan Pengumpulan ZIS


12,000.00
10,227.94
10,000.00
8,117.60
8,000.00
6,224.37
6,000.00 5,017.29

4,000.00 3,300.00 3,650.00


2,639.00
2,212.00
1,500.00 1,729.00
2,000.00

0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

ZIS (Miliar Rupiah)

Sumber: Baznas, 2019


B. KEMISKINAN DI INDONESIA

Secara umum, pada periode 2010–Maret 2019, tingkat kemiskinan di Indonesia


mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, perkecualian pada September
2013, Maret 2015. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut
dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan
bakar minyak (BPS, 2019).

35,000

31,020
30,020
30,000 29,250 28,590
28,170 28,280 28,010 27,770
25,950
25,140
25,000

20,000

15,000 13,330
12,490 11,960 11,360 11,250 11,220 10,860 10,640
9,820 9,410
10,000

5,000

0
2010 2011 Persentase
2012 Penduduk
2013 Miskin
2014 Jumlah 2016
2015 Penduduk2017
Miskin (Juta)
2018 2019

Sumber: BPS, 2019


C. DAMPAK ZAKAT TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

Salah satu masalah pembangunan ekonomi negara adalah kemiskinan. Persoalan kemiskinan ini
sering kali terkait dengan pemenuhan beberapa aspek, seperti kecukupan pangan, pekerjaan,
pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Untuk mengetahui jumlah pasti kemiskinan di Indonesia,
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan rujukan yang akurat.

Dalam kajian terkini, standar perhitungan terbaru yang digunakan oleh BPS dalam menetapkan
kemiskinan di Indonesia adalah Rp 425.250 per bulan per kapita (BPS, 2019). Dengan indikator
tersebut diketahui jumlah kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2019 mencapai 25,14 juta
orang. Dari angka tersebut, sebanyak 13 persen penduduk miskin berada di daerah pedesaan, dan
sekitar 7 persen penduduk miskin berada di daerah perkotaan (BPS, 2019).

Sebagai salah satu instrumen fiskal Islam, ibadah zakat memiliki peran yang sangat penting dan
aplikatif. Kewajiban zakat merupakan kepedulian sosial bagi pihak yang telah ditetapkan
(muzakki) dengan mekanisme yang pasti (haul dan nisab) untuk ditunaikan kepada pihak yang
telah terkonformasi (mustahik), sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an Surah At-Taubah
ayat 60.

Dalam tataran praktis, pemerintah Indonesia telah mendirikan BAZNAS melalui Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2011, sebagai lembaga spesifik yang mengelola dana zakat, dan
mengelola dana-dana sosial Islam lainnya seperti infak dan sedekah secara umum.

Pada konteks kemiskinan, zakat merupakan salah satu tambahan pemasukan. Hal ini akan
mendorong kenaikan permintaan barang. Sedangkan pada sektor produksi, zakat menyebabkan
bertambahnya produktivitas sehingga perusahaanperusahaan yang telah ada akan semakin maju
(Al-Ba’iy, 2006).

Dari data yang telah penulis kutip sebelumnya, yakni data pertumbuhan pengumpulan ZIS oleh
Baznas dan data jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia oleh BPS yang
menunjukkan bahwa zakat dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.

Jumlah zakat yang kian mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan jumlah penduduk
miskin di Indonesia yang juga relatif kian menurun akan berdampak positif pada kehidupan
sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai