PENDAHULUAN
kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Banyak remaja yang
penggunaan napza, tawuran, adanya tindakan aborsi, seks bebas yang dapat
bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit
menular seksual lainnya yang sampai saat ini belum dapat untuk dipecahkan
sebagai tunas dan penerus bagi bangsa. Menurut WHO 2011 menunjukan satu
dari lima manusia yang hidup di dunia ini adalah remaja (Usia 10-19 tahun) dan
85% berada di negara berkembang. Oleh sebab itu masa remaja perlu diperhatikan
secara serius agar dapat menjadi manusia yang mempunyai daya guna yang berarti
bagi suatu bangsa serta dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya yang
maksimal.
1
Remaja yang memasuki masa peralihan, memiliki pengetahuan yang
kurang tentang hubungan seksual pranikah. Hal ini disebabkan karena orang tua
merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan hubungan orang
tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak
Sikap seksual pranikah remaja dapat dipengaruhi oleh banyak hal, selain
dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, media masa,
pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam
diri individu (Azwar, 2009). Salah satu faktor masalah seksualitas pada remaja
dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan
lebih jauh terhadap hasrat seksual kepada tingkah laku yang lain seperti
adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang
dengan adanya teknologi canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon
genggan, internet dan lain-lain) menjadi tidak terbendungnya lagi yang sedang
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba tindakan perilaku seksual (Sarwono,
2011).
Data WHO (2011) menunjukkan 44 % wanita dan lebih dari 70% pria usia
2
seksual pranikah, bahwa jumlah presentase wanita menyetujui hubungan seksual
pranikah sangat rendah di banding kan pria, hanya 1% dari responden wanita dan
menikah.
Negara berkembang menunjukkan 40% remaja pria umur 18 tahun dan remaja
putri umur 18 tahun sekitar 40% telah melakukan hubungan seks meskipun tanpa
ada ikatan pernikahan. Akibat dari hubungan seksual pranikah, sekitar 12% telah
positif terkena Penyakit Menular Seksual, sekitar 27% positif HIV, dan 30%
remaja putri telah hamil, setengah dari mereka melahirkan namun setengahnya
jumlah remaja putri yang berhubungan seks pranikah di Inggris, Amerika Serikat,
Kanada dan Australia. Sekitar 17% remaja putri berhubungan seks pranikah
sebelum usia 16 tahun dan ketika usia 19 tahun, tiga perempat remaja putri satu
Tasikmalaya 17% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seks pranikah dan
6,7% remaja Cirebon mengaku menganut seks bebas. Di Bandung sendiri temuan
3
42,3% pelajar melakukan hubungan seks pranikah dengan lebih dari satu
pasangan.
seks pranikah dan sekitar 12,4% pria yang setuju. Sekitar 11% pada pria yang
tidak tamat SD menyetujui hubungan seks pranikah sedangkan 8,8% pria yang
tamat SMTA setuju terhadap seks pranikah. Disisi lain, sekitar 4,9 % wanita tidak
tamat SD menyetujui seks pranikah dan 4,5% wanita yang tamat SMTA setuju
terhadap seks pranikah. Suatu penelitian yang dilakukan di salah satu perguruam
hubungan seks pranikah berupa, kissing 66,8%, necking 52%, petting 29,2%, oral
bersikap mengenai seks pranikah disertai dengan kuatnya pengaruh teman sebaya
pada usia remaja, menjadikan remaja mempunyai tindakan seksual yang tidak
sehat yang pada akhirnya mendekatkan mereka kepada resiko terinfeksi berbagai
(Sulistianingsih, 2010).
dari kasus yang sebenarnya, tidak terlihat dari luar namun insidensinya terus
4
meningkat. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat
sangat mudah menjangkau sumber informasi seperti kota Mataram. Untuk itu
perilaku remaja terhadap tindakan hubungan seksual pranikah pada siswa SMP
Gunungsari ?
tindakan hubungan seksual pranikah pada siswa SMP di wilayah kerja Puskesmas
Gunungsari.
5
3. Untuk mengetahui perilaku tentang hubungan seksual pranikah pada
1. Bagi peneliti
2. Bagi sekolah
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
1) Tahu (know)
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yang
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
7
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
5) Sintesis (syntesis)
baru.
6) Evaluasi (evaluation)
(2012) yaitu:
1) Sosial ekonomi
3) Pendidikan
8
4) Pengalaman
2.2 Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri.
Orang lain, objek atau isu (Azwar, 2005). Sikap adalah merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat dipelajari dan sikap dapat
terhadap objek.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
9
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
seseorang.
Menurut Azwar (2005) dalam Wawan dan Dewi (2010), faktor- faktor
1. Pengalaman Pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Keinginan untuk
10
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
3. Pengaruh Kebudayaan
4. Media Massa
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
6. Faktor Emosional
11
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi karena dengan suatu usaha
3. Menghargai (valuing)
2.3 Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
mental, emosional, sosial dan fisik (Rahmawati, 2006) Menurut Piaget (dalam
Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia dimana anak
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam tingkat
12
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari
sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari
Ditinjau dari kesehatan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai
batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai
berikut:
13
2. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia dianggap akil balik, baik menurut
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erik Erikson),
14
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan
lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status yangtidak jelas ini
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
kelompok sosial.
Ada dua hal yang menyebabkan kesulitan mengatasi masalah baik pria
Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin
15
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Erik Erikson, yaitu masa mencari
identitas dari seperti usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya
dalam masyarakat.
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku
jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan
dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang
tidak realistik ini hanya bagi dirinya juga bagi keluarga dan teman-
16
2006).Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi
individu.
yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman
17
sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini (Agustiani,
2006).
2.4.1 Definisi
dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan
intim antara laki-laki dan perempuan. Hubungan seksual adalah perilaku yang
tetapi ada juga penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus. (Darmasih, 2009)
didorong oleh hasrat atau kemauan seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria
dan wanita diluar perkawinan yang sah. Definisi lain menyatakan bahwa prilaku
hasrat seksual yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah, dan aturan
Duvall, E.M & Miller, B.C (1985) mengatakan bahwa bentuk prilaku
18
1. Touching
2. Kissing
Berkisar dari ciuman singkat dan cepat sampai kepada ciuman yang lama
a. Cium kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi
b. Cium basah
Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak dari
nya lagi.
3. Petting
meningkat dari meraba ringan sampai meraba alat kelamin. Hal ini
19
sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa
4. Sexual Intercourse
(Darmasih, 2009)
kesehatan reproduksi.
4. Pengalaman Seksual
20
5. Adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual pranikah
anak.
ini pasangan remaja yang menginap dihotel adalah hal yang biasa,
d. Kemiskinan.
6. Kemiskinan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
21
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang berkaitan
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
1. Perubahan hormonal
karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena
22
3. Norma-norma di masyarakat
berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman
dan masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat
massa dengan adanya teknologi canggih (video cassette, foto copy, satelit
palapa, dan lain-lain) menjadi tidak tebendung lagi. Remaja yang sedang
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat
orang tuanya.
5. Tabu-larangan
23
6. Pergaulan dan akses yang semakin mudah
laki-laki.
klinis maupun asimptomatis (Daili, 2009). Penyebab infeksi menular seksual ini
sangat beragam dan setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau
penyakit spesifik yang beragam pula. Penyebab IMS dapat dikelompokkan atas
contagiosum virus)
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak
dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan
24
hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat jelas
ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena
Penularan IMS juga dapat terjadi dengan media lain seperti darah melalui
berbagai cara,yaitu:
- Penularan juga pada terjadi dari ibu kepada bayi pada saat hamil, saat
melahirkan dan saat menyusui. Penularan karena mencium atau pada saat
waktu menanyakan riwayat seksual. Hal yang sangat penting dijaga adalah
25
- Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik dengan
- Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut bawah,
penting seperti kerahasiaan pribadi pasien, sumber cahaya yang baik untuk dokter
pemeriksa dan selalu harus menggunakan sarung tangan setiap kali memeriksa
pasien. Pada pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula
inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya.
Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya, adanya
26
pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya. Lakukan inspeksi skrotum, apakah
asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Dan
akhirnya perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah
perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan
lutut.Berbeda dengan pasien pria, organ reproduksi wanita terdapat dalam rongga
inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai
menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan
Tujuan utama:
27
Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan
IMS pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan
pengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan
28
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
yaitu pengetahuan dan sikap siswa tentang hubungan seksual pranikah dan
Pengetahuan
Hubungan Seksual
Pranikah
Sikap
2.8 Hipotesis
Pengetahuan:
Puskesmas Gunungsari.
Puskesmas Gunungsari.
Sikap:
Puskesmas Gunungsari.
29
Ha = Terdapat hubungan antara sikap remaja tentang seks pranikah
Puskesmas Gunungsari.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Waktu
penulisan laporan.
3.2.2 Tempat
Gunungsari.
3.3.1 Populasi
31
1. Penghitungan Jumlah Sampel
N Z 21−α /2 P(1−P)
n=
( N −1 ) d 2+ Z 21−α / 2 P(1−P)
Keterangan:
N = besar populasi
P=0.5, dan nilai d =5% maka didapatkan jumlah sampel sebesar 225,7
2. Pemilihan SMP
3. Pemilihan Kelas
Pada penelitian ini diambil siswa kelas I dan II pada SMP yang
terpilih.
32
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah siswa yang terdaftar sebagai
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah siswa yang tidak hadir pada
diberi skor 1, sedangkan Salah diberi skor 0, sehingga skor tertinggi yang
responden yang menjawab salah diberi skor 0, Benar akan diberi skor 1.
stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Ada dua hal mengenai
33
tindakan yaitu Ya, jika siswa melakukan hubungan seksual pranikah, dan
Tabel Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur
Defenisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Tinggi, apabila menjawab Ordinal
siswa Tentang benar > 75%
Hubungan Sedang, apabila
seksual menjawab benar 40-75%
Pranikah Rendah, apabila
menjawab benar <40%
Defenisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Sikap Sikap Siswa Kuesioner Baik, apabila menjawab Ordinal
tentang benar > 75%
Hubungan Sedang, apabila
seksual menjawab benar 40-75%
Pranikah Kurang, apabila
menjawab benar <40%
Tindakan Tindakan atau Kuesioner Baik apabila siswa tidak Ordinal
praktek secara Melakukan hubungan
nyata dalam seksual pranikah.
Hubungan Tidak baik, apabila siswa
seksual Melakukan hubungan
Pranikah seksual pranikah
34
Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, yaitu:
2020 yang meliputi gambaran umum tentang siswa SMP di wilayah kerja
Puskesmas Gunungsari.
(Statistical Product and Service Solution) versi 20, dan analisis data dilihat
tingkat kemaknaan 95% dan p value hitung yang diharapkan adalah < 0,05
35